Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dermawan Indranto
"ABSTRAK
Skripsi ini berisi tentang kajian mengenai apakah arsitektur masih berperan dalam proses wayfinding oleh pengemudi transportasi online dan sejauh apa peran arsitektur dalam proses wayfinding oleh pengemudi transportasi online. Pendekatan studi kasus dilakukan dengan cara mengalami langsung dan mengamati proses wayfinding yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online. Dan juga menganalisis perbandingan penggunaan cognitive maps dan GPS navigasi dalam memecahkan masalah wayfinding task oleh pengemudi transportasi online. Dari analisis studi kasus didapatkan bahwa dalam pengoperasiannya, pengemudi transportasi online lebih sering mendapatkan wayfinding task pada familiar environment. Dan dalam familiar environment, cognitive maps lebih banyak digunakan dibandingkan dengan GPS navigasi sebagai solusi pemecah masalah dalam proses wayfinding. Pernyataan ini membuktikan, bahwa arsitektur masih berperan dalam proses wayfinding yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online. Sebab arsitektur yang berupa elemen kota seperti paths, edges, districts, nodes, dan landmarks dapat membentuk citra lingkungan yang akan dipakai sebagai komponen penyusun cognitive maps pada mental manusia.

ABSTRACT
This study investigates about the study of whether the architecture still plays a role in the wayfinding process by the driver of online transportion and how far the role of architecture in wayfinding process by the driver of online transportation. The writer rsquo s approach on the case study is carried out by experiencing directly and observing the wayfinding process, done by online transportion rsquo s drivers. And also analyzed the comparison of the use of cognitive maps and GPS navigation in solving the wayfinding task problem by online transportation rsquo s drivers. From the case study analysis, it is found that in the operation, the driver of online transportion more often get wayfinding task in the familiar environment. And in the familiar environment, cognitive maps are more widely used than GPS navigation as a troubleshooter in the wayfinding process. This statement proves that architecture still plays a role in the wayfinding process by online transportation rsquo s drivers. Because the architecture of urban elements such as paths, edges, districts, nodes, and landmarks can form the environmental image that will be used as components of the cognitive maps of human mental."
2017
S67933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Rania Boer
"Tulisan ini menginvestigasi efek kognitif dari penggunaan peta orientasi skematik untuk meningkatkan wayfinding eksploratif di ruang yang tidak dikenal. Diperlukan alat navigasi yang tidak hanya memandu pengguna tetapi juga mendorong perkembangan peta kognitif yang penting untuk keterampilan navigasi jangka panjang. Penulis berpendapat bahwa peta orientasi skematik lebih unggul daripada alat navigasi modern berbasis turn-by-turn dalam membentuk peta kognitif dan meningkatkan orientasi spasial. Peta ini tidak hanya meningkatkan efisiensi navigasi tetapi juga memperkaya pengalaman eksplorasi dengan mendorong keterlibatan aktif dengan lingkungan. Studi ini didasarkan pada konsep teoritis seperti peta skematis, penjelajahan eksploratif, dan strategi orientasi. Peta skematis menyederhanakan lingkungan, membantu dalam pembentukan peta kognitif dan orientasi spasial (Freksa, 1999; Schwering et al., 2019). Penjelajahan eksploratif melibatkan navigasi yang didorong oleh rasa ingin tahu, yang didukung oleh peta skematis yang menyoroti fitur-fitur kunci (Allen, 1999). Peta kognitif, representasi mental dari lingkungan spasial, membimbing navigasi dan dipengaruhi oleh landmark visual, semantik, dan struktural yang berbeda (Downs & Stea, 1977; Raubal & Winter, 2002; Tolman, 1948). Studi ini menggunakan analisis tematik dan identifikasi pola untuk memahami perilaku navigasi dan pembentukan peta kognitif. Temuan utama menunjukkan bahwa peta skematik secara signifikan meningkatkan navigasi dengan menyederhanakan informasi spasial yang kompleks dan menekankan landmark utama, mendukung pembentukan peta kognitif, dan meningkatkan orientasi spasial. Peta ini juga mendorong keterlibatan yang lebih mendalam dengan lingkungan dengan menghilangkan beberapa detail, mendorong pengguna untuk lebih aktif mengeksplorasi.

