Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsul Rizal Baihaqi
"Penelitian ini membahas pengaruh tiga dimensi dari Spiritualitas di Tempat Kerja, yaitu Inner Life, Meaningful Work dan Sense of Community terhadap Stres Kerja di komunitas perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini melibatkan 60 perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dari ketiga dimensi Spiritualitas di Tempat Kerja terhadap tingkat Stres Kerja di dalam komunitas perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta sekaligus memberikan saran bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta dalam menurunkan tingkat Stres Kerja perawat dengan memperhatikan aspek-aspek penting dari ketiga dimensi Spiritualitas tersebut.

This study discusses the influence of three dimensions of Workplace Spirituality, there are Inner Life, Meaningful Work and Sense of Community to Work Stress in community of Emergency nurse section, Fatmawati Jakarta Central General Hospital. Data collection method in this research is quantitative with descriptive analysis. This study involved 60 nurses of Emergency Room of Fatmawati Jakarta Central General Hospital.
The results of this study indicate the negative influence of the three dimensions of Workplace Spirituality to the level of Work Stress in the nurse community of Emergency Room of Fatmawati Jakarta Central General Hospital as well as providing advice for the management of Fatmawati Jakarta Hospital in reducing the level of nurses Working Stress by paying attention to important aspects of the three dimensions of spirituality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Lonanda Ez, auhtor
"Penelitian ini menguji pengaruh dimensi workplace spirituality terhadap stres kerja karyawan pada 61 karyawan yang bekerja pada Bank Konvensional X, dan 80 orang karyawan yang bekerja pada Bank Syariah Y. Analisis dari metode regresi berganda menggunakan software SPSS 21 menunjukkan bahwa hanya community of work yang berpengaruh negative signifikan terhadap stres kerja karyawan, baik pada Bank Konvensional X dan Bank Syariah Y. Dua dimensi lainnya yaitu inner life dan meaningful of work tidak berpengaruh signifikan terhadap stres kerja karyawan baik padan Bank Konvensional X dan Bank Syariah Y.

This study examines the effect of work stress at 61 employees working at Conventional Banking X, and 80 employees working at Islamic Banking Y. Analysis of multiple regression using SPSS 21 showed that only community of work that a negative significant to work stress, both at Conventional Banking X and Islamic Banking Y. The two other dimensions are inner life and meaningful of work does not significant to work stress, both at Conventional Banking X and Islamic Banking Y."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S66007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Estu Priharti
"Kepuasan Kerja merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya manusia di dalam perusahaan. Workplace Spirituality memainkan peran penting dalam mengatasi Kepuasan Kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi Workplace Spirituality terhadap Job Satisfaction. Workplace Spirituality memiliki empat dimensi yaitu Meaningful Work, Sense of Community, Compassion, dan Organizational Values. Penelitian ini melibatkan 72 orang karyawan PT Chubb Safes Indonesia. Hasil pengolahan data dengan menggunakan Statistical Package for the Social Science SPSS 20.0 menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja dipengaruhi oleh Meaningful Work, Sense of Community, Compassion, dan Organizational Values.

