Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang: Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.
Kesimpulan: Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48, CT is about 9 from 21 patients 16,67, statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67 , GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.
Conclusions: There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syabariah
"Latar belakang: Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi umum yang terjadi pada penderita diabetes mellitus (DM). Penurunan aliran darah berkontribusi terhadap kronisitas ulkus kaki diabetik. Vibrasi diduga berdampak pada perbaikan aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas vibrasi terhadap percepatan penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah randomized clinical trial (RCT) non blinding. Subyek penelitian merupakan pasien dengan ulkus kaki diabetik derajat 0-2 yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, vibrasi diberikan dengan dosis 3 kali sehari dengan lama pemberian 15 menit sampai luka dinyatakan sembuh.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada laju kesembuhan, rerata skor penyembuhan luka khususnya pengamatan minggu pertama dan kedua serta rerata penutupan area luka. Laju kesembuhan dan penutupan luka pada kelompok intervensi lebih cepat dibandingkan kontrol. Vibrasi juga meningkatkan kadar nitric oxide (NO) setelah intervensi diberikan dan menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Sebagai luaran sekunder didapatkan hubungan antara kadar NO dengan laju kesembuhan dan penutupan area luka.
Kesimpulan: Pemberian vibrasi efektif mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik diukur dari laju kesembuhan, skor penyembuhan, penutupan area luka dan kadar NO.

Background: Diabetic foot ulcer is a common complication in patient with diabetes mellitus. The decreased blood flow has a role in the chronicity of diabetic foot ulcer. Vibration therapy was supposed to be able to improve the blood flow. The aim of this study was to evaluate the effect of vibration on the acceleration of healing of diabetic foot ulcer.
Method: This experimental study used a randomized clinical trial non blinding design. Patients with diabetic foot ulcers grade 0-2 were divided into control group and intervention group. Patients in intervention group received vibration as an adjuvant to standard therapy, three times a day, each for 15 minutes, until the wound were healed.
Results: There were significant differences (p<0.05) in terms of healing rate, wound healing score (especially at the end of week 1 and week 2), and the wound closure area. The rate of wound healing and wound closure were significantly higher in the intervention group. The level of nitric oxide (NO) was also significantly higher in the intervention group. As an additional outcome, there was a positive association between the level of NO and the rate of healing and wound closure.
Conclusion: Vibration therapy accelerated the healing of diabetic foot ulcer in terms of healing rate, healing score, wound closure area, and elevated the level of NO.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
D1430
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Laurentika
"Latar belakang. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes yang muncul sebagai ulserasi kaki dan menyebabkan morbiditas serta beban finansial yang tinggi. Hal tersebut secara kumulatif menurunkan kualitas hidup pasien UKD. Isu kualitas hidup pasien UKD setelah perawatan dan faktor-faktor yang memengaruhi belum banyak diteliti.
Tujuan. Studi ini bertujuan melihat skor kualitas hidup setelah enam bulan pasca perawatan pasien dengan riwayat dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode. Studi ini merupakan studi kohort, dengan data dasar diambil dari registri kaki DM RSCM dan data kualitas hidup didapat melalui proses wawancara. Pasien UKD dengan riwayat perawatan di RSCM dan terdata di registri kaki RSCM periode Januari 2019 - Agustus 2023, dapat diwawancarai, serta tidak memiliki UKD aktif diikutsertakan ke penelitian. Skor kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner Diabetic foot ulcer scale-short form (DFS-SF) dan ditampilkan dalam bentuk rerata atau nilai tengah. Hubungan faktor-faktor determinan yang diteliti dengan kualitas hidup dianalisis dengan analisi bivariat, multivariat, dan lajur.
Hasil. Sebanyak 131 subjek diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata skor kualitas hidup keseluruhan adalah 57,46. Pada analisis bivariat, lama observasi berhubungan bermakna dengan semua domain kualitas hidup kecuali waktu luang sedangkan neuropati perifer hanya berhubungan dengan domain kesehatan fisik, waktu luang, dan kualitas hidup keseluruhan. Jumlah area keterlibatan ulkus berhubungan dengan domain rasa terganggu. Analisis multivariat menunjukkan bahwa lama observasi berhubungan bermakna dengan kualitas hidup keseluruhan, kesehatan fisik, rasa khawatir, dan rasa terganggu. Neuropati perifer berhubungan dengan domain waktu luang. Analisis lajur mendapati bahwa lama observasi berhubungan langsung dengan kualitas hidup keseluruhan dan neuropati perifer berhubungan langsung sekaligus tidak langsung dengan kualitas hidup melalui derajat infeksi, lama perawatan, dan keluaran ulkus.
