Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusi Fitriyanti
"ABSTRACT
Status gizi balita tetap kurus walauapun sudah mendapatkan PMT. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui Pemberian Makanan Tambahan dan faktor apa sajayang berperan terhadap perbaikan status gizi balita penerima program PMT diKota Tanjungpinang. Jenis penelitian adalah case control dengan tehnikprobability sampling. Sampel penelitian sebanyak 44 responden yang terbagimenjadi 2 kelompok yaitu 26 kasus dan 18 kontrol. Data dianalisis menggunakanuji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermaknaantara pendidikan ibu p=0,010, OR=6,66 dengan CI 95 =1,74-25,43 , danpendapatan keluarga p=0,026, OR=5,23 dengan CI 95 =1,40 ndash; 19,51 . Variabelyang tidak berhubungan PMT dapat dihabiskan balita p=1,000, OR=1,19 denganCI 95 =0,24-5,76 , yang menghabiskan PMT p=0,20, OR=2,56 dengan CI95 =0,66-9,96 , penyakit infeksi p=0,577, OR=0,58 dengan CI 95 =1,40-9,51 ,pengeluaran pangan keluarga p=0,240, OR=0,33 dengan CI 95 =0,07-1,65 ,perilaku pemberian makan p=1,00, OR=0,83 dengan CI 95 =0,23-2,89 , ASIEksklusif p=0,417, OR=2,00 dengan CI 95 =0,59-6,77 , waktu akses kepelayanan kesehatan p=0,314, OR=0,47 dengan CI 95 =0,11-1,89 , modatransportasi ke pelayanan kesehatan p=0,697, OR=0,63 dengan CI 95 =0,13-2,96 dan kelengkapan imunisasi p=0,009, OR=1,47 dengan CI 95 =0,42-5,12 dengan status gizi balita yang mendapatkan PMT di Kota Tanjungpinang tahun2017.

ABSTRACT
Nutritional status of infants are remain thin even though they have gotSupplementary Feeding Program. This study aims to determine theSupplementary Feeding Program and factors that play a role to improve thenutritional status of children under five years who receiving SupplementaryFeeding Program in Tanjungpinang. A case control method, with a probabilitysampling technique, was carried out in this study. As many as 44 respondentswere divided into 2 groups 26 cases group and 18 control group . The data wereanalyzed by using Chi square test. The study revealed two findings. First, therewere significant correlation of Mother education level p 0,010, OR 6,66 with CI95 1,74 25,43 , and family income p 0,026, OR 5,23 with CI 95 1,40 19,51 . Second, there were no correlation of supplementary feeding can be spent p 1,000, OR 1,19 with CI 95 0,24 5,76 , who spent the supplementaryfeeding p 0,20, OR 2,56 with n CI 95 0,66 9,96 , infectious disease p 0,577, OR 0,58 with CI 95 1,40 19,51 , family food expenditure p 0,240,OR 0,33 with CI 95 0,07 1,65 , feeding behavior p 1,00, OR 0,83 with CI95 0,23 2,89 , exclusive breast feeding p 0,417, OR 2,00 with CI 95 0,59 6,77 , time of access to health services p 0,314, OR 0,47 with CI 95 0,11 1,89 , means of transportation to health services p 0,697, OR 0,63 with CI95 0,13 2,96 and complete immunization p 0,009, OR 1,47 with CI95 0,42 5,12 with nutritional status of children under five who gainsupplementary feeding program in Tanjungpinang City 2017."
