Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anis Dwi Kristiyowati
"ABSTRAK
Kemungkinan terjadinya stroke berulang setelah stroke pertama adalah lebih dari 3 sampai 10 pada bulan pertama dan 5 sampai 14 dalam tahun pertama. Klopidogrel terbukti menjadi obat yang aman dan efektif untuk pencegahan sekunder kejadian vaskular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh klopiogrel dalam pencegahan stroke berulang. Studi ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Data diambil dari rekam medis pasien di instalasi rekam medis RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Januari 2013-Februari 2017. Kelompok kasus adalah pasien stroke berulang yang menerima asetosal atau klopidogrel. Kelompok kontrol adalah pasien stroke tidak berulang yang menerima asetosal atau klopidogrel. Sebanyak 105 rekam medis memenuhi kriteria inklusi. Pasien yang menggunakan klopiogrel mempunyai risiko pencegahan terhadap stroke berulang. Namun secara statistik tidak signifikan berbeda. Analisis bivariate menunjukkan bahwa jenis kelamin, riwayat DM dan riwayat hipertensi mempunyai pengaruh terhadap kejadian stroke berulang. Dari analisis multivariate didapatkan hasil bahwa laki-laki mempunyai risiko 2,328 kali untuk stroke berulang p=0,047 , riwayat DM mempunyai risiko 3,975 kali untuk stroke berulang p=0,016 , riwayat hipertensi mempunyai risiko 4,021 kali untuk stroke berulang p=0,03 . Klopidogrel tidak mempunyai pengaruh terhadap stroke berulang, laki-laki, riwayat hipertensi, diabetes melitus mempunyai pengaruh terhadap kejadian stroke berulang.

ABSTRACT
The likelihood of recurrent stroke after the first stroke is more than 3 to 10 in the first month and 5 to 14 within the first year. Clopidogrel proves to be a safe and effective drug for the prevention of secondary vascular events. The purpose of this study was to determine the effect of clopidogrel in the prevention of recurrent stroke. This study used case control design. Data taken from patient 39 s medical record at medical record installation of RSUD Dr. Moewardi Surakarta period January 2013 February 2017. Case group is a recurrent stroke patient receiving an acetosal or clopidogrel. The control group is a non recurrent stroke patient who receives an acetosal or clopidogrel. A total of 105 medical records meet the inclusion criteria. Patients who use clopidogrel have a risk of prevention of recurrent stroke. But statistically not significantly different. Bivariate analysis showed that gender, history of DM and history of hypertension had an effect on recurrent stroke events. From the multivariate analysis, it was found that men had a risk of 2.328 for recurrent stroke p 0.047 , the history of DM had a risk of 3.975 times for recurrent stroke p 0.016 , history of hypertension was 4.021 times for recurrent stroke p 0.03 . Clopidogrel has no effect on recurrent stroke, male history of hypertension, history of hypertension has an effect on recurrent stroke events."
2017
T48807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Rachmawati
"Persepsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien stroke menjadi penting karena cara keluarga merawat dan memperlakukan pasien stroke akan sangat bergantung pada persepsinya terhadap kemampuan pasien, Perilaku pasien tergantung pada persepsi tentang kualitas hidupnya sendiri dan bagaimana pasien berespons terhadap stimulus dari lingkungannya.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan persepsi pasien, pasangan dan analmya tentang kualitas hidup pasien pasca stroke yang dirawat dirumah dan bagaimana koping pasien bila menghadapi persepsi tersebut. Aspek yang digunakan untuk menilai kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan pasien pasca stroke adalah status dan fungsi fisik, status psikologis, fungsi sosial serta gejala yang berkaitan dengan penyakit dan terapi. Koping pasien diukur dengan menilai strategi koping yang digunakan pasien terhadap penilaian kualitas hidupnya; baik oleh diri sendiri, pasangan maupun anakya.
