Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadisono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kasus tuberkulosis di Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah India dalam WHO Global Report 2015, meningkat dari laporan sebelumnya yaitu peringkat kedua. Terdapat peningkatan temuan kasus di propinsi Riau dari tahun ke tahun.Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru dalam diagnosis dan tatalaksana TB berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan instrumens kuisioner. Dari total 209 data respondens yang kami peroleh dari dinas kesehatan, sebanyak 180 bersedia mengikuti wawancara terpimpin.Hasil: Sebesar 91,67 tidak pernah mengikuti pelatihan ISTC. Pengetahuan respondens yang baik hanya sebesar 43,89 . Perilaku providers yang baik di kota Pekanbaru sebesar 50 . Jenis kelamin, tempat praktik, lama praktik dan pelatihan tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku. Usia yang lebih muda memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik, namun tidak bermakna secara statistikKesimpulan: Pengetahuan providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru belum memadai untuk tatalaksana TBKata kunci: Tuberkulosis, International Standards for Tuberculosis Care ISTC
ABSTRACT Introduction Tuberculosis in Indonesia rank second in worldwide after India based on WHO Global Report 2015, increasing from the previous report than ranked the fourth. There is an increased case finding in Riau province by years.Objectives To assess knowledge, attitude and practice of private general practitioners about diagnosis and management of TB patient base on International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Methods This study using cross sectional method with questionnaire as instrument. Of the 209 respondents of data we obtained from government health department, as many as 180 respondent were willing to follow the guided interviews.Results About 91,67 private general practitioners in Pekanbaru city never attended ISTC training. Only 43,89 providers have satisfactory of knowledge and half most of them 50 has good practice. There is no relationship between sex, duration and location of practice, the number of ISTC training with the level of knowledge and practice. The younger subjek has a good knowledge, attitude and practice but not statistically significant.Conclusion Knowledge of private general practitioners in Pekanbaru city is inadequate."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmayanti Harianto
"Latar belakang: Untuk meningkatkan penemuan kasus dan diagnosis TB oleh dokter praktik swasta dilakukan melalui pendekatan Public Private Mix (PPM)-TB. Public Private Mix adalah keterlibatan semua penyedia layanan kesehatan publik dan swasta, formal dan non formal dalam penyediaan penanganan TB sesuai ISTC untuk pasien yang telah atau diduga memiliki penyakit TB. Pengalaman di beberapa negara terdapat peningkatan penemuan kasus TB oleh dokter praktik swasta yang terlibat dalam PPM-TB. Di Indonesia belum ada data tentang dokter spesialis paru praktik swasta yang terlibat PPM-TB dalam mendiagnosis TB sesuai dengan ISTC.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang. Data yang digunakan diambil secara retrospektif melalui data sekunder (rekam medis &TB 01)pasien yang didiagnosis TB dalam kurun waktu Oktober-Desember 2010 yang berobat ke 18 rumah sakit/klinik swasta di Jakarta, tempat praktik 23 dokter spesialis paru yang terlibat dalam kegiatan PPM-TB.
Hasil: Didapatkan 258 rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dari 21 orang dokter spesialis paru di 16 rumah sakit/klinik swasta. Satu rumah sakit tidak diambil data karena tidak memenuhi kriteria dan satu orang dokter tidak bersedia diambil data pasiennya. Tercatat keluhan utama pasien adalah batuk tanpa keterangan waktu 148 (57,3%). Permintaan pemeriksaaan hapusan sputum BTA yang tercatat 160(62%). Dari 160 hasil pemeriksaan sputum BTA yang tercatat dilakukan pemeriksaan kultur 6 (2,7%), kultur dan resistensi 12 (5,5%). Permintaan pemeriksaaan foto toraks yang tercatat 248 (96,1%), tidak ada permintaan 5 (1,9%) dan tidak ada data 5 (1,9%). Didapatkan 219 kasus TB paru (84,9%) dan 39 TB ekstra paru (15,2%). Berdasarkan apusan BTA, terdapat 64 pasien BTA positif (40%), 94 BTA negatif (58,8%) dan 2 tidak ada data (1,2%). Diagnosis TB ditulis pada 252 rekam 6 lainnya tidak ada diagnosis. Empat belas dokter spesialis paru praktek swasta melakukan semua standar diagnosis 1-5 sesuai ISTC.