2017
S68036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiana Kusumasari Agustin
"Kurang gizi pada balita 0-23 bulan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat diProvinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2017 prevalensi underweight di Provinsi DKI Jakarta tergolong prevalensi medium 14,5, sementara wasting tergolong serius, sedangkanuntuk stunting termasuk rendah 18,1. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak, keragaman jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini, penimbangaan berat badan, pemberian kapsul vitamin A, riwayat pendidikan formal ibu dan status ibubekerja dengan kurang gizi pada Balita 0-23 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017.Kurang gizi diukur menggunakan Compocite Index of Anthropometric Failure CIAF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 658 balita 0-23 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kurang gizi pada Balita 0-23 bulan dengan indikator CIAF jauh lebih tinggi 31,9 dibandingkan dengan indikator BB/U,PB/U, dan BB/PB. Asupan protein, keragaman jenis makanan, pemberian kapsulvitamin A dan status bekerja ibu berhubungan signifikan dengan kurang gizi. Faktor dominan adalah asupan protein. Balita yang mengkonsumsi protein kurang memiliki risiko sebesar 4,8 kali 95 CI: 0.599-38.746 untuk mengalami kurang gizi dibandingkan Balita yang mengkonsumsi protein cukup. Terdapat interaksi antaraasupan protein dan keragaman jenis makanan. Interaksi tersebut saling melemahkan terhadap kejadian kurang gizi.

Undernutrition in under five children 0 23 months is still a public health problem in DKI Jakarta Province. In 2017, the prevalence of underweight in DKI Jakarta is classified as medium prevalence 14.5, while wasting is considered serious, meanwhile stunting is low 18.1. The objectives of the study were to investigate the relationship between energy intake, protein intake, fat intake, food diversity, feeding frequency, exclusive breastfeeding, early breastfeeding initiation, weight monitoring,vitamin A capsule supplementation, maternal formal education and maternal working status with undernutrition in under five children 0 23 months. Undernutrition was measured using the Composite Index of Anthropometric Failure CIAF. This research use cross sectional design with number of sample 658.
The results showed prevalence of undernutrition using CIAF indicator is much higher 31.9 compared with BB U, PB U, and BB PB indicators. Protein intake, dietary diversity, vitamin A capsule supplementation and maternal working status were significantly associated with undernutrition. The dominant factor is protein intake. Toddlers who consumed less protein had 4.8 times higher risk 95 CI 0.599 38.746 to experience undernutrition compared to toddlers who consumed enough protein. There is an interaction between protein intake and food diversity. The interactions are mutually debilitating to theincidence of undernutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Adhi Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi dan menelusuri perilaku unik positif pada balita dengan pendekatan positive deviance di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian cross sectional dan menggunakan data primer yang diambil pada bulan Mei 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,4% balita di Kelurahan Pasir Putih tergolong status gizi kurang dan 2,9% status gizi buruk. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan dengan status gizi balita (BB/U). Tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga, kecukupan energi, kecukupan protein, frekuensi makan, frekuensi minum susu formula, variasi lauk, perlakuan ibu ketika anak berceloteh, perilaku pemeliharaan kesehatan dengan status gizi balita (BB/U).
Penelitian ini menemukan perilaku unik positif berupa melarang mengonsumsi makanan ringan kemasan non biskuit, memberikan makanan cemilan sehat, mempraktikkan frekuensi makan tiga kali sehari, rutin memeriksakan balita ke posyandu setiap bulan, memberikan vitamin jika anak sakit, membuat variasi makanan dengan memasukkan irisan sayur ke dalam telur dadar. Penulis menyarankan masyarakat, khususnya keluarga balita dengan status gizi kurang mencontoh perilaku unik positif tersebut sehingga dapat mengikuti keberhasilan menjaga kesehatan dan status gizi balita.

This research is aimed to find out factors that associated to nutritional status and identification unique positive of children under five years old at Pasir Putih village Sawangan district Depok 2011. This research is quantitative and qualitative research with cross sectional method and use primary data which collected in Mei 2011. The results of this research shows that 18,4% of children under five years old at Pasir Putih district is underweight and 2,9% severely underweight. There is significant relationship beetwen hygiene behaviour with nutritional status of children. There is no significant relationship between family size, energy adequacy, protein adequacy, frequency of meals, frequency of drinking milk, variations of dishes, mother`s treat when the child chattering, health behavior with nutritional status of children (BB / U).