Job satisfaction is very important in the human resources management within the organization. Workplace spirituality plays an important role in overcoming job satisfaction. The research aims to determine the effect of workplace spirituality dimension to job satisfaction. Workplace spirituality has four dimensions meaningful work, sense of community, compassion, and organizational values. The study involves 72 employees of PT Chubb Safes Indonesia. The result of data processing using Statistical Package for the Social Science SPSS 20.0, shows that job satisfaction is influenced by meaningful work, sense of community, compassion, and organizational values."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anitasari Kusumawati
"PENDAHULUAN : Stres kerja merupakan hal yang berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu yang merupakan penyebab stres kerja adalah perundungan di tempat kerja. Pertama kali dijelaskan oleh Leymann pada tahun 1984, perundungan di tempat kerja terus dilaporkan di berbagai negara.Perundungan merupakan suatu media penghubung yang kuat antara stres dengan kesehatan fisik pekerja, pada kerah biru maupun kerah putih. Di Indonesia, belum terdapat prevalensi maupun studi maupun penelitian lebih lanjut terhadap faktor perundungan sebagai faktor signifikan yang menyebabkan stres di tempat kerja.
TUJUAN : penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perundungan di tempat kerja terhadap stres kerja pada pekerja kerah putih dan kerah biru di perusahaan, sebagai strategi peningkatan produktivitas dengan optimalisasi manajemen stres pada pekerja.
METODE : Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang dengan menggunakan kuesioner perundungan Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) dan Perceived Stres Scale – 10 (PSS-10) sebagai pengukur tingkat stres pekerja. Tingkat perundungan juga dihubungkan dengan faktor risiko stres lainnya seperti, jenis pekerja (kerah biru dan kerah putih), jenis kelamin, usia, status pernikahan, gaji, komunikasi, dan beban kerja.
HASIL PENELITIAN : Sebanyak 409 pekerja pabrik garmen di Indonesia menjadi responden, dengan rerata tingkat stress 12,3 (±6,17) berdasar skala PSS-10 dan 23,3 (±2,39) angka perundungan menurut NAQ-R. Intimidation bullying merupakan jenis perundungan yang paling sering ditemukan. Perundungan berhubungan kuat dengan tingkat stres, gaji, dan faktor komunikasi pekerja. Persepsi Stress memiliki hubungan signifikan dengan kategori komunikasi dan gaji.
KESIMPULAN  Perundungan di tempat kerja memiliki hubungan terhadap stres kerja pada pekerja, baik kelompok pekerja kerah putih dan kerah biru. Komunikasi yang kurang baik dan gaji yang lebih rendah juga memiliki hubungan dengan perundungan di tempat kerja.

INTRODUCTION: Work stress is a risk to worker’s safety and health. One of the causes of work stress is bullying in the workplace. First described by Leymann in 1984, workplace bullying continues to be reported in various countries.Bullying has a strong correlation between stress and the physical health of workers, both "blue collar" and “white collar” workers. In Indonesia, there has been no prevalence or further studies or research on bullying as a significant factor that causes stress in the workplace.
AIM: This research aims to analyze the relationship between workplace bullying and work stress in white-collar and blue-collar workers in companies, as a strategy to increase productivity by optimizing stress management in workers.
METHODS: This research is an analytic cross-sectional study using the Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) bullying questionnaire and Perceived Stress Scale – 10 (PSS-10) as a measure of workers' stress levels. The level of bullying is compared to other stress risk factors such as type of worker (blue collar and white collar), gender, age, marital status, salary, communication and workload.
RESULTS: A total of 409 garment factory workers in Indonesia were respondents, with an average stress level of 12.3 (±6.17) based on the PSS-10 scale and 23.3 (±2.39) level of bullying according to NAQ-R. Intimidation bullying is the most common type of bullying. Bullying is strongly related to workers' stress levels, wages, and communication factors. Perceived Stress had a significant relationship with communication categories and wages.
CONCLUSION: Bullying in the workplace is related to work stress in workers, both white collar and blue collar workers. Poor communication and lower pay are also linked to workplace bullying.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sheila Andrian
"Kelelahan mencakup kondisi fisik dan mental yang timbul akibat aktivitas atau tuntutan yang berlebihan. Dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan, stres kerja diketahui menjadi faktor yang memicu perasaan kelelahan. Kelelahan di tempat kerja menciptakan tantangan baru, karyawan yang mengalami kelelahan kerja cenderung sulit tidur dan sering terbangun di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran stres kerja terhadap kualitas tidur dengan kelelahan sebagai mediasi pada karyawan. Partisipan berjumlah 101 karyawan (70,3% perempuan, M usia= 26,61, SD= 5,259). Stres kerja diukur dengan Job Stress Survey (JSS), kualitas tidur diukur dengan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan kelelahan diukur dengan Fatigue Assessment Survey (FAS). Analisis data menggunakan PROCESS Macro Model 4 dari Hayes menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dan kualitas tidur pada karyawan. Sementara, kelelahan ditemukan memiliki peran mediasi (fully mediate) yang signifikan pada hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur pada karyawan.

