Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Agustini Kurniawati
"ABSTRAK
Latar Belakang: Selain bergantung pada berbagai faktor prognosis, kesintasan pasien mieloma multipel MM aktif juga ditentukan oleh diagnosis yang lebih dini. Perkembangan kriteria diagnostik MM dari sebelumnya yaitu kriteria Durie-Salmon DS menjadi kriteria International Myeloma Working Group IMWG 2003 dilakukan sebagai upaya mendiagnosis lebih dini MM aktif, namun karena berbagai keterbatasan sumber daya, upaya pemenuhan kriteria diagnostik berdasarkan DS serta IMWG 2003 tidak dapat dilakukan secara konsisten di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui proporsi pemenuhan diagnosis MM berdasarkan kriteria diagnostik DS dan IMWG 2003 serta dampaknya pada kesintasan pasien MM di Indonesia.Tujuan: Mendapatkan data proporsi dan kesintasan pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik DS dan IMWG 2003 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM dan Rumah Sakit Kanker Dharmais RSKD .Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan teknik analisis kesintasan pada pasien MM aktif yang berobat di RSCM dan RSKD selama tahun 2005-2015. Data disajikan dalam kurva Kaplan Meier dan tabel kesintasan dengan interval kepercayaan IK 95 .Hasil: Studi ini melibatkan 102 pasien MM aktif yang data penunjang diagnosis tersedia dan memiliki kesintasan >1 bulan. Sebesar 56,9 pasien memenuhi kriteria diagnostik DS dan 72,5 memenuhi kriteria IMWG 2003. Median Overall Survival OS pasien berdasarkan kriteria DS sama dengan IMWG 2003yaitu 77,8 bulan. Overall Survival tahun ke-1, ke-3, ke-5 pasien MM yang memenuhi kriteria DS adalah 89,9 , 77,5 , dan 54,8 sedangkan pasien MM yang memenuhi kriteria IMWG 2003 adalah 87,5 , 75,6 , dan 55,9 .Simpulan: Proporsi pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik IMWG 2003 lebih tinggi daripada yang memenuhi kriteria DS. Kesintasan menyeluruh pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik DS sama dengan yang memenuhi kriteria IMWG 2003.
ABSTRACT
Background Besides other prognostic factors, survival in active multiple myeloma MM patients is determined by earlier diagnosis. Development of MM diagnostic criteria from Durie Salmon DS to International Myeloma Working Group IMWG 2003 criteria as part of efforts to diagnose earlier active MM patients, unfortunately due to resources constraints, the fullfillment of DS and IMWG 2003 diagnostic criteria can not be done consistently in Indonesia. Therefore, it is important to describe the proportion of fulfillment MM diagnosis based on DS and IMWG 2003 diagnostic criteria as well as its impact on survival of active MM patients in Indonesia.Aim To describe the proportion and survival rate of active MM patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais National Cancer Hospital based on Durie Salmon and International Myeloma Working Group IMWG 2003 diagnostic criteria.Methods We conducted a retrospective cohort study with survival analysis in active MM patients in RSCM and RSKD during 2005 2015. Data were presented in Kaplan Meier curve and survival table with 95 confidence interval.Results This study involved 102 active MM patients whose initial supporting data were available and who survived 1 month. There were 56.9 patients who met DS criteria and 72.5 patients who met IMWG 2003 criteria. Median overall survival OS based on DS and IMWG 2003 diagnostic criteria were similar 77.8 months . The 1st, 3rd, and 5th year survival of patients who met DS criteria were 89.9 , 77.5 , and 54.8 . The 1st, 3rd, and 5th year survival for patients who met on IMWG 2003 criteria were 87.5 , 75.6 , and 55.9 .Conclusion The proportion of active MM patients who fulfilled IMWG 2003 diagnostic criteria was higher than DS diagnostic criteria. Survival of active MM patiens who met DS and IMWG 2003 criteria were similar.Keywords Active multiple myeloma survival Durie Salmon diagnostic criteria IMWG 2003 diagnostic criteria "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Diah Pusparini Pendet