This research found a positive unique behavior such as, prohibiting eating non biscuit packaging snacks, providing a healthy snack food, practice the frequency of eating three meals a day, routinely checked every month to posyandu, giving vitamins if child is sick, making a variety of foods by inserting a slice vegetables into scrambled eggs. The author suggests people follow that behaviours so that people especially with children undernutrition could follow the success in maintaining health and nutritional status."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
"Program PMT telah dilakukan di kecamatan Bogor Selatan pada tahun 1999 bagi balita gizi buruk dan kurang agar dapat meningkatkan status gizinya. Namun hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi atau penelitian, khususnya mengenai waktu peningkatan status gizi balita selama mengikuti program PMT tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang peluang balita dan waktu peningkatan status gizi selama dua belas minggu intervensi PMT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Desain penelitian ini longitudinal selama dua belas minggu dengan melibatkan 194 balita. Analisis Kaplan Meier dilakukan untuk menentukan probabilitas status gizi tidak meningkat selama dua belas minggu. Analisis multivariat regresi cox dilakukan untuk menentukan besarnya nilai probabilitas peningkatan status gizi berdasarkan kecurigaan ada faktor lain secara bersama-sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas status gizi tidak meningkat sampai dua belas minggu sebesar 67,01%. Median waktu peningkatan status gizi tidak diketahui, artinya sampai dua belas minggu intervensi PMT belum ada 50% balita yang mengalami peningkatan status gizi.
Secara bivariat diketahui ada perbedaan antara umur ibu, konsumsi energi dan umur balita dengan waktu peningkatan status gizi. Hasil analisis ini tidak melihat perbedaan antara pendidikan, pengeluaran, pengetahuan, pola asuh, besar keluarga, konsumsi protein, penyakit infeksi, status gizi awal, jenis kelamin, partisipasi dengan waktu peningkatan status gizi. Probabilitas status gizi tidak meningkat sampai minggu kedua belas pada balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 76,24%. Balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dari 30 tahun probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 55,29%. Peningkatan status gizi balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,480 kali (95% CI : 1,100 - 3,038) dibanding balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dan 30 tahun. Balita yang konsumsi energinya baik memiliki probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 62,30% dan 74,58% bagi balita yang konsumsi energinya kurang. Peningkatan status gizi pada balita dengan konsumsi energi baik 1,828 (95% CI ; 1,100 - 3,038) kali dibanding balita yang konsumsi energinya kurang. Probabilitas status gizi tidak meningkat pada balita yang berumur ≤ 2 tahun sebesar 72,73% dan > 2 tahun sebesar 54,84%. Peningkatan status gizi balita yang berumur > 2 tahun sebesar 1,798 (95% CI : 1,096 - 2,948) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun.
Secara multivariat faktor yang berhubungan dengan waktu peningkatan status gizi balita selama dua belas minggu intervensi PMT adalah umur ibu, pengetahuan, konsumsi protein dan umur Balita, Peningkatan Status gizi pada balita yang memiliki ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,471 (95% CI : 0,279 - 0,795) dibanding balita yang umur ibunya < 20 atau > 30 tahun dengan mengendalikan pengetahuan ibu, konsumsi protein dan umur balita. Berdasarkan pengetahuan gizi ibu, peningkatan status gizi balita yang ibunya berpengetahuan baik sebesar 1,694 (95% CI : 1,061 - 2,969) kali dibanding balita yang pengetahuan gizi ibunya kurang dengan umur ibu, konsumsi protein dan umur balita yang sama. Balita yang konsumsi proteinnya baik peningkatan status gizinya 1,659 (95% CI : 0,911 - 3,023) kali dibanding balita lain yang konsumsi proteinnya kurang pada kondisi umur ibu, pengetahuan dan umur balita yang sama. Dilihat dari umur balita, balita yang berumur > 2 tahun peningkatan status gizinya sebesar 1,775 (95% CI : 0,984 - 2,914) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun dengan umur ibu, pengetahuan gizi ibu dan konsumsi protein yang sama.

Supplemental Food Giving Program for Balita with bad and less nutrient had done in South Bogor Sub-district in 1999. But, there isn't evaluation/research about it yet, specialties the time of Balita?s nutrient status increasing during follow this program.
