Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201802 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brigitta Ida Resita Vebrianti Corebima
"Latar belakang: Air susu ibu ASI sangat bermanfat bagi bayi baru lahir, dari aspek komponen nutrisi maupun proteksi. Respon imun innate dan adaptif pada NKB diketahui masih imatur, diantaranya pada saluran cerna adalah antimikrobial peptide termasuk di dalamnya adalah human defensin 2 hBD2 . Pemberian nutrisi pada bayi prematur masih menjadi problematika karena belum semua NKB bisa mendapatkan ASI saja, sementara ASI kaya akan hBD2.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan studi cross sectional. Dilakukan di ruang neonatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2016 ndash; April 2017. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Prodia. Populasi target NKB dengan usia gestasi 28-34 minggu. Terbagi 4 kelompok ASI, predominan ASI, predominan susu formula dan susu formula saja. Dilakukan pada 44 neonatus kurang bulan. Menggunakan metode ELISA, pemeriksaan radiologis dan pengecekan kadar PCT,CRP dan IT rasio. Metode statistik dengan one way ANOVA.
Hasil: Kadar defensin pada masing-masing kelompok terdapat perbedaan yang signifikan dimana rerata kadar defensin terendah pada kelompok ASI sebesar 91,84 diikuti kelompok 2 221,52, kelompok 4 249,46 dan kadar tertinggi tercatat pada kelompok 3 sebesar 344,86 p=0,004 . Pada pemeriksaan Kadar procalcitonin ,CRP dan It rasio tidak terdapat beda yang signifikan. Klebsiella paling rendah populasinya pada kelompok ASI.
Kesimpulan: hBD 2 kadarnya ditemukan rendah pada kelompok ASI dan tinggi pada kelompok predominan susu formula dan susu formula saja. Hal ini menunjukkan tingginya proses inflamasi pada kelompok yang mendapat susu formula. Air Susu Ibu masih yang terbaik bagi saluran cerna dengan bukti rendahnya Klebsiela pada Kelompok ASI.

Background: Breast milk is highly beneficial for newborns, due to its nutritional aspects and protective properties. Innate and adaptive immune responses in preterm newborns are still immature, including the ones in the gastrointestinal system, namely antimicrobial peptide called human defensin 2 hBD2. Nutrition for preterm babies is still a problem because not all of them can get exclusive breast milk, while breast milk is rich in hBD2.
Method: This study is an analytic descriptive study with cross sectional design. This study was done in the neonatology room in National Central General Hospital of Cipto Mangunkusumo Jakarta, on November 2016 ndash April 2017. Laboratory examination was performed in Prodia Laboratory. The target population was preterm newborns with gestational age of 28 34 weeks, divided into 4 groups, namely the breast fed group, predominant breast fed group, predominant formula fed group, and exclusively formula fed group. This study was performed in 44 preterm newborns using ELISA method, radiological examinations, and measuring the level of PCT, CRP dan IT ratio. The statistical analysis method used for this study is one way ANOVA.
Result: There were significant differences in defensin level among the groups, in which the mean defensin level was lowest in breast fed group 91,84 , followed by the second group 221,52 , the fourth group 249,46 , and the highest in the third group 344,86 p 0,004 . There were no significant differences among groups in IT ratio and procalcitonin and CRP levels. Breastmilk is the best protection for preterm gut which Klebsiella was lowest in breastmilk group.
Conclusion: The level of hBD2 was found to be low in breast fed group and high in predominant formula fed group and also in exclusively formula fed group. This showed the high inflammation process happening in the group fed with formula.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hayati
"Latar Belakang: Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang direkomendasikan untuk diberikan secara eksklusif hingga usia 4-6 bulan. Air susu ibu mengandung zat bioaktif yang dapat mempercepat proses maturasi dan menjaga integritas mukosa usus. Pemeriksaan yang bersifat mudah, cepat, non-invasif dan terpercaya untuk menilai integritas mukosa usus yaitu alfa-1 antitripsin (AAT), calprotectin, dan IgA sekretorik (sIgA) feses.
