Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marina Kartikawati
"ABSTRAK
Nama : Marina KartikawatiProgram Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul : Analisis Tingkat Kematangan Budaya Keselamatan SektorKonstruksi di PT. MK Proyek Renovasi Stadion Utama Gelora BungKarnoLatar Belakang : Budaya keselamatan tidak hanya berpengaruh kepadaproduktivitas namun juga persaingan antar usaha yang sejenis. Konsep budayakeselamatan merupakan sebuah konsep baru di sektor konstruksi yang memilikikarakteristik tenggang waktu penyelesaian yang sempit serta tingginya angkapergantian pekerja. PT. MK. Departemen Gedung memenangkan tender atasProyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan jangka waktu proyekselama 14 bulan Choudhry et al. 2007 Cooper 2002 .Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya diPT. MK pada proyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno SU-GBK .Metode : Metode pengambilan data secara kualitatif FGD, observasi danwawancara mendalam dan diolah dengan metode kuantitatif untuk kemudiandilakukan analisis secara mendalam indepth analysis pada bulan Mei-Juli 2017.Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan stratified random sampling yangditentukan berdasarkan representasi di dalam populasi.Hasil : PT. MK Proyek Renovasi SU-GBK menitik beratkan perhatian kepadaperencanaan sistem, namun persepsi dalam implementasi dan evaluasi sistemmanajemen keselamatan masih memiliki nilai yang rendah. Manajemen dalamproyek telah menyadari pentingnya manusia dalam sebuah pekerjaan. Manusia /pekerja adalah aset penting bagi perusahaan. Namun hal ini belum dirasakan olehsebagian besar pekerja karena nilai yang tinggi terdapat pada level manajemen danpengawas. Kesadaran akan keselamatan yang dibangun oleh para pemimpin proyek manajemen dan pengawas masih dalam tahapan awal namun keselamatan kerjabelum tercermin dalam keseharian / daily activities di proyek ini karena masihdalam tahapan menata organisasi.Kesimpulan : Tingkat kematangan budaya keselamatan di PT. MK ProyekRenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno SU-GBK dapat dikategorikan kedalam tingkat kalkulatif dengan rata-rata nilai adalah 3,19. Sistem manajemenkeselamatan berjalan didasarkan data yang ada dengan kendali penuh padamanajemen tanpa partisipasi aktif dari pekerja. Organisasi dengan level kalkulatifmerupakan organisasi yang belum siap dalam menjalankan budaya keselamatan.Kata Kunci : Budaya Keselamatan, Konstruksi, Keselamatan Kerja

ABSTRACT
Name Marina KartikawatiMajor Occupational Health and SafetyTitle Analysis of Safety Culture Maturity Level in Construction at PT. MKGelora Bung Karno Main Stadium Renovation ProjectBackground Safety culture not only affects to productivity but also to competitionbetween similar core businesses. The concept of safety culture is a new concept inthe construction sector. Construction sector has a narrow building period and highemployee turnover. PT. MK Building Departement won the tender for theRenovation of Gelora Bung Karno Main Stadium with 14 months term. Choudhryet al. 2007 Cooper 2002 Aim This study aims to determine the level of cultural maturity in PT. MK on theRenovation Project of Gelora Bung Karno Main Stadium SU GBK .Method Data collected qualitatively FGD, observation and in depth interview and processed by quantitative method for indepth analysis in May July 2017. Thesample in this study was chosen by stratified random sampling and determined byrepresentation in population.Result PT. MK SU GBK Renovation Project focuses on system planning, butimplementation and evaluation of the safety management system still has low value.Project rsquo s managements have realized the importance of humans in a system.Workers are important asset for the company. The awareness of the safety built byproject leaders management and supervisors is still in the early stages and has notbeen felt by most workers. Safety is not reflected in daily activities. This projectstill is organizing the organization.Conclusion The safety culture maturity level in PT. MK SU GBK project can becategorized into calculative level with average value is 3.19. The safetymanagement system runs based on existing data. It fully controled by managementwithout the active participation of workers. Calculative level organization is anorganization that is not ready for the safety culture.Keywords Safety Culture, Construction, Safety"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Budi Utama
