Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faatichatun Naja
"Bisfenol A BPA merupakan senyawa kimia yang digunakan pada produksi polimer plastik polikarbonat dan epoksi resin yang banyak digunakan pada wadah minuman kaleng. BPA telah menjadi sorotan publik karena merupakan senyawa pengganggu endokrin EDC dan memiliki potensi yang dapat mengganggu sistem hormon manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang sensitif, selektif, dan valid untuk analisis BPA dalam sampel minuman kaleng menggunakan Kromatografi Gas-Detektor Ionisasi Nyala. Kolom yang digunakan yaitu kolom kapiler HP-1 dengan panjang kolom 30m, diameter dalam 0,25 mm, dan tebal film 0,25 m. Gas pembawa yang digunakan yaitu gas nitrogen dengan laju alir 1 mL/menit. Penyiapan sampel menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan etil asetat sebagai pelarut pengesktraksi. Hasil validasi linearitas yaitu 0,9998, nilai batas deteksi LOD 0,287 g/mL, dan batas kuantitasi LOQ 0,956 g/mL. Validasi yang mencakup liniearitas, selektivitas, akurasi, presisi, LOD , dan LOQ, telah memenuhi syarat keberterimaan. Hasil analisis cemaran menunjukkan bahwa satu dari tiga merek yang dianalisis positif mengandung BPA dengan kadar 2,4090 g/mL.

Bisphenol A BPA is a chemical compound use in the production of polycarbonate plastic polymers and epoxy resins which are widely use for canned beverage containers. People are concerned with BPA because BPA is an endocrine disruptive compound EDC and has the potential to disrupt the human hormone system. The purpose of this study is to achieve sensitive, selective, and valid methods for BPA analysis in beverage samples using Gas Chromatography Flame Ionization Detector. The column used was HP 1 capillary columns with a column length of 30m, an inner diameter of 0.25 mm, and a film thickness of 0.25 m. The carrier gas used was nitrogen with a flow rate of 1 mL min. Preparation of the samples using liquid liquid extraction method with ethyl acetate as an extracting solvent. The value of linearity is 0.9998, with limit of detection LOD 0.287 g mL and limit of quantitation LOQ 0.956 g mL. Validation including liniearity, selectivity, accuracy, precision, limit of detection, and limit of quantitation have met the acceptable conditions. The results of contamination analysis showed that one of the three brands analyzed positively contained BPA with levels of 2.4090 g mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiratul Haq Rasyid
"Bisfenol A BPA adalah monomer penyusun plastik dalam produksi polikarbonat dan resin epoksi yang banyak digunakan pada botol plastik keras dan makanan serta minuman dalam kaleng berbasis logam. Resin epoksi digunakan sebagai lapisan pelindung pada kaleng logam untuk menjaga kualitas makanan dan minuman dari kontak langsung dengan logam. Namun, senyawa ini memiliki potensi yang dapat mengganggu sistem hormon manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang sensitif, selektif, dan valid untuk analisis BPA dalam sampel makanan kaleng. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kolom kapiler HP-1 30 m x 0,25 mm; 0,25?m , suhu kolom terprogram 150-260 C, kenaikan 10 C per menit. Suhu injektor dan suhu detektor masing-masing 280 C dan 300 C; laju alir gas hidrogen 1,0 mL/menit, volume penyuntikan 3,0 ?L, dan dideteksi dengan detektor ionisasi nyala. Penyiapan sampel menggunakan metode ekstraksi dengan etil asetat. Hasil uji validasi mencakup linieritas, selektivitas, akurasi, presisi telah memenuhi syarat keberterimaan pada rentang konsentrasi 2-15 ?g/mL dan dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi r 0,99983. Batas deteksi LOD 0,287 ?g/mL dan batas kuantitasi LOQ 0,956 ?g/mL. Aplikasi metode yang diterapkan pada tiga jenis sampel makanan kaleng menunjukkan hasil positif yang mengandung BPA pada salah satu jenis sampel.