Tujuan: Mengetahui perbedaan integritas mukosa usus dengan mengukur kadar AAT, calprotectin dan sIgA feses pada subjek bayi ASI dan susu formula eksklusif (SF) dan mengetahui hubungan antara jenis asupan nutrisi dengan integritas mukosa usus bayi pada usia 4-6 bulan.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2013. Subjek penelitian adalah bayi sehat berusia 4-6 bulan yang datang ke poliklinik anak RS St Carolus Jakarta dan yang bertempat tinggal di Kecamatan Pasar Minggu dan Cempaka Putih Jakarta. Kadar AAT, calprotectin, dan sIgA feses diukur menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik dilakukan untuk mencari hubungan pemberian ASI eksklusif dengan integritas mukosa usus dengan uji Kai kuadrat atau Fisher (analisis bivariat).
Hasil: Penelitian dilakukan pada 80 subjek (ASI n=40, SF n=40). Tidak didapatkan perbedaan karakteristik yang bermakna pada kedua kelompok. Kelompok ASI memiliki nilai rerata kadar AAT feses yang lebih tinggi secara bermakna (p=0,02). Kelompok SF memiliki kadar calprotectin yang lebih tinggi namun tidak berbeda bermakna (p=0,443) dibanding dengan bayi ASI. Kelompok ASI memiliki median kadar sIgA yang lebih tinggi secara tidak signifikan (p=0,104) dibandingkan dengan bayi SF. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian nutrisi dengan peningkatan kadar AAT feses bayi ASI. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis asupan nutrisi dengan penurunan kadar calprotectin (p=0,65) dan peningkatan kadar sIgA feses (p=0,26).
Simpulan: Bayi ASI eksklusif menunjukkan integritas mukosa usus yang lebih baik dari bayi SF eksklusif. Kadar AAT lebih tinggi secara signifikan pada bayi ASI eksklusif diduga berkaitan dengan AAT yang diperoleh dari ASI.

Background: Breastmilk is recognised for its ideal nutritional benefits for babies and has been recommended to be given exclusively for 6 months of life. Breastmilk also known to have bioactive substances that could modulates the gastrointestinal maturation and maintain its mucosal integrity. Markers that are easy, non-invasive and reliable like fecal alpha-1 antitrypsin (AAT), calprotectin, and secretoric imunoglobulin A (sIgA) have been known as marker to asses gut wall integrity.
Objective: To determine the difference of gut wall integrity based on fecal AAT, calprotectin, and sIg A level of exclusive breastmilk (BF) and formula feeding (FF) infant at 4-6 month of age. To determine the correlation between feeding type with gut wall integrity.
Methods: The study was conducted from June to Oktober 2013. Subjects were babies of 4-6 months old who came to pediatric policlinic at St Carolus hospital, and live in Kecamatan Pasar Minggu and Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta. The fecal markers analized with enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) methode. Chi square and Fischer test were used to analyze the correlation between feeding type and gut wall integrity (bivariate analysis).
Results: There were 80 babies recruited (BF=40, FF=40). There were no statisticaly difference between the characteristics of two groups. The BF group showed higher fecal AAT level compared to FF group (p=0,02). The FF group showed a higher fecal calprotectin and the BF group had a higher level of fecal sIgA compared to BF group but not statisticaly different (p=0,443, p=0,104). There was significant correlation between fecal AAT level of babies with breastmilk feeding (p=0,02). There were no significant correlation between fecal calprotectin (p=0,65) and sIgA level with the feeding type (p=0,26).
Conclusion: The BF babies had better mucosal integrity compared to FF babies. The fecal AAT level were significantly higher in breastmilk feeding babies and related with AAT from breastmilk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evrilia Bayu Fista Saraswati
"Salah satu faktor yang berperan dalam kesuksesan ibu memberikan ASI eksklusifadalah faktor psikososial atau efikasi diri. Pendekatan kualitatif memberikangambaran yang lengkap terkait analisis efikasi diri pemberian ASI eksklusif pada ibubekerja di PT. Indonesia Epson Industry Tahun 2017. Dalam studi ini terdapat 4 faktor yang berperan dalam efikasi diri pada ibu bekerja yang terdiri dari pengalaman penguasaan, pengalaman orang lain, persuasi lisan dan kondisi emosional.