"Praktik residensi merupakan bagian dari pendidikan profesi yang bertujuan untuk membentuk perawat spesialis. Pendidikan lanjutan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Target kompetensi yang harus dicapai yaitu mampu memberikan asuhan keperawatan lanjut secara kompleks, melaksanakan tindakan keperawatan yang didasarkan pada bukti, dan yang terakhir adalah mampu menyelesaikan program inovasi berbasis bukti yang nantinya diharapkan dapat digunakan dalam praktik keperawatan. Teori keperawatan yang digunakan dalam menyelesaikan target komptensi tersebut adalah Roy Adaptation Model RAM . Pendekatan model adaptasi ini bertujuan untuk memepertahankan integritas sistem adaptasi manusia. RAM berfokus pada proses adaptasi manusia, yaitu proses penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan baik oleh faktor internal maupun eksternal. Pada target kompetensi penerapan asuhan berbasis bukti digunakan penerapan terapi musik untuk mengurangi kecemasan pada pasien kanker yang menjalani radioterapi. Hasil penerapan menunjukkan bahwa terapi musik mampu mengurangi kecemasan pada pasien yang sedang menjalani radioterapi. Proyek inovasi adalah pemberian edukasi manajemen efek samping kemoterapi di rumah, hasil proyek inovasi menunjukkan pemberian edukasi dapat meningkatkan pengetahuan dan manajemen efek samping kemoterapi pada pasien kanker.

Residency practice is one part of profesional education with the aim to improve and establish specialist nurse. Advanced education is being held to increase the quality of nursing service. Target of competency which is must be achieved are capable to provide advanced nursing care complexically. Implement of nursing care based on evidence, and third is capable to accomplish inovation project based on evidences which is expected to be used in nursing practice. Nursing theory which is applicated to achieved target of competency is Roy Adaptation Model RAM . Roy adaptation model is used with the aim for maintaining the integrity of human adaptation system. The main focus of RAM as nursing theory is on human adaptation process by definition is adaptation process of human self toward the changing of environment which can be influenced by internal and external factors. The implementation of evidence based nursing used musical therapy for decreasing level of anxiety disorder in patient with cancer who are receiving radiotherapy. Inovation project is educating how to manage side effect of the therapy in homecare. The result of this inovation project show that application of educating the side effect can improve knowledge and management of side effect patient with cancer who are receiving chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairida Riany
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lesi litik dan kadar kalsium darah pada pasien mieloma multipel dan faktor yang ikut mempengaruhi hubungan antara lesi litik dengan kalsium. Penelitian retrospektif menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder bone survey dan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah dari 45 pasien mieloma multipel yang menjalani pengobatan di RS Kanker Dharmais, dari Januari 2007 sampai Januari 2014. Dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan antara lesi litik dengan kadar kalsium darah.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lesi litik dengan kadar kalsium darah pada pasien mieloma multiple sehingga tidak dapat ditentukan faktor yang mempengaruhinya. Terdapat hubungan antara lesi litik dengan terjadinya fraktur pada pasien multipel mieloma. Didapatkan pula distribusi lesi litik paling sering ditemukan pada 4-6 tulang dengan lokasi tersering di tulang kalvaria, osteoporosis derajat 3 menurut indeks Singh dan derajat 4 menurut indeks Saville. Fraktur patologis yang paling sering ditemukan merupakan faktur kompresi pada korpus vertebra lumbal.

This study aims to determine the relationship between lytic lesions and blood calcium levels in patients with multiple myeloma and the factors that influence the relationship between lytic lesions with calcium. A retrospective study using cross-sectional design with secondary data survey and examination of bone calcium blood levels of 45 multiple myeloma patients who undergo treatment Dharmais Cancer Hospital, from January 2007 to January 2014. This study use Chi-square statistical test to determine the relationship between lytic lesion with blood calcium levels.
