Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51824 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggun Puspita Khoirun Nisa
"ABSTRAK
Advertising for a philanthropic organizations has a different role compared with advertising for a business entity. It should not only give information about the product or services, but also attract the audiences to perform an act of charitable giving. There are two common appeals in advertising, informational appeals and emotional appeals, which can be portrayed in a positive and negative way. This research aimed to examine which appeals are more effective for attracting donors to a charity education program. Using a laboratory experiment, we found that positive appeals work best for attracting more donors and gathering a higher donation amount. From the perspective of the philanthropic organization, we have proposed some recommendations to develop an effective marketing strategy for a charity education program based on our findings.

ABSTRACT
Iklan pada organisasi filantropi memiliki peran yang berbeda dibandingkan iklan pada entitas bisnis. Iklan ini tidak hanya memberikan informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan teteapi juga untuk menarik orang agar mau berdonasi. Secara umum terdapat dua konsep daya tarik iklan daya tarik informasi dan daya tarik emosional yang dapat ditampilkan dengan cara positif ataupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tarik mana yang lebih efektif diterapkan untuk menarik donator pada program donasi pendidikan. Dengan eksperimen berbasis laboratorium, menunjukkan hasil bahwa daya tarik positif lebih efektif untuk menarik lebih banyak donator dan mengumpulkan nominal donasi yang lebih tinggi. Dari sudut pandang organisasi filantropi, hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif untuk program donasi pendidikan berdasarkan hasil yang kami temukan."
2017
S67883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Satria
"Studi terror management theory yang selama ini telah dilakukan terkait aktivitas ekonomi dalam meredam kecemasan terhadap kematian menunjukkan adanya pertentangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengumpulkan dan menyimpan banyak harta kekayaan, khususnya uang itu sendiri, dapat menurunkan kecemasan terhadap kematian. Namun di lain sisi memberikan uang kepada orang yang membutuhkan juga mampu meredam kecemasan terhadap kematian. Pertanyaan yang muncul dari sini, manakah aktivitas ekonomi yang lebih efektif dalam menurunkan kecemasan terhadap kematian, apakah menyimpan uang, dilihat dengan tingkah laku menabung, atau memberikan uang kepada orang yang membutuhkan, dilihat dengan tingkah laku donasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa ide menabung akan lebih efektif dalam menurunkan kecemasan terhadap kematian dibandingkan ide mengenai tingkah laku donasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak, dan tidak terdapat pengaruh manipulasi aktivitas ekonomi pada kecemasan terhadap kematian, F(2,100) = 2,154, p = 0,12. Tidak adanya pengaruh manipulasi aktivitas ekonomi pada kecemasan terhadap kematian dijelaskan oleh pola aktivitas ekonomi partisipan yang cenderung tinggi pada konsumsi serta religiositas.

Study of terror management theory that has been done related economy activity in reducing death anxiety indicate a contradiction. Several studies have shown that collecting and storing many assets, especially money itself, can reduce death anxiety. But on the other hand gives money to people who need also able to reduce death anxiety. The question that arises from here, Which economy activity is more effective in reducing death anxiety, whether to save money or give money to people in need. This study aims to answer this question.