Hasil menunjukkan sebagian besar ibu bekerja memiliki efikasi diri tinggi. Hal ini dilihat dari usaha dan kesiapan ibu memberikan ASI eksklusif serta dapat mengatasi kesulitan maupun masalah menyusui yang dihadapi. Faktor pengalaman penguasaan lebih berperan terhadap efikasi diri. Sebagian besar ibu multi para dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya sehingga termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif kembali pada anak berikutnya. Selain itu lingkungan kerja dan tempat tinggalberperan dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu diperlukanadanya motivasi menyusui dari efikasi diri serta lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan kesadaran ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif.

The most important factors that influence mother's success in giving exclusive breast feeding is psychosocial factor. Qualitative approach provides a more complecated which describes self efficacy analysis of breastfeeding at working mothers in PT. Indonesia Epson Industry in 2017. In this study there are 4 factors that influence self efficacy in working mother which consist of experience of mastery, experience of others, verbal persuasion and emotional condition. Factor of master experience more a role to self efficacy.
The results show that most working mother shave high self efficacy. This is seen from the efforts and readiness of mothers to give exclusive breastfeeding and can overcome the problems and problems of breastfeeding is. Factor of experience over mastery of self efficacy. Most mothers are multiparous by previous experience to be motivated to exclusively breastfeed back to the next child. Moreover the achievements are given not only by the self efficacy behind workplace environment and mother's residence. It is there fore necessary to have a factor of self efficacy as well as a supportive environment for raising mother awareness in the exclusive breastfeeding method of working mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Setiana
"Sikap ibu terhadap menyusui merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap ibu terhadap menyusui pada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan data menggunakan instrumen Iowa Infant Feeding Attitude Scale (IIFAS) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan melibatkan 106 responden.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap netral dengan rerata 63,19 (SD=5.07). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan intervensi kepada ibu untuk meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif.

Maternal breastfeeding attitude is one of important factor that influence in breastfeeding process to the baby. The aim of this study was to describe maternal breastfeeding attitude in mothers who have infants aged 0-6 months with simple descriptive design. Maternal breastfeeding attitude was measured using Iowa Infant Feeding Attitude Scale (IIFAS) in Indonesia version by involving 106 respondents.
The results showed that majority of respondents have a neutral attitude with a mean of 63.19 (SD = 5.07). The instrument used in this study can be applied as a basic for determining intervention to improve mother’s exclusive breastfeeding success.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Dwi Rahayu
"ABSTRAK
Ibu harus menerima informasi obyektif mengenai penggunaan susu formula. Tenaga kesehatan juga harus menerima informasi ilmiah dan faktual. Metode kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menyelidiki implementasi Kode dalam aspek promosi dan informasi. Wawancara dilakukan dengan ibu hamil, ibu yang memiliki bayi kurang dari enam bulan, tenaga kesehatan dan karyawan perusahaan susu formula. Observasi materi promosi dan informasi di fasilitas kesehatan dan toko juga dilakukan. Pelanggaran dalam aspek promosi dan informasi ditemukan. Diperlukan penegakan dan pembuatan peraturan nasional baru yang berkaitan dengan pemasaran produk pengganti ASI

ABSTRACT
Mothers should receive objective information about the use of formula milk. Health workers should receive scientific and factual information about formula milk. Quantitative and qualitative methods were used to explore the implementation of the Code in promotion and information aspects. Interviews were conducted with pregnant women, mothers of infant less than six months old, health workers and company personnel. Observation of the promotion and information materials in the health facilities and stores were also conducted. Violations in promotion and information aspects were found. Further reinforcement and development of new national regulations related to the marketing of breastmilk substitutes are needed.