This thesis investigates the cognitive effects of using schematized orientation maps to enhance exploratory wayfinding in unfamiliar spaces. The urgency lies in the need for navigation aids that not only guide users but also foster the development of cognitive maps, which are crucial for long-term navigation skills. The thesis posits that schematized orientation maps are superior to modern turn-by-turn navigation aids in fostering cognitive map formation and enhancing spatial orientation. It argues that these maps not only improve navigational efficiency but also enrich the exploratory experience by encouraging active engagement with the environment. The study is grounded in theoretical concepts such as schematic maps, exploratory wayfinding, and orientation strategies. Schematic maps simplify environments, aiding in cognitive mapping and spatial orientation (Freksa, 1999; Schwering et al., 2019). Exploratory wayfinding involves curiosity-driven navigation, supported by schematic maps that highlight key features (Allen, 1999). Cognitive maps, mental representations of spatial environments, guide navigation and are influenced by distinct visual, semantic, and structural landmarks (Downs & Stea, 1977; Raubal & Winter, 2002; Tolman, 1948). The study employs thematic analysis and pattern identification to understand navigational behaviors and cognitive map formation. Key findings indicate that schematized maps significantly enhance navigation by simplifying complex spatial information and emphasizing key landmarks, supporting cognitive map formation, and improving spatial orientation. These maps also foster deeper engagement with the environment by omitting certain details, prompting users to explore more actively. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reswari Mawardwita
"ABSTRAK
Manusia, dalam mengalami ruang arsitektur, akan melibatkan indera yang bekerja pada mereka, antara lain; indera penglihatan, indera peraba, indera pendengaran, indera penciuman, dan indera pengecap. Namun, dominasi indera visual masih banyak terjadi dalam praktik arsitektur sendiri. Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana tunanetra, dengan keterbatasan dalam kemampuan visual mereka, mengalami ruang arsitektur, terutama pada proses orientasi dan mobilitas yang dilakukan.
Skripsi ini membahas proses wayfinding yang dilakukan tunanetra di dalam ruang. Wayfinding merupakan cara manusia mengorientasikan diri mereka di dalam sebuah ruang. Pada tunanetra, proses wayfinding yang dilakukan tentu akan banyak melibatkan indera non visual mereka. Pembahasan berdasarkan studi literatur, studi presedan, serta studi kasus yang dilakukan pada tunanetra low vision dan total blind. Hasil yang diperoleh adalah arsitektur memiliki peranan penting dalam proses wayfinding yang dilakukan tunanetra, yang mana meliputi proses pencarian informasi, penemuan landmark, serta pembentukan familiaritas pada ruang.

ABSTRACT
People, in experiencing an architectural space, will involve the senses that are worked on them, those are; visual, tactile, hearing, smell, and taste. However, the dominance of visual sense is still found in many architectural works. Afterwards, it brings out a question of how blind people, with their lack of visual ability, experience architectural space, especially in the process of orientation and mobility.
This thesis discusses about the wayfinding process of blind people. Wayfinding is the way people orient themselves in a space. For the blind, wayfinding would involve non-visual senses of theirs. The discussion is based on study of literature, precedent studies, and case studies that have been done on people with low vision and total blindness. The result showed us that architecture itself has an important role in the process of blind wayfinding, which includes the information retrieval, the discovery of landmark, the process of mapping, as well as the formation of familiarity of the space.