Diskusi. Studi-studi terdahulu menemukan bahwa secara umum kualitas hidup pasien UKD ditentukan dari faktor fisik, sosioekonomi, dan psikologis. Pada studi dengan desain potong lintang yang dilakukan pada pasien dengan UKD aktif, faktor yang sering memengaruhi adalah derajat luka, kadar gula darah dan tingkat pendapatan. Faktor terkait luka tidak lagi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasca perawatan mengindikasikan bahwa selama luka dapat ditatalaksana dengan baik dan penyembuhan luka dapat tercapai, kualitas hidup optimal juga dapat dicapai.
Kesimpulan. Kualitas hidup pasca perawatan pasien UKD relatif rendah. Lama observasi dan neuropati perifer berhubungan langsung dengan kualitas hidup.

Introduction: Diabetic foot ulcer (DFU) is one of chronic complication of diabetes that appear as foot ulceration and causing high morbidity and financial burden. These cumulatively reduce quality of life of DFU patients. The issue of quality of life (QoL) of DFU patients after hospitalization and its influencing factors has not been widely studied yet. This study aimed to evaluate predictors to long term health-related quality of life in patients with history of DFU.
Method. This study was an ambispective cohort study in which baseline data was taken from the diabetic foot registry of Cipto Mangunkusumo Hospital and QoL data were obtained through interview minimum 6 months after participants were discharged from hospital. Quality of life scores are measured using the Diabetic Foot uUcer Scale-Short Form (DFS-SF) questionnaire and were displayed in mean or median value. The association between determinant factors studied and QoL was analyzed using bivariate, multivariate and path analysis.
Results. A total of 131 subjects were included in this study. The overall mean of QoL score was 57.46. In bivariate analysis, length of observation, peripheral neuropathy, and total ulcer areas were associated with QoL. Multivariate analysis showed that length of observation was significantly related to overall QoL, physical health, worry about ulcers, and bothered by ulcers domain. Peripheral neuropathy was related to the leisure domain. Path analysis found that length of observation was directly associated with overall QoL whilst peripheral neuropathy was both directly and indirectly associated with QoL through degree of ulcer infection, length of stay, and ulcer outcome.
Conclusion. Length of observation and peripheral neuropathy are directly related to quality of life. Peripheral neuropathy is also indirectly related to quality of life through the degree of infection, length of hospitalization, and ulcer outcome.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Muhammad Dahlan
"Latar Belakang: Faktor resiko terbesar Diabetik foot ulcer DFU adalah neuropati. Gen Vascular endothelial growth factor VEGF 7 merupakan gen yang mengkode protein Vascular Endothelial Growth Factor VEGF memiliki fungsi angiogenesis dan neurogenesis. VEGF berperan pada patogenesis terjadinya neuropati, angiopati dan penyembuhan luka karena trauma.
Metode Penelitian: Penelitian case control study, kasus diambil dari penderita DM tipe 2 dengan DFU dan kontrol dari DM tipe 2 tanpa DFU, dilakukan Polimerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght Polymorphism PCR-RFLP untuk melihat genotipe gen VEGF, analisis statistik menggunakan SPSS 20.
Hasil: Genotip mutan GG gen VEGF 405C>G tidak memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya DFU pada penderita DM di RSCM GG CG/CC ; OR; 0,52, 95 CI; 0,15-1,73 p; 0,289. Alel G; kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,86, 95 CI 0,57-1,28 dan p;0,456. Genotip mutan TT gen VEGF -460 C>T; tidak memiliki hubungan yang bermana dengan DFU TT CT/CC ; OR; 0,97, 95 CI; 0,41-2,26 dan p; 0,942. Alel T kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,90, 95 CI; 0,59-1,37 dan p;0,641.
Kesimpulan: Genotip GG dan TT tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit DFU, alel G dan alel T kemungkinan sebagai faktor protektif terhadap terjadinya DFU pada penderita DM Tipe 2.

Background: The greatest risk factor for Diabetic foot ulcer DFU is neuropathy. Vascular endothelial growth factor VEGF gene is a gene encodes a protein vascular endothelial growth factor VEGF, which has function of angiogenesis and neurogenesis. VEGF play a role in neuropathy, angiopathy and wound healing in DFU.
Methods: Case control study, case is type 2 DM with DFU and control is type 2 DM without DFU, Polymerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght polymorphism was done to find genotype polymorphism of VEGF gene.