"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firsty Amanah Prasetyaningsih
"ABSTRAK
Jenis asupan nutrisi pada neonatus merupakan determinan yang paling signifikan dari mikrobiota usus pada awal kehidupan. Faktor postnatal yang paling relevan mendukung kolonisasi mikrobiota adalah menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil mikrobiota mekonium neonatus dan membandingkan profil mikrobiota mekonium sebagai perwakilan mikrobiota usus neonatus yang diberi ASI dengan yang diberi susu formula di Indonesia. Studi observasional dengan pendekatan cross sectional dilakukan dengan memilih tiga sampel neonatus yang diberi ASI dan tiga sampel neonatus yang diberi susu formula di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Mekonium neonatus dikultur secara mikrobiologi dan metode biologi molekuler dilakukan menggunakan Polymerase Chain Reaction-Sequencing. Hasil profil mikrobiota yang diperoleh adalah populasi mikrobiota yang dapat dikultur. Profil mikrobiota mekonium neonatus yang disusui meliputi kelimpahan relatif besar Filum Firmicutes dan kelimpahan relatif rendah Filum Actinobacteria. Dalam profil mikrobiota mekonium dari neonatus yang diberi susu formula, terdapat kelimpahan yang relatif tinggi dari Filum Firmicutes, kelimpahan yang relatif rendah dari Filum Proteobacteria, dan kelimpahan relatif yang sangat rendah dari Filum Actinobacteria. Perbedaan profil mikrobiota mekonium adalah adanya bakteri patogen dari filum Proteobacteria yaitu Pseudomonas Stutzeri dan Acinetobacter baumannii dengan kelimpahan yang relatif rendah yang hanya terdapat pada profil mikrobiota neonatus yang diberi susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa menyusui, yang mengandung molekul bioaktif dan prebiotik yang dapat meningkatkan probiotik pada neonatus, diduga membantu melawan patogen umum di saluran pencernaan neonatus.
ABSTRACT
The type of nutritional intake in neonates is the most significant determinant of the gut microbiota in early life. The most relevant postnatal factor supporting microbiota colonization is breastfeeding. The purpose of this study was to obtain a profile of the meconium microbiota of neonates and to compare the microbiota profile of meconium as a representative of the gut microbiota of breast-fed neonates with formula-fed infants in Indonesia. An observational study with a cross sectional approach was conducted by selecting three samples of neonates who were breastfed and three samples of neonates who were fed formula milk at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Neonatal meconium was cultured microbiologically and molecular biology methods were performed using Polymerase Chain Reaction-Sequencing. The results of the microbiota profile obtained are microbiota populations that can be cultured. The microbiota profile of the meconium-fed neonates includes a relatively large abundance of Phylum Firmicutes and relatively low abundance of Phylum Actinobacteria. In the meconium microbiota profile of the formula-fed neonates, there was a relatively high abundance of Phylum Firmicutes, relatively low abundance of Phylum Proteobacteria, and very low relative abundance of Phylum Actinobacteria. The difference in the microbiota profile of meconium is the presence of pathogenic bacteria from the phylum Proteobacteria, namely Pseudomonas Stutzeri and Acinetobacter baumannii with relatively low abundance which is only found in the microbiota profile of neonates fed formula milk. This suggests that breastfeeding, which contains bioactive molecules and prebiotics that can increase probiotics in neonates, is thought to help fight common pathogens in the neonatal gastrointestinal tract."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larashintya Rulita