Bisphenol A BPA is a monomer of polycarbonate plastics and epoxy resins widely used in hard plastic bottles and metal based canned foods and beverages. Epoxy resins are used as protective coating on metal that keep food and beverage quality from direct contact with metals. However, these compounds have the potential to disrupt the human hormone system. This study aims to obtain a sensitive, selective, and valid method for BPA analysis in canned food samples. The analysis was performed using gas chromatography with HP 1 capillary columns 30 m x 0.25 mm 0.25 m , column temperature was programmed 150 260 C, increase by 10 C per minute. The temperature of injector and detector were 280 C and 300 C hydrogen gas flow rate was 1.0 mL min, injection volume was 3.0 L, and detected by flame ionization detector. Preparation of the sample using a method of solvent extraction with ethyl acetate. The result of validation include linearity, selectivity, accuracy, precision has accepted for range concentration of 2 15 g mL with coefficient correlation r was 0.99983. Limit of Detection LOD was 0.287 g mL and Limit of Quantitation LOQ was 0.956 g mL. This methods was applied to three type of canned food samples and showed positive results on one sample.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Muhammad Wildan Shalli
"Bisfenol A merupakan senyawa kimia penyusun plastik polikarbonat dan epoksi resin yang banyak digunakan untuk wadah minuman kaleng. Namun senyawa ini mendapat banyak perhatian karena memiliki potensi yang dapat mengganggu sistem hormon manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang sensitif, selektif, dan valid untuk analisis BPA dalam sampel minuman kaleng berkarbonasi menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Kolom yang digunakan yaitu C18 dengan panjang kolom 250 mm, diameter dalam 4,6 mm, dan ukuran partikel 5 m. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol-air (60:40) dengan laju alir 0,8 mL/menit. Penyiapan sampel menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan etil asetat sebagai pelarut pengesktraksi. Kemudian dilakukan validasi yang mencakup liniearitas, selektivitas, akurasi, presisi, batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ), dan telah memenuhi syarat keberterimaan dengan nilai LOD 15,01 ng/mL dan LOQ 50,04 ng/mL. Aplikasi metode yang diterapkan pada enam sampel minuman kaleng berkarbonasi menunjukkan hasil positif mengandung BPA.

Bisphenol A (BPA) is a constituent chemical compound of polycarbonate plastics and epoxy resins that are used for canned beverage containers. However, this compound has got a lot of attention because it has the potential to disrupt the human hormonal system. This study aims to obtain a sensitive, selective, and valid method for the analysis of BPA in canned carbonated beverage samples using reversed phase High Performance Liquid Chromatography. The column used is C18 column with a length of 250 mm, an inner diameter of 4.6 mm, and the particle size 5 m The mobile phase used was methanol-water (60:40) with a flow rate of 0.8 mL/min. Preparation of the samples using liquid-liquid extraction methods with ethyl acetate as solvent for extraction. Then validated in terms of liniearity, selectivity, accuracy, precision, limit of detection (LOD), limit of quantitation (LOQ), and qualified acceptance with LOD 15.01 ng/mL and LOQ 50.04 ng/mL. Application method is applied to the six samples of canned carbonated beverage samples showing positive result containing BPA.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simpson, Matthew J.
"The first study uses tunable vacuum-ultraviolet radiation from a synchrotron to identify negative ions from twenty four photoexcited polyatomic molecules in the gas phase. From these experiments, Matthew collects a vast amount of data and summarises and reviews ion-pair formation from polyatomic molecules. The second study is on selected ion flow tube mass spectrometry. Matthew investigates the reactions of cations and anions with ethene, monofluoroethene, 1,1-difluoroethene and tetrafluoroethene. In this study Matthew tries to explain why certain products are formed preferentially over other products at a microscopic level of understanding. "
Heidelberg : Springer, 2012
e20406097
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Winindya Sari
"Sugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan minuman yang diberi tambahan gula sederhana yang menambah kandungan energi karena padat kalori dan tinggi gula, namun memiliki sedikit kandungan zat gizi lain sehingga dapat meningkatkan risiko kejadian gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi SSBs dengan berbagai faktor dan mengetahui faktor dominan konsumsi SSBs pada siswa SMAN 47 Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada bulan Maret – April 2022 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Data yang diambil adalah data primer dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil analisis univariat menunjukkan 90% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi. Hasil bivariat menunjukkan bahwa uang saku, paparan iklan dan media, serta ketersediaan SSBs di rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah ketersediaan SSBs di rumah. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi gizi terkait dampak konsumsi SSBs berlebih, menyediakan tempat pengisian ulang air mineral, dan mengimbau orang tua siswa untuk menyediakan makanan sehat di rumah. Pemerintah disarankan untuk memanfaatkan media sosial sebagai media intervensi, membatasi iklan minuman yang kurang sehat, dan menerapkan kebijakan pengenaan cukai SSBs.