"
2016
S63423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayadiva
"ABSTRACT
Wayfinding merupakan suatu kegiatan oleh manusia dalam memilih jalur untuk mencapai tempat tujuannya. Proses wayfinding akan bergantung kepada bagaimana sebuah lingkungan dapat terbaca dengan jelas bagi penggunanya. Skripsi ini membahas mengenai hubungan antara peran citra dan konfigurasi ruang yang terkait dengan fungsi dan strategi yang digunakan dalam wayfinding. Studi kasus dengan beberapa responden di sebuah pusat perbelanjaan dilakukan untuk memahami lebih lanjut mengenai hubungan peran citra dan konfigurasi dalam wayfinding. Dari hasil studi kasus dapat disimpulkan bahwa elemen citra memiliki peran yang berguna sebagai penanda ataupun petunjuk untuk mengidentifikasi lokasi keberadaannya. Konfigurasi berperan untuk memfasilitasi elemen citra tersebut untuk dapat diakses secara visual bagi penggunanya yang dapat dimanfaatkan untuk memerkirakan jarak dan arah.

ABSTRACT
Wayfinding is a process on how people choose a route to reach their destination. The success of wayfinding process depends on how the environment can be readable by its users. This thesis describes about the connection between the role of image and configuration of space related to the function of wayfinding and its strategies. A case study was conducted at a shopping mall to get a better understanding about the role of image and configuration in wayfinding. From the case study it can be concluded that image plays an important role at hinting the users to identify the location. Configuration plays a role to facilitate the elements of image to be visually accessible to its users which can be utilized to estimate the distance and direction. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Dharma Putra
"Dalam masa pandemi, Perumahan Nasional Beji, Depok Utara melakukan pemberlakukan buka-tutup portal sebagai upaya pencegahan penyebaran virus COVID- 19. Perumahan tersebut merupakan penghubung antara 2 kecamatan di Kota Depok dan digunakan pengendara motor sebagai jalan pintas. Dengan diberlakukannya penutupan portal, pengendara motor mencari rute yang dapat dilalui di dalam perumahan tersebut. Kajian ini bertujuan untuk melihat respon dan perilaku pengendara motor dalam melakukan wayfinding ketika menemukan portal-portal yang menutup akses jalan. Studi ini juga melihat elemen-elemen lingkungan di sekitar perumahan yang membantu pengendara motor dalam melakukan wayfinding. Perilaku saat bernavigasi dan elemen- elemen lingkungan tersebut dilihat berdasarkan teori dari: Passini, Golledge, Ellard, Weisman, Lynch, dan Intini. Metode yang dilakukan adalah dengan mengobservasi langsung perilaku pengemudi saat melakukan wayfinding, yaitu dengan mengikuti pergerakan partisipan di lingkungan Perumahan Nasional Beji. Hasil dari kajian ini, dapat melihat perilaku individu dalam merespon masalah ketika melakukan proses wayfinding pada rute yang berubah di masa pandemi. Kajian ini juga memaparkan elemen-elemen lingkungan yang berpengaruh terhadap pengemudi dan elemen lingkungan yang dibutuhkan pengemudi di Perumahan Nasional Beji ini.

In the pandemic era, Perumahan Nasional Beji, Depok Utara were having the authority to manage the open-closed system in its settlement as a movement to avoid the spread of COVID-19. This settlement has a role to connect two sub-districts in Depok City as a shortcut route for motorcycles. As a response to the open-closed portal procedure, the motorcyclist will find the new routes to arrive at their destination. This research is aiming to observe the response and behavior of motorcyclists on the wayfinding process when they encounter the portals that blocking the route access. This paper also viewing the environmental elements, which have a role to guide the participants on wayfinding process in the settlement territory. The wayfinding behaviors and environmental elements were based on theory from: Passini, Golledge, Ellard, Weisman, Lynch, and Intini. The methods are observing straight to the participant’s movements when doing wayfinding in Perumahan Nasional Beji. The result of this research is to marking the individual behavior as a response to the wayfinding problem in the routes that have changed since the pandemic era. This research also mentioning the environmental elements which have influenced to wayfinding process and which environmental elements that required for the motorcyclist in Perumahan Nasional Beji."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Zianita Salim
"ABSTRAK