This research goal is to obtain information regarding the opportunities and the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks supplemental food giving intervention, also factors which influenced them.
This research design is longitudinal within twelve weeks involved 194 Balita. Kaplan Meier Analysis was done to determine probability of Balita with nutrient status not increase within twelve weeks. While Multivariate Regression Cox Analysis was done to determine probability value of Balita's nutrient status increase, based on suspicious there's another factor coinciding.
The result of this research showed that Balita's nutrient status not increase within twelve weeks probability 67,01 %. Median time of Balita's nutrient status increasing is unknown, it means within twelve weeks intervention the program less than 50 % Balita increasing their nutrient status.
From the outcomes of bivariate analysis known, there's difference between mother's age, energy consumption and Balita's age with the time of nutrient status increasing. But, there's no difference between mother's educational background, expenses, knowledge, bring-up pattern, sum of family's member, protein consumption, infection disease, early nutrient status, gender, participation with the time of Balita's nutrient status increasing, Balita's nutrient status not increase within twelve weeks if their mother's between 20 - 30 years old probability 76,24 %. While their mother's <20 or >30 years old probability 55,29 %. Balita's nutrient status increasing if their mother between 20 - 30 years old 0,480 time ( 95 °.b CI : 1,100 - 3,038 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old. Balita with good energy consumption but their nutrient status not increase probability 62,30 % and 74,58 % for the Balita with less energy consumption. Balita < 2 years old with nutrient status not increase probability 72,73 % and > 2 years old nutrient status increasing 1,798 times (95 % CI : 1,096 - 2,948 ) comparing with Balita = 2 years old.
From the outcomes of multivariate analysis, factors related to the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks intervention of the Supplemental Food Giving Program are mother's age, knowledge, protein consumption and Balita's age. Balita's nutrient status increasing with their mother's age between 20 - 30 years old 0,471 times ( 95 % CI : 0,279 - 0,795 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old, under control of mother's knowledge, protein consumption and Balita of the same age. Based on mother's nutrient knowledge's good, so Balita's nutrient status increasing 1,694 times (95 % CI: 1,061 - 2,969) compare with Mother's knowledge deficit with mother's age, protein consumption and Balita's with the same age. Balita with good protein consumption have nutrient status increasing 1,659 times (95 % CI: 0,911 - 3,023) compare with another Balita with less protein consumption and the same condition of mother's age, knowledge and Balita's age. Balita > 2 years old have nutrient status 1,775 times (95 % CI: 0,984 - 2,914) compare with Balita = 2 years old with the same mother's age, mother's nutrient knowledge and Balita's protein consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Lestari
"[ABSTRAK
Masalah gizi kurang balita merupakan masalah aktual di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini menggunakan cross sectional, sampel balita 12-59 bulan sebanyak 155 orang. Data diperoleh melalui kuesioner, status gizi diukur dengan indeks Berat Badan/Umur. Hasil menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu, pola pengasuhan dengan status gizi balita. Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan. Diperlukan peran perawat komunitas dalam edukasi, pemberdayaan, dan kerjasama untuk meningkatkan status gizi balita.