Sugar-sweetened beverages (SSBs) are drinks that are added with simple sugar which can increase the energy content because they are calorie-dense and high in sugar, but low in other nutrients. Excessive consumption of SSBs can cause nutritional problems such as increasing the risk of overweight and obesity. This study aims to determine the relationship between SSBs consumption and various factors, also determine the dominant factor of SSBs consumption among students of SMAN 47 Jakarta in 2022. This study used a cross sectional study design conducted in March – April 2022 with 120 respondents. The data taken is primary data using the questionnaires. The data obtained will then be analyzed by univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression). Based on the results of univariate analysis, it was found that 90% of respondents consumed high levels of SSBs. Bivariate results show that pocket money, advertising and media exposure, and the availability of SSBs at home have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factor associated with SSBs consumption were availability of SSBs at home. The school is advised to provide nutrition education especially the impact of excessive consumption of SSBs, provide mineral water refills, and encourage parents to provide healthy food at home. The government is advised to use social media as a medium for intervention, limit advertising of unhealthy drinks, and implement a policy of imposing excise tax on SSBs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Dinasari Salsabila
"Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia dan tren konsumsi minuman bergula dalam kemasan menjadi perhatian Pemerintah sehingga muncul usulan rencana kebijakan cukai minuman bergula dalam kemasan. Usulan ini telah disampaikan oleh Menteri Keuangan pada rapat bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tahun 2020 namun belum mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia hingga saat ini sehingga perlu dilakukan analisis atas faktor yang dipertimbangkan oleh pemangku kepentingan dalam merealisasikan kebijakan cukai minuman bergula dalam kemasan, baik dari tahap problem streams, policy streams, maupun politics streams. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses kebijakan cukai minuman bergula dalam kemasan ditinjau dari perspektif teori multiple streams Kingdon. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma post-positivist dengan pengumpulan data secara studi kepustakaan dan studi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor yang dipertimbangkan sehingga kebijakan cukai minuman bergula dalam kemasan belum dapat diterapkan pada tahun 2022. Pada tahap problem streams, kebijakan cukai lainnya yaitu cukai plastik lebih diprioritaskan untuk diterapkan, pada tahap policy streams, keterlibatan pemangku kepentingan belum terintegrasi. Pada tahap politics stream, pemangku kepentingan lebih berpihak pada pihak industri mengingat kondisi perekonomian yang terdampak akibat Pandemi Covid-19 dan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia belum menyetujui kebijakan cukai minuman bergula dalam kemasan.


The increasing prevalence of non-communicable diseases in Indonesia and the consumption trend of sugar-sweetened beverages have become a concern for the government, so a proposal on the excise policy plan has emerged. This plan has been communicated by the Minister of Finance at a joint meeting with Commission XI of The House of Representatives of the Republic of Indonesia in 2020. Still, it has not been approved by the legislator until now. Hence, it is necessary to analyze the factors considered by stakeholders in realizing the policy of sugar-sweetened beverages excise, both from the problem streams, policy streams, and politics streams. This study aims to analyze the excise policy process for sugar-sweetened beverages from the perspective of Kingdon's multiple streams theory. The approach used in this study is a  post-positivist paradigm with data collection in library research and field research. The results showed that factors were considered so that the sugar-sweetened beverages excise policy could not be implemented in 2022. In problem streams, other excise policies, plastic excise, are prioritized to be implemented. In policy streams, stakeholder involvement has not been integrated. In the politics stream, stakeholders are more partial to the industry considering the economic conditions affected by the Covid-19 Pandemic and Commission XI of The House of Representatives of the Republic of Indonesia has not approved the sugar-sweetened beverages excise policy.