The hypothesis of this study is that the idea of saving will be more effective in reducing death anxiety compared to the idea of donation behavior. The results showed that the hypothesis is rejected, and there is no effect of the manipulation of economy activity in the anxiety of death, F (2,100) = 2.154, p = 0.12. The lack of effect of the manipulation of economy activity in the death anxiety is explained by the pattern of economy activity participants are likely to be high on consumption and religiosity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Rahayu
"ABSTRAK
Survei menunjukkan bahwa 15 dari 20 orang mahasiswa memilih tidak melaporkan free-rider dalam pengerjaan tugas kelompok meski diberikan keleluasaan dalam sistem peer evaluation. Motif melakukan tindakan yang tidak sesuai aturan demi melindungi orang lain ternyata juga terjadi dalam konteks legal berbentuk false confess. False confession diartikan sebagai pengakuan terhadap tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Innocence project (organisasi yang membantu orang-orang tidak bersalah yang terjerat kasus salah tangkap) mencatat bahwa 15-20% kasus yang mereka tangani terkait dengan insiden false confession. Perillo dan Kassin (2011) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor risiko yang melatar-belakangi seseorang untuk memberikan confession, pertama adalah kerentanan disposisional (psikologis), yaitu kerentanan yang merupakan bawaan dari tersangka, seperti usia atau kepribadian. Kedua, yaitu faktor situasional yang berkaitan dengan kondisi penahanan dan interogasi. Faktor situasional yang dimaksud salah satunya adalah alat bukti (Gudjonsson, 2003). Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah faktor disposisional (suggestibity) atau faktor situasional (false evidence) yang lebih mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam memberikan false confession pada konteks non legal. Dengan menggunakan Gudjonsson Suggestibility Scale (1984) dan computer-crash paradigm dari Kassin dan Kiechel (1999) yang telah dimodifikasi, didapatkan kesimpulan bahwa faktor situasional (false evidence) lebih kuat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk memberikan false confession.

ABSTRACT
Survey shows that 15 of 20 students chose not to report the free-rider in the execution of the task group even if given the flexibility in the system through peer evaluation. Motives to protect other people also occured in legal context. False confession interpreted as confession of certain actions that do not correspond to the reality. Innocence Project (an organization that helps innocent people who are wrongfully convinced and imprisoned) noted that 15-20% of the cases they deal related to false confession incident. Perillo and Kassin (2011) states that there are two risk factors underlying people to give confession. First, the dispositional vulnerability (psychological), namely the vulnerability that is inherited from the suspect, such as age or personality. Second, the situational factors relating to the conditions of detention and interrogation. One of them is evidence (Gudjonsson, 2003). Therefore, this research wanted to see whether the dispositional factors (suggestibity) or situational factors (false evidence) influence a person's motive to give a false confession to the non-legal context. By using Gudjonsson Suggestibility Scale (1984) and modified computer-crash paradigm, it shows that the situational factors (false evidence) stronger to influence a person's tendency to give a false confession."
2016
S62760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Calista Pradnyadevi
"Artikel ini membahas tentang edukasi efektif dan strategi pengajaran yang tepat untuk sekolah di Indonesia terkait pendampingan siswa penyandang Autistic Spectrum Disorder (ASD). ASD adalah bentuk kecacatan otak yang biasanya didiagnosa pada usia dini. Orang dengan ASD diketahui memiliki cara berbeda untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga kesulitan menggunakan dan memahami komunikasi nonverbal, seperti kontak mata, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kemampuan komunikasi sejak dini dari pihak sekolah, sehingga anak ASD dapat memperoleh pendidikan yang layak dan terlibat dalam interaksi sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan, analisis terhadap 136 tanggapan kuesioner dari guru dan terapis pendidikan menunjukkan bahwa meskipun hanya sebagian kecil yang mengetahui, atau telah dilatih dalam intervensi autisme yang mapan, anak-anak dengan autisme diajar di sekolah-sekolah Indonesia (Budiyanto et al. ., 2020) . Ini berarti bahwa sebagian besar sekolah dengan siswa ASD kurang mengembangkan keterampilan komunikasi sejak dini yang dapat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi lebih jauh di masa mendatang. Teori motivasi sosial menyebutkan bahwa tingkat motivasi individu dipengaruhi oleh faktor perilaku, biologis, dan evolusi (Chavallier, 2012). Hipotesis motivasi sosial berpendapat bahwa individu dengan gangguan spektrum autisme (ASD) menganggap rangsangan sosial kurang bermanfaat daripada orang dengan aktivitas neurotypical, itulah sebabnya siswa dengan ASD membutuhkan dorongan dari lingkungan, terutama guru, untuk mengembangkan interaksi sosial mereka. Artikel ini bertujuan untuk menyoroti kurangnya pelatihan yang tepat bagi guru di Indonesia untuk menangani siswa ASD dan untuk membahas betapa pentingnya bagi para guru untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.