"Tahun 2020 angka kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 221.740 kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecelakaan adalah iklim keselamatan kerja. Iklim keselamatan dapat dipengaruhi oleh faktor demografi (umur, jenis kelamin, jabatan, tingkat pendidikan, dan masa kerja). Terkait dengan iklim keselamatan kerja, di PT X belum pernah dilakukan pada proyek pengelolaan alat. Proyek Y adalah pilot project pengelolaan alat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis iklim keselamatan kerja di konstruksi PT X proyek Y. Penelitian cross sectional ini menggunakan kuesioner NOSACQ-50 untuk mengukur iklim keselamatan dan wawancara untuk triangulasi dan validasi data. Total pekerja di Proyek Y adalah 114 pekerja. Semua pekerja menjadi responden kuesioner NOSACQ-50, sedangkan informan kunci terdiri dari lima orang. Tingkat iklim keselamatan kerja di konstruksi PT X proyek Y adalah 3,03 yang termasuk kategori baik. Ada perbedaan signifikan pada iklim keselamatan berdasarkan jabatan dan tingkat Pendidikan pekerja. Iklim kerja tidak berhubungan signifikan dengan umur pekerja, meskipun berhubungan signifikan dengan masa kerja.

n 2020 the number of work accidents in Indonesia reached 221,740 cases. One of the factors that influence accidents is the safety climate. The safety climate can be influenced by demographic factors (age, gender, position, level of education, and years of service). Regarding the work safety climate, PT X has never done this on an equipment management project. Project Y is a pilot project management tool. This study aims to analyze the safety climate in the construction of PT X project Y. This cross sectional study used the NOSACQ-50 questionnaire to measure the safety climate and interviews for data triangulation and validation. The total number of workers in Project Y is 114 workers. All workers became respondents to the NOSACQ-50 questionnaire, while the key informants consisted of five people. The level of work safety climate in the construction of PT X project Y is 3.03 which is in the good category. There is a significant difference in the safety climate based on the position and level of education of workers. Safety climate is not significantly related to the age of workers, although it is significantly related to years of service."
2022: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Santoso
"Keselamatan kerja menjadi sebuah fenomena yang harus diperhatikan oleh sektor konstruksi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi, terlebih lagi sektor konstruksi sebagai penyumbang angka kecelakaan kerja tertinggi. Untuk mengatasi kecelakaan kerja yang dapat terjadi dalam sebuah proyek, dibentuklah sebuah sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sistem tersebut dikenal dengan nama Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja SMK3. Konsep SMK3 telah lama diterapkan di Indonesia, tetapi pada kenyataannya, angka kecelakaan yang terjadi tetap saja mengalami penambahan dari tahun ke tahun. Tentu hal ini menjadi sebuah kegagalan dari penerapan SMK3 yang seharusnya dapat mengurangi angka kecelakaan kerja. Kenyataannya, keberhasilan penerapan SMK3 juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan keselamatan perusahaan yang menerapkan SMK3 tersebut. Ketika perusahaan berada pada tingkat kematangan keselamatan yang tinggi, budaya keselamatan yang baik akan terbentuk, sehingga SMK3 akan dapat berjalan dengan baik.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kondisi eksisting tingkat kematangan keselamatan di Indonesia, yang kemudian akan diusulkan metode pengembangan terhadap kondisi eksisting. Selanjutnya, hubungan antara tingkat kematangan keselamatan terhadap budaya yang akan mempengaruhi kinerja keselamatan dan kinerja proyek juga akan dilihat. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hubungan antara budaya keselamatan, tingkat kematangan, dan kinerja, serta metode pengembangan tingkat kematangan keselamatan.