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Elaphria Permatahati Betaputri
"Sugar-sweetened beverages dengan kandungan gula tambahan yang tinggi energi namun rendah nilai gizi, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan penyakit tidak menular lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan frekuensi konsumsi SSB berdasarkan status merokok, tingkat stres, karakteristik individu, dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 221 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67,4% mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tinggi (≥2x/minggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara keterpaparan media promosi SSB, ketersediaan SSB di tempat tinggal, dan status rokok dengan tingkat konsumsi SSB. Peneliti menyarankan agar mahasiswa lebih memperhatikan jumlah SSB yang dikonsumsi dan dapat memilih alternatif minuman lain. Produsen SSB disarankan untuk dapat mencantumkan informasi nilai gizi pada SSBnya, terutama bagi perusahaan SSB waralaba. Peneliti juga menyarankan bagi pemangku kebijakan, untuk dapat mencanangkan informasi nilai gizi dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, terutama untuk mengetahui kandungan gula di dalam produk.

Sugar-sweetened beverages (SSB) with high energy but low nutritional value-added sugar content, if consumed excessively, can lead to obesity and other non-communicable diseases. The purpose of this study is to find out the difference in SSB consumption based on smoking status, stress level, individual characteristics, and environmental factors in Universitas Indonesia non-health students in 2022. The research design used is a cross- sectional study with a sample count of 221 people. The data will be collected by filling out online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariate and bivariate (chi-square). Based on the result, the prevalence of non-health students at Universitas Indonesia that consumed high levels of SSB (≥2x/week) is 67,4%. The bivariate analysis showed different levels of SSB consumption based on exposure to SSB promotional media, availability of SSB, and smoking status. Researchers suggest students to pay more attention to the amount of SSB consumed and choose other alternative drinks. SSB producers are advised to include nutritional value information on their SSB, especially for franchised SSB companies. The researcher also suggests policymakers to publish nutritional value information in a form that is easier to read, especially to find out the sugar content of the product. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Bintan Dzakiyyah
"Minuman ringan berpemanis adalah beberapa jenis minuman manis berkalori yang ketika dibeli sudah siap diminum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis pada siswa SMAN 48 Jakarta Timur berdasarkan jenis kelamin, keterpaparan media massa, aksesibilitas, ketersediaan, pengaruh keluarga, pengaruh teman, pengetahuan gizi, sikap, aktivitas fisik, kebiasaan membawa air mineral, dan uang jajan. Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional ini dilakukan pada 168 sampel yang dipilih mengunakan metode quota sampling. Instrumen yang digunakan, yaitu kuesioner (self-administered) dan alat peraga botol berbagai ukuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis secara umum, yaitu sebanyak 245,7 mL/hari. Rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis berdasarkan jenisnya secara berurutan dari yang terbanyak, yaitu minuman jenis teh/kopi (152,7 mL/hari), berperisa buah (77,1 mL/hari), berperisa tanpa kandungan sari buah (65,7 mL/hari), sport (56,9 mL/hari), karbonasi berkalori (42,2 mL/hari), dan energi (10,0 mL/hari).
Hasil analisis menggunakan uji t independen menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata konsumsi minuman ringan berpemanis berdasarkan jenis kelamin, keterpaparan media massa, ketersediaan minuman ringan berpemanis, pengaruh teman, dan sikap terhadap minuman ringan. Diperlukannya dukungan dari berbagai pihak berwenang terkait kebijakan penjualan minuman ringan berpemanis dan penyediaan air mineral di tempat umum, khususnya sekolah.