This article discusses the incapacity of schools in Indonesia regarding assisting students with Autistic Spectrum Disorder (ASD). ASD is a form of disability of the brain which is usually diagnosed at an early age. People with ASD are known to have different ways to interact with other people. They also have trouble using and understanding nonverbal communication, like eye contact, gestures and facial expressions. Therefore, early development in communication skills is needed from the school, so that students with ASD can receive proper education and engage in social interaction. Based on previous research conducted, an analysis of 136 questionnaire responses from teachers and educational therapists indicated that although only a minority was aware of, or had been trained in, established autism interventions, children with autism are being taught within Indonesian schools ( Budiyanto et al., 2020). This means that most schools with ASD students lack early development in communication skills which can impact their way of communicating further in the future. The social motivation theory mentions that individuals' levels of motivation are influenced by behavioural, biological, and evolutionary factors ( Chavallier, 2012). The social motivation hypothesis posits that individuals with autism spectrum disorder (ASD) find social stimuli less rewarding than do people with neurotypical activity, which is why students with ASD need encouragement from their surroundings, particularly teachers, to develop their social interaction. This article aims to highlight the lack of proper training for teachers in Indonesia to handle ASD students and to discuss how critical it is for teachers to develop their communication skills."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Puetz, Belinda E.
London : Aspen Publishers, 1981
610.73 PUE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Ernawati Lestari
"Tesis ini membahas mengenai gambaran stres dan coping stres pada istri pertama yang dipoligami. tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai stresor, proses penilaian terhadap situasi menekan, dampak stres dan strategicoping yang digunakan untuk mengatasi stres. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara pada tiga istri pertama yang dipoligami, beserta tiga subjek pendukung.

This thesis discusses the description of stress and stress coping on the first wife who is polygamous. the purpose of this study is to get an overview of stressors, the process of assessing stressful situations, the effects of stress and strategic coping used to deal with stress. the method used in this study is a qualitative approach by interviewing the first three polygamous wives, along with three supporting subjects."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto Sutojo
Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2003
658.45 SIS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Desyardi
"Variation order berarti semua perubahan terhadap pekerjaan, yang diperintahkan atau disetujui sebagai suatu perubahan. Adanya permasalahan variation order di lapangan yang berimbas kepada pencapaian target pekerjaan proyek maupun target keuntungan perusahaan dalam proyek berasal dari aspek konstruksi, aspek administrasi, aspek sumber daya. Dari studi kasus proyek MRT Elevated Civil Construction telah terjadi variation order menyebabkan peningkatan biaya dan waktu dari nilai kontrak (cost and time overruns).
Faktor dan penyebab variation order yang dominan diidentifikasi dengan metode kuesioner dan analisa AHP, solusi mengantisipasinya dengan metode wawancara dilengkapi dengan referensi literatur yang relevan kemudian sistem pengelolaan variation order dilakukan dengan membuat SOP.
Hasilnya diharapkan dapat dibuat pedoman sebagai strategi dalam menetapkan variation order yang efektif yaitu variation order yang tepat sasaran dan dapat diklaimkan. Dengan adanya pedoman tersebut dapat terhindar dari dampak negatif variation order yaitu pembengkakan biaya dan waktu.

Variation order means all changes to the job, which are ordered or approved as a change. The existence of variation order problems in the field that impact on the achievement of project targets and the company's profit target in the project comes from aspects of construction, administrative aspects, aspects of resources. From the cases projects of MRT Elevated Civil construction have occurred with regard to variation orders causing increased cost and time of contract value (cost and time overruns).