ABSTRACT
Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child?s age, exclusife breastfeeding, child?s dietary intake, caregivers? practice and mother?s perception and child?s nutritional status. Child?s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership;Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child?s age, exclusife breastfeeding, child?s dietary intake, caregivers? practice and mother?s perception and child?s nutritional status. Child?s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership, Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child’s age, exclusife breastfeeding, child’s dietary intake, caregivers’ practice and mother’s perception and child’s nutritional status. Child’s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership]"
2015
T44196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fikriyah
"Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena masih menjadi penyebab kematian yang cukup tinggi di Indonesia. Pada tahun 2015, prevalensi balita yang meninggal karena diare secara global sebesar 9% (UNICEF, 2016). Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013, insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi diare di provinsi Jawa Barat sebesar 7,5%, kemudian pada Riskesdas tahun 2018 prevalensi diare di provinsi Jawa Barat meningkat menjadi sebesar 8,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah balita berusia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Barat yang terdata di SDKI 2017, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 1.554 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 adalah sebesar 15,6% (242 balita). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah balita usia ≤ 1 tahun (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sarana sanitasi (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), dan sumber air minum (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diare pada balita adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Disease is still a public health problem because it is still a fairly high cause of death in Indonesia. In 2015, the prevalence of children under five years who died from diarrhea globally was 9% (UNICEF, 2016). Based on Riskesdas data in 2018 the incidence of diarrhea in Indonesia was 10,2%. Based on Riskesdas data in 2013 the prevalence of diarrhea in West Java province was 7,5%, then based on Riskesdas in 2018 the prevalence of diarrhea in West Java province increased to 8.6%. The purpose of this research is to find out the description of the factors that associated with the incidence of diarrhea in children under five years in West Java Province in 2017. This study uses a Cross Sectional study design. Data that used is secondary data based from the Demographic Survey and Indonesian Health (IDHS) in 2017. The sample used is children aged 0-59 months in West Java Province, recorded in the 2017 IDHS, and samples that meet the inclusion and exclusion criteria are 1.554 children. The research result showed that the prevalence of diarrhea in West Java province in 2017 was 15,6% (242 children). The results of the bivariate test showed that the factors associated with the incidence of diarrhea were children aged ≤ 1 year (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sanitation facilities (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), and source of drinking water (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). To prevent diarrhea in children under five years is keep the environmental clean and healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Reno Monalisa
"Data PSG 2004 menunjukkan bahwa jumlah balita gizi kurang (BB/U) sebanyak 23,2%, jumlah balita kurus (BB/TB) sebanyak 14,1% dan jumlah balita pendek sebanyak 24,0% (Dinkes, 2005). Untuk meningkatkan keadaan gizi balita maka Pemda DKI Jakarta telah melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) balita. Studi ini menggunakan data sekunder yaitu dengan menganalisis sebagian data dari penelitian "Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita dan Permasalahannya Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005" yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Puslitbang Gizi Bogor. Untuk melengkapi data juga dilakukan pengumpulan data primer dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan informasi data primer ini dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap informan. Ruang lingkup pembahasan untuk variabel dependen status gizi balita dan variabel independen umur anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, umur ibu, kesukaan anak terhadap PMT-P yang diberikan ,kemampuan anak untuk menghabiskan PMTP, Jenis PMT-P yang diberikan dan kunjungan petugas kerumah balita. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis Chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependen. Dari hasil uji bivariat didapatkan ada hubungan bermakna jenis kelamin balita, pengetahuan ibu dengan status gizi balita ( P< 0.05).
Saran Untuk dinas Kesehatan yaitu : perlunya pendekatan oleh Dinas Kesehatan ke DPRD agar program PMT-P menjadi prioritas sehingga anggaran yang telah direncanakan untuk pengadaan dan pelaksanaan PMT-P dapat di setujui 100% sehingga semua sasaran mendapatkan PMT-P, perlunya kajian lebih lanjut tentang pelaksanaan PMT-P sehingga didapatkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan PMT-P.Saran untuk Puskesmas yaitu : perlunya biaya trasportasi bagi petugas dan kader , perlunya memberikan penyuluhan dan konsultasi pada ibu balita, perlunya dana untuk keluarga balita sasaran yang tidak mampu mengambi PMT-P karena tidak ada biaya trasportasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Oktalina
"Salah satu masalah kekurangan gizi pada balita yang menjadi prioritas utama adalahstunting. Stunting pada balita diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis mulai dari awalperkembangan dimana konsekuensinya bersifat permanen. Permasalahan stunting dapat menimbulkan efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk berkurangnya perkembangan kognitif, fisik, kemampuan produktif dan kesehatan yang buruk, serta peningkatan risiko penyakit degeneratif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Provinsi Sumatera Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder Pemantauan Status Gizi Provinsi Sumatera Barat dengan desain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 6421 balita. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square bivariat dan uji regresi logistik ganda model prediksi multivariat.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur balita, jenis kelamin, tinggi badan ibu, pendidikan ibu, jumlah anggota rumah tangga dan wilayah tempat tinggal dengan stunting pada balita. Umur balita merupakan faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting pada balita.
