Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201506 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lanny Yusnita
"Prevalensi status gizi kurus dan gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut umur adalah 11,1 dan 10,8 . Sedangkan prevalensi anemia pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 Riskesdas, 2013 . Hasil screening kesehatan pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi Jawa Barat pada bulan Februari 2017 diketahui 68 pelajar puteri anemia. Hasil Survei Diet Total tahun 2014, rata-rata kecukupan energi dan protein pada kelompok umur 13-18 tahun di Jawa Barat masih < 100 AKG yaitu hanya sebesar 74,1 da 83,5 AKG. Sedangkan aktivitas fisik, 26,1 melakukan kurang melakukan aktivitas. Status gizi kurus dan gemuk, anemia serta kebiasaan melakukan aktivitas fisik pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi dan anemia pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 219 pelajar puteri kelas 7. Hasil penelitian ini adalah asupan energi dan protein yang rendah dan sangat aktif melakukan aktivitas fisik menyebabkan terjadinya anemia. P=0,047 CI: 0,995-1,571.

The prevalence of the underweight and overweight among adolescent girls 13 15 years old is 11,1 dan 10,8 Basic Health Research, 2013 . . The health screening test that conducted by DHO Cimahi in February 2017 shown that the prevalent of anemia among adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68 . Survey of Total Dietary which conducted in 2014, reported intake of energy and protein among adolescent girls 13 18 years old in West Jawa relatively less than the recommended dietary intake energy only reached 74,1 RDA and protein reached 83,5 RDA . Furthermore, the habitual of physical activity among adolescent was 26,1 less active. Nutritional status both underweight and overweight as well as anemia and less to do the physical activity are identified as health problem that need attention. The objective of this study is to determine the association between dietary intake and physical activity with the nutritional status and anemia among adolescent girls grade 7 in SM 9 Cimahi City in 2017. Design of the study is cross sectional with total sample 219 adolescents girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City. Result of the study are the energy and protein intake less than the RDA meanwhile the respondent is very active in do the physical activity and this is a risk for respondent to became anemia. A adolescent with less intake of protein and very active in did excersice will pontentially 1,250 higher to become anemia P 0,047 CI 0,995 1,571.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yanti Kamayanti Latifa
"Remaja puteri adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Pada tahun 2012, diketahui prevalensi anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang sebesar 46,62%. Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja puteri berhubungan dengan status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja puteri di lima SLTA Kabupaten Karawang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survey Anemia pada Remaja Puteri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan pada Tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional analytic. Jumlah sampel pada studi ini adalah 881 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan status gizi dengan anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang tahun 2013 memiliki nilai prevalence ratio sebesar 1,31 (95% CI : 1,18 - 1,46), artinya remaja puteri yang memiliki status gizi kurus memiliki risiko 1,31 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan yang memiliki status gizi normal atau status gizi kurus meningkatkan risiko sebanyak 31% untuk menderita anemia pada remaja puteri dibandingkan status gizi normal.

Adolescent girls are one of the groups that are susceptible to iron deficiency anemia. In Karawang district, in 2012 known prevalence of anemia among adolescent girls was 46.62%. Nutritional status affects the person's health status. Several previous studies indicate that the incidence of anemia in adolescent girls associated with nutritional status. This study aims to determine relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in five senior high schools of Karawang district in 2013. The study used secondary data from the Survey Anemia in Adolescent Girls by Karawang District Health Office conducted in year 2013. Study design used was a cross sectional analytic study. The number of samples in this study was 881 people. The analysis showed that the relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in Karawang district in 2013 had a prevalence ratio of 1,31 (95% CI: 1,18 - 1,46), meaning adolescent girls who have underweight nutritional status were 1,31 times more likely to have anemia than with a normal nutritional status. In other words, nutritional status of underweight increased the risk by 31% for adolescent girls suffer from anemia than normal nutritional status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Lasepa
"Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin dalam tubuh di bawah normal sehingga berkurangnya kadar kualitas dan kuantitas sel darah merah. Perempuan merupakan golongan yang rentan terkena anemia karena mengalami menstruasi setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi, sosial ekonomi, pengetahuan dan faktor lainnya dengan kejadian anemia pada mahasiswi RIK UI angkatan 2014. Variabel independen yang diteliti adalah sosial ekonomi (status tempat tinggal, pendidikan Ibu, pekerjaan orang tua, uang saku), menstruasi, pengetahuan anemia, prilaku konsumsi protein hewani, buah dan sayuran, prilaku konsumsi kopi dan teh serta asupan zat gizi (zat besi, vitamin C dan serat) dan status gizi. Desain studi penelitian yaitu cross sectional dengan analisis chi square. Penelitian ini dilakukan pada 136 responden dan pada bulan April 2014. Hasil penelitian menunjukkan 41.18% penderita anemia (anemia ringan (19.12%) dan anemia sedang (22.06%)). Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kejadian anemia adalah tempat tinggal, uang saku, pengetahuan tentang anemia, konsumsi protein hewani, konsumsi buah dan asupan zat gizi.