Keberadaan transportasi online menjadi perhatian, terutama terkait permasalahan sosial yang terjadi pada pengemudi transportasi online. Salah satu hak terpenting pengemudi sebagai pekerja adalah perlindungan keselamatan dan kesejahteraannya. Transportasi online melibatkan banyak pihak, sehingga diperlukan intervensi pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk mengatur kepentingan umum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan Pemerintah dalam melindungi pengemudi angkutan online. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kebijakan publik, hubungan industrial, dan konsep hubungan kemitraan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam melindungi pengemudi transportasi online dilakukan melalui Kementerian Perhubungan dan Kementerian Ketenagakerjaan. Kementerian Perhubungan melindungi pengemudi transportasi online dengan menerbitkan Peraturan Menteri PM 12 Tahun 2019 dan PM 118 Tahun 2018 serta menyelenggarakan Program Early Age Traffic Awareness (SALUD) untuk meningkatkan kesadaran pengemudi dalam keselamatan berkendara. Lebih lanjut, Kementerian Ketenagakerjaan untuk melindungi pengemudi transportasi online telah melaksanakan program Jamsostek berupa Jaminan Kecelakaan Kerja dan Kematian serta melakukan Dialog Sosial dengan perwakilan pengemudi transportasi online dan perusahaan aplikasi transportasi online. Dalam implementasinya, pemerintah mengalami beberapa kendala, seperti perusahaan aplikasi transportasi online yang tidak sesuai dengan ketentuan, lemahnya sanksi yang diberikan kepada perusahaan aplikasi transportasi online, kurangnya kesiapan instansi terkait.
ABSTRACT
The existence of online transportation is a concern, especially regarding social problems that occur in online transportation drivers. One of the most important rights of drivers as workers is the protection of their safety and welfare. Online transportation involves many parties, so government intervention is needed as the party that has the authority to regulate public interests. This research uses qualitative research methods by collecting data through in-depth interviews and literature study. This type of research is descriptive which aims to describe the efforts made by the Government in protecting online transportation drivers. The theory used in this research is the concept of public policy, industrial relations, and the concept of partnership relations. The results of this study indicate that the government's efforts to protect online transportation drivers are carried out through the Ministry of Transportation and the Ministry of Manpower. The Ministry of Transportation protects online transportation drivers by issuing Ministerial Regulations PM 12 Year 2019 and PM 118 Year 2018 and organizing an Early Age Traffic Awareness (SALUD) Program to increase driver awareness in driving safety. Furthermore, the Ministry of Manpower to protect online transportation drivers has implemented the Jamsostek program in the form of Work Accident and Death Insurance and conducted Social Dialogue with representatives of online transportation drivers and online transportation application companies. In its implementation, the government has experienced several obstacles, such as online transportation application companies that do not comply with the regulations, weak sanctions given to online transportation application companies, and lack of readiness of related agencies."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolus Boromeus Pedro Prasetyo
"Skripsi ini membahas tentang proses belajar cyberfraud oleh pengemudi transportasi online di Jakarta. Penelitian ini melihat bagaimana proses belajar yang dialami oleh pengemudi transportasi online di Jakarta sebagai pelaku kejahatan. Penelitian ini berlandaskan pada teori Differential Association untuk menjelaskan dan menganalisis proses belajar tersebut. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus terhadap 4 orang informan yaitu, M, R, D dan A yang merupakan seorang pelaku kejahatan. Metode tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi sedalam mungkin mengenai proses belajar cyberfraud oleh pengemudi transportasi online. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat proses belajar kejahatan yang dialami oleh pengemudi transportasi online, sehingga bisa menjadi seorang pelaku kejahatan cyberfraud

This undergraduate thesis discusses the learning process of fraud by online transportation drivers in Jakarta. This study looks at how the learning process experienced by online transportation drivers in Jakarta as perpetrators of crime. This research is based on the theory of Differential association to explain and analyze the learning process. This research method uses a case study approach to 4 informants, namely M, R, D and A who are criminals. This method aims to obtain as much information as possible about the learning process of fraud by online transportation drivers. The results of this study indicate that there is a learning process experienced by online transportation drivers, so that a perpetrator of fraud is a crime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthi`Ah Yasmin Alisha