Work safety is a phenomenon that has to be handled by the Indonesia construction sector. It is because there is a high number of work accident, moreover, construction is the highest contributor for the number of work accidents. To handle the work accident that may occurs, a system is formed, and we called it as Health, Safety and Environment System HSE system. The HSE concept has been applied in Indonesia for a long time, but still the number of work accident is increasing over years. It indicates that the HSE system has failed. In fact, the success of HSE system is affected by safety maturity level of the construction enterprises. When the safety maturity level of the company at its highest, it will create a safety culture, and will make the HSE system work properly.
The objectives of this paper are to portrait the existing condition of safety maturity level in Indonesia, and give some improvement suggestions and also to see the relation between safety maturity level and safety culture that will affect safety and project performance. The results of this paper are the relation between safety maturity level and safety culture, and methods suggested to improve safety maturity level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Riza Wibowo
"Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir adalah penggunaan radiasi untuk mengiradiasi suatu bahan dengan tujuan sterilisasi, pengawetan atau polimerisasi dalam fasilitas iradiator. Peraturan BAPETEN terkait fasilitas iradiator telah diperbarui dari yang sebelumnya No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 menjadi No. 3 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut Budaya Keselamatan menjadi poin baru dalam Persyaratan Manajemen yang wajib diwujudkan oleh pemegang izin. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur tingkat kematangan budaya keselamatan di sebuah fasilitas iradiator. Model budaya keselamatan akan menggunakan model yang dikembangkan IAEA yaitu 5 karakteristik budaya keselamatan yang terbagi menjadi 37 atribut budaya keselamatan. Tingkat kematangan budaya keselamatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari tingkat perkembangan budaya keselamatan yang dikembangkan oleh BATAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan dan pendekatan skala likert akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan yang kuat dan karakteristik budaya keselamatan yang perlu untuk ditingkatkan. Dari hasil analisis dengan pendekatan AHP didapatkan hasil penilaian tingkat kematangan budaya keselamatan belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Berdasarkan data-data penelitian, fakta lapangan dan membandingkan dengan penelitian serupa sebelumnya pada fasilitas instalasi nuklir serta penilaian dari inspektur keselamatan nuklir sebagai perspektif eksternal, peneliti menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan PT X masuk dalam kategori Tahap 2 yaitu Kinerja keselamatan yang baik menjadi tujuan organisasi. Dari hasil analisis dengan pendekatan skala likert diketahui bahwa Akuntabilitas Keselamatan menjadi karakteristik yang paling kuat dan karakteristik yang perlu untuk ditingkatkan diantaranya Kepemimpinan dalam keselamatan, Keselamatan terintegrasi pada seluruh kegiatan dan Keselamatan didorong pembelajaran. Peneliti merekomendasikan PT X untuk mulai mengembangkan SMK3 agar konteks keselamatan tidak hanya berfokus pada keselamatan radiasi tetapi bisa lebih luas menjadi keselamatan secara umum, perlu adanya dokumentasi pelaksanaan sharing session terkait keselamatan secara umum dan menyelenggarakan pelatihan soft skill.

The utilization of nuclear power in Indonesia has developed rapidly. One of the utilizations of nuclear power is the use of radiation to irradiate a material with the purpose of sterilization, preservation or polymerization in the irradiator facility. Bapeten regulations related to irradiator facilities have been updated from previously No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 to No. 3 of 2020. In that regulation the safety culture is a new point in management requirements that must be realized by the permit holder.