Disarankan adanya dukungan kebijakan peningkatan anggaran program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah stunting dan menyusun kegiatan program sesuai dengan kebutuhan di lapangan serta memperhatikan kebutuhan gizi anak sesuai dengan tahapan umur.

One of the nutritional problems in children under five is the main priority is stunting.Stunting in toddlers is caused by chronic malnutrition from the beginning ofdevelopment where the consequences are permanent. Stunting problems can have longtermeffects on individuals and communities, including reduced cognitive, physical, productive and poor health, and an increased risk of degenerative diseases.
The purpose of this study was to determine factors related to stunting incidence in toddlers in West Sumatera Province in 2017. This study uses secondary data Monitoring Nutrition Statusof West Sumatera Province with cross sectional study design and 6421 children underfive years old. Processing and data analysis using chi square test bivariate andmultiple logistic regression test prediction model multivariate.
The result of statistical test shows that there is a significant relationship between toddler age, sex, mother 39 sheight, mother education, number of household member and residence area withstunting in children. Toddler age is the most dominant factor with stunting incidence intoddlers.
It is recommended to support the improvement of public nutrition improvement program budget in the effort to overcome the problem of stunting andarrange the program activity according to the need in the field and pay attention to the nutritional requirement of children according to the age stage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Ariestiana Prabowo
"Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi pada balita. Kasusnya semakin banyak ditemukan karena malnutrisi pada balita lebih sulit dideteksi.Seringkali gizi buruk pada balita disertai dengan penyakit infeksi yang menyertai, disamping akibat asupan makanan yang kurang.Desain penelitian berupa cross sectionaldengan data sekunder dari laporan PPG, form pelacakan gizi buruk, dan pemeriksaan klinis balita gizi buruk tahun 2012-2013.Variabel dependen adalah peningkatan status gizi balita dan variabel independennya meliputi faktor karakteristik balita, orang tua, dan perilaku ibu.Analisis data berupa analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita yang mengalami peningkatan status gizi sebesar 55,0%, lebih banyak terjadi pada balita umur < 12 bulan (60,0%), dengan jenis kelamin perempuan (61,2%), yang lahir dengan BBLR (61,9%), ASI eksklusif (65,0%), disertai penyakit infeksi penyerta (58,7%), pada balita dengan ibu yang beumur <31 tahun (49,0%), berpendidikan tinggi (80,6%), ayah yang bekerja sebagai pekerja kasar (61,8%), ibu yang tidak bekerja (58,5%), dan ibu yang patuh dalam kunjungan PPG (70,7%).Faktor yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan status gizi adalah tingkat pendidikan ibu dan kepatuhan ibu dalam kunjungan PPG.

Malnutrition is a public health problem that occurs in toddler. The case increasingly found due to malnutrition in children under five is more difficult to detection. Oftentimes, malnutrition among children under five accompanied by an accompanying infectious diseases, in addition to due to the lack of food intake. The study design was cross-sectional, using secondary data from outpatient TFC reports, forms tracking of malnutrition, and clinical examination form malnutrition children in 2012-2013. Dependent variables is increase in nutritional status and the independent variables include factors toddlers characteristics, parents charracteristics, and mother behavior.Analisis performed by univariate and bivariate analyzes.
The results showed that the proportion of infants who have increased nutritional status is 55.0%, is more common in infants aged <12 months (60.0%), with female sex (61.2%), who were born with low birth weight (61, 9%), exclusive breastfeeding (65.0%), accompanied by concomitant infections (58.7%), in infants whose mothers age<31 years (49.0%), highly educated (80.6%), father who worked as a laborer (61.8%), mothers who did not work (58.5%), and mothers who are obedient to visit TFC (70.7%). Factors that have a statistically significant association with increased nutritional status is the level of maternal education and maternal adherence in PPG excursions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>