"Makalah ini menjelaskan bagaimana sistem wayfinding membantu pengunjung museum dalam memahami informasi yang diberikan di museum. Pengguna museum sendiri memiliki latar belakang pengunjung yang bervariasi, termasuk penyandang disabilitas tunanetra. Sebagai ruang publik, museum pada umumnya mampu memberikan informasi tertentu bagi pengunjungnya. Informasi tersebut dapat dipahami pengunjung dengan cara yang berbeda-beda, maka dari itu, pengunjung cenderung bergerak secara independen di dalam museum untuk memahami informasi yang terdapat di museum. Dalam mengakomodasi kebutuhan seluruh pengunjung, dibutuhkan penyesuaian di dalam museum agar museum tersebut dapat diakses oleh semua pengunjung. Dalam hal ini, sistem wayfinding hadir untuk mengarahkan pengunjung museum ketika beraktivitas di dalam sebuah museum. Tujuan dari sistem wayfinding sendiri tidak hanya memberikan arahan bagi seseorang untuk bergerak, tetapi juga untuk memahami lingkungan tempat mereka berada. Pada umumnya sistem wayfinding hadir secara visual, tetapi bagi mereka yang memiliki keterbatasan visual memerlukan penggunaan sensori lainnya untuk memahami sistem wayfinding. Oleh karena itu, sistem wayfinding yang disesuaikan di museum harus hadir secara maksimal agar dapat diakses oleh semua kalangan termasuk pengunjung dengan keterbatasan visual.

This paper explains how wayfinding system helps museum visitor to understand the information given in a museum. Museum user itself have a varied background of visitors, including people with disability such as blind people. As a public space, museum generally provide certain information for their visitors. Such information can be understood by visitors in different ways, therefore, visitors tend to move independently to understand the information given in the museum. To accommodate the needs of all visitors, adjustments are needed in the museum so that the museum can be accessed by all visitors. In this case, a wayfinding system appears to direct museum visitors when they are exploring the museum. The purpose of the wayfinding system itself does not only provide direction for a person to move, but also to understand the environment in which they are in. In general, the wayfinding system is presented visually, but for those who have visual disability it requires the use of other sensory to understand the wayfinding system. Therefore, an adjusted wayfinding system in the museum must be present optimally so that it can be accessed by all visitors including those with visual disability.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Anatul Ramadhan
"Tranportasi menjadi salah satu sarana yang sangat dekat dalam aspek kehidupan masyarakat, kebutuhan dan tingginya mobilitas masyarakat membuat transportasi menjadi salah satu sarana yang paling banyak mendapatkan perhatian dewasa ini. Selain pesatnya perkembangan infrastruktur yang dikembangkan oleh pemerintah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut membawa sumbangsi besar dengan kemunculan transportasi berbasis online yakni moda transportasi yang pada awal kemunculannya beroperasi layaknya sebuah ldquo;ojek rdquo; namun berbasis internet. Salah satu moda transportasi online yang terus berkembang hingga saat ini ialah GO-JEK. Bahkan saat ini jasa yang mereka tawarkan tidak hanya jasa antar jemput akan tetapi juga pembayaran hingga e-commerce. Disamping pesatnya perkembangan GO-JEK, persaingan antar ojek online maupun dengan transportasi konvensional lainnya terus terjadi. Perkembangan pola konsumsi dan pola komunikasi masyarakat pun turut mempengaruhi keputusan mereka dalam memilih brand atau produk dan jasa yang akan digunakan. Menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi partisipan hingga dokumentasi penelitian ini akan mengidentifikasikan aspek komunikasi yakni proses interaksi yang terjadi dalam tahapan - tahapan keterlibatan pelanggan GO-JEK mulai dari lurking, casual, active, commited dan juga loyalist. serta seberapa besar kemungkinan pelanggan pada tahap tersebut akan merekomendasikan transportasi online ini. Perkembangan dan kemajuan teknologi internet khususnya penggunaan media sosial menjadi salah satu perantara interaksi yang paling dominan dilakukan oleh setiap pelanggan GO-JEK dalam tahapan - tahapan customer engagement. Pola interaksi ini lah yang hingga akhir semakin memperkuat kepuasan dan kepercayaan pelanggan kepada GO-JEK dan melakukan tugas nya sebagai pelanggan yang loyal pada perusahaan transportasi online ini.