This study intends to measure the level of maturity of the safety culture in an irradiator facility. The cultural model of safety will use the model developed by IAEA, namely 5 characteristics of the cultural safety which is divided into 37 attributes of safety culture. The level of maturity of the safety culture used in this study refers to the level of safety culture developed by Batan. This research uses descriptive analysis methods. The Analytic Hierarchy Process (AHP) approach will be used to analyze the level of maturity of safety culture and the Likert scale approach will be used to identify the characteristics of a strong safety culture and the characteristics of a safety culture that needs to be improved. From the results of the analysis with the AHP approach, the results of the assessment of the level of safety culture have not reflected the actual value. Based on research data, field facts and comparing with previous research in nuclear installation facilities and the assessment of nuclear safety inspector as an external perspective, researchers set the level of maturity of PT X's safety culture into the category of stage 2, namely good safety performance becomes an organizational objective. From the results of the analysis with the likert scale approach it is known that "Accountability for safety” is the most powerful characteristics and characteristics that need to be improved including “Leadership for safety”, “Safety is integrated into all activities” and “Safety is learning driven”. Researchers recommend PT X to start developing SMK3 so that the safety context does not only focus on radiation safety but can be broader into general safety, the need for documentation of the implementation of sharing sessions related to safety and organizing soft skills training."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Omar Mochtar
"Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), di tingkat global lebih dari 2,78 juta orang meninggal per tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPJS, kecelakan kerja di konstruksi meningkat dari 114.000 di tahun 2019 menjadi 177.000 kecelakaan ditahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya keselamatan pada pekerja di PT. XYZ . Penelitian bersifat semi kuantitatif dengan design penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan dari hasil FGD, Kuisioner, review dokumen & Observasi kemudian dilakukan analisa secara mendalam. Terdapat 19 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kematangan budaya keselamatan didapatkan PT. XYZ berada di tingkat calculative dengan mayoritas variabel berada pada tingkat calculative kecuali variabel penghargaan K3L, pelatihan & kompentensi, penerapan dan penggunaan standart berada pada tingkat reactive. Berdasarkan dengan  kriteria 20 variabel yang diuji dalam penelitian ini tingkat kematangan budaya keselamatan PT. XYZ berada ditingkat calculative yaitu masuk kedalam titik awal dalam menuju budaya selamat.

According to estimates of the International Labour Organization (ILO), at the global level more than 2.78 million people die per year from occupational accidents or work-related diseases. Based on data released by BPJS, work accidents in construction increased from 114,000 in 2019 to 177,000 accidents in 2020. This study aims to determine the level of maturity of safety culture in workers at PT. XYZ. Research is semi-quantitative with a descriptive research design. The data collected from the results of the FGD, Questionnaire, document review & Observation was then carried out an in-depth analysis. There are 19 variables that will be tested in this study.  Based on the results of measuring the level of maturity of safety culture obtained by PT. XYZ is at the calculative level with the majority of variables being at the calculative level except the K3L reward variable, training &compensatory, application and use of the standard are at the reactive level. Based on the criteria of 20 variables tested in this study, the maturity level of pt. XYZ is at the level of being calculative, which is to enter the starting point in the direction of a culture of safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rachma Sari
"Industri konstruksi merupakan industri yang memiliki risiko pekerjaan yang tinggi. Industri konstruksi juga merupakan salah satu penyumbang angka kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi dapat menyebabkan berbagai macam kerugian, untuk proyek itu sendiri, untuk perusahaan, untuk masyarakat sekitar dan juga pekerja itu sendiri, tidak jarang kecelakaan pada proyek konstruksi dapat menyebabkan kerugian bagi lingkungan. Kecelakaan kerja merupakaan bukti bahwa masih rendahnya kinerja keselamatan pada proyek konstruksi. Terdapat beberapa upaya dalam meningkatkan kinerja keselamatan salah satunya dengan meningkatan budaya keselamatan dan membentuk kepemimpinan keselamatan dari setiap individu. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengembangan strategi dalam meningkatkan budaya keselamatan dan membentuk kepemimpan keselamatan dalam meningkatkan kinerja keselamatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan sebagai upaya dalam peningkatan kinerja keselamatan konstruksi, sehingga keselamatan konstruksi menjadi budaya pada industri konstruksi melalui pendekatan kepemimpinan keselamatan.