The dominant factor and variation order causes were identified by questionnaire method and AHP analysis, the solution to anticipate the interview method was completed with relevant literature references then the variation order management system was carried out by making SOPs.
As a result, it is expected that guidelines can be made as a strategy in setting effective variation orders, namely variation orders that are right on target and can be claimed. With the guidance can be avoided from the negative impact of variation order is the increase of cost and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T52648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhendra
"Penanggulangan kemiskinan tidak hanya dilaksanakan dengan strategi penurunan beban pengeluaran masyarakat miskin dan rentan melalui program perlindungan sosial (bantuan sosial dan jaminan sosial), tetapi beriringan dengan strategi peningkatan pendapatan melalui Program Kewirausahaan Sosial. Dalam mengoptimalkan program tersebut, diberikan pendampingan program untuk memberikan fokus pada inisiatif usaha, penguatan kapasitas dan prospek wirausaha baru, kemandirian wirausaha, penciptaan ekosistem kewirausahaan yang mendukung inovasi dan kreativitas dan penekanan pada pertumbuhan usaha yang berkeberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis program pemberdayaan melalui kewirausahaan sosial dan peran pendamping program dalam memberdayakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah graduasi. Data penelitian diperoleh dari hasil pengamatan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dengan subyek penelitian KPM PKH yang telah graduasi di Provinsi DKI Jakarta. Pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian bersifat explanatory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan melalui kewirausahaan sosial mencakup perencanaan pembentukan awal usaha melalui identifikasi, pemetaan usaha, dan analisis permasalahan dalam menentukan kebijakan intervensi program yang diberikan kepada penerima manfaat. Lebih lanjut untuk mencapai keberhasilan program, penerima manfaat melakukan identifikasi kebutuhan SDM dan bahan baku, serta meningkatkan kemampuan dan keahlian melalui pelatihan usaha dan pembagian tugas tenaga kerja sesuai dengan keahliannya. Dalam mengembangkan usaha dan pemasaran hasil produk kewirausahaan sosial, penekanan diupayakan pada teknik pemasaran, perizinan, pemanfaatan teknologi, dan pengemasan produk. Hasil kedua menunjukan bahwa pendamping sosial dan mentor bisnis memiliki peran dalam memberikan pendampingan dan pemantauan usaha untuk mempercepat pengembangan usaha KPM. Pendamping sosial dan mentor bisnis melakukan pendataan penerima bantuan program kewirausahaan sosial untuk memastikan ketepatan sasaran penerima bantuan. Selama program berlangsung pendamping sosial memberikan sosialisasi dan motivasi, edukasi berwirausaha, pelatihan, koordinasi perizinan, akses pembiayaan, pemasaran hasil untuk pengembangan usaha KPM. Pasca program kewirausahaan sosial terjadi peningkatan usaha KPM, peningkatan keahlian dan keterampilan usaha, serta perubahan perilaku KPM yang memberikan berdampak sosial terhadap masyarakat sekitar dengan membuka akses lapangan pekerjaan dan kerjasama kemitraan

Poverty abatement is not only accomplished with a strategy of reducing the expenditure duty of the poor and vulnerable through social protection programs (social assistance and social security) but side-by-side with a strategy of increasing income through the Social Entrepreneurship Program. In optimizing the program, program assistance is accommodated in order to focus on business initiatives, strengthening the capacity and prospects of new entrepreneurs, entrepreneurial independence, creating an entrepreneurial ecosystem that supports innovation and creativity and an emphasis on sustainable business growth. This research aims to describe and analyse empowerment programs through social entrepreneurship and the role of program assistants in empowering beneficiary families (KPM) of the Family Hope Program (PKH) that have been certified. The research data were attained from observations through observation, interviews, and documentation studies with research subjects KPM PKH who had certified in DKI Jakarta Province. The research approach used is qualitative with explanatory research. The results of the study show that the empowerment process through social entrepreneurship includes planning the initial formation of a business through identification, business mapping, and problem analysis in determining program intervention policies given to