Anemia is a condition as a low level of hemoglobin in the blood, so that the quality and quantity of red blood cells is reduced. Women are included to a group who are susceptible to suffer anemia because of monthly menstruation. The objective of this study is to identify association between intake of nutritents, social economy and other factors among female college students of Health Sciences Program Batch 2014. The independent variables studied were social economy (residence status, mother?s education, parents? occupation, allowance), menstruation, knowledge of anemia, consumption of animal protein, fruits and vegetables, consumption of tea and coffee, the intake of nutrients (iron, vitamin C and fiber) and nutritional status. This study used cross sectional design with a chi square analysis. This study conducted on 136 respondents, on April 2015. This study showed that 41.18% respondents suffered anemia (mild anemia (19.12%) and moderate anemia (22.06%)). Variables that had significant differences in Anemia, Intake of Nutrients, Social Economy, Female College Students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harist Syahirul A'en
"Latar belakang: Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia mencapai 32%. Jawa Barat memiliki prevalensi anemia yang tinggi mencapai 41.93%. Prevalensi anemia di Purwakarta bahkan mencapai 51%. Hal ini menunjukkan anemia masih menjadi permasalahan gizi, khususnya pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi berbasis game Nutrition Impact terhadap perubahan perilaku terkait anemia pada remaja sekolah menengah pertama di Purwakarta tahun 2023. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan metode kuantitatif menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 130 responden. Hasil: Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata pada kedua kelompok penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Artinya tidak ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok penelitian. Terjadi perubahan pola makan ditinjau dari jumlah responden yang mengonsumsi bahan makanan tertentu dan asupan zat gizi, seperti protein, zat besi, dan vitamin C. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi untuk bahan makanan inhibitor zat besi. Artinya ada sedikit perbedaan perubahan pola makan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Pada kelompok kontrol, terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Selain itu, pada kelompok kontrol juga didapatkan hubungan antara dukungan guru dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test. Kesimpulan: Intervensi menggunakan game digital memberikan pengaruh positif dalam mengubah perilaku terkait anemia pada remaja (peningkatan pengetahuan dan perubahan pola makan).