The results showed there was no correlation between lytic lesion with blood calcium levels in patients with multiple myeloma and can not be determined the factors that influence it. There is a relationship between a lytic lesion of fractures in patients with multiple myeloma. The lytic lesions most often found in 4-6 bone with the most common sites in the calvaria bones, osteoporosis grade 3 according to the index Singh and 4 degrees according to Saville index. Pathologic fractures are most commonly found an invoice compression on the lumbar vertebral bodies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Novita Nayunda Sari
"

Multiple myeloma adalah kondisi dimana sel plasma neoplastik berkembang dan mengisi ruang sumsum tulang yang menyebabkan kerusakan integritas tulang. Manifestasi klinis umum yang terjadi pada pasien multiple myeloma adalah nyeri kronik. Nyeri kronik dihubungkan dengan kondisi muskuloskeletal kronis yang menyebabkan pasien mengeluhkan nyeri yang sangat hebat pada area tulang. Umumnya pasien multiple myeloma dilakukan tatalaksana kemoterapi untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker dan mengurangi gejala yang timbul, tetapi sering kali pasien mengeluhkan mual dan muntah pasca dilakukan kemoterapi. Hal ini menyebabkan pasien dapat mengalami peningkatan frekuensi mual setelah kemoterapi. Untuk mengatasi dua kondisi tersebut, salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan dengan mudah untuk menurunkan nyeri dan mual adalah dengan pemberian swedish massage dan aromaterapi citrus. Melalui hasil karya ilmiah ini, telah dilaporkan hasil analisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien multiple myeloma dengan penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus untuk menurunkan intensitas nyeri dan mual. Metode yang digunakan adalah case study pada Ibu berusia 60 tahun dengan multiple myeloma disertai kondisi somatic pain shoulder dextra ec cancer pain dd closed fracture. Intervensi swedish massage dan pemberian aromaterapi citrus dilakukan selama 4 hari, dimana setiap pijatan dilakukan selama 20 menit dan untuk aromaterapi diberikan selama enam jam. Kemudian dilakukan evaluasi menggunakan skala nyeri numeric rating scale dan untuk mual menggunakan Rhodes Index Nausea, Vomitting, and Retching (RINVR). Hasil intervensi menunjukkan bahwa penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri dan mual. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus dilakukan pada pasien multiple myeloma untuk menurunkan intensitas nyeri dan mual.


Multiple myeloma is a condition in which neoplastic plasma cells develop and fill the bone marrow space causing damage to bone integrity. Common clinical manifestations that occur in patients with multiple myeloma is chronic pain. Chronic pain is associated with chronic musculoskeletal conditions that cause patients to feeling of severe pain in the bone area. Generally, multiple myeloma patients are treated with chemotherapy to slow the growth of cancer cells and reduce the symptoms that arise, but patients often feels of nausea and vomiting after chemotherapy. This causes patients to experience an increase in the frequency of nausea after chemotherapy. To overcome these two conditions, one of the independent nursing interventions that can be done easily to reduce pain and nausea is by giving swedish massage and citrus aromatherapy. Through this paper, it has been reported the results of an analysis of the implementation of nursing care in multiple myeloma patients with the application of swedish massage and citrus aromatherapy to reduce pain intensity and nausea. The method used is a case study in a 60 year old mother with multiple myeloma accompanied by somatic shoulder pain dextra ec cancer pain dd closed fracture. The swedish massage intervention and the administration of citrus aromatherapy were carried out for 4 days, where each massage was carried out for twenty minutes and for aromatherapy it was given for six hours. Then an evaluation was carried out using a pain Numerical Rating Scale (NRS) and for nausea using the Rhodes Index Nausea, Vomitting, and Retching (RINVR). The results of the intervention showed that the application of swedish massage and citrus aromatherapy was proven to reduce the intensity of pain and nausea. Therefore, the authors recommend the application of Swedish massage and citrus aromatherapy to multiple myeloma patients to reduce pain intensity and nausea.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Michelle Cancera Angelita
"Angka kejadian penyakit mieloma multipel kecil, yaitu 0,8% di dunia dan 0,6% di Asia Tenggara dari seluruh kasus kanker yang ada. Namun, penyakit ini terjadi secara asimtomatik sehingga sulit didiagnosis, belum dapat disembuhkan, dan mudah mempengaruhi organ dalam tubuh. Kulit buah manggis yang jarang dimanfaatkan diketahui mengandung senyawa xanton (polifenolat) yang memiliki aktivitas antikanker. Penelitian in vitro menggunakan sel jalur p3x63ag8 untuk menemukan ada tidaknya efek sitotoksisitas ekstrak etanol kulit buah manggis serta IC50. Sel dibagi menjadi 9 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 8 kelompok perlakuan dengan konsentrasi 6,25 μg/ml, 12,5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, dan 800 μg/ml. Data diambil dengan metode MTT assay dan hasilnya berupa nilai optical density. Setelah inkubasi 48 jam menggunakan ekstrak etanol kulit buah manggis, hasil persamaan garis diketahui IC50 nya adalah 5,41 μg/ml. Analisis statistik dengan Kruskal Wallis menghasilkan adanya perbedaan efek sitotoksik pada konsentrasi yang berbeda . Uji Post Hoc didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 6,25 μg/ml dengan kelompok perlakuan lain.

