Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ishaq Abdullah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai produksi teritorial yang dilihat sebagai produksi ruang publik. Taman ekspresi bogor sebagai studi kasus hanya dilihat sebagai ruang publik yang digunakan untuk melihat produksi teritorial yang terjadi di dalamnya. Metode pengambilan data menggunakan observasi langsung terhadap studi kasus tanpa menggunakan data primer desain dari arsitek secara langsung. Hal tersebut dikarenakan ruang-ruang publik pada kawasan sekitarnya belum selesai terbangun, sehingga fokus penulisan hanya kepada observasi teritori yang terbentuk pada ruang taman. Pada skripsi ini ruang lingkup penulisan hanya membahas produksi teritorial sebagai proses produksi ruang secara satu arah tanpa melihat sebaliknya mengena i apakah produksi ruang dapat dilihat sebagai sebuah produksi teritorial.Teori produksi teritorial Mattias Karrholm digunakan sebagai dasar teori yang digunakan untuk melakukan pendekatan teori terhadap teori produksi ruang Henri Lefebvre. Pendekatan teori dilakukan dengan melihat empat aspek cara produksi teritorial strategi, taktik, asosiasi, dan apropriasi sebagai aspek relasi dalam proses produksi ruang ruang representasi, praktik meruang, ruang representasional . Hasilnya produksi teritorial yang dilihat sebagai proses produksi ruang pada taman ekspresi tersebut memproduksi ruang baru yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas yang menciptakan pemaknaan dan pemfungsian ruang yang berbeda dari ruang yang seharusnya.

ABSTRACT
This thesis discusses the territorial production which seen as the production of public space. Taman ekspresi Bogor as a case study is only seen as a public space in which to view the production of territorial which happens in it. The method to collecting data using direct observation to study the case without using primary data from architect design directly. That is because the public spaces in the surrounding area of unfinished, so the focus of writing only the observation of territories that formed the park space. In this thesis only discusses territorial production in one writing scope as the process of production of space in one direction without seeing the opposite about whether the production space can be seen as a territorial production.Mattias Karrholm territorial production theory used as the basis for the theory used to make a theoretical approach to the theory of production of space Henri Lefebvre. Theoretical approach done by looking at four aspects of territorial production method strategy, tactics, associations, and appropriation as aspects of the relations in the production process space space representation, spatial practices, representational space . The result is the production of territorial which seen as a process of production space on taman ekspresi produce new spaces that generated by activities that create new meaning and different functioning of space from the space as it should be. "
2017
S67319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidzah Maheswari Padmarani
"Keramaian yang diakibatkan acara kota yaitu CFD (car-free day) yang berlangsung sementara pada Minggu pagi membuka kesempatan ekonomi untuk pedagang-kaki lima untuk melakukan apropriasi fungsi ruang dengan mengubah fungsi utama trotoar dan jalan di Sumenep. Fenomena ini adalah hasil campur tangan pedagang kaki-lima dalam membentuk ulang batas-batas pada Jalan Sumenep melalui produksi territory yang mereka lakukan yaitu, dengan menegosiasikan kehadiran mereka dengan kondisi eksisting Jalan Sumenep. Strategi dan Taktik yang mereka gunakan berperan dalam mengubah Jalan Sumenep menjadi zona yang flexible. Analisa pada produksi territorial oleh pedagang-kaki lima di Jalan Sumenep mengindikasi apropriasi sementara yang dilakukan pedagang kaki lima merupakan hasil dari praktik individual dan kolektif dengan menegosiasikan kebutuhan spasial diantara mereka sebagai sebuah komunitas dan menegosiasikan aturan-aturan yang berlaku. Penelitian ini akan menganalisa kontribusi dan respon pedangan kaki lima pada acara kota yang berlangsung sementara dalam produksi ruang, secara khusus pada produksi batas territorial.