Sugar-sweetened beverages are certain types of calorie drinks which are ready to drink when it purchased. This research aims to get information about the differences of averages sugar-sweetened beverages consumption among students of SMAN 48 East Jakarta according to sex, mass media exposure, accessibility, availability, family influence, peer influence, nutritional knowledge, attitude, physical activity, the habit of bringing mineral water, and pocket money. This quantitative study (cross sectional) is conducted to 168 samples (quota sampling method). Self-administered Questionnaire and various sized bottles are used as the instruments of this research.
The result showed that the average of sugar-sweetened beverages consumption in general was 245,7 mL/day. The averages of sugar-sweetened beverages consumption based on its categories were tea/coffee (152,7 mL/day), fruit-flavoured drinks (77,1 mL/day), flavoured drinks (without fruit juice) (65,7 mL/day), sports drinks (56,9 mL/day), caloric carbonated drinks (42,2 mL/day), and energy drinks (10,0 mL/day).
Bivariate analysis (t-independent test) showed that there were a significant differences on the average of sugar-sweetened beverages consumption according to sex, mass media exposure, availability, peer influence, and attitude. Support from various authorities related to sugar-sweetened beverages sales policy and free mineral water supply in public places, especially school, are needed to reduce sugar-sweetened beverages consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Bagus Irwan Ruswandi
"Konsumsi minuman berpemanis gula atau Sugar Sweetened Beverages terus meningkat di seluruh dunia dan dihubungkan dengan peningkatan berat badan dan obesitas pada anak. Studi Diet Total-Survei Konsumsi Makanan Individu SDTSKMI di Indonesia menunjukkan bahwa minuman berpemanis gula terutama minuman serbuk dan minuman kemasan cair merupakan terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur termasuk balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minuman berpemanis gula sugar sweetened beverages terhadap status gizi balita di Indonesia dengan menggunakan studi cross sectional. Data konsumsi minuman berpemanis gula sugar sweetened beverages merupakan data sekunder hasil survei SDT-SKMI Indonesia 2014. Responden penelitian sebanyak 7717 balita dengan kelompok umur bayi 0-6 bulan, 7-11 bulan, 12-35 bulan dan 36-59 bulan. Prevalensi gizi berat-kurang sebesar 16.7 dan prevalensi gizi lebih sebesar 2.5. Proporsi balita mengonsumsi minuman berpemanis gula sebesar 42.6 dan konsumsi minuman cairan tertinggi pada balita umur 36-59 bulan sebesar 35.0. Terdapat hubunganbermakna antara konsumsi minuman berpemanis gula dengan status gizi kurang dan buruk dengan nilai p sebesar 0.004 dan OR 3.762 1.545-9.161 setelah dikontrol pendidikan ibu, total energi dan interaksi antara konsumsi minuman berpemanis gula dengan pendidikan ibu. Beberapa variabel yang berhubungan dengan status gizi yaitu ibu yang berpendidikan rendah OR = 2.524 ; 95 CI1.627-3.917 ; ibu yang berpendidikan sedang OR = 1.808 ; 95 CI 1.139-2.870 dan balita dengan AKE sangat kurang OR = 1.919 ; 95 CI 1.462-2.519. Ibu balita hendaknya membatasi balitanya untuk mengonsumsi minuman berpemanis gula jika asupan energi dan zat gizi dari makanan utama belum terpenuhi. Perlu ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan program gizi terkait dengan pendidikan gizi dan promosi gizi seimbang bagi masyarakat khususnya ibu balita.

Consumption of sugar sweetened beverages continues to increase worldwide and it's associated with weight gain and obesity in children. Total Diet Study Individual Food Consumption Survey SDT SKMI in Indonesia shows that sugar sweetened beverages, beverages powder and beverage packaging liquid is the most consumed in all age groups including infants. The aim of this study is to determine consumption of sugar sweetened beverages and its association with nutritional status in Indonesia children by using a cross sectional study. Data consumption of sugar sweetened beverages is a secondary data survey from SDTSKMI Indonesia in 2014. The study subjects were 7717 infants with infant age groups 0 6 months, 7 11 months, 12 35 months and 36 59 months. The prevalence of under weight is 16.7 and over nutrition prevalence 2.5. Proportion of sugar sweetened beverages consumption is amount 42.6 and the highest liquid beverage consumption at age 36-59 months amounted to 35.0. There is a significant relationship between the consumption of sugar sweetened beverages with nutritional status under weight with p value 0.004 and OR 3.762 95 CI 1.545 9.161 after controlled by variable maternal education, total energyand the interaction between the consumption of sugar sweetened beverages with maternal education. Variables were significant to nutritional status are maternal with less educated OR 2.524 95 CI 1.627 3.917 maternal with middle educated OR 1.808 95 CI 1.139 2.870 and infants with less energy intake OR 1.919 95 CI 1.462-2.519. Mothers should limit their toddler's intakeon sugar sweetened beverages if the intake of total energy diet and nutrition balance not fulfilled. There still needs an effort from the government to improve nutritional programs such as nutrition education and promotion of balanced nutrition for society, especially mothers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roissiana Khotami
"