Kesimpulan : Sebagian besar dokter spesialis paru praktek swasta sudah melaksanakan ISTC dalam menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan foto toraks lebih tinggi sebagai penunjang hasil apusan BTA yang lebih banyak negatif. Pemeriksaan kultur dan resistensi M.tb masih sangat rendah.

Background: Tuberculosis (TB) remains a public health problem of global challenges. Indonesia is the first country with high burden TB problem in South East Asia to successfully achieve Millennium Development Goal (MDG) targets’ for TB in 2006 where 70% new case findingswith positive AFB and 85% recovery. However, TB management in many private hospitals and practices has not yet applied ISTC. To increase new case findings and TB diagnosis in private practice, the government conducted Public Private Mix (PPM)-TB approach. This study is intended to find out whether pulmonologistsin private practice has applied ISTC for TB diagnosis.
Method: This is a cross sectional study. Retrospective secondary data from medical recoed and TB 01 forms of TB patients from October-December 2010 in 18 private hospitals in Jakarta (23 pulmonologists involved in PPM-TB program).
Result:There were 258 patient’s medical records from 21 pulmonologist from 16 private hospital fulfilled the criteria. One pulmonologist did not meet the criteria and one other pulmonologist refused to participate in this study.Patients’ chief complaints were mostly cough without information of duration 148 (57.3%). The recorded demand for AFB sputum examination is found in 160 (62%). From 160 laboratory AFB sputum examination results, 6 was cultured(2.7%), 12 was cultured and examined for antituberculosis agent resistance (5.5%). Chest x-raywas asked in 248 patients (96.1%) but 5 without demand (1.9%) and no data in 5 patients (1.9%). Classification of TB anatomy found were pulmonary TB 219 (84.9%), extrapulmonary TB 39 (15.1%). Classification of TB based on AFB found were positive 64 (40%), negative 94 (58.8%) and no data 2 (1.2%). Written diagnosis of TB was found in 252 (97.7%) patients while 6 (1.3%) did not. Fourteen pulmonologist private practice had endorse ISTC all standar 1-5 to diagnosis tuberculosis.
Conclusion: Diagnosis of TB by pulmonologist in private practices mostly has applied ISTC. High chest x-ray demand as a supporting diagnosis was found because most AFB sputum gave negative results. Examination of culture and resistance of antituberculosis agent are low.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kemalasari Nas Darisan
"ABSTRAK
Latar belakang : Penyebab kematian pada TB paru seringkali tidak
tergambarkan dengan jelas disebabkan sebagian besar studi mengandalkan pada
registrasi TB berdasarkan sertifikat kematian. Hanya sedikit studi penyebab
kematian berdasarkan otopsi ataupun audit kematian untuk mengetahui penyebab
kematian sebenarnya. Audit kematian diperlukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada TB
paru bakteriologis terkonfirmasi apakah berkaitan dengan TB secara langsung
atau tidak langsung (berkaitan dengan komorbid) berdasarkan audit kematian,
guna identifikasi intervensi yang efektif untuk mencegah kematian TB.
Metoda : Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUP Persahabatan dengan
subjek penelitian adalah semua pasien TB paru bakteriologis terkonfirmasi yang
meninggal di RS Persahabatan tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diambil dari rekam medis, dilakukan audit kematian dan dinilai
kesesuaian penyebab kematian langsung maupun tidak langsung antara sertifikat
kematian dengan audit kematian.