The crowds from temporary city events of CFD (car-free day) on Sunday Morning open an economic opportunity for street vendors to temporarily appropriate the sidewalks and streets and shift the utilization of sidewalks and streets in Sumenep outside the primary usage. This occurs as a result of street vendor involvement in reshaping the boundaries through the production of territory to accommodate their activities by negotiating their presence with the existing condition. The strategy and tactics they used, transform Sumenep Street into a flexible and adaptable zone. An analysis of the territorial production of street vendors in Sumenep Street indicates the temporary appropriation of street vendors is a collective and individual practice through the negotiation of spatial needs among them as a community and the negotiation of rules. This paper will analyze the contribution and responses of street vendors to the temporary city events in the production of space through territorial production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Nuswantari
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang implementasi kebijakan dalam konteks proses produksi dan reproduksi ruang di salah satu RPTRA yakni di Duri Pulo, Jakarta Pusat. Konsepsi ruang publik yang digagas pemerintah cenderung homogen sementara publik pun memiliki kebebasan untuk memaknai ruang publik dengan cara mereka masing-masing. Saya menggunakan teknik pengamatan, wawancara serta melibatkan diri dalam keseluruhan prosesnya untuk membantu dalam pengumpulan data secara holistik dari berbagai sudut pandang. Internalisasi nilai melalui praktik governmentality ternyata bergesekan dengan pemaknaan masyarakat yang mempersepsikan ruang sebagai embodied space mereka. Hal ini memunculkan fakta bahwa publik tidak bisa disimplifikasi menjadi satu entitas yang seragam dan ruang bukanlah perihal teknis belaka.

ABSTRACT
This paper is intended to discuss about policy implementation in production and reproduction process context at one of the Child Friendly Integrated Public Spaces RPTRA at Duri Pulo, Central Jakarta. Public spaces conception which initiated by the government tend to be homogeneous meanwhile public has a freedom to interpret public space on their own. I used observation techniques, interviews and engaged myself in whole process to assist in the data collection holistically from various points of view. Values internalization through the governmentality practice apparently against the public rsquo s meaning of public space that perceived space as their embodied space. This raises the fact that public cannot be simplified into unified entity and space is not merely a technical matter."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Farhan Rizqullah
"Penyediaan trotoar yang dirancang dengan baik pada lingkungan perkotaan dengan fungsi mixed-use dapat meningkatkan aktivitas pejalan kaki. Tujuan dari penelitian ini adalah mencoba menelaah bagaimana peran substances dan surfaces dalam ruang publik kota. Sasaran dari penelitian ini adalah membuat panduan rancang kota bagi ruang publik di perkotaan yang livable dan interaktif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, pendekatan dari Gibson (1979), tentang substances dan surface, dan walking experience dari Jacobs (1993); Speck (2013) digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara berjalan kaki, pengamatan langsung, wawancara, dokumentasi visual dengan foto, video, dan sketsa. Analisis dengan cara naratif deskriptif. Penelitian ini melihat bahwa pendekatan substance dan surface dapat mewujudkan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki melalui 4 unsur indikator yaitu (1) safe walk, (2) comfortable walk, (3) attractiveness, dan (4) accessible. Keempat unsur tersebut berfungsi untuk menata kembali pola penggunaan ruang oleh pedagang toko dan pedagang kaki lima (PKL), serta mengoptimalkan potensi toko-toko yang sudah tutup menjadi ruang yang atraktif, sehingga menciptakan ruang kota yang livabilitas bagi semua pengguna ruang kota.

The provision of well-designed sidewalks in urban environments with mixed-use functions can increase pedestrian activity. This research aims to examine the role of substances and surfaces in the city's public space. The objective of this research is to create a city design guide for livable and interactive urban public spaces. The research was conducted using qualitative methods, the approach of Gibson (1979) about substance and surface, and the walking experience from Jacobs (1993); Speck (2013) was used in this study. Data collection was done by walking, direct observation, interviews, and visual documentation with photos, videos, and sketches. Analysis using descriptive narrative. This study sees that the substance and surface approach can create a pedestrian-friendly road space through 4 indicator elements, namely (1) safe walk, (2) comfortable walk, (3) attractiveness, and (4) accessibility. These four elements function to reorganize the pattern of use of space by shop traders and street vendors, as well as optimize the potential of closed shops into attractive spaces, thereby creating livable urban space for all city space users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Alda Hairiah
"Perkembangan kota-kota besar serta laju urbanisasi membuat populasi meningkat dan mengakibatkan kemunculan permukiman di kawasan kota yang disebut kampung kota. Salah satu diantara karakteristik khas kampung adalah memiliki semangat solidaritas dan gotong royong yang tinggi. Hal tersebut membuat ruang publik memiliki peran yang vital untuk mewadahi segala macam interaksi dan kegiatan sehari-hari warganya. Karena kondisi kawasan dan padatnya penduduk, Kampung Pulo Geulis adalah salah satu kampung di Kota Bogor yang menghadapi permasalahan keterbatasan fasilitas ruang publik. Merespon masalah tersebut, masyarakat setempat melakukan berbagai cara yang khas dalam menciptakan, menggunakan, dan memaknai ruang publik. Proses tersebut berkaitan erat dengan konsep produksi dan konstruksi sosial. Setelah melakukan beberapa kajian literatur, observasi, dan wawancara, serangkaian analisis yang menggali aspek spasial, waktu, penggunaan, dan pemaknaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi produksi sosial dan konstruksi sosial di ruang publik Kampung Pulo Geulis.

