Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Thariq Purnomosidi
"ABSTRAK
Film merupakan sebuah seni yang mempadupadankan berbagai macam bidang seni lainnya, dimulai dari fotografi, sinematografi, suara, akting, set panggung, hingga cahaya. Padupadan ini membutuhkan berbagai macam ahli didalamnya supaya dapat menghasilkan film yang diinginkan. Cahaya, sebagai salah satu unsur dalam film, memiliki fungsi untuk memberi penerangan pada film sehingga gambar yang dihasilkan dapat tersampaikan secara jelas dan baik kepada penonton. Lebih dari itu, pencahayaan pada film juga memiliki fungsi untuk membentuk ruang yang akan memberi makna lebih pada set, latar, gambar, juga mood. Dalam bahasa lain, teknik pencahayaan membentuk karakter ruang spasial arsitektural dalam film.Dalam hal ini, dibutuhkan serangkaian skill dalam mereka cahaya agar tercipta pencahayaan yang bagus. Dalam penerapannya, pencahayaan dalam film membutuhkan sebuah proses kreatif supaya kualitas ruang yang tercipta selaras dengan keinginan pembuat film. Pesatnya teknologi memunculkan banyak teknik-teknik baru dalam mereka cahaya ruang spasial dalam film. Disini, para kreator dihadapi dengan masalah bagaimana dapat menciptakan kualitas cahaya sesuai dengan kebutuhan ruang yang diinginkan sehingga film akan sesuai dengan keinginan sutradara.

ABSTRACT
Film is an art that collaborate various kinds of art, begin with photography, cinematography, sound, acting, stage set, until light. This collaboration needs many experts so that it can produce a good film. Lighting, as an element in film, has a function to enlight the set in a film so that the image is conveyed good to the audience. More than that, lighting in film also has a function to shape space that give more meanings to the set, background, image, and mood. So that lighting shape character of architectural spatial in film. In this case, there is a need of some skills in shaping light so that the lighting in film is good. In the aplication, creating light in film needs creative processes so that the space quality created is in harmony with what the director want. In addition, the growth of technology create many new technique in simulating lighting in space in film. Here, the creators are dealing with the problem of how to create lighting according to spatial needs that the director want in a film."
2017
S67307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arif Nasrullah
"Sejak kemunculan film yang dapat menggambarkan dinamika di era modern, ruang kota dengan segala elemen serta dinamikanya semakin banyak dibahas sebagai objek dalam media film. Banyak para filmmaker yang terinspirasi oleh ruang kota berusaha menggambarkan persepsi mereka tentang kota melalui media gambar bergerak ini. Mulai dari jenis documentary berkembang lebih jauh hingga kota berperan sebagai narrative space dalam film fiksi. Mengingat fiksi memiliki plot yang merupakan inti dari penuturan gambar maka penggambaran kota dalam film fiksi semakin terdistorsi. Tulisan ini berusaha membahas penggambaran kota dalam film fiksi melalui teori persepsi dan teknik sinematika.

Since the birth of cinema which was claimed that could potentially describe the dynamics of the modern era, urban space as a ground of modern practices with all elements and its dynamics become inspiration to most all cinema practitioners. As they try to film the urban spatiality they also put some ideas in it so we should be aware that everything we see in film was all taken from their point of view. Started from a simple documentary, to most complex fictional story (which pictured our city space distorted from reality). In this paper I will try to discuss how the city is represented as a narrative space in fiction film using the perception theory and cinematic techniques."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayuningtyas Kiswardhani
"Skripsi ini membahas mengenai peranan persepsi ruang yang diterima oleh manusia dalam menonton sebuah film horor. Membahas rasa takut dan suspense yang hadir lewat set desain dan hubungannya dengan narasi yang dibawa oleh film horor, penulisan akan berfokus pada kehadiran persepsi ruang yang tertanam secara sadar atau tertanam pada alam bawah sadar manusia. Menggunakan tiga film horor sebagai studi kasus; Suspiria (1977), The Shining (1980), dan Hereditary (2018). Analisis dilakukan dengan melihat keterhubungan antara pembangunan cerita dan narasi dengan key scene pada film tersebut dan menarik kesimpulan lewat kesamaan karakteristik ketiga film untuk menemukan elemen mendasar yang dapat membangun rasa takut lewat latar.