Fatigue encompasses both physical and mental states that arise from excessive activity or demands. In stressful work environments, job stress is known to be a factor that triggers feelings of fatigue. Fatigue in the workplace creates new challenges, employees who experience job burnout tend to have difficulty sleeping and often wake up at night. This study aims to examine job stress on sleep quality with fatigue as a mediator in employees. Participants totaled 101 employees (70.3% female, M age= 26.61, SD= 5.259). Job stress was measured by Job Stress Survey (JSS), sleep quality was measured by The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and fatigue was measured by Fatigue Assessment Survey (FAS). Data analysis using Hayes' PROCESS Macro Model 4 showed no significant relationship between job stress and sleep quality in employees. Meanwhile, fatigue was found to fully mediate the relationship between work stress and sleep quality in employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ratna Mahita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap komitmen keorganisasian. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner didukung wawancara sebagai verifikasi. Sampel penelitian ini merupakan karyawan kantor pusat The Body Shop Indonesia yang berjumlah 72 orang. Hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan spiritualitas di tempat kerja terhadap komitmen keorganisasian.

ABSTRAK
This research analyze the influence of workplace spirituality to organizational commitment. Quantitative approach was used by using survey method. Data were collected by spreading questionnaire and supported by informal interview as verification. There were 72 head office employees of The Body Shop Indonesia as the sample. Result shows that there is positive and significant influence of workplace spirituality to organizational commitment."
2016
S63663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Suwarni
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian:Perawat kesehatan merupakan sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam kegiatan rumah sakit. Perawat kesehatan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif, kerja gilir, risiko penularan, tanggung jawab tugas, dan sebagainya. Semua masalah ini dapat merupakan stresor kerja yang akan berdampak pada kesehatan jiwa perawat, diantaranya gangguan mental emosional.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional di kalangan perawat kesehatan.Unluk menganalisis hubungan antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional pada perawat kesehatan RSUPNCM Jakarta, digunakan dua macam instrumen. Pengukuran stres kerja dipergunakan instrumen kuesioner Survai Diagnostik Stres. Penilaian gangguan mental emosional dipergunakan instrumen kuesioner Symptom Check List 90 (SCL9O).
Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang(cross sectional), terhadap 300 subjek penelitian yang terdiri dari perawat rawat inap dan rawat jalan. Analisis dilakukan dengan cara analisis bivariate, dilanjutkan analisis multivariat regresi dengan cara analisis regresi linear ganda.
Hasil dan kesimpulan :Perawat rawat inap lebih stres dibandingkan perawat rawat jalan. Stresor pada perawat rawat inap didominasi oleh beban kualitatif dan konflik peran. Prevalensi gangguan mental emosional pada perawat kesehatan 17,7%. Perawat rawat inap lebih banyak mengalami gangguan mental emosional dibandingkan perawat rawat jalan. Ada hubungan bermakna antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional. Pada derajat sires tinggi, yang mempunyai hubungan bermakna dengan dengan gangguan mental emosional adalah stresor ketaksaan peran. Risiko terjadinya gangguan mental emosional pada stresor ini adalah 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan derajat stres rendah. Pada derajat stres sedang, yang ada hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional adalah stresor tanggung jawab, pengembangan karier, beban kuantitatif, dan konflik peran, dengan risiko tertinggi pada stresor tanggung jawab. Pada stresor tanggung jawab, risiko terjadinya gangguan mental emosional perawat yang mengalami stres derajat sedang adalah 3,54 kali dibandingkan stres rendah. Pada analisis multivariat, stresor kerja yang ada hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional adalah stresor tanggung jawab. Karakteristik subjek yang ada hubungan bermakna dengan stres kerja adalah variabel bagian (rawat inap/rawat jalan).