The development of big cities and the pace of urbanization make the population increase and result in the emergence of settlements in urban areas called urban villages. One of the typical characteristics of the village is to have a high spirit of solidarity and mutual cooperation. This makes public spaces have a vital role to accommodate all kinds of interactions and daily activities of its citizens. Due to the condition of the area and the dense population, Kampung Pulo Geulis is one of the villages in Bogor City that is facing the problem of limited public space facilities. Responding to these problems, the local community uses various unique ways of creating, using, and interpreting public spaces. The process is closely related to the concept of social production and social construction. After conducting several literature reviews, observations, and informal interviews, a set of analyses that explore aspects of spatial, time, use, and interpretation were carried out with the aim of identifying social production and social construction in the public space of Kampung Pulo Geulis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miktha Farid Alkadri
"Skripsi ini membahas pemanfaatan ruang dikolong jembatan dan jalan layang bila dimanfaatkan sebagai ruang publik dengan mengambil studi kasus ruang kolong jembatan layang Tanjung Barat. Pembahasan mencakup mengenai ruang publik, ruang-ruang tidak terpakai atau lost space, perilaku manusia berkaitan dengan penguasaan ruang atau defensible space serta elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang, termasuk pembentuk ruang publik.
Kesimpulannya adalah bahwa ruang kolong jembatan layang atau fly over, khususnya studi kasus fly over Tanjung Barat sebagai ruang sisa memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Penggunaan warna, lighting, material, dan instalasi seni menjadi sebuah gagasan yang berarti dalam hal intervensi menuju ruang publik. Pemnafaatan lahan sisa dengan intervensi yang tepat akan memberikan wajah baru bagi sebuah kota dan membentuk ruang publik yang terintegrasi dengan lingkungannya.

This study investigates the utilization of space located under flyover and elevated roads of public space. The case used is the space under the Tanjung Barat flyover. The investigation includes the nature of public space, the underutilized space or lost space, human behavior related to space or defensible space, and the architectural elements that make the space, especially related to public space.
The conclusion of this study is that underutilized space under flyovers, including those located under the Tanjung Barat flyover potentially can be utilized as public space. The use of color, lighting, building materials, and art installation can be included in the architectural intervention create good public space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Liani
"Ruang publik yang disediakan dalam kota diharapkan dapat menunjang kebutuhan masyarakat dalam kehidupan berkota. Namun pada kenyataannya banyak ruang publik kota yang dikategorikan gendered sebagai ruang maskulin. Ketidakseimbangan antara ruang maskulin dan ruang feminin ini mempengaruhi keterlibatan perempuan dalam mengakses ruang publik kota. Teori Performance Dimensions oleh Kevin Lynch dari bukunya yang berjudul ‘A Theory of Good City Form’ menjelaskan bagaimana aspek fit, akses dan kontrol menjadi kriteria penting untuk membangun kualitas ruang kota yang baik. Di Indonesia, budaya patriarki yang berkembang mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam melihat gender, sehingga ekspresi diri gender di ruang publik pun terbatas. Padahal ruang publik seharusnya dapat menunjang kebutuhan dasar semua gender seperti interaksi, informasi, dan transportasi dengan baik. Kualitas ruang yang baik seperti keamanan, kenyamanan, dan kesenangan juga menjadi aspek penting yang perlu ditawarkan oleh ruang publik dalam kota. Makalah ini akan membahas performa ruang publik dalam memenuhi kebutuhan gender dan bagaimana kota tersebut memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya.