Results: Genotype GG VEGF 405C G does not have a significan association with DFU in DM patients GG CG CC OR 0.52, 95 CI 0.15 to 1.73 p 0.289. G allele is proposed as protective factor in DFU OR 0.86, 95 CI 0.57 to 1.28, and p 0.456. Genotype TT from VEGF gene 460 C T have no significant association with DFU TT CT CC OR 0.97, 95 CI 0.41 to 2.26 and p 0.942. T allele is predicted as protective factor in DFU OR 0.90, 95 CI 0.59 to 1.37 and p 0,641.
Conclusion: G alles and T alleles are predicted as a protective factors in DM patients associated with DFU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tom Christy Adriani
"Objektif: Diabetic Foot Ulcer DFU merupakan komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2 DMT2 yang dapat berujung pada disabilitas dan kematian. Kondisi vaskularisasi yang tidakadekuat dapat mempengaruhi proses penyembuhan pada DFU. Studi terbarumenunjukkan TGF-?1 mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka danmenghasilkan neuropati, penyebab utama terjadinya DFU. Oleh sebab itu, studi inimelakukan investigasi terhadap ekspresi dari polimorfisme TGF-β1 dalam hubungannyapada kejadian DFU pada DMT2.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol untuk membandingkan polimorfismeTGF-?1 gen 1800469 C>T dan gen 1982073 C>T pada DMT2 di RS CiptoMangunkusumo RSCM Jakarta Juni hingga Desember 2016. Teknik PCR digunakanuntuk membandingkan hasilnya pada grup DMT2 dengan DFU dan DMT2 tanpa DFU.
Hasil: Terdapat 197 pasien secara keseluruhan yang terbagi atas 96 pasien dengan DFU dan 101pasien kontrol grup tanpa DFU. Distribusi allel dari TGF- ?1 1800469 C>T adalah 54,3 dan T 45,7 , sedangkan distribusi TGF-β1 1982073 C>T adalah C 72,3 dan T 27,7 .Dengan kata lain, polimorfisme TGF-β1 mempunyai peran dalam pembentukan danproses penyembuhan DFU pada pasien DMT2.
Kesimpulan: Didapatkan hubungan bermakna pada gen RS1982073 sebagai factor pencegah danRS1800469 sebagai factor resiko terjadinya DFU.

Objective: Diabetic Foot Ulcer DFU is one of the complication of Type 2 Diabetes Mellitus T2DM that can lead to disability and death. Inadequate vascularization condition willaffect healing process of DFU. Recent study showed, TGF 1 has a role in the processof wound healing and process of resulting neuropathy, the most common cause of DFU.Therefore, we investigated the expression of polymorphism TGF 1 in relation of theoccurance of DFU in T2DM.
Methods: We designed a case control study to investigate the polymorphism TGFβ1 gene1800469 C T and 1982073 C T in T2DM in Cipto Mangunkusumo National Hospital RSCM Jakarta from june to December 2016. We used PCR techniques and comparedthe results in group of T2DM patients with DFU as the case study and without DFU asthe control group.
Results: There were 197 patients, 96 patients with DFU and 101 patients control without DFU.49,8 is male and 50,2 female with mean age about 56 years. Distribution of wildtype genotype TGFβ1 1800469 C T wild type CC were found in 44,8, the number ofmutant heterozygote CT was 10,8 and mutant homozygote is 11,3. Distribution ofTGF B1 1982073 C T wild type CC was 32,5, mutant heterozygote is 38,9 andmutant homozygote 25,1.
Conclusion: Were found meaning relationship in gene RS1982073 as inhibitor factor and geneRS1800469 as risk factor of the DFU in T2DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang Ahmad Waluya
"Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus (DM). Terjadinya ulkus diabetik diawali dengan adanya neuropati dan penyakit vaskular perifer sebagai dampak hiperglikemia serta adanya trauma akibat kurangnya pasien melakukan perawatan kaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pasien dengan kejadian ulkus diabetik dalam konteks asuhan keperawatan pada pasien DM di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional study. Jumlah sampel penelitian 88 responden terdiri dari 44 orang pasien DM dengan ulkus dan 44 orang pasien DM tanpa ulkus. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dan acak sederhana. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan pasien DM (p=0,000), kepatuhan memonitor glukosa darah (p=0,000), diet (p=0,000), aktivitas (p=0,023), perawatan kaki (p=0,000), kunjungan berobat (p=0,000) dengan kejadian ulkus diabetik. Kepatuhan kunjungan berobat merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian ulkus diabetik (OR=8,95). Karakteristik demografi jenis kelamin merupakan faktor pengganggu. Sedangkan umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi bukan faktor pengganggu. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketidakpatuhan pasien DM dengan kejadian ulkus diabetik. Saran peneliti yaitu pasien perlu mendapat pendidikan kesehatan, pemeriksaan kaki secara teratur, pasien harus mematuhi terhadap saran petugas kesehