Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardilla Dinaresty
"ABSTRACT
Gelombang budaya Korea Hallyu dewasa ini merupakan fenomena yang telah menyebar di dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini membawa dampak yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, salah satunya bahasa. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai konteks sosial yang berperan terhadap individu yang belajar bahasa Korea. Dengan menggunakan metode kualitatif berupa wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini dilakukan kepada individu pembelajar bahasa Korea di Lembaga Korean Cultural Center KCC Indonesia dan Konsa Korea-Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konteks sosial perkembangan kebudayaan Korea di Indonesia berperan pada keputusan individu untuk belajar bahasa Korea. Keputusan individu ini juga termasuk dalam proses komodifikasi, konsumerisme dan komoditas fetishisme.

ABSTRACT
The Korean Culture Wave Hallyu nowadays is a spreading phenomenom around the world, especially in Southeast Asia Indonesia included. This phenomenom brought significant influence in many fields, including language. This research describes the social contexts that affect individual taking Korean language course. Using qualitative methods which are in depth interview and observation, this study uses sample from students from Korean Cultural Center KCC Indonesia and Konsa Language Course Institute as participant. Result from this study shows that social contexts, such as Korean culture development in Indonesia, influences the participant rsquo s decision also get affected by other factors such as commodification process, consumerism, and commodity fetishism."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin Mansyur
"Penelitian ini membahas mengenai Pemanfaatan Koleksi Audiovisual (DVD) di Perpustakaan Korean Cultural Center Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pengguna memanfaatkan koleksi audiovisual (DVD), jenisjenis subyek audiovisual (DVD) yang paling banyak dimanfaatkan pengguna serta hambatan yang dihadapi pengguna dalam memanfaatkan koleksi audiovisual (DVD). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Responden dalam penelitian ini adalah anggota perpustakaan KCC yang memanfaatkan koleksi DVD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan pengguna memanfaatkan koleksi DVD yaitu untuk mengisi waktu luangnya, Subyek DVD drama yang sering dimanfaatkan oleh pengguna, serta tidak ada hambatan yang berarti dalam memanfaatkan koleksi DVD.

This study focused about the utilization of audiovisual (DVD) collection in Korean Cultural Center Library Indonesia. The aim of this study are to discover user's intention for the utilization of audiovisual (DVD) collection, kind of subject that users used mostly, and the obstacle that users had when their used the collection. This study used quantitative approaches with survey methods. The respondents in this study are member of KCC library whom used the DVD collection. The result of this study showed that the aim of the users used the collection to spend their spare time, the subject that users mostly used is drama and they didn't have any obstacle to utilization the collection."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1966
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Sang-hoon
Seoul: Academy of Korean Studies, 2005
KOR 951.9 LEE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Triana Dewi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kesalahan ejaan dan tata bahasa Korea pada karangan yang dibuat oleh 35 mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia angkatan 2013/2014. Penelitian ini menggunakan analisis kesalahan berbahasa dan metode campuran dengan mendiskripsikan jenis kesalahan ejaan dan tata bahasa dari data kuatitatif yang didapat. Sumber penelitian ini diambil dari soal ujian TOPIK (Test of Profiency in Korean). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa Korea terjadi pada kesalahan ejaan vokal, konsonan, dan susunan kata, serta kesalahan tata bahasa yakni pada partikel, final ending, kala, dan struktur.

ABSTRACT
The topic of this paper is Korean Grammar and Spelling Errors of writing examination result which was made by 35 Korean Studies Students of the academic year of 2013/3014 of the University of Indonesia. This research is using language error’s analysis, and also using mix method by describing types of grammar and spelling errors from the qualitative data that was got. This sources in this research is taken from writing case of TOPIK (Test of Profiency in Korea). The result of this reseach shows that spelling error is occured on vowel and consonant writing, word formation, and also occurred in grammar, such as Korean particle using, final ending, tenses , and the structure of sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Hayuning Pertiwi
"Penelitian ini membahas perbandingan kalimat interogatif tertutup pada bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan karakteristik morfosintaksis dari kalimat interogatif tertutup dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan dan persamaan. Pertama, terdapat perbedaan pada penanda kalimat interogatif tertutup di kedua bahasa. Bahasa Korea memiliki penanda berupa akhiran kalimat interogatif tertutup di akhir kalimat dan bukan pada kata tanya, sedangkan dalam bahasa Indonesia penandanya berupa kata tanya ‘apa’ di awal kalimat dan partikel ‘-kah’ di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Kedua, dilihat dari struktur kalimatnya terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaannya adalah subjek berupa kata ganti orang kedua dalam bahasa Korea dapat dieliminasi, sedangkan di bahasa Indonesia subjek harus tetap digunakan. Persamaannya terletak pada struktur kalimat predikat yang merupakan unsur wajib dan keberadaan objek yang tergantung pada jenis verba sebagai predikat. Ketiga, bentuk negasi pada kalimat interogatif tertutup bahasa Korea memiliki bentuk negasi yang lebih bervariasi dibandingkan bahasa Indonesia.

This study discusses the comparison of closed interrogative sentences in Korean and Indonesian. The purpose of this study was to describe the similarities and differences in the morphosyntactic characteristics of closed interrogative sentences in Korean and Indonesian. The method used is descriptive qualitative with literature review and contrastive analysis. The results showed that there were differences and similarities. First, there is a difference in both languages’ closed interrogative sentence markers. In Korean the marker is the closed interrogative sentence ending at the end of a sentence and not a question word, while in Indonesian the marker is the question word 'apa' at the beginning of the sentence and the particle '-kah' at the beginning, the middle, or the end of the sentence. Second, judging from the sentence structure there are differences and similarities. The difference is that the subject of the second person pronoun in Korean can be eliminated, while in Indonesian the subject must be used. The similarities are that in the sentence structure the predicate is a mandatory element and the existence of the object depends on the type of verb as predicate. Third, the form of negation in Korean has more varied forms than Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Hanin
"Penelitian ini membahas tata bahasa penanda modalitas intensional dalam bahasa Korea melalui pendekatan konteks situasi. Empat tata bahasa penanda modalitas intensional bahasa Korea yang dibahas adalah -gess-, -eul geos, -eulge, dan -eullae. Bagi pemelajar bahasa Korea, keempat tata bahasa penanda modalitas intensional dalam bahasa Korea tersebut memiliki kerumitan tersendiri saat digunakan dikarenakan kemiripan makna yang dimilikinya. Akan tetapi, belum ditemukan adanya penelitian yang membahas tata bahasa tersebut dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tata bahasa penanda modalitas intensional di dalam korpus drama dan menganalisis konteks situasi yang menggunakan empat tata bahasa penanda modalitas intensional dalam bahasa Korea tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan korpus naskah drama berjudul `Jinsimi Data`. Melalui penelitian ini, dapat diidentifikasi 198 kali kemunculan tata bahasa penanda modalitas intensional, yang dapat diklasifikasikan secara rinci berdasarkan subyeknya. Pada subjek orang pertama, penanda modalitas -gess- muncul sebanyak 66 kali; -eul geos 31 kali; -eulge 64 kali; dan -eullae 4 kali. Sementara pada subjek orang kedua, -gess- muncul sebanyak 16 kali; -eul geos 10 kali; dan -eullae 7 kali. Pada penelitian ini diklasifikasikan 9 konteks situasi menggunakan kalimat deklaratif dan 5 konteks situasi menggunakan kalimat interogatif.
This research discusses intentional modality expressed in Korean grammar through context of situation approach. Four of the Korean grammar that express intentional modality that are being discused here are -gess-, -eul geosi-, -eulge(yo), and -eullae(yo). Korean learners face difficulties in distinguishing these expressions due to their own similar meaning. However, research that discuss intentional modality expressed in Korean grammar has not been conducted in Indonesian. The purpose of this research is to identify Korean grammars that express intentional modality inside the drama script and analyze the contexts of situation which use intentional modality marker. The method used in this research is qualitative descriptive method with literature review. The corpus of this research is a script from drama titled `Jinsimi Data`. Through this research, intentional modality`s frequency is identified 198 times according to its subject. In first person subject, -gess- appears 66 times; -eul geos 31 times; -eulge 64 times; and -eullae 4 times. The frequency of intentional modality in second person subject shows that -gess- appears 16 times; -eul geos 10 times; and -eullae 7 times. This research also classified 9 contexts of situation that appear with declarative sentence and 5 contexts of situation that appear with interrogative sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Serly Kusumadewi
"Tesis ini membahas transfer bahasa yang muncul dalam bahasa antara pemelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing BIBA. Transfer bahasa yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh bahasa pertama pemelajar terhadap bahasa antara. Penelitian ini memakai teori bahasa antara yang dikemukakan oleh Selinker 1972 untuk mencoba menjelaskan karakteristik bahasa antara pemelajar BIBA dari Korea pada tingkat kemahiran tertentu. Transfer bahasa yang dikaji terbatas pada fitur-fitur morfologis dan sintaktis pada transfer lematik yang berkaitan dengan pemrosesan kata. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan statistik deskriptif untuk menunjang temuan kualitatif. Penelitian ini menggunakan tulisan dari 35 pemelajar BIBA Korea dewasa pada tingkat kemahiran madya akhir. Hasil penelitian menemukan bahwa pemelajar BIBA Korea cenderung tidak memakai afiks prefiks me- yang bersifat inflektif, prefiks ber-, preposisi di dan ke, dan penanda ketakrifan kata bahasa Indonesia. Sementara itu, preposisi dengan muncul pada korpus namun dengan pemakaian yang tidak tepat. Ketersediaan bentuk dalam bahasa pertama yang berpadanan dengan bentuk dalam bahasa target justru menghambat proses penguasaan bahasa target. Sebaliknya, bentuk yang tidak tersedia dalam bahasa pertama tapi tersedia dalam bahasa pertama tidak selalu memicu efek kebaruan yang dapat memfasilitasi proses pemelajaran.

This thesis discusses language transfer appearing in the Interlanguage of Indonesian as Foreign Language IFL learners. This study uses Selinker's 1972 Interlanguage theories to limit the scope of research in explaining Korean IFL learner's interlanguage of particular skill level. The scope of language transfer investigated in this research is limited to learner's L1 influence towards learner's interlanguage characteristics. It is limited to morphological and syntactic features in lemmatic transfer category which is associated with word processing. This study is a qualitative study with descriptive statistics to support qualitative findings. The main corpus data used in this study is writing composition of 35 adult IFL Korean learners on high intermediate level. The study found that Korean IFL learners tend not to use verbal prefixes such as ber and inflective me, the prepositions di, ke, and Indonesian definite marker such as suffix nya. Meanwhile, the preposition dengan found in the corpus is deviant cases. It is found that the availability of equivalent forms in the first language was found precisely hindered the process of mastering the target language. Conversely, forms that are not available in the first language but available in the target language do not necessarily trigger novel effects that may facilitate the learning process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Daniella
"Sufiks merupakan salah satu jenis afiks yang berperan dalam pembentukan kata. Pada bahasa berciri aglutinatif seperti bahasa Korea dan bahasa Indonesia, pemahaman terkait sufiks dan penggunaannya dapat memberikan wawasan terhadap struktur dan fungsi morfologis bahasanya. Khususnya bagi pembelajar bahasa Korea, pemahaman akan sufiks dapat lebih diperdalam dengan dilakukannya perbandingan antara sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode analisis kontrastif dan pendekatan kualitatif, penelitian ini membandingkan sufiks dalam bahasa Indonesia dan bahasa Korea. Pertanyaan penelitian dirumuskan menjadi bagaimana persamaan dan perbedaan sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia? Sumber data diambil dari berbagai literatur ilmiah terkait dengan morfologi dan afiks dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Melalui penelitian ini dapat dipahami bahwa sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia mencakup karakteristik dan fungsi dasarnya. Di sisi lain, perbedaannya terletak pada makna dan jumlah sufiks pada masing-masing bahasa.
Suffixes are a type of affix that plays a role in word formation. In agglutinative languages such as Korean and Indonesian, an understanding of suffixes and their use can provide insight into the morphological structure and function of the language. Especially for Korean learners, the understanding of suffixes can be deepened by comparing Korean and Indonesian suffixes. Therefore, by using contrastive analysis method and qualitative approach, this research compares suffixes in Indonesian and Korean. The research question is formulated into how are the similarities and differences between Korean and Indonesian suffixes? The data sources are taken from various scientific literatures related to morphology and affixes in Korean and Indonesian. Through this research, it can be understood that Korean and Indonesian suffixes have some similarities and differences. The similarities between Korean and Indonesian suffixes include their characteristics and basic functions. On the other hand, the difference lies in the meaning and number of suffixes in each language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Saiful Mubin
"

Intonasi merupakan salah satu aspek yang perlu dikuasai seorang pemelajar bahasa asing karena jika intonasi tidak dituturkan secara tepat, hal itu akan berakibat pada kesalahpahaman (Penny, 1991). Begitu pula pemelajar Korea yang belajar bahasa Indonesia. Penelitian ini menginvestigasi bagaimana intonasi tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Indonesia dituturkan oleh pemelajar Korea. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian pemelajar BIPA dari Korea yang berada pada tingkat pemula, madya, dan tinggi. Data penelitian berupa tiga tuturan bahasa Indonesia yang terdiri atas dua kalimat tunggal dan satu kalimat majemuk dalam percakapan yang diperankan sebanyak tiga kali. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan IPO dengan tiga kegiatan utama: eksperimen produksi ujaran, analisis akustik ujaran, dan eksperimen uji persepsi ujaran. Kajian ini menunjukkan bahwa ciri akustik yang menandai ketiga tingkat pemelajar adalah kontur intonasinya. Tinggi nada tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat pemelajar. Tinggi nada secara khusus hanya menandai kontras tuturan deklaratif dan interogatif. Ciri akustik tuturan tingkat pemula dan madya masih menunjukkan adanya kesamaan dengan pola intonasi bahasa Korea, sedangkan pola intonasi tuturan tingkat tinggi tidak sama dengan bahasa Korea maupun bahasa Indonesia. Hanya kontras tinggi nada tuturan dekalaratif dan interogatif tingkat tinggi yang cenderung sama dengan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, semua tuturan dari semua tingkat diterima dengan baik oleh orang Indonesia.

 

 


Intonation is one of the aspects that need to be mastered by a foreign language learner because if intonation is not spoken correctly, it will result in misunderstanding (Penny, 1991). The idea is applied to Korean who learns Bahasa Indonesia. This study investigates how Korean learners make use of intonation to express declarative and interrogative utterances of Bahasa Indonesia. The subject of this study is native Koreans who study BIPA at the beginner, intermediate, and advance levels. The data of this study are three utterances in Bahasa Indonesia consisting of two single sentences and one compound sentence which then each subject needed to utter for three times. IPO approach is applied with three main activities: speech production experiment, speech acoustic analysis, and speech perception test experiment. This study showed that there is a particular relation between intonation contour and the learners level of comprehension. However, it failed to prove any relationships between pitch and the level of the learners. Regardless, the study found that pitch only marks the contrast of declarative and interrogative speech. The acoustic characteristics of beginner and intermediate speech levels still show similarities with the Korean intonation patterns, while the high-level speech intonation patterns are not the same as Korean and Indonesian. Only the high contrast of high-level declarative and interrogative speech tones tends to be the same as Indonesian. Nevertheless, all speeches from all levels were well received by Indonesians.

 

Keywords: Indonesian intonation pattern; Korean intonation pattern; Indonesian language learners level; declarative sentence; interrogative sentence

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainan Indallah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pengaruh tempat tinggal terhadap perubahan dominasi
suami Korea pada perkawinan antarbangsa Korea ? Indonesia di Jakarta.Tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan secara sistematik dan ilmiah pengaruh
tempat tinggal terhadap dominasi suami pada perkawinan yang dilakukan oleh pria
Korea dengan wanita Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian ini adalah tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap perubahan dominasi
suami Korea pada perkawinan antarbangsa Korea ? Indonesia di Jakarta

Abstract
The focus of this study is about influence of domicile to Korean husband domination in
intercultural marriage between Korean and Indonesian in Jakarta. The purpose of this
study is to know how the change of Korean husband domination in intercultural marriage
in Jakarta . This research is qualitative descriptive. The result of this study is the domicile
has an influence to Korean husband domination in intercultural marriage between Korean
? Indonesian in Jakarta."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43133
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>