"Komposisi komunitas mikrobiota usus pada neonatus prematur dapat diidentifikasi menngunakan mekonium dan feses. Akan tetapi, penelitian menggunakan sampel mekonium dan feses memiliki tantangan tersendiri karena konsistensinya serta kandungan inhibitor PCR yang tinggi pada sampel mekonium dan feses. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi perolehan DNA mikrobiota mekonium dan feses dari neonatus yang lahir prematur di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel mekonium, feses 4 dan 7 hari setelah kelahiran dari neonatus prematur. Setelah itu, dilakukan optimasi proses perolehan DNA. Parameter yang dioptimasi yaitu dengan mempertimbangkan jumlah dan kondisi sampel, penggunaan kit ekstraksi yaitu Qiagen DNeasy Powersoil Kit dan MP Biomedical FastDNA Spin Kit for Soil, tahap preparasi sampel, dan tahap elusi DNA. Selanjutnya, DNA genomik hasil ekstraksi dikuantifikasi serta dikonfirmasi menggunakan Polymerase Chain Reaction sebelum tahap NGS. Hasil pada penelitian ini yaitu sampel yang dilakukan optimasi dengan replikasi jumlah sampel sebanyak 2 kali, menggunakan sampel segar, menggunakan buffer elusi dengan volume yang lebih sedikit, pelarutan sampel menggunakan ddH2O, dan diekstraksi menggunakan MP Biomedical FastDNA Spin Kit for Soil menghasilkan konsentrasi serta kemurnian yang lebih tinggi. Kesimpulannya, perlu dilakukan optimasi pada tahap ekstraksi DNA untuk menghasilkan perolehan serta kemurnian DNA yang tinggi."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januarti Sururi
"Kolitis adalah salah satu penyakit saluran cerna yang sering dijumpai di Indonesia. Peptida antimikroba human beta-defensin 2 (hBD-2) merupakan bagian dari komponen sistem imun alamiah sistem gastrointestinal yang diteliti perannya dalam patofisiologi kolitis. Penelitian ini bertujuan memperoleh kadar hBD-2 feses pada pasien kolitis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, serta apakah terdapat perbedaan kadarnya pada kolitis infeksi dan non-infeksi. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada subjek kolitis yang direkrut secara konsekutif di poliklinik Gastroenterologi dan Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, pada bulan Juni – Oktober 2020. Sampel feses dari subjek diperiksakan kadar hBD-2 dengan metode ELISA, feses rutin, darah samar, serta biakan di Laboratorium Departemen Patologi Klinik RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Kadar hBD-2 feses subjek kolitis infeksi dibandingkan dengan kadar hBD-2 feses subjek kolitis non-infeksi. Diperoleh 26 subjek kolitis infeksi dan 20 subjek kolitis non-infeksi dengan median kadar hBD-2 feses berturut-turut adalah 40,39 (5,11 – 555,27) ng/ml dan 36,35 (1,75 – 260,34) ng/ml. Terdapat kecenderungan kadar hBD-2 feses yang tinggi pada subjek kolitis tuberkulosis dan kolitis jamur dengan median berturut-turut 460,55 (30,94 – 555,27) ng/ml dan 340,45 (283,01 – 361,95) ng/ml. Tidak terdapat perbedaan kadar hBD-2 feses yang bermakna antara kolitis infeksi dan non-infeksi (p > 0,05). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah subjek lebih banyak untuk kelompok kolitis tuberkulosis dan kolitis jamur.

Colitis is one of the most common gastrointestinal diseases in Indonesia. Antimicrobial peptide human beta-defensin 2 (hBD-2) is a part of gastrointestinal innate immunity which roles in the pathophysiology of colitis are still being studied. This study aims to determine fecal hBD-2 concentration in colitis at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, and whether there is significant difference of its concentration in infective and non-infective colitis. A cross-sectional study was conducted on colitis subjects recruited consecutively at Gastroenterology Clinic and Gastroenterology Endoscopy Center of RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, in June - October 2020. Stool samples collected were tested for hBD-2 concentration using ELISA method, routine fecal analysis, fecal occult blood test, and culture at Clinical Pathology Laboratory of RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Fecal hBD-2 concentration was compared between infective and non-infective colitis. There were 26 subjects with infective colitis and 20 subjects with non-infective colitis. Fecal hBD-2 concentrations of the two groups were 40,39 (5,11 – 555,27) ng/ml and 36,35 (1,75 – 260,34) ng/ml. Fecal hBD-2 concentrations in tuberculous colitis and fungal colitis tended to be high, 460,55 (30,94 – 555,27) ng/ml and 340,45 (283,01 – 361,95) ng/ml. There was no significant difference of fecal hBD-2 concentrations in infective and non-infective colitis (p > 0,05). It is recommended to conduct further study with more subjects regarding group tuberculous colitis and fungal colitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Devi Oktaviyani