This thesis discusses the role of space perception that can be perceived by humans during the horror movie watching activity. Explain the feelings of fear and suspense through a movie’s set design and the connections between horror movie narration, the thesis will be focusing on the presence of space perception in a state of conscious or subconscious. Using three horror movies as a study case; Suspiria (1977), The Shining (1980), and Hereditary (2018). Analyzing through the relations of building the story of narration on a key scene of the movie and conclude the thesis from the similar characteristics of the three movies to find basic elements that can build a fear through the background sets."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Asrofa
"ABSTRAK
Pencahayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Cahaya terdiri dari dua sumber utama yaitu sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami memiliki karakteristik yang tidak dapat diubah dan merupakan sumber cahaya yang sudah tersedia oleh alam sehingga manusia tidak dapat merubah karakteristik maupun kekuatan cahayanya. Berbeda dengan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya buatan merupakan lampu memiliki karakteristik dapat diatur tingkat pencahayaannya. Hal ini karena lampu terdiri dari komponen-komponen yang mampu disediakan dan diatur oleh manusia. Lampu juga memiliki beberapa jenis yang dibedaan dari material pembuatannya. Dengan adanya karakteristik lampu beserta pencahayaan yang dapat diatur maka lampu juga memiliki fungsi yang berbeda. Hal ini dapat dibedakan berapa besar tingkat pencayaan pada lampu untuk menerangi suatu ruang atau bidang kerja. Kuat pencahayaan pada suatu lampu menerangi ruangan dapat diukur dengan menggunakan lux meter. Sehingga pencahayaan memiliki standar-standar untuk menerangi setiap ruangan berbeda

ABSTRACT
Lighting is one of the important things in doing a work activity. Light consists of two main sources, namely natural light sources and artificial light sources. Natural light sources have characteristics that cannot be changed and are a source of light that is availableby nature so that humans cannot change the characteristics or strength of their light. Unlike the artificial light source. An artificial light source is a lamp that has characteristics that can be adjusted to its lighting level. This is because the lightsconsist of components that can be provided and regulated by humans. The lamp also has several types that are distinguished from the manufacturing material. With the characteristics of the lights and lighting that can be adjusted, the lights also have different functions. It can be distinguished how much the level of illumination on the lamp to illuminate a space or field of work. Strong lighting on a lamp illuminating a room can be measured using lux meters. So lighting has standards to illuminate each room differently.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Baskoro
"Pengaturan pencahayaan yang baik akan memberikan kenyamanan pada saat melakukan aktivitas dan akan meningkatkan produktivitas. Penelitian ini melakukan audit sistem pencahayaan internal pada ruang kelas di Gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dari hasil audit yang dilakukan pada siang hari, semua ruang kelas pada Gedung S FTUI telah memenuhi standar SNI 03-6575-2001. Namun, terdapat beberapa kelas yang memiliki persebaran cahaya yang buruk sehingga beberapa area bidang kerja pada tidak mendapatkan cahaya yang memenuhi standar. Pergantian sistem pencahayaan dengan tujuan untuk mendapat persebaran cahaya yang lebih baik dan merancang sistem pencahayaan yang lebih hemat energi. Desain dilakukan dengan tiga skenario. Skenario 1 dilakukan dengan mengganti lampu tanpa merubah titik lampu. Skenario 2 dilakukan dengan mengganti lampu dan merubah titik lampu. Skenario 3 menargetkan penambahan lampu dan titik lampu hanya pada ruangan yang memiliki masalah penyebaran cahaya dari hasil pengukuran. Ketiga skenario tersebut disimulasikan dengan kondisi malam hari dan siang hari. Hasil dari analisis desain pergantian menunjukkan bahwa persebaran cahaya pada skenario 2 adalah yang terbaik dari ketiga skenario tersebut dengan penghematan konsumsi energi sebesar 97,33 kWh dan penghematan biaya sebesar Rp9.745.493.

Lighting is one important aspect in human’s life. A good lighting system can provide convenience of sight on daily activities which, furthermore, can affect productivity. This research evaluates the lighting system in classrooms at S building of University of Indonesia. The result finds that every classroom has meet the lighting standards of SNI 03-6575-2001. However, some classroom has a problem in the light distribution across the room that cause certain area does not get enough lighting based on the standards. Three replacement scenarios are done to solve the problem and to make a system with lower energy consumptions. Scenario 1 is done by replacing all the lamp with new LED lamps. Scenario 2 is done by replacing all the lamp with the addition of changing the lights point of the room. Scenario 3 is done by adding lights only in the class that has problem with the light distribution. The study from the simulation shows that implementation of scenario 2 has successfully reduced the energy consumption by 97.33 kWh and reduced the cost by Rp9,745,493."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Annisa Anadela
"Skripsi ini membahas kualitas ruang pada film yang mampu merepresentasikan kualitas ruang secara mendalam melalui elemen-elemen visual dan auditori yang melibatkan indera penonton. Salah satu emosi yang dapat disampaikan melalui film adalah perasaan melankoli, yaitu suatu kondisi emosional kompleks yang merefleksikan nostalgia, refleksi diri, atau kesepian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana kualitas ruang tercipta dalam film dengan menguraikan persepsi ruang menggunakan prinsip arsitektur teori Pallasmaa dalam melihat elemen pembentuk kualitas ruang dan teori Eisenstein dalam analisis teknik pengambilan gambar untuk membantu visualisasi ruang dalam film, sehingga dapat menghasilkan pengalaman ruang tertentu bagi penonton yang dipengaruhi oleh persepsi dan emosi melankoli.