Disain penelitian yang digunakan adalah multi metode (mixed methode); yang merupakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Responden penelitian kuantitatif adalah pasien pasca stroke, pasangan dan anaknya yang berjumlah 93 orang sedangkan informan/subyek penelitian kualitatif adalah 12 orang diantaranya Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode univariate analysis dan data kualitatif menggunakan manifest content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan secara kualitatif pasien dan pasangannya mempersepsikan kualitas hidup pasien adalah tinggi yang berarti pasien mampu beradaptasi dengan dampak penyakitnya atau rnengarah pada kesembuhan sedangkan anak pasien menganggap kualitas hidup pasien pada level sedang; artinya pasien belum sepenuhnya mampu beradaplasi dengan penyakitnya atau belum rnengarah pada kesembuhan.
Hasil penelitian secara kualitatif temyata tidak sesuai dengan hasil kuantitatif karena hasil wawancara menyatakan pasien masih mempunyai mengalami banyak keterbatasan fisik, masalah psikososial dan gejala penyakit yang jelas. Strategi koping yang digunakan pasien terhadap kondisi stroke maupun persepsi diri tentang kualitas hidupnya adalah emotion atau problem focused coping dan campuran dari emotion dan problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Dwi Julian
"Kerusakan neuron akibat stroke menyebabkan disfungsi motorik dan kognitif. Disfungsi motorik yang paling sering terjadi karena stroke adalah hemiparesis, kondisi dari kelemahan otot pada sisi yang berlawanan dengan lesi otak. Penelitian potong-lintang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sisi hemiparesis kiri dan kanan dengan fungsi kognitif pasien stroke subakut dan kronik. Dengan consecutive sampling, 33 pasien yang sebelumnya telah didiagnosis dengan hemiparesis unilateral diperiksa fungsi kognitifnya menggunakan versi Indonesia dari Montreal Cognitive Assessment MoCA-Ina yang telah divalidasi. Data lainnya seperti usia, pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, dan komorbiditas didapatkan dari rekam medik. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan Uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Rerata total skor MoCA-Ina pada 14 subjek dengan hemiparesis kiri adalah 23,43; sedangkan pada 19 subjek dengan hemiparesis kanan adalah 19,11. Tidak ada hubungan bermakna yang ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor MoCA-Ina p= 0,054 . Meskipun demikian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi MoCA-Ina p= 0,047 . Pasien stroke dengan hemiparesis kiri memiliki skor MoCA-Ina lebih tinggi dibandingkan pasien stroke dengan hemiparesis kanan, walaupun hubungannya tidak bermakna. Kemudian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi di MoCA-Ina.

Damaged neurons resulting from stroke leads to motor and cognitive dysfunction. The most frequent motor dysfunction caused by stroke is hemiparesis, a condition of muscle weakness on the opposite side of brain lesion. This cross sectional study aims to determine the relationship between left and right hemiparesis with cognitive function in subacute and chronic stroke patients. Using consecutive sampling, 33 patients who were previously diagnosed with unilateral hemiparesis were assessed for their cognitive function using the Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment MoCA Ina which has been validated. Other data such as age, occupation, education, and comorbidities were obtained from medical records. Relationship between variables were analyzed using independent t test and Mann Whitney test. The mean total MoCA Ina score in 14 subjects with left hemiparesis is 23.43, while in 19 subjects with right hemiparesis is 19.11. No significant relation was found between hemiparesis side and cognitive function in subjects p 0.054 . However, a significant relation was found between hemiparesis side and MoCA Ina rsquo s orientation score p 0.047 . Stroke patients with left hemiparesis scored higher compared to those with right hemiparesis in MoCA Ina, though the relation is insignificant. Furthermore, a significant relation was found between hemiparesis side and orientation score in MoCA Ina.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan sebagai akibat dari terganggunya suplai darah ke otak dan dampak yang paling sering muncul adalah disfungsi motorik ditandai dengan penurunan skor kekuatan otot. Salah satu upaya untuk memperbaiki fungsi motorik adalah dengan Latihan ROM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara ROM terhadap skor kekuatan otot, dengan menggunakan 2 subjek kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi (jumlah responden masing-masing adalah 14). Penelitian dilakukan selama 4 hari dan menggunakan metode quasy eskperimental pre-post test with control group. Intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi adalah Latihan ROM 2 kali sehari dalam 30 menit selama 4 hari berturut-turut dengan kelompok pembandingnya adalah kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kekuatan otot kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing–masing adalah 0,571 dan 1,357. Analisis lanjutan (pooled t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok (p value = 0,000, α= 0,05). Latihan ROM memberikan pengaruh yang bermakna terhadap skor kekuatan otot. Penelitian ini merekomendasikan bahwa Latihan ROM sebagai intervensi mandiri perawat dilakukan sedini mungkin dengan syarat hemodinamik stabil, keadaan umum dan kesadaran pasien baik.