Diabetes merupakan penyakit menahun berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah. Prevalensi diabetes di dunia mencapai 537 juta orang dan diproyeksikan terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak. Konsumsi gula yang tinggi pada minuman berpemanis mampu meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit sindrom metabolik, termasuk diabetes mellitus tipe 2. Minuman berpemanis memiliki eksternalitas negatif, maka dari itu perlu diterapkan cukai pada minuman tersebut untuk mengurangi konsumsinya. WHO telah merekomendasikan untuk menerapkan cukai pada minuman berpemanis. Lebih dari 40 negara telah menerapkan kebijakan ini. Namun Indonesia belum menerapkan kebijakan cukai minuman berpemanis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi cukai minuman berpemanis di berbagai negara dan bagaimana implikasi dari kebijakan tersebut. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan online database seperti PubMed, ScienceDirect, Springer Link dan Scopus yang menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir (2013-2023). Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menjelaskan bahwa negara yang telah mengimplementasikan cukai minuman berpemanis menetapkan tarif cukai dengan sistem cukai spesifik berdasarkan volume atau kadar gula serta ad valorem berdasarkan persentase harga produk. Implikasi dari kebijakan cukai minuman berpemanis di bidang kesehatan dapat menyebabkan penurunan konsumsi minuman berpemanis karena kenaikan harga barang yang menyebabkan konsumen memilih untuk beralih ke minuman yang lebih sehat, menyebabkan penurunan asupan energi, penurunan prevalensi penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular, serta penghematan biaya perawatan kesehatan akibat penyakit tersebut. Sedangkan di bidang ekonomi, cukai minuman berpemanis dapat menambah penerimaan negara, tidak berdampak terhadap hilangnya pekerjaan dan menyebabkan resistensi industri terhadap kebijakan cukai minuman berpemanis.


Diabetes is a chronic metabolic disorder characterized by increased blood sugar levels. The prevalence of diabetes in the world reaches 537 million people and is projected to continue to increase each year. Indonesia ranks 7th among the 10 countries with the highest number of people with diabetes. High sugar consumption in sugar-sweetened beverages can increase the risk of metabolic syndrome diseases, including type 2 diabetes mellitus. Sweetened drinks have a negative externality, so it is necessary to apply a tax on sugar-sweetened beverages to reduce their consumption. The WHO has recommended a tax on sweetened beverages. More than 40 countries have implemented this policy. However, Indonesia has not implemented the tax on sugar-sweetened beverages. The aim of this study is to find out about the implementation of sugar-sweetened beverage taxes in different countries and the implications of such policies. The method used was a literature review using online databases such as PubMed, ScienceDirect, Springer Link, and Scopus, which produced 15 articles. (2013-2023). The results of the study included in 15 articles explained that countries that have implemented sweetened beverage taxes set tax rates with a specific tax system based on the volume or sugar rate and ad valorem based on a percentage of the product price. Implications of alcoholic beverage tax policies in the field of health may lead to a decrease in alcoholic beverage consumption due to rising commodity prices that cause consumers to choose to switch to healthier beverages, resulting in decreased energy intake, reduced prevalence of non-communicable diseases such as obesity, type 2 diabetes mellitus, and cardiovascular diseases, as well as savings in healthcare costs due to these diseases. In the economic sphere, heated beverage taxes can increase state receipts, do not affect job losses, and cause industry resistance to sugar-sweetened beverage tax policies.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>