beneficiaries. Furthermore, in order to achieve program success, beneficiaries identify human resource and raw material needs, as well as improve capabilities and expertise through business training and division of labour tasks according to their expertise. In developing the business and marketing the results of social entrepreneurship products, emphasis is sought on marketing techniques, licensing, technology utilization, and product packaging. The second result shows that social mentors and business mentors have a role in providing business assistance and monitoring to accelerate KPM business development. Social assistants and business mentors collect data on beneficiaries of the social entrepreneurship program to ensure the accuracy of targeting beneficiaries. During the program, social assistants provide socialization and motivation, entrepreneurship education, training, licensing coordination, access to financing, and marketing of results for KPM business development. After the social entrepreneurship program, there has been an increase in KPM's businesses, increased business expertise and skills, and changes in KPM's behaviour which has a social impact on the surrounding community by opening access to jobs and partnerships"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Beatrice Simanjuntak
"Skripsi non seminar ini meninjau industri tabir surya, yang kini menjadi salah satu produk perawatan kulit yang mulai menjadi suatu keharusan dikalangan generasi Z terlebih lagi dikarenakan perubahan iklim dan penipisan lapisan ozon yang kian memburuk. Penelitian ini ditujukan secara spesifik kepada suatu perusahaan Australia yang bergerak dalam bidang tabir surya yaitu Ultra Violette. Penelitian ditujukan untuk membantu pemilik dalam mengambil keputusan untuk menglobalisasikan produknya ke China atauAmerika Serikat.
Dengan pertimbangan dari berbagai perspektif baik ekonomi, sosial, legal, dan teknologi, penelitian mengidentifikasi bahwa China adalah negara yang tepat untuk melakukan ekspansi produk. Walaupun Australia merupakan negara dengan peraturan pembuatan tabir surya terketat di dunia, Amerika Serikat sayangnya melarang penjualan produk tabir surya yang tidak dikembangkan di negeri mereka. Oleh karena itu, Ultra Violette disarankan untuk mengembangkan produk mereka ke China terlebih lagi, pasar China sangat mementingkan kualitas produk tabir surya yang dimana, Ultra Violette sudah jauh lebih unggul karena telah melewati proses regulasi di Australia yang merupakan daerah dengan kasus kanker kulit terbanyak di dunia.
Penelitian ini juga memberikan cara atau solusi kepada Ultra Violette untuk dapat mengembangkan produk mereka ke China dengan lebih mudah. Juga disertai dengan mitigasi risiko yang kemungkinan bisa terjadi saat melakukan ekspansi produk.

This thesis examines the sunscreen industry, a skin care product that is increasingly being seen as essential, particularly among Generation Z, in light of the escalating challenges posed by climate change and the deteriorating state of the ozone layer. The focus of this study pertains to an Australian enterprise operating within the sunscreen industry, specifically Ultra Violette. The purpose of research is to provide support to owners in their decision-making process regarding the globalization of their products in either China or the United States.
Through a comprehensive analysis including several viewpoints covering economic, social, legal, and technological aspects, the research has determined that China presents itself as the optimal nation for product expansion. Australia is widely recognized as having the most rigors regulations pertaining to sunscreen manufacturing globally. Conversely, the United States has implemented a policy that restricts the sale of sunscreen products that are not domestically developed within their own borders. Hence, it is recommended that Ultra Violette undertake product development activities in China. Furthermore, it is noteworthy that the Chinese marketplaces significant emphasis on the quality of sunscreen products. In this regard, Ultra Violette stands out as a superior option due to its successful completion of the regulatory procedures in Australia. It is worth mentioning that Australia is recognized as a region with the highest incidence of skin cancer globally.
This study also offers strategies or remedies for Ultra Violette to enhance their product penetration into the Chinese market. Furthermore, it is important to consider the use of risk mitigation strategies when undertaking product expansion initiatives.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>