Stroke is the main cause of disability as a result of disruption of the blood supply to the brain and the most frequent impact is motor dysfunction which characterized by a decrease in the scale of muscle strength. One effort to improve motor function is with ROM exercise. This study aim to identify the effect of ROM on the muscel strength scale, which used 2 subject namely the control group and the intervention group (14 respondents for each grups). The study was conducted for 4 days and used the quasy experimental method pre-post test with control group. The intervention given to the treatment group was ROM Exercise twice a day in 30 minutes for 4 consecutive days with the comparison group being the control grou. The result showed that the average muscles strength scores of the control group and intervention group were 0,571 and 1,357. Further analysis (pooled t-test) is a significantly differences between the both of groups (p value = 0,000, α= 0,05). ROM exercises have a significant influence on the scale of muscle strength. This study recommends ROM Exercise as an independent nurse intervention do as early as possible with a stable haemodynamics, good general condition and consciouness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Maghfira Ramadhani
"Saat ini warfarin adalah terapi standar yang digunakan untuk manajemen stroke jangka panjang, namun warfarin memiliki keterbatasan. Rivaroxaban telah dikembangkan untuk menjawab keterbatasan tersebut dengan keunggulan yang ada, namun memiliki harga yang lebih mahal per unitnya dibandingkan warfarin. Belum diketahui secara pasti besar total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik rawat jalan berdasarkan perspektif rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik rawat jalan usia ≥18 tahun yang mendapatkan terapi rivaroxaban dosis 15 mg atau 20 mg atau terapi warfarin minimal 3 bulan berturut-turut di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel penelitian didominasi oleh laki-laki (64,8%) dan kategori usia 55-<65 tahun (37,0%). Total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019 berturut-turut sebesar Rp3.377.977,00 dan Rp1.470.184,57 serta ada perbedaan signifikan total biaya antara kedua kelompok terapi (p=0,002).

Warfarin is currently the standard therapy for long-term stroke management, but warfarin has limitations. Rivaroxaban has been developed to answer these limitations with existing advantages, but the price per unit is more expensive. The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients is not known yet. This study was conducted to analyze the cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke outpatients based on a hospital perspective. This study used a cross-sectional design with retrospective data collection. The subjects of this study were all ischemic stroke outpatients aged ≥18 years who received 15 mg or 20 mg rivaroxaban therapy or warfarin therapy for at least 3 consecutive months at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019. The results showed the subjects were dominated by men (64.8%) and the age category of 55-<65 years (37.0%). The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019 was Rp3,377,977.00 and Rp1,470,184.57 respectively and there was a significant difference in the total cost between the two groups (p = 0.002)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Zainal Irvan
"Stroke merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan kerusakan otak yang luas sehingga penderitanya tidak bisa melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sebelumnya dan beresiko mengalami kecacatan. Salah satu cara untuk membantu menurunkan resiko kecacatan pada penderita stroke adalah dengan memperbaiki mobilisasi dengan cara rehabilitasi. Faktor terpenting dalam proses perbaikan mobilisasi adalah dengan mempunyai efikasi diri yang tinggi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling dan diterapkan pada 106 sample yaitu pasien stroke yang mengalami stroke minimal 2 minggu dan memiliki tanda-tanda vital stabil dengan kesadaran composmentis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik reponden, efikasi diri, kemampuan mobilisasi serta mengetahui hubungan antara karakterisik reponden dan efikasi diri dengan kemampuan mobilisasi. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kemampuan mobilisasi (p < 0,001 ; α=0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar perawat tidak hanya terfokus pada perawatan fisik tetapi juga harus mengkaji dan memberikan intervensi untuk meningkatkan efikasi diri kepada pasien dengan stroke.