Multiple myeloma disease has small incidence, namely 0,8% in the world and 0,6% in Southeast Asia of all cancer cases. However, the diasease occurs in asymptomatic that so difficult to be diagnosed, can not be cured, and affects many organs. The mangosteen pericarp which rarely used evidently contain xanthone (polifenolat) compound which have anticancer activity. Research in in vitro manner using cell lines p3x63ag8 to discover the presence of cytotoxicity effect of mangosteen pericarp ethanol extract and the IC50. Cells was divided into 9 groups, 1 control group and 8 treatment groups (consentrations: 6,25 μg/ml, 12,5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, and 800 μg/ml). Data taken by MTT assay method and the result is optical density value. After 48-hours incubation period and the result in line equation, found that IC50 was 5.41 ug / ml. Statistical analysis with Kruskal Wallis declared differences in the cytotoxic effects of different concentrations.Post Hoc test found significant difference beetwen the control group and the treatment group of 6.25 ug / ml just than other groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Myeloma IgD κ merupakan kasus keganasan sel plasma yang jarang dijumpai, dan belum pernah dilaporkan di Indonesia.Pada keadaan normal, kadar IgD dalam darah sangat rendah, sehingga peningkatan kadar IgD dalam darah dapat terlewatkan pada pemeriksaan elektroforesis protein serum. Pada makalah ini dilaporkan kasus seorang wanita 59 tahun dengan nyeri tulang hebat. Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya fraktur kompresi torakal dan penyempitan foramen torakal. Diagnosis mieloma pada pasien ini ditegakkan berdasarkan kriteria WHO, stadium berdasarkan kriteria Durie Salmon, dan prognosis buruk berdasarkan International Prognostic Index dari International Myeloma Working Group. Pada elektroforesis protein serum dijumpai spike monoklonal yang kecil dan pada imunofi ksasi didapatkan IgD κ and free light chain κ.

Abstract
IgD κ myeloma is a rare plasma cell neoplasm case and has never been reported before in Indonesia. In normal condition,IgD level in blood is very low, therefore increase of IgD level in myeloma could be missed by serum protein electrophoresis. A case of a 59 years old female with severe bone pain is reported. In radiology evaluation, there were thoracal compression fracture and thoracal foramen narrowing. For this patient, the myeloma diagnosis was based on WHO criteria, the stage IIIb was based on Durie and Salmon criteria, and bad prognosis with prognostic index stage III diagnosis was based on International Prognostic Index from International Myeloma Working Group, respectively. In serum protein electrophoresis we found a very small monoclonal spike and in immunofi xation there were monoclonal IgD κ and free light chain κ. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Novery
"Latar belakang: Kriteria klasifikasi ACR 1997, SLICC 2012, dan EULAR/ACR 2019 telah banyak digunakan untuk membantu penegakan diagnosis LES. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing klasifikasi tersebut telah banyak dilaporkan pada populasi dewasa. Akan tetapi, penelitian performa diagnostik pada populasi anak masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa diagnostik ketiga kriteria klasifikasi tersebut pada LES anak.
Metode: Rekam medis pasien yang tercatat sebagai penderita penyakit autoimun dengan hasil ANA positif pada periode Januari 2010-Mei 2021 diikutsertakan dalam penelitian. Rekam medis ini kemudian dinilai oleh dua orang konsultan alergi-imunologi untuk penentuan diagnosis LES atau bukan LES. Setiap kasus kemudian diekstrapolasi ke dalam ketiga kriteria klasifikasi, kemudian dinilai performa diagnostik.
Hasil: Sebanyak 86 kasus LES (rerata usia saat diagnosis 12,73±2,97 tahun) dengan rasio perempuan : lelaki adalah 11:1 dan 44 kasus bukan LES (rerata usia saat diagnosis 8,86±4,78 tahun) dengan rasio perempuan : lelaki adalah 2:1. Kriteria klasifikasi EULAR/ACR 2019 memiliki sensitivitas tertinggi sebesar 100% dibandingkan dengan ACR 1997 (90%) dan SLICC 2012 (98%). Spesifisitas ACR 1997, SLICC 2012, dan EULAR/ACR 2019 masing-masing 90%, 86%, dan 68%. Nilai prediksi positif ACR 1997 tertinggi dibandingkan SLICC 2012 dan EULAR/ACR 2019 yaitu 94%, 91%, dan 86%. Sedangkan, nilai prediksi negatif EULAR/ACR 2019 tertinggi dibandingkan ACR 1997 dan SLICC 2012 masing-masing 100%, 83%, dan 95%.
Simpulan: Kriteria klasifikasi EULAR/ACR 2019 memiliki sensitivitas tertinggi, sedangkan kriteria klasifikasi ACR 1997 memiliki spesifisitas yang paling baik dibandingkan dua kriteria klasifikasi lainnya.
Background: The classification criteria of ACR 1997, SLICC 2012, and EULAR/ACR 2019 have been widely used to establish the diagnosis of childhood-onset SLE. The sensitivity and specificity of these classification criteria have been reported in the adult-onset SLE. However, only few studies have been conducted in the childhood-onset SLE. This study aims to compare the diagnostic performance of the three classification criteria in childhood-onset SLE.
Methods: Medical records of patients diagnosed with autoimmune diseases who had positive ANA from January 2010 to May 2021 were reviewed.  Each record was assessed by two allergy-immunology consultants to determine the diagnosis of SLE or not SLE. Each subject data was extrapolated to fullfil classification criteria and was calculated of the diagnostic performance.
Results: This study consisted of 86 cases of SLE (mean age at diagnosis 12.73±2.97 years), female to male ratio was 11:1. There were 44 subject non-SLE (mean age at diagnosis 8.86±4.78 years), female to male ratio was 2:1. The sensitivity of EULAR/ACR 2019 was 100% (the highest sensitivity) while SLICC 2012 was 98% and ACR 1997 was 90%. The specificity of ACR 1997, SLICC 2012, and EULAR/ACR 2019 were 90%, 86%, and 68%, respectively. The positive predictive value for 1997 ACR was the highest one compare to SLICC 2012 and EULAR/ACR 2019 (94%, 91%, and 86%, respectively).  Meanwhile, the negative predictive value for EULAR/ACR 2019, SLICC 2012, and ACR 1997 were 100%, 95%, and 83%, respectively.
Conclusion: The classification criteria of EULAR/ACR 2019 has the highest sensitivity and ACR 1997 has the highest specificity than the other classification criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mienche
"Background: sarcopenia is one of many geriatric problems that may lead to major clinical outcomes. Calf and thigh circumference have good correlation with muscle mass, whereas SARC-F questionnaire is very predictive of muscle function. There has not been a study that evaluates the diagnostic performance of calf and thigh circumference in combination with SARC-F questionnaire in detecting sarcopenia. The aim of this study was to investigate the diagnostic performance of calf and thigh circumference in combination with SARC-F questionnaire compared to standard diagnostic methods of sarcopenia according to the Asian Working Group for Sarcopenia (AWGS) to predict sarcopenia in patient aged 60 years or older.