Construction industry is one of the industries that has a high job risk, and also one of the contributors to the highest accident rate. Work accidents on construction projects can cause various kinds of losses, for the project itself, the company, for the surrounding community and also the workers themselves, construction projects can cause harm to the environment. Work accidents are evidence that safety performance is still low on construction projects. There are several efforts to improve safety performance, one of which is by increasing safety culture, and build the safety leadership on each individual. The aim on this research is to develop the strategy to improve safety culture an build safety leadership then could improve safety performance. The results of this study are expected to be a lesson and an effort to improve construction safety performance, so that construction safety becomes a culture in the construction industry through a safety leadership approach."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Novianti
"Banyaknya proyek konstruksi memunculkan potensi meningkatnya masalah keselamatan pekerja. Kecelakaan kerja di sektor konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja memiliki risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun, perlindungan terhadap para pekerja pada sektor jasa konstruksi dinilai belum maksimal, ditandai dengan banyaknya kecelakaan kerja dan belum terpenuhinya standar keselamatan kerja. Peningkatan budaya keselamatan kerja menjadi salah satu kunci pengendalian kecelakaan kerja. Integrasi budaya keselamatan kerja di perusahaan dapat dilakukan melalui pendekatan prinsip-prinsip manajemen, salah satunya adalah pendekatan sistem kepemimpinan. Kepemimpinan yang kuat, efektif, dan visible merupakan faktor penting dalam mewujudkan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dimensi sistem kepemimpinan keselamatan yang diperlukan terhadap budaya keselamatan kerja, serta mengetahui hubungan budaya keselamatan kerja dan sistem kepemimpinan keselamatan melalui indikator-indikatornya. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengumpulkan data selama proses penelitian dan diolah menggunakan program SPSS data univariate dianalisis secara deskriptif menggunakan metode analisis faktor. Melalui analisis data yang dikumpulkan diperoleh keterkaitan antara dimensi sistem kepemimpinan keselamatan dan budaya keselamatan pada objek penelitian Perusahaan Konstruksi BUMN.

The number of construction projects shows the potential for increased safety issues for workers. Work accidents in the construction sector involving many workers have a higher risk of work injury. However, the protection of workers in the construction services sector is considered not maximal, marked by amount of workplace accidents and not yet fulfillment of safety standards. Increasing occupational safety culture is one of the keys to work accident control. Integration of work safety culture in company can be done by approach of management principles, one of them is the approach of leadership system. Strong, effective, and visible leadership is an important factor in creating a safety healthy environment.
This study aims to analyze the dimensions of the safety leadership system required for safety culture, as well as to know the safety culture relationship and the safety leadership system through its indicators. This research was conducted by using research instruments in the form of questionnaires to collect data during the research process and processed using SPSS data univariate program, analyzed descriptively using factor analysis method. Through analysis of collected data obtained the relationship between the dimensions of safety leadership system and safety culture on the object of research of BUMN Construction Company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Russell Riza
"Angka kecelakaan konstruksi khususnya di Indonesia masih terhitung tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah penerapakan keselamatan konstruksi yang masih belum maksimal. Oleh karena itu, pada penelitian ini diusulkan pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari penyusunan Analisis Keselamatan Konstruksi (AKK) untuk meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi pada proyek konstruksi. AKK sendiri merupakan salah satu bagian dari dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yaitu dokumen yang digunakan pada saat pelelangan proyek konstruksi. RKK ini merupakan bagian dari perencanaan keselamatan konstruksi yang tercantum pada Permen PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Dengan adanya SOP terkait penyusunan AKK, maka diharapkan dapat mengurangi kesalahan – kesalahan dalam penyusunan AKK hingga pada penerapannya. Karena SOP disini berfungsi sebagai alat bagi tim penyusun AKK agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih efisien, efektif, informatif, dinamis, dan juga representatif. Pada penelitian ini, digunakan metode Delphi sebagai metode untuk pengumpulan serta analisa data. Berdasarkan hasil penelitian ini, SOP penyusunan AKK berpengaruh serta dapat meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi. SOP yang telah dikembangkan sangat diharapkan agar kedepannya dapat dijadikan referensi atau dapat dievaluasi kembali hingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