Stroke is a disease that causes extensive brain damage so that sufferers cannot carry out normally activities that were normally and they are at risk of developing disability. One way to reduce the risk of disability improving mobilization by rehabilitation. The most important factor in the improving mobilization process is having high self-efficacy. This study used a cross sectional design with consecutive sampling at 106 samples who had a stroke at least 2 weeks with stable of vital and composmentis.
The purpose of this study is describe the characteristics of respondents, self-efficacy, mobilization ability and to knowing the relationship between characteristics of respondents and self-efficacy with mobilization abilities. The results after being analyzed by Chi-square showed a significant relationship between self-efficacy and mobilization ability (p <0.001; α = 0.05). This study recommends that nurses not only focus on physical care but also must examine and provide interventions to improve self-efficacy to patients with stroke.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wakhidaturrohmah
"Stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian kedua di dunia. Sebanyak 87% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Stroke merupakan penyakit neurologis yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi motorik pada sebagian atau seluruh bagian ekstremitas sebagai akibat kelemahan pada salah satu anggota tubuh yang disebut dengan hemiparese. Hemiparese yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup klien paska perawatan stroke.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke adalah latihan motoric yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan pergerakan. Salah satu latihan yang dapat diberikan terhadap klien stroke iskemik dengan hemiparese yaitu latihan RPS (Rentang Pergerakan Sendi) aktif asistif dengan menggunakan bola karet yang bertujuan untuk meningkatkan rentang pergerakan sendi, meningkatkan fungsi dan kekuatan otot, serta mencegah kontraktur.
Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran analisis asuhan keperawatan pada klien stroke iskemik dan latihan rentang pergerakan sendi menggunakan bola karet. Intervensi latihan rentang pergerakan sendi (RPS) dilakukan selama 4 hari, 7 kali latihan dengan durasi 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot. Oleh karena itu, intervensi RPS menggunakan bola karet sangat penting dan direkomendasikan untuk diterapkan oleh perawat kepada klien stroke iskemik dengan hemiparese.

Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of the death in the world. As many as 87% of case are ischemic stroke. Stroke is a neurological disease that can cause loss of motoric function ability to some or all part of extremities. Loss of motoric function ability caused by weakness in a part of exstremities call as hemiparese. Untreated hemiparese can reduce the quality of life after stroke treatment.
Therapy performed on stroke iskemik clientt is intended to develop, maintain and restore moton by motor exercise. One of exercise can be done for stroke ischemic clients with hemiparesis is by providing active assistif ROM (Range Of Motion) exercise using rubber aimed to increase the range of joint movement, improve muscle function and strength, and prevent contracture.
This paper aimed to provide on analyzed nursing care on an ischemic stroke client with hemiparese with Range of Motion using rubber ball. ROM intervention was done for 4 days, 7 times with duration as much as 15 minutes. The result showed an increased of muscle strength. Therefore, ROM exercise is very important and recommended to be applied by nurse to stroke ischemic clients with hemiparesis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Fitriah
"Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Elektroensefalografi kuantitatif qEEG adalah suatu modalitas untuk mendeteksi stroke pada pasien dengan pemantauan berkelanjutan. Tapi, EEG membutuhkan banyak kanal sehingga semakin lama durasi komputasi dan fitur berlebih. Studi ini mengajukan Extreme Gradient Boosting XGBoost dengan reduksi fitur dan kanal; analisis komponen utama PCA atau algoritma genetik GA . Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan stroke dari nilai National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS . Hasil menunjukkan PCA meningkatkan akurasi lebih tinggi dari GA; akurasi pengujian 78.67 dengan 8 kanal F7-F8, C3-C4, T1-T2, O1-O2 . Dari evaluasi nilai NIHSS, kanal-kanal perlu merepresentasikan paling utama lobus temporal dan frontal.