This thesis discusses the quality of space in movies that are able to represent the quality of space in depth through visual and auditory elements that involve the audience's senses. One of the emotions that can be conveyed through movies is the feeling of melancholy, which is a complex emotional state that reflects nostalgia, self-reflection, or loneliness. The purpose of this research is to investigate how the quality of space is created in the film by deciphering the perception of space using the architectural principles of Pallasmaa's theory in looking at the elements that form the quality of space and Eisenstein's theory in the analysis of shooting techniques to help visualize space in the film, so as to produce a certain spatial experience for the audience that is influenced by the perception and emotion of melancholy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianursanti
"ABSTRAK
Pengembangan sistem produksi C. vulgaris dengan menggunakan teknik filtrasi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi biomassanya. Dengan teknik filtrasi ini, pengaruh self shading yang terjadi dalam kultur alga di dalam reaktor dapat diatasi. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan studi awal perancangan reaktor dan optimasi kondisi operasinya. Tahap berikutnya adalah pengembangan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris yang meliputi pengaturan densitas sel melalui pengaturan laju hisap filter, optimasi sistem aerasi media kultur menggunakan membran serat berongga, optimasi sistem filtrasi menggunakan mikrofiltrasi dan pembandingan antara sistem filtrasi kontinyu dan semikontinyu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik filtrasi secara kontinyu terbukti berhasil meningkatkan produksi biomassa hingga 1,25 kali dari proses kultivasi biasa. Sementara itu penggunaan membran serat berongga sebagai aerator dan mikrofiltrasi sebagai media filternya dalam sistem pemerangkapan sel kontinyu, mampu meningkatkan produksi biomassa C.vulgaris hingga 2,55 kali dari sistem kultivasi biasa. Demikian pula dengan sistem pemerangkapan sel semi kontinyu telah terbukti mampu meningkatkan produksi biomassanya hingga 2,04 kali dari sistem kultivasi biasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris sangat potensial untuk dikembangkan sebagai upaya peningkatan produksi biomassanya.

ABSTRACT
Development of C. vulgaris production system using filtration techniques carried out as part of efforts to increase biomass production. By using filtration techniques, self-shading effect that occurs in algae culture could be overcome. Implementation of this research activity started with a preliminary study design and optimization of reactor operating conditions. The next stage was the development of filtration techniques in the cultivation system of C. vulgaris which includes arrangement of cell density by suction rate adjustment, optimization of culture medium aeration system using hollow fiber membranes, optimization of the process filtration using microfiltration and filtration system comparisons between the continuous and discontinuous. The results showed that continuous filtration technique proved successful in increasing the production of biomass to 1.25 times that of ordinary cultivation process. Meanwhile, the use of hollow fiber membrane as an aerator and a microfiltration as filter media in continuous filtration system could increase biomass production up to 2.55 times. Similarly, the discontinuous filtration system has been shown to increase biomass production up to 2.04 times. Therefore, it can be said that the use of filtration techniques in the C. vulgaris cultivation system, potential to be developed as an effort to increase biomass production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
D1334
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Suci Warakanyaka
"Skripsi ini membahas mengenai peran film dan ruang sinematis dalam perkembangan perancangan arsitektur interior. Film merupakan media yang sangat terikat dengan waktu dan perubahan. Ruang sinematis yang muncul akibat keadaan temporal ini membuat film selangkah lebih maju dari media penyampaian lain yang cenderung statis dan membuat film menjadi media yang paling berpengaruh saat ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana unsur film dan teknik pembentukan ruang sinematisnya dapat diaplikasikan pada perancangan ruang arsitektur interior. Skripsi ini juga membahas mengenai kualitas dan karakteristik film yang sekiranya dapat menjadi pembelajaran untuk memperkaya bidang arsitektur interior.