"Mikrobiota saluran pencernaan neonatus merupakan modulator respon imun yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit bagi neonatus. Perkembangan mikrobiota saluran pencernaan neonatus dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor maternal maupun faktor neonatal yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kolonisasi mikrobiota usus neonatus pada masa awal kehidupannya. Masa awal kehidupan neonatus (≤ 1 bulan setelah lahir) merupakan periode kritis dalam menentukan kesehatan neonatus jangka panjang maupun jangka pendek. Kolonisasi mikrobiota saluran pencernaan yang menyimpang atau disbiosis pada awal kehidupannya dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit yang berkaitan dengan perkembangan sistem imunitasnya seperti alergi, obesitas, diabetes, dan lain-lain. Dengan demikian, ulasan ini membahas tentang peranan mikrobiota saluran pencernaan neonatus pada masa awal kehidupan dalam mendukung kesehatan neonatus dengan mengetahui kolonisasi mikrobiota saluran pencernaan yang simbiosis. Sekuensing amplikon gen target 16S rRNA menggunakan metode NGS merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengkarakterisasi keragaman mikroba. Sampel mekonium atau feses sebagai representatif lingkungan saluran pencernaan neonatus dikumpulkan dan dilakukan ekstraksi DNA kemudian gen target diamplifikasi dengan PCR. Amplikon yang diperoleh disekuensing dan dikarakterisasi secara bioinformatik untuk menentukan mikroba yang ada dalam sampel serta kelimpahan relatifnya. Selain itu, analisis berbasis teknologi molekuler seperti sekuensing gen target 16S rRNA menggunakan metode NGS dan analisis bioinformatik berperan penting dalam memperluas pengetahuan tentang ekosistem saluran cerna yang kompleks dari sampel mekonium dan feses neonatus. Dalam rangka menciptakan mikrobiota saluran pencernaan yang baik dan mendukung kesehatan neonatus pada masa awal kehidupannya dapat dilakukan dengan melakukan intervensi pada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Intervensi seperti merencanakan kelahiran normal, menjaga asupan nutrisi yang seimbang selama masa kehamilan dan juga menyusui, menghindari paparan antibiotik selama kehamilan dan pada neonatus, dan memberikan ASI kepada neonatus terbukti dapat memodulasi perkembangan mikrobiota saluran pencernaan neonatus yang sehat.

Neonatal gut microbiota is a modulator of the immune response that influences health and disease for neonates. The development of the neonatal gut microbiota is influenced by several factors, both maternal and neonatal factors that directly or indirectly affect the colonization of neonatal gut microbiota in early life. The early-life period of neonatal life (≤ 1 month after birth) is a critical period in determining the long-term and short-term health of neonates. Aberrant colonization of gut microbiota or dysbiosis in early life can increase the risk of diseases related to the development of the immune system such as allergies, obesity, diabetes, and others. Thus, this review discusses the role of the neonatal gut microbiota in early life in supporting neonatal health by knowing the symbiosis colonization of the gut microbiota. The sequencing of 16S rRNA target gene amplicons using the NGS method is the most widely used method to characterize microbial diversity. Meconium or faecal samples as a representative environment of the neonatal digestive tract are collected and DNA extracted then the target gene is amplified by PCR. The obtained amplicons are sequenced and bioinformaticly characterized to determine the microbes present in the sample and their relative abundance. In addition, analysis based on molecular technologies such as 16S rRNA target gene sequencing using the NGS method and bioinformatic analysis play an important role in expanding our knowledge about complex gastrointestinal ecosystems from meconium and neonatal faecal samples. In sum, creating a good gut microbiota and supporting neonatal health in their early-life period can be done by intervening on factors that influence its development. Interventions such as planning a normal birth, maintaining a balanced nutritional intake during pregnancy and lactating, avoiding antibiotic exposure during pregnancy and in neonates, and breastfeeding for neonates are proven to modulate the development of healthy neonatal gut microbiota."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>