Stroke is the most leading cause of death in Indonesia. Quantitative electroencephalography qEEG was one of modality to detect stroke on inward patients with continuous monitoring. However, EEG used many channels that caused longer computation and redundant features. This study proposed Extreme Gradient Boosting XGBoost with feature and channel reduction principle component analysis PCA or genetic algorithm GA . Stroke classification was based on severity from National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS . The result showed that PCA gained higher accuracy than GA 78.67 with 8 channels F7 F8, C3 C4, T1 T2, O1 O2 . From NIHSS score evaluation, channels should represent mostly frontal and temporal lobes.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T47096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Nurmalihah
"Stroke dapat menyebabkan gangguan kognitif dan menjadi penyebab disabilitas pada 8 dari 1000 populasi. Usia menjadi salah satu faktor risiko dari stroke. Gangguan kognitif dapat diperiksa menggunakan MoCA-Ina. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia dengan skor MoCA-Ina pada pasien stroke. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian potong lintang dengan metode observasional analitik. Variabel bebas terbagi menjadi kelompok usia.

Stroke can cause cognitive impairment. It is also the cause of disability in 8 out of 1000 population. Age is one of stroke risk factor. Cognitive impairment can be assessed using MoCA Ina. Objective The study is aimed to observe the relationship between age and MoCA Ina score on stroke patients. Method The study utilizes the cross sectional design and analytical observational method. The independent variables are divided as age group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
"Disabilitas pasien stroke memengaruhi ketergantungan pada keluarga. Ketergantungan pasien menyebabkan beban keluarga yang terdiri dari beban fisik, psikologis, dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan beban keluarga selama merawat pasien stroke di rumah sakit. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data teknik purposive sampling di RSUD Budhi Asih, DKI Jakarta. Karakteristik pasien stroke memiliki dominan berjenis kelamin laki-laki 80.8, ketergantungan total 65.4, dan rata-rata nilai GCS tingkat kesadaran pasien mean=14.15. Karakteristik keluarga lebih banyak pasangan suami-istri yang merawat 61.5, berpenghasilan rendah 84.6, dan lama merawat > 12 jam 57.7. Beban keluarga pasien stroke di rumah sakit menunjukkan tidak atau sedikit terbebani 42.3, beban ringan 34.6, dan beban sedang 23.1. Beban keluarga pasien stroke digambarkan tidak merasakan beban hingga merasakan beban sedang selama merawat di rumah sakit. Peneliti menyarankan aplikasi pelayanan keperawatan untuk mengurangi beban keluarga ringan ke sedang, seperti memberikan edukasi dan melibatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Stroke disability affects dependent care for their family. Patient dependence causes caregiver burdens with consist of physical burden, psychological, and economic. The study aimed to describe burden of family caregiver when caring their relatives in the hospital. The study used cross sectional study with purposive sampling method at RSUD Budhi Asih, DKI Jakarta. The results showed patient characteristics with dominantly male 80.8, dependent 65.4, and consciousness level of GCS mean 14.15. Caregiver characteristics are dominantly female caregiver 84.6, spouse 61.5, and 12 hours day duration for caring 57.7. Respondent describes caregiver burden in hospital which little no burden 42.3, mild burden 34.6, and moderate burden 23.1. Caregiver burden of stroke patient described no burden to moderate burden during inpatient at hospital. Therefore, researcher suggests the application of nursing interventions, such as providing education and involving families in the care of patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>