Background: Anemia is still a public health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in adolescents in Indonesia reaches 32%. West Java has a high prevalence of anemia reaching 41.93%. The prevalence of anemia in Purwakarta even reaches 51%. This shows anemia is still a nutritional problem, especially in adolescents. Objective: This study aims to determine the effect of providing nutritional messages based on the Nutrition Impact game on behavior changes related to anemia in junior high school adolescents in Purwakarta in 2023. Methods: The method used in this research is quasiexperimental with quantitative methods using primary data collected from 130 respondents. Results: There was an increase in the average value of knowledge which is higher in the intervention group than in the control group. The average increase in the two study groups showed a statistically significant difference. This means there is no difference in knowledge between the two research groups. There was a change in eating patterns regarding the number of respondents who consumed certain food ingredients and their intake of nutrients, such as protein, iron, and vitamin C. There was a significant difference in the intervention group for iron inhibitor foods. This means there is little difference in changes in eating patterns between the intervention group and the control group. In the intervention group, there was a relationship between gender and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In the control group, there is a relationship between the father's occupation and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In addition, the control group also found a relationship between teacher support and knowledge scores during the pre-test. Conclusion: Interventions using digital games have a positive effect on changing anemia-related behavior in adolescents (increasing knowledge and changing eating patterns)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyfa Azatil Ismah
"Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi tubuh kekurangan zat besi dalam aliran darah yang memiliki dampak antara lain mudah lelah, produktivitas menurun, risiko perdarahan selama dan setelah melahirkan, kelahiran bayi prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), perkembangan anak dan remaja terhambat, hingga kematian. Prevalensi anemia di Provinsi DKI Jakarta pada perempuan menurut Riskesdas tahun 2007 mencapai 27,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat literasi gizi dan faktor lainnya (status gizi, asupan protein, asupan zat besi, siklus menstruasi, dan lama menstruasi) dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian tidak menggunakan random sampling, tetapi ditentukan melalui metode quota sampling yang disesuaikan dengan pihak sekolah. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 122 siswi dari kelas 10 dan 11. Data diambil dengan melakukan proses pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengukuran kadar hemoglobin dengan HemoCue Hb 201+ System, pengisian kuesioner literasi gizi, dan wawancara kebiasaan makan dengan food recall 2x24 jam. Data yang terkumpul akan dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Prevalensi anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 sebesar 54,9%. Hasil penelitian bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat literasi gizi fungsional, status gizi, dan asupan zat besi dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 (p-value < 0,1).

Iron deficiency anemia is a condition of the body lacking iron in the bloodstream which has an impact including fatigue, decreased productivity, risk of bleeding during and after childbirth, birth of premature babies and Low Birth Weight (LBW), obstructed child and adolescent development, Dead. Anemia prevalence in DKI Jakarta Province for women according to Riskesdas in 2007 reached 27.6%. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of nutritional literacy and other factors (nutritional status, protein intake, iron intake, menstrual cycle, and menstrual period) with anemia status in high school students of 34 Jakarta in 2019. The research design used was design cross sectional study with a quantitative approach. The study sample did not use random sampling, but was determined through a quota sampling method that was adjusted to the school. The number of respondents involved was 122 students from grades 10 and 11. The data was taken by conducting anthropometric measurements (weight and height), measuring hemoglobin levels with HemoCue Hb 201+ System, filling in nutrition literacy questionnaires, and interviewing eating habits with food recall 2x24 hours. The collected data will be analyzed univariate and bivariate using the chi-square test. The prevalence of anemia in students of SMAN 34 Jakarta in 2019 was 54.9%. The results of the bivariate study showed that there was a significant relationship between the level of functional nutrition literacy, nutritional status, and iron intake with anemia status in female students in SMAN 34 Jakarta in 2019 (p-value <0,1). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdfpl;;;;;;;;;;;;
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Widuri
"ABSTRAK
Latar belakang: Anemia defisiensi besi ADB pada usia 9-12 bulan dapat berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan. Asupan zat besi, pemacu dan penghambat absorpsi besi memengaruhi kadar besi tubuh. Penelitian mengenai status zat besi dan hubungannya dengan zat pemacu dan penghambat absoprsi dalam asupan diet pada bayi usia 9 ndash;12 bulan yang disertakan dengan analisis asupan diet belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengetahui prevalens gangguan status besi dan mengetahui hubungan status gizi dan kecukupan asupan besi harian terhadap kejadian defisiensi besi pada bayi usia 9-12 bulan. Metode: Studi potong lintang pada Juli 2017-Januari 2018 di Posyandu kecamatan Tanah Abang dan Jatinegara. Asupan zat besi, pemacu absorpsi besi dan penghambat absorpsi besi dinilai dengan metode food record dan diolah dengan program NutriSurvey . Subyek menjalani pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah darah perifer lengkap, LED, dan feritin serum . Data diolah dengan uji Pearson Chi Square dan kejadian gangguan status besi ditampilkan dalam prevalens. Hasil: Terdapat 82 subyek usia 9-12 bulan berpartisipasi dalam penelitian. Prevalens defisiensi besi sebesar 12,2 , dan ADB sebesar 26,8 . Tidak terbukti ada hubungan antara kecukupan asupan besi harian dengan gangguan status besi [p=0,064; PR=2,1 0,193-1,178 ] dan status gizi kurang dengan gangguan status besi [p=0,444; PR=0,729 0,307-1,731 ]. Terdapat perbedaan bermakna antara asupan harian besi total p=0,002 , besi heme 0,017 , kalsium p=0,006 , dan seng p=0,042 antara kelompok defisiensi besi dan non-defisiensi besi.Simpulan: Prevalens defisiensi besi dan ADB pada bayi usia 9-12 bulan berturut-turut adalah 12,2 dan 26,8 . Tidak terbukti ada hubungan antara status gizi dan kecukupan asupan besi harian dengan gangguan status besi, namun terdapat perbedaan bermakna antara asupan harian besi total, besi heme, kalsium, dan seng antara kelompok defisiensi dan non-defisiensi besi pada populasi bayi usia 9-12 bulan.