ABSTRACT
Nurses are human recourses who are direct involved in hospital activity. Nurses are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, shift work, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of nurses, such as emotional disorders. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and mental emotional disorders among health nurses at RSUPNCM in Jakarta. The Survey Diagnostic Stress questionnaire was used to measure the occupational stress and the SCL 90 questionnaire was used to measure the mental emotional disorders.
This study design was a cross sectional design with a sample of 300 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis.
Results and conclusions :
Ward nurses were more stressful) than ambulatory nurses. Stressors of ward nurses were dominated by qualitative overload and career development. Stressors of ambulatory nurses were dominated by qualitative overload and role conflict. Prevalence of mental emotional disorders on nurses are 17.7%. There were significant relationship between occupational stress with mental emotional disorders.
In high level stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was role ambiguity. Mental emotional disorders risk of this stressor is 5.8 times more than low level stress. In the moderate stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was responsibility stressor, career development, quantitative overload, and role conflict. The highest risk was responsibility stressor. For responsibility stressor, nurses with moderate stress experience have a risk of mental emotional disorders 3,45 times more than nurses with low stress. By multivatriate analysis, occupational stressor with significant relationship to mental emotional disorders was responsibility stressor. Subject characteristics with significant relationship to the stress was unit variable ( ward nurses/ambulatory nurses).
Scope and study method:
Nurses are human recourses who are direct involved in hospital activity. Nurses are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, shift work, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of nurses, such as emotional disorders. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and mental emotional disorders among health nurses at RSUPNCM in Jakarta. The Survey Diagnostic Stress questionnaire was used to measure the occupational stress and the SCL 90 questionnaire was used to measure the mental emotional disorders.
This study design was a cross sectional design with a sample of 300 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis.
Results and conclusions :
Ward nurses were more stressful) than ambulatory nurses. Stressors of ward nurses were dominated by qualitative overload and career development. Stressors of ambulatory nurses were dominated by qualitative overload and role conflict. Prevalence of mental emotional disorders on nurses are 17.7%. There were significant relationship between occupational stress with mental emotional disorders.
In high level stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was role ambiguity. Mental emotional disorders risk of this stressor is 5.8 times more than low level stress. In the moderate stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was responsibility stressor, career development, quantitative overload, and role conflict. The highest risk was responsibility stressor. For responsibility stressor, nurses with moderate stress experience have a risk of mental emotional disorders 3,45 times more than nurses with low stress. By multivatriate analysis, occupational stressor with significant relationship to mental emotional disorders was responsibility stressor. Subject characteristics with significant relationship to the stress was unit variable ( ward nurses/ambulatory nurses).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Fajar Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari stres kerja, burnout, dan kepuasan kerja terhadap intensi turnover perawat. Dimensi stres kerja yang diteliti meliputi kematian pasien dan pasien sekarat, konflik dengan dokter, persiapan yang tidak memadai, masalah dengan rekan kerja, masalah dengan supervisor, beban kerja, ketidakpastian dalam perawatan, pasien dan keluarga mereka, dan diskriminasi. Sedangkan dimensi burnout yang diteliti meliputi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan prestasi pribadi. Data kuantitatif didapatkan dari 116 responden perawat Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang diolah dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan program LISREL 8.8 for Windows.
Temuan dari penelitian ini adalah (1) stres kerja tidak memiliki pengaruh negatif terhadap kepuasan kerja perawat; (2) stres kerja tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap intensi turnover perawat; (3) burnout memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kepuasan kerja perawat; (4) burnout tidak memiliki pengaruh positif terhadap intensi turnover perawat; (5) kepuasan kerja memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap intensi turnover perawat. Temuan ini dapat menjadi panduan bagi rumah sakit yang ingin memperbaiki strateginya dalam mengurangi stres kerja dan burnout yang dialami perawat untuk meningkatkan kepuasan kerja dan menjaga tingkat turnover perawat tetap rendah.