This thesis discusses the role of film and it`s cinematic space in interior architecture design developments. Film is a medium of space, time and change. Cinematic space, which arising from temporal condition, dynamicization film and differs it from other medium which tend to be static. Cinematic space made film to be the most influential mass media today.
The aims of this writings is to determine how film and it`s cinematic techniques can be applied in interior architecture design process. Other aims is to examine the quality and characteristic of cinematic space in interior architecture field enrichment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Kristofani
"Skripsi ini membahas mengenai distopia dalam film dan kualitas distopia dalam ruang interior. Distopia merupakan konsep yang menggambarkan cacat pada suatu sistem berkehidupan yang menyebabkan tidak tercapainya kesejahteraan pada seorang individu. Konsep ini sering diangkat ke dalam film, yang lambat laun membentuk persepsi masyarakat mengenai konsep distopia. Film, sebagai produk sinematis yang dekat dengan gambaran kehidupan nyata dianggap mampu memberikan pengalaman ruang bagi penonton secara spasial. Interioritas yang dirasakan saat menonton film distopia memberikan pengalaman ruang yang negatif pada posisi seseorang dalam ruang interior. Melalui studi konsep distopia dalam interior film, didapatkan metode-metode yang menentukan kualitas distopia dalam suatu ruang interior pada kehidupan nyata.

This thesis discusses dystopia in film an the dystopian quality in interior space. Dystopia is a concept that portrays a defect in a society that affects the well being of an individual. This concept is often delivered in films, which slowly constructs the audiences rsquo perception about a dystopian society. Film, as a cinematic product that can deliver a depiction of reality is considered to be able to present an ambience and spatial experience to the viewer. The interiority that is felt during watching a dystopian movie provides a negative spatial experience to the viewer in an interior space. This study about dystopian concept found in interior space in films will obtain some methods that will later determine a dystopian quality in a real life interior space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Kurniawati
"Atmosfir ruang yang nyaman, menarik dan berkesan adalah sesuatu yang diinginkan pengunjung disamping rasa makanan dan minuman selama mengunjungi suatu café atau restoran. Hal ini sangat mempengaruhi penataan interior dan pencahayaannya. Fungsi cahaya pada café dan restoran bukan hanya secara fungsional dan estetika, namun juga dapat menarik perhatian dan mempengaruhi mood pengunjung.
Berbagai macam lampu dan teknik pencahayaan secara konvensional telah banyak dilakukan, namun terkadang masih membatasi keinginan untuk menampilkan pencahayaan yang atraktif, dinamis dan efektif.
Light Emitting Diode (LED) merupakan teknologi lampu terbaru yang memberikan solusi pencahayaan baru yang inovatif dengan instalasi yang fleksibel, warna yang excellent (baik sekali) dan umur yang panjang.
Cafe dan restoran yang dibahas dalam studi kasus adalah 33 Restoran dan Lounge, Lux Lounge dan restoran Sushi Samba. Masing-masing cafe dan restoran ini menggunakan LED pada pencahayaan interior sesuai dengan kebutuhan ruangnya.
Pembahasan topik ini berdasar pada bagaimana teknik pencahayaan LED dan efeknya terhadap suasana interior cafe dan restoran melalui studi kepustakaan dan analisis.
Dengan pencahayaan LED melalui sistem dynamic lighting dapat menghasilkan suasana ruang cafe dan restoran yang lebih atraktif dan dinamis. Selain itu, pencahayaan ruang menjadi lebih efektif karena dengan satu macam luminaire bisa menghasilkan berbagai macam suasana yang mempengaruhi dan menarik perhatian pengunjung.

Cozy, Interesting and impressive in atmosphere of space is one thing desired by visitor besides foods and drinks during visiting a café or restaurant. This case very influences in ordering their interior and lighting design. The function of lighting in a café or restaurant not only for functional and aesthetics, but also for collect attention and influence mood the visitor.
Many kinds of lamp and lighting techniques as convensional do, but sometimes its limited desire to show an attractive, dynamic and effective lighting.
Light Emitting Diode (LED) is the newest lamp technology that gives solution for innovative lighting with flexible installation, excellent color and long lifetime.
The case study of café and restaurant in this topic is 33 Restaurant and Lounge, Lux Lounge and Sushi Samba Restaurant. Each places using LED for their interior lighting as their spaces needed.
This topic is about how LED lighting techniques and its effect for ambience or atmosphere interior café and restaurant space through literacy study and analysis.
With LED lighting through dynamic lighting system can produce an attractive and dynamic atmosphere of cafe and restaurant. Beside that, lighting design will be more effective because with one type of luminaire can produce many kind of ambiences that influence and attract visitor attention.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48405
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>