The number of construction accidents, particularly in Indonesia, is still relatively high. This could be due to several factors, one of which is the inadequate implementation of construction safety performance. Therefore, this study proposes the development of Standard Operating Procedures (SOP) for the arrangement of Construction Safety Analysis (CSA) to improve the safety performance of construction projects. CSA is one of the components of the Construction Safety Plan document, which is used during the bidding process for construction projects. Construction Safety Plan is part of the construction safety planning outlined in Permen PUPR No. 10 of 2021 of Construction Safety Management System Guidelines. With the proposed SOP for the preparation of CSA, hopefuly the errors in the preparation and implementation of CSA can be reduced. The SOP serves as a tool for the CSA preparation team to complete their tasks more efficiently, effectively, informatively, dynamically, and representatively. In this study, the Delphi method was used as a technique for data collection and analysis. Based on the findings of this research, the Standard Operating Procedure (SOP) for the arrangement of CSA has been found to have a significant impact and can enhance construction safety performance. The developed SOP is highly expected to serve as a reference or be further evaluated and adjusted to meet future needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kurdiman
"Kegiatan industri tidak terlepas dari adanya bahaya dan pajanan risiko yang berpotensi kecelakaan, termasuk pertambangan. Perkembangan resilience secara teoritis dan praktis dalam pengelolaan risiko. Adanya bahaya berisiko tinggi di berbagai industri dan tuntutan efisiensi biaya diperlukan sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan keselamatan, termasuk program safety culture. Sebuah pendekatan pengelolaan keselamatan baru tersebut adalah pendekatan Safety-I (safety culture) menjadi Safety-II (culture of resilience) (Hollnagel, 2013; 2015). Pendekatan yang memasukkan prinsip resilience pada safety culture. Perkembangan safety culture model secara teori dan praktis. PT Harmoni Panca Utama (HPU) telah mengembangkan program budaya keselamatan dan berpandangan bahwa safety culture model terdiri dari 3 (tiga) faktor pembentuk utama, yaitu: attitude, management infrastructure & technology; dan HSE Management System beserta belum mempertimbangkan aspek pendekatan baru berbasis prinsip resilience. Kajian faktor permbentuk utama terhadap safety culture model yang berindikator berbasis prinsip resilience merupakan tujuan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan mix methode, analisa kualitatif dan principal component analysis (PCA). Hasilnya bahwa safety culture model di HPU masih sesuai dengan perkembangan ilmiah saat ini dengan beberapa penyederhanaan. Dari PCA diperoleh 3 komponen yang indikator faktor pembentuknya sebanyak 29 variable telah ditambahkan 4 prinsip resilience, yaitu: respon, monitor, learn, dan anticipate. Hanya komponen 1 yang reliable, sementara Komponen 2 & 3 tidak. Hal ini dimungkinkan karena indikator faktor pada komponen satu dan lainnya saling berkaitan atau karena Komponen 2 & 3 berindikator faktor sedikit (3-4 variabel). Dari 397 responden, hasil uji reliabilitas untuk total indikator faktor pembentuk, nilai alpha cronbach 0,798 (reliable) dan uji validitas (r) dibawah nilai kritis pada masing2 pertanyaan/variable.

Industrial activities are inseparable from potential hazards and risk exposures, including mining. Today, the study of the development of resilience is theoretically and practically in risk management. The presence of high-risk hazards in various industries and cost-efficiency demands required a new approach to safety management, including safety culture programs. A new approach to safety management is the Safety-I approach (safety culture) to Safety-II (culture of resilience) (Hollnagel, 2013, 2015) which is an approach that incorporates the principle of resistance to safety culture. Today also the development of security culture model in theoretically and practically. PT. Harmoni Panca Utama (HPU) has developed a safety culture program and believes that the safety culture model consists of 3 (three) dominant form factors, including: attitude, management infrastructure & technology; and HSE management system. That model has not considered a new aspect of resilience principle based approach. The study of the major factor in the form of safety culture model founded on the resilience principle is the purpose of this study.