Hasil : Terdapat 51 subyek dengan laki-laki sebanyak 35 orang (68,6%) dan
perempuan 16 orang (31,4%). Penyebab kematian langsung terkait TB
berdasarkan audit kematian sebanyak 15 subyek (29,4 %) yaitu disebabkan oleh
gagal napas (17,6 %) dan meningitis TB (11,8%). Penyebab kematian langsung
tidak terkait TB berdasarkan audit kematian adalah 36 subyek (70,6%) yaitu
sepsis infeksi bakteri (41,2%) menjadi penyebab terbanyak, diikuti AIDS (3,9%),
penyakit kardiovaskular (3,9 %), penyebab lain (5,9 %) dan tidak diketahui
(15,7%). Diagnosis TB paru bakteriologis terkonfirmasi yang sesuai pada
sertifikat kematian berdasarkan audit adalah 25 subyek (49%) dan penyebab
kematian langsung TB paru bakteriologis terkonfirmasi pada sertifikat kematian
yang sesuai berdasarkan audit kematian adalah 27 subyek (52,9%).
Kesimpulan : Penyebab kematian langsung pada TB paru bakteriologis
terkonfirmasi terkait TB yang terbanyak disebabkan oleh gagal napas sedangkan
yang tidak terkait TB yang terbanyak disebabkan oleh sepsis infeksi bakteri.
Diperlukan intervensi lebih lanjut untuk mencegah kematian TB.

ABSTRACT
Background : The causes of death in pulmonary TB are often not represented
clearly caused most studies rely on the registration of TB based on death
certificates. Only a few studies based on autopsy or death audits. Medical audit is
necessary to improve the quality of service in the hospital.
Objective : The aim of the study is to know the cause of death in pulmonary TB
bacterically proven whether related directly or undirecly with TB (regarding
comorbid) based on audit of death to identify effective intervention to prevent
mortality in TB.
Method : This is cross sectional study in RSUP Persahabatan with subject of
study all of pulmonary TB patients bacterically proven died in RSUP
Persahabatan in 2014 according to inclution and exclusion criteria. The data were
taken from medical record, with audit of death asses the cause of death direct or
not direct between certificate of death and audit of death.
Result : There are 51 subjects. Male are 35 subjects (68,6%) and female are 16
subject (31,4%).The causes of death directly related with TB based on audit of
death are 15 (29,4%) caused by respiratory failure (17,6 %) and meningitis TB
(11,8 %). The causes of death are not directly related with TB based on audit of
death are 36 subjects (70,6 %) caused by sepsis with bacterial infection (41,2 %),
AIDS are (3,9 %), cardiovascular diseases (3,9 %), other causes are (5,9 %) and
unknown are (15,7 %). The diagnosis of pulmonary TB in a death certificate in
accordance with the results of the audit are 25 subjects (49%) and pulmonary
tuberculosis cause of death on death certificates in accordance with the results of
the audit are 27 subjects (52.9%).
Conclusion : The causes of death are pulmonary tuberculosis bacteriology most
directly caused by respiratory failure while the causes of death are not
immediately TB that most caused by sepsis with bacterial infection as the cause.
Required further interventions to reduce mortality of TB."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fawzia
"Pendahuluan: Depresi mempengaruhi 45,19% pasien tuberkulosis paru (TB) dalam kepatuhan terhadap pengobatan, yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian, resistensi obat yang meningkat, serta penularan penyakit yang terus berlanjut. Usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, status gizi, komorbiditas, fase terapi, dan status HIV adalah faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap depresi pada pasien TB. Infeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan peradangan sistemik, mengubah respons pusat sistem kekebalan tubuh di sistem saraf pusat, mengaktifkan sumsum tulang belakang-hipotalamus-kelenjar adrenal (HPA) dan saraf simpatis, serta berkontribusi terhadap masalah psikiatri. Komposisi asam lemak, termasuk jumlah tinggi EPA dan DHA, mempengaruhi fungsi sel dengan memodifikasi pola produksi eikosanoid, resolvin, dan protektin. Selain itu, fluiditas membran sel yang meningkat dengan peningkatan asam lemak omega-3 dibandingkan dengan asam lemak omega-6 mempengaruhi kejadian depresi.
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang terhadap 99 orang dengan TB paru. Data dikumpulkan menggunakan Semi-Kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), pengukuran antropometri, dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II).