ABSTRACT
Background Iron deficiency anemia IDA in 9 12 month old babies could affect their quality of life. Intake of iron containing food, enhancer and inhibitor of iron absorption affects iron body level. Study about iron profile and its correlation with enhancers and inhibitors of iron absorption in baby rsquo s daily dietary intake whose analyzed by food record method is still infrequent in Indonesia. Aim To measure the prevalence of iron deficiency and IDA and to know the correlation of nutritional status and adequacy of daily iron intake with iron deficiency status in 9 12 month old babies. Methods A cross sectional study was conducted on July 2017 January 2018 in Posyandu in Tanah Abang and Jatinegara district. Dietary iron intake, enhancer and inhibitor were obtained using a 3 day food record method and analyzed with NutriSurvey program. Subjects underwent anthropometry measurement. Complete blood count, ESR, and ferritin serum were also examined. Results A total of 82 babies aged 9 12 months were studied. Prevalence of iron deficiency and IDA were 12,2 and 26,8 . There were no evidence of relationship between adequacy of daily iron intake p 0,064 and undernourished condition p 0,444 with iron deficiency status. There were statistically significant differences in total iron p 0,002 , heme iron p 0,017 , calcium p 0,006 , and zinc p 0,042 daily intakes between iron deficiency group and non iron deficiency group.Conclusion The prevalence of iron deficiency and IDA were 12,2 and 26,8 . There were no evidence of relationship between adequacy of daily iron intake nor undernourished condition with iron deficiency status. There were statistically significant differences in total iron, heme iron, calcium, and zinc daily intakes between iron deficiency group and non iron deficiency group in 9 12 month old babies."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Alsha Andini
"Anemia merupakan masalah kesehatan besar, termasuk di Indonesia. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Karakteristik meal patterning menggambarkan konsumsi makanan yang dilakukan, sehingga dapat berhubungan dengan asupan nutrisi dan masalah kesehatan, termasuk anemia. Penelitian merupakan studi cross-sectional pada 335 remaja putri berumur 12-18 tahun yang bersekolah di Jawa Barat. Karakteristik meal patterning didapatkan dari hasil 24-hour recall yang diambil pada dua hari berbeda, yaitu hari kerja dan akhir pekan. Meal patterning terdiri dari frekuensi makan, jarak antar makan dan melewati waktu tiga makanan utama dengan satu kejadian makan didefinisikan sebagai konsumsi makanan ge;50 kcal dan terpisah ge; 15 menit diantaranya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin 4 kali p=0,043, AOR 2,4, 95 CI:1,03-5,84 pada hari kerja masing-masing memiliki kecenderungan mengalami anemia 2,7 dan 2,4 kali dibandingkan dengan remaja dengan frekuensi makan kurang dari itu.

Anemia is a major health problem, including in Indonesia. Adolescent girls have higher risk for being anemic. Meal patterning characteristics shows how meal consumed, thereby may associated with nutrition intake and health problem, including anemia. This was a cross sectional study among 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java. Meal patterning characteristics is measured from 24 hour recall which taken repeated on two different days, weekday and weekend. Meal patterning consisted of meal frequency, meal spacing, and meal skipping in three main meal which one eating occasion defined by consumption of ge 50 kcaland sepearted ge 15 menit each. Anemia is condition of hemoglobin level 4 times on weekday have risk 2.7 and 2.4 times each rather than which ate less frequent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>