Public facilities within the city area are expected to meet the needs of citizens in daily urban life. However, many public facilities are considered gendered as masculine space. This spatial imbalance between masculine space and feminine space affects women's involvement in the use of public facilities inside the city. Kevin Lynch's "Performance Dimensions theory in ‘A Theory of Good City Form’ explains how Fit, Access and Control become critical for achieving good spatial qualities inside the city. In Indonesia, patriarchal culture that develops inside the society influences the impression on the way we see gender, which can limit their presence in public spaces. However, public spaces should be accessible by all genders to meet their basic needs such as interaction, information, and commuting inside the city. Spatial qualities such as safety, comfort, and pleasure also need to be provided in public spaces within the city. This paper will look at the performativity of public spaces to fulfill gender’s needs and how the city provides their basic needs as part of its community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
"Disertasi ini merupakan sebuah studi mengenai representasi relasi kekuasaan yang bertitik tolak dari telaah tata ruang publik kota dalam membentuk identitas sebuah kota. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksplanatif dengan menggunakan metode penelitian semiotika sosial. Dengan mengacu pada konsep Representasi dari Stuart Hall dan Episteme dari Foucault, secara umum dapat disimpulkan dua hal penting dalam penelitian ini. Pertama, Alun-alun Kota Tuban adalah sebuah representasi identitas Kota Tuban sebagai kota yang religius dan multikultural. Kedua, perubahan bentuk arsitektur serta lokasi bangunan menandakan bergesernya rezim kepenguasaan yang terjadi dalam konteks wilayah Alun-alun Kota Tuban Kontemporer. Transformasi episteme berupa relasi kuasa tergambar jelas pada kompleks Alun-alun Kota Tuban kontemporer yang menunjukkan dominasi kontrol yang dimiliki oleh diskursus-diskursus tertentu yang dalam konteks penelitian ini berwujud diskursus Islam, Globalisasi, Kapitalisme dan Postkolonialisme, dengan ideologi dominan yang muncul adalah kapitalisme dan postkolonialisme.
Implikasi teoritis penelitian ini menunjukkan, khususnya dalam kaitannya dengan pilihan identitas Kota Tuban, Hall tidak menjelaskan bahwa sebetulnya faktor ekonomi pun berperan terhadap konstruksi akan identitas sekaligus pilihan identitas pada suatu kota baik langsung atau tidak langsung, sama seperti Theodore Adorno yang tidak menyinggung faktor komodifikasi dapat berperan terhadap konstruksi akan identitas. Selain itu, ketika budaya menjadi basis dalam perekonomian kota, maka dalam perekonomian simbolis terjadi reduksi dalam pemaknaan budaya. Budaya yang didefinisikan sebagai shared of meaning dibatasi maknanya sebagai semua image dan simbol yang marketable yang mampu untuk mendorong konsumsi.

This dissertation explores how power relations represented in urban planning of public spaces form the identity of a city. This is a qualitative research study using an explanatory social semiotics method. With reference to the concept of representation by Stuart Hall and Foucault's perspectives on episteme, there are two important things can be concluded from this study. First, Alun-alun Kota Tuban (Tuban's City Square) is a representation of the city's religious and multicultural identities. Second, the changes on architectural landscapes and building sites signify the shift of the regime that has take a place within the context of Contemporary Tuban's City Square. The transformation of power relations episteme is clearly illustrated in the Tuban's Contemporary City Square complex which shows the dominance of control possessed by certain discourses such as Islamic Globalization, Capitalism and Post colonialism discourses, whereas the dominant ideologies that emerge in those discourses are capitalism and post colonialism.
The theoretical implication of this study suggests that, particularly in relation to the selected Tuban's identity, Stuart Hall and Theodore Adorno did not explain that in fact, economic factors also contribute to the construction of identity. In other words, in order to understand the way in which the city's identity is formed we should consider commoditization as a contributing factor to the construction of identity. Furthermore, when culture becomes merely a part of the city's economy or a form of symbolic economy, it reduces the profound meaning of culture making. Culture, which is defined as shared of meaning, has limited meaning as all images and marketable symbols that support people's mode of consumption.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosa Lawazardi
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana terciptanya ruang akibat aktifitas para pesepeda. Aktifitas ini berujung kepada penambahan fungsi pada ruang publik sehingga menjadi ramai dan diminati pengunjung. Studi kasus berada di Bundaran Hotel Indonesia pada saat diadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day). Pembahasan mencakup mengenai makna ruang, produksi ruang, dan hubungan yang terjadi antar manusia dan ruang. Waktu merupakan salah satu unsur utama dalam analisa pada studi kasus. Penemuan dari penulisan ini adalah bahwa ruang-ruang yang tercipta pada acara CFD antara lain adalah ruang untuk melakukan usaha, ruang untuk berkumpul dengan komunitas, dan ruang untuk rekreasi.

This study is about how the production of space due the activities of the cyclists. This activities led to the addition some functions into the public space that attracts many people. The study case used is at the Bundaran HI on the Car Free Day event. The investigation includes the term of space itself, the production of space, and the connection between the place and the people. Time is one of the main point to be analyzed in the study case. The findings from this study are that the spaces created at the CFD include the space to do business, the space to gather with the community, and space for recreation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>