Hasil: Analisis korelasi menggunakan uji Spearman menunjukkan rasio asupan omega-6/omega-3 PUFA sebesar 7,78 ± 1,13, dengan nilai median skor depresi sebesar 9 (10-36). Tidak ada korelasi antara asupan omega-6/omega-3 PUFA dan skor depresi (r=0,063; p = 0,534).
Kesimpulan: Tidak ada korelasi antara rasio asupan omega-6/omega-3 PUFA dan skor depresi pada pasien TB paru. 

Introduction: Depression affects 45.19% of pulmonary tuberculosis (TB) patients in their adherence to treatment, leading to increased morbidity, mortality, drug resistance, and disease transmission. Factors like age, gender, education, income, nutrition, comorbidities, therapy phase, and HIV status contribute to TB-related depression. Mycobacterium tuberculosis infection induces systemic inflammation, alters the immune response in the central nervous system, activates the hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis and sympathetic nerves, and influences psychiatric issues. Fatty acid composition, particularly high levels of EPA and DHA, modifies cellular function by affecting eicosanoid, resolvin, and protectin production. The greater cell membrane fluidity with omega-3 fatty acids compared to omega-6 fatty acids affects depression occurrence.
Methods: A cross-sectional study of 99 individuals with pulmonary TB was conducted. Data was collected using the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), anthropometric measurements, and Beck Depression Inventory-II (BDI-II).
Results: Spearman correlation analysis revealed an omega-6/omega-3 PUFA intake ratio of 7.78 ± 1.13, with a median depression score of 9 (10-36). No correlation was found between omega-6/omega-3 PUFA intake and depression score (r=0.063; p = 0.534).
Conclusion: No correlation exists between the omega-6/omega-3 PUFA intake ratio and depression scores in pulmonary TB patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juang Arco Tangkas
"Pencegahan dan pengendalian infeksi TB (PPI TB) bertujuan untuk mengurangi penularan TB dalam melindungi petugas kesehatan, pengunjung serta pasien dari penularan TB di rumah sakit. Perlu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik PPI TB sehingga dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kompetensi dan praktik perawat dalam PPI TB agar dapat menjadi pemutus mata rantai penyebaran TB. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan meneliti korelasi antara pengetahuan dan sikap dengan praktik perawat dalam PPI TB. Responden pada penelitian ini adalah perawat di RSUD Pasar Minggu yang diambil dengan metode total sampling sejumlah 156 perawat, instrumen yang digunakan adalah kuesioner KAP TB dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square dengan signifikasi 0,05. Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan sikap (p value 0,049) dan ada hubungan pengetahuan dengan praktik (p value 0,012) namun tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik (p value 0,628). Hasil penelitian menunjukan sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik, dan hampir seluruh responden memiki nilai praktik yang baik.

TB infection prevention and control aims to reduce TB transmission in a population and protect health workers, visitors and patients from TB transmission in hospitals. It is necessary to know the relationship between knowledge and attitudes with the practice of PPI TB so that it can become a reference in improving the competence and practice of nurses in TB infection prevention and control and to break the chain of TB spread. This study used a cross sectional approach with the aim of examining the correlation between knowledge and attitudes with the practice of TB infection prevention and control PPI TB. Respondents in this study were nurses at Pasar Minggu Hospital who were taken with a total sampling method of 156 nurses, the instrument used was the KAP TB questionnaire with univariate and bivariate analysis using the chi square test with a significance of 0.05. The results of the bivariate test showed a relationship between attitude knowledge (p value 0.049) and knowledge with practice (p value 0.012) and there was no relationship between attitude and practice (p value 0.628). The results showed that most respondents had a good level of knowledge and attitude, and almost all respondents had the value of good practice."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christi Giovani Anggasta Hanafi