METHODS: this cross-sectional study was conducted in Geriatric Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia during April-June 2018. Analysis was performed using receiver operating characteristic (ROC) curve to determine the cut-off point as well as sensitivity (Sn), specificity (Sp), positive and negative predictive value (PPV and NPV), positive and negative likelihood ratio (LR+ and LR-) of calf and thigh circumference as an indicator of low muscle mass, and SARC-F questionnaire score to detect decreased muscle function.
RESULTS: from 120 participants, there were 46 men (38.3%) and 74 women (61.7%). The combination of calf circumference with cut-off point below 34 cm in men and below 29 cm in women, thigh circumference below 49 cm in men and below 44 cm in women with SARC-F questionnaire score of ≥4 have Sn, Sp, PPV, NPV, LR+, and LR- of 15.79%; 99.01%; 75.00%; 86.21%; 15.95; and 0.85 respectively.
CONCLUSION: combination of calf and thigh circumference with SARC-F questionnaire showed good diagnostic accuracy in predicting sarcopenia in elderly outpatients.

Latar belakang: sarcopenia merupakan salah satu masalah geriatri yang menimbulkan dampak luaran klinis yang besar. Lingkar betis dan paha berkorelasi kuat dengan massa otot, sedangkan kuesioner SARC-F merupakan prediktor fungsi otot. Belum ada studi yang mengevaluasi performa diagnostik kombinasi lingkar betis dan paha dengan kuesioner SARC-F untuk mendeteksi sarcopenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa diagnostik kombinasi lingkar betis dan paha dengan kuesioner SARC-F dibandingkan dengan metode diagnostik sarcopenia menurut the Asian Working Group for Sarcopenia (AWGS) untuk memprediksi sarcopenia pada pasien berusia 60 tahun atau lebih.
Metode: studi potong lintang dilaksanakan di klinik geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia selama periode April hingga Juni 2018. Analisis dilakukan sesuai kurva receiver operating characteristic (ROC) untuk menentukan titik potong beserta nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan positif dan negatif lingkar betis dan paha sebagai acuan massa otot yang rendah, serta skor kuesioner SARC-F untuk mendeteksi penurunan fungsi otot.
Hasil: sebanyak 74 dari 120 (61,7%) subjek penelitian adalah perempuan. Kombinasi lingkar betis dengan titik potong <34 cm pada lelaki dan <29 cm pada perempuan serta lingkar paha <49 cm pada lelaki dan <44 cm pada perempuan dengan skor kuesioner SARC-F ≥4 memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai duga positif dan negatif serta rasio kemungkinan positif dan negatif berturut-turut sebesar 15,79%; 99,01%; 75,00%; 86,21%; 15,95; and 0,85.
Kesimpulan: kombinasi lingkar betis dan paha dengan kuesioner SARC-F memiliki akurasi diagnostik yang baik dalam memprediksi sarcopenia pada pasien lanjut usia
"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Wibisono
"Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan sesame manusia lainnya sebagai bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari,sehingga bekerja dan berinteraksi dengan yang lain adalah sesuatu yang kita sebagai manusia tidak dapat hindari. Dalam hidup saya, saya telah menjadi bagian dari banyak kelompok baik itu kelompok formal maupun informal dengan tujuan dan fokus kelompok yang berbeda satu dengan lainya. Untuk tugas ini saya memilih pengalaman saya ketika saya melakukan magang di Bursa Efek Indonesia,yang memberi saya pengalaman yang sangat penting dan contoh dunia nyata bagi saya. Dalam makalah ini saya akan memperkenalkan kelompok dan struktur organisasi kelompok, bagaimana fungsi kelompok, bagaimana mengelola konflik dalam kelompok dan process penyelesaian, proses kepemimpinan, dan akhirnya hal-hal yang telah saya pelajari dari tugas ini.

Human as a social being need an interaction with any other human being as a part of the daily needs so working and interact with other is something that we as a human cannot avoid. In my life I have been a part of many groups in different aspect either formal or informal group with different purposes and focus. For the purpose of this assessment I choose my experience when I did an internship in Indonesia stock exchange which gave me a very important experience and real world example for me. In this paper I will introduce the group and the group organization structure, how the group function, managing the conflict in group, leadership process, and finally things that I have learned from this assignment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>