This research uses mix methods, qualitative analysis and principal component analysis (PCA). The result that the safety culture model in HPU is still following current scientific development with some simplification. Adding four principles of resilience, namely: respond, monitor, learn and anticipate from the PCA that obtained three components that the fundamental factors of 29 variables. Only Component 1 is reliable, while Components 2 & 3 do not. Otherwise, the researcher will still use 3 components or main factors based on literature review. This result is possible because the factor indicators on one component and the other are interrelated or because Components 2 & 3 are slightly indicator factors (3-4 variables). From 397 respondents, reliability test results for total indicators of the factor, alpha's Cronbach value 0.798 (reliable) and validity test (r) below the critical value of each question/variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Putrayani
"Industri konstruksi merupakan kontributor utama kecelakaan kerja di Indonesia, terhitung sekitar 32% dari seluruh insiden. Dan, karena pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk membangun ibu kota baru untuk meminimalkan beban terhadap Jakarta sekaligus mendorong pemerataan perkembangan, proyek besar ini akan mencakup sejumlah besar kegiatan konstruksi. Akibatnya, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) sangat penting dalam membangun tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tiga tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi sub variabel dan indikator yang dapat mempengaruhi pembuatan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK); (2) Mengidentifikasi kendala dan strategi yang digunakan untuk menyempurnakan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) berdasarkan ketidaksesuaian Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dengan Permen PUPR No.10 Tahun 2021 dan Surat Edaran Menteri PUPR No.10 Tahun 2022 ; dan (3) Menentukan indikator-indikator yang berpengaruh besar terhadap kinerja keselamatan konstruksi. Penelitian ini menghasilkan lima subvariabel, yaitu sebagai berikut: (1) Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi; (2) Perencanaan Keselamatan Konstruksi; (3) Dukungan Keselamatan Konstruksi; (4) Operasi Keselamatan Konstruksi; dan (5) Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi. Dalam studi ini, juga dikembangkan strategi berdasarkan hambatan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK). Indikator yang dominan dalam penyusunan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) untuk meningkatkan performa keselamatan konstruksi dengan menggunakan metode Relative Importance Index (RII) adalah sesuai urutan sebagai berikut: (1) Komitmen Keselamatan Konstruksi; (2) IBPRP; (3) Rencana Aksi; (4) Kesiapsiagaan dan Tanggap Kondisi Darurat; (5) Kompetensi Tenaga Kerja; dan (6) Evaluasi.

The construction industry was the leading contributor to occupational accidents in Indonesia, accounting for around 32% of all incidents. And, because the Indonesian government has decided to build a new capital city in order to minimize the pressure on Jakarta while also promoting equitable growth, this major project will include a huge number of construction activities. As a result, the occupational health and safety management system (OHSMS) is critical in establishing a safe, efficient, and productive workplace. The three main objectives of this study are as follows: (1) To identify the subvariables and indicators that could influence the creation of Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK); (2) To identify the barriers and strategies used to improve Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) based on the non-compliance of the Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) with Permen PUPR No.10 of 2021 and Surat Edaran Menteri PUPR No.10 of 2022; and (3) To identify the indicators that could have a major influence on the construction safety performance. This study produced five sub-variables, which are as follows: (1) Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi; (2) Perencanaan Keselamatan Konstruksi; (3) Dukungan Keselamatan Konstruksi; (4) Operasi Keselamatan Konstruksi; and (5) Evaluasi Kinerja Keselamaan Konstruksi. In this study, strategies are also developed based on the barriers caused by the non-compliance in order to improve the Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) document. The dominant indicators in creating the RKK document to improve the construction safety performance using the Relative Importance Index (RII) method are according to the following order: (1) Komitmen Keselamatan Konstruksi; (2) IBPRP; (3) Rencana Tindakan; (4) Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat; (5) Kompetensi Tenaga Kerja; and (6) Evaluasi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>