Transportation become one of the closest tools in the life aspect of society, people needs and the high mobility making transportation become one of the most attention getting facilities today. In addition to the rapid development of infrastructure developed by the government, the advancement of science and technology also brought a big contribution with the emergence of online based transportation that is the mode of transportation that at the beginning of its emergence operate like an ojek based by internet. One of online transportation that continuously grow until now is GO JEK. Now day the services they offer is not only shuttle services but also payments and also e commerce. In addition to the rapid development of GO JEK, competition between ojek online and also with other conventional transportation continues to occur. The development of consumption patterns and patterns of community communication also influenced their decision in choosing a brand or products and services to be used. Using qualitative methods and data collection from the interviews, participant observation and the documentation of this research will identify the communication aspects of the interaction process that occurs in the stages of GO JEK customer engagement from lurking, casual, active, committed and loyalist and how likely customers at that stage will recommend this online transport. The development and advancement of internet technology especially the use of social media become one of the most dominant interaction interactions done by every customer GO JEK in stages customer engagement stages. It is this interaction pattern that ends up further strengthening customer satisfaction and trust to GO JEK and performs its duties as a loyal customer to this online transportation company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shamila Nurul Izzah Choirunnisa
"Wayfinding merupakan kegiatan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan wayfinding dalam rangka mencari jalan untuk bernavigasi ke tempat tujuan. Wayfinding bukanlah suatu hal yang sulit bagi orang-orang yang familiar dengan suatu lingkungan navigasi. Di sisi lain, wayfinding bisa menjadi suatu hal yang menantang bagi orang-orang yang tidak familiar dengan suatu lingkungan navigasi. Ketika bernavigasi di lingkungan yang tidak familiar, orang-orang akan lebih mudah tersasar sehingga umumnya akan cenderung merasa khawatir dan berbagai emosi negatif lainnya. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kondisi dan situasi lingkungan navigasi yang mengakomodasi wayfinding. Skripsi ini ditulis untuk menyelidiki hubungan yang terjadi antara emosi manusia dan lingkungan navigasi dalam wayfinding. Hal tersebut diungkap melalui wawancara kepada beberapa mahasiswa yang pernah atau sedang menetap di luar negeri untuk belajar dan setelahnya dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner kepada responden secara lebih umum. Berdasarkan hasil studi kasus, secara garis besar diketahui bahwa lingkungan navigasi menyediakan konteks bagi kegiatan wayfinding. Konteks ini terdiri dari faktor-faktor lingkungan yang menstimulasi dan memicu emosi manusia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa emosi manusia bersifat kontekstual dan situasional terhadap lingkungan navigasi dalam wayfinding

Wayfinding is an activity that is familiar with human daily life. Humans do wayfinding in order to find a way to navigate to their destination. Wayfinding is not a difficult thing for people who are familiar with a navigation environment. On the other hand, wayfinding can be challenging for people who are not familiar with a navigation environment. When navigating in an unfamiliar environment, people might get lost more easily and will generally tend to feel worried and various other negative emotions. This is influenced by condition and situation of the navigation environment that accommodates wayfinding. This thesis was written to investigate the relationship between human emotions and the navigation environment within wayfinding. This was revealed through interviews with several students who had or are currently living abroad to study and after that it was continued by distributing questionnaires to more general respondents. Based on the results of the case studies, it is generally known that the navigation environment provides a context for wayfinding activities. This context consists of environmental factors that stimulate and trigger human emotions. Therefore, it can be concluded that human emotions are contextual and situational towards the navigation environment within wayfinding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>