The objective of this research is to analyze the effect of job stress, burnout, and job satisfaction on nurses' turnover intention. Job stress dimensions examined included patients' death and dying, conflicts with physician, inadequate preparation, problems with peers, problem with supervisor, work load, uncertainty concerning treatment, patients and their families, and discrimination. Whereas burnout dimensions examined included emotional exhaustion, depersonalization, and personal accomplishment. Quantitative data obtained from 116 respondents nurses of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, which was processed by the method of Structural Equation Modeling (SEM) using LISREL 8.8 for Windows.
The results of this study were (1) job stress does not have a negative effect on nurses' job satisfaction; (2) job stress does not have a significant positive effect on nurses' turnover intention; (3) burnout has a significant negative effect on nurses' job satisfaction; (4) burnout does not have a positive effect on nurses' turnover intention; (5) job satisfaction has a significant negative effect on nurses' turnover intention. These findings can be a guidance for hospitals to improve their strategy in reducing nurses' job stress and burnout to improve nurses' job satisfaction and maintaining the nurses' turnover rate remains low.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwigi Mulya Adam Ginanjar
"Penelitian bertujuan untuk menjelaskan gambaran faktor risiko psikososial dan stres kerja pada perawat pelaksana ruang instalasi bedah sentral RSUD Sekarwangi Sukabumi tahun 2023. Penelitian menggunakan metode mix method dengan desain penelitian the explanatory sequential. Sampel penelitian merupakan perawat pelaksana ruang instalasi bedah sentral RSUD Sekarwangi Sukabumi. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,2% penghasilan di bawah UMR, 63,6% bekerja tidak secara rotasi, 54,5% lingkungan fisik baik, 77,3% tanggung jawab tinggi, 90,9% konflik peran rendah, 77,3% pengembangan karir rendah, 68,2% home-work interface tinggi, dan 54,5% dukungan sosial tinggi. Pihak RSUD Sekarwangi Sukabumi diharapkan dapat lebih memperhatikan dan mengendalikan faktor risiko stres kerja pada perawat.

The study aims to explain the description of psychosocial risk factors and work stress in the nurses implementing the central surgical installation room of RSUD Sekarwangi Sukabumi in 2023. The study used a mix method with the explanatory sequential research design. The research sample was the nurse implementing the central surgical installation room of RSUD Sekarwangi Sukabumi. Data collection was carried out by filling out questionnaires and interviews. Data analysis was performed using descriptive analysis. The results showed that 68.2% of income was below UMR, 63.6% work not on rotation basis, 54.5% good physical environment, 77.3% high responsibility, 90.9% low role conflict, 77.3% low career development, 68.2% high home-work interface, and 54.5% high social support. RSUD Sekarwangi Sukabumi is expected to pay more attention and control all the risk factors causing work stress in nurses."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Ronggo Dwi Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner online dan wawancara. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 24,4% perawat mengalami stres kerja dan terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, usia, jenis kelamin, masa kerja dengan stres kerja. Pihak rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak diharapkan agar memperhatikan tingkat stres kerja yang dialami perawatnya dan membuat strategi serta tindakan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat berhubungan stres kerja.

This study aims to analyze the description of work stress and the factors of work-related stress on nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak in 2022 Hospital. This research uses quantitative research methods with a cross sectional study design approach. The sample of this study were nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital. Data were collected by filling out online questionnaires and interviews. Data analysis was carried out by descriptive and inferential statistics using logistic regression analysis. The results showed that as many as 24.4% of nurses experienced work stress and there was a significant relationship between workload, role ambiguity, interpersonal relationships, age, gender, years of employment with work stress. The Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital is expected to pay attention to the level of work stress experienced by nurses and make strategies and actions to control factors that can relate to work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>