"Salah satu karakteristik klinis yang sering diamati pada TB paru adalah adanya kavitas paru pada pemeriksaan radiologis dada. Kavitas paru akan menyebabkan prognosis lebih buruk akibat keterlambatan konversi kultur sputum, hasil klinis yang buruk, dan penularan infeksi yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang telah ditemukan berkaitan dengan kavitas paru adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, penyakit penyerta diabetes mellitus, dan malnutrisi. Prevalensi malnutrisi pada pasien dengan TB diperkirakan berkisar antara 50% sampai 57%, dan malnutrisi dikaitkan dengan dua kali lipat risiko kematian. Telah lama diketahui bahwa terdapat hubungan antara TB dan malnutrisi, tetapi dampak malnutrisi terhadap derajat keparahan TB, yang dilihat dari adanya kaviats paru, masih kurang diketahui dan data yang telah ada masih saling bertentangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Sebanyak 134 pasien yang memenuhi kriteria menjadi subjek penelitian di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Pasien pada penelitian ini umumnya berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dan berusia 18-59 tahun (92,5%). Mayoritas subjek penelitian termasuk dalam kategori status gizi SGA B (malnutrisi ringan-sedang) sebanyak 77 orang (57,5%), SGA A (status gizi baik) sebanyak 35 orang (26,1%), dan SGA C (malnutrisi berat) sebesar 22 orang (16,4%). Proporsi kavitas paru pada pasien TB paru dalam penelitian ini sebanyak 42 orang (31,3%). Penelitian ini mendapatkan hubungan bermakna secara statistik antara status gizi berdasarkan SGA dan kavitas paru (OR=6,933; 95%CI=1,986-24,205; p=0,002; aOR=7,303 (95%CI=2,060-25,890; p=0,002). Variabel lain yang mempengaruhi terbentuknya kavitas paru adalah pemeriksaan bakteriologis (p=0,016), TB resisten obat (p<0,001), dan perubahan BB (p=0,033). Analisis multivariat mendapatkan bahwa pemodelan dapat memenuhi 29,3% faktor prediktor kejadian kolonisasi dan setelah dimasukkan ke dalam perhitungan, maka probabilitas seorang pasien yang mengalami TB resisten obat dan malnutrisi untuk pembentukan kavitas paru adalah sebesar 95,16%. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.

One of the clinical characteristics that is often found in pulmonary TB is the presence of lung cavities on chest radiological examination. Lung cavities will lead to a worse prognosis due to delayed sputum culture conversion, poor clinical outcome, and higher transmission of infection. Several factors that have been found to be related to the lung cavity are elder age, male gender, comorbid diabetes mellitus, and malnutrition. The prevalence of malnutrition itself in patients with TB is estimated to range from 50% to 57%, and malnutrition is associated with a twofold risk of death. It has long been known that there is a relationship between TB and malnutrition, but the impact of malnutrition on the severity of TB, which is observed from lung cavity presence, is still poorly understood and the available data are conflicting. This study aims to determine the relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital. This research is a cross-sectional study. A total of 134 patients who met the criteria became research subjects at the Outpatient and Inpatient Department at the Persahabatan General Hospital. Patients in this study were generally male (61.9%) and aged 18-59 years (92.5%). The majority of research subjects were included in the SGA B (mild-moderate malnutrition) category of 77 people (57.5%), SGA A (good nutritional status) of 35 people (26.1%), and SGA C (severe malnutrition). by 22 people (16.4%). The proportion of lung cavities in pulmonary TB patients in this study were 42 people (31.3%). This study found a statistically significant relationship between nutritional status based on SGA and lung cavities (OR=6.933; 95%CI=1.986-24.205; p=0.002; aOR=7.303 (95%CI=2.060-25.890; p=0.002). Variables Other factors that influenced the formation of lung cavities were bacteriological examination (p=0.016), drug-resistant TB (p<0.001), and changes in weight (p=0.033). Multivariate analysis found that modeling could fulfill 29.3% of the predictors of colonization and after taken into account, the probability of a patient with drug-resistant TB and malnutrition for lung cavity formation is 95.16%. Conclusion: There is a relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Lisum
"Latar belakang: Indonesia menduduki peringkat kedua kasus Tuberkulosis tertinggi di dunia, untuk itu dibutuhkan pelibatan peran serta anggota masyarakat, termasuk pemuda. Pemuda sering kali diabaikan untuk menjadi agen pembaharu dalam keluarga, karena dianggap memiliki gaya hidup berisiko terhadap masalah kesehatannya. Tujuan penelitian: mengembangkan dan melakukan uji model penguatan kapasitas pemuda. Metodologi: Dua tahap penelitian; tahap pertama berupa identifikasi masalah dengan penelitian kualitatif dilanjutkan dengan pengembangan model penguatan kapasitas pemuda berupa program edukasi dan pendampingan dalam bentuk kunjungan rumah; tahap kedua adalah melakukan uji model penguatan kapasitas pemuda dengan desain quasi eksperimen. Jumlah sampel adalah 104 klien TBC paru yang terdiri dari 52 responden masing masing pada kelompok intervensi dan kontrol. Hasil: Penelitian tahap satu menghasilkan 4 tema, dan penelitian tahap dua membuktikan bahwa terdapat pengaruh model penguatan kapasitas pemuda terhadap peningkatan pengetahuan yang dikontrol dengan variabel sumber informasi sebesar 2.83 kali; terhadap peningkatan sikap sebesar 71,4 kali setelah dikontrol oleh variabel sumber informasi, lama pengobatan dan skor pengetahuan klien. Walaupun pengaruh model penguatan kapasitas pemuda tidak signifikan terhadap perubahan tindakan secara langsung, namun perubahan tindakan pengobatan dan perawatan klien TBC paru setelah tiga bulan intervensi terjadi 3.13 kali lebih besar dibanding kelompok kontrol. Simpulan: Model penguatan kapasitas pemuda secara efektif dapat meningkatkan pengetahuan, sikap klien TBC paru; termasuk dalam tindakan pengobatan dan perawatan TBC paru. Perubahan tersebut membutuhkan waktu untuk beradaptasi dari pelaku model. Saran: Model penguatan kapasitas pemuda diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk puskesmas dalam melibatkan keberadaan pemuda yang dapat dimulai pada tatanan sekolah.

Background: Indonesia ranks second among countries with a high burden of tuberculosis; consequently, community involvement was required including youth. Youth tend to disregard their role as agents of change, moreover youth also engage in risky behavior. The purpose: To develop and test the youth capacity strengthening model. Methodology: This study consisted of two phases. Phase I: problem identification using qualitative methods, followed by development of the youth capacity strengthening model in the form of an education program and home visit. Phase II: testing the model using a quasi- experimental design with a control group design. The total number of respondents were 104 that consisted of 52 respondents in each of the intervention and control groups. The first phase yielded four themes, and the second phase revealed that the capacity strengthening model influenced an increase in knowledge controlled by source of information 2.83 times and an increase in attitude controlled by source of information, duration of treatment, and client TBC knowledge 71.4 times. Even though the capacity strengthening model had no direct effect on the client's treatment practice, after three months the client's practice changed 3.13 times more than the control group. More opportunities are required to adapt to youth as a model actor due to the evolution of practice. Suggestion: Youth capacity strengthening model can be used as a guide for primary health center by involving youth participation that can be started in a school area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darayu Calvert Wilson
"Perbedaan antara tes untuk infeksi tuberkulosis (TB) yang resistan terhadap obat menjadi lebih umum karena alat diagnostik menjadi lebih bervariasi. Hal tersebut membingungkan dokter karena belum ada tes TB diagnostik cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Kasus suspek-TB di RSUPP, pusat primer dan tersier untuk kasus TB paru Indonesia, disaring dengan GeneXpert MTB / RIF dan dikonfirmasikan dengan uji kepekaan obat anti-tuberkulosis.
Discrepancies between tests for drug-resistant tuberculosis (TB) infections are becoming more common as diagnostic tools become more varied. These discrepancies confuse clinicians because there is not yet a rapid diagnostic TB test with good sensitivity and specificity. Suspected-TB cases at Rumah Sakit Umum Pusat Perhasabatan (RSUPP), a primary and tertiary center for Indonesia’s pulmonary TB cases, are screened with GeneXpert MTB/RIF and confirmed with conventional drug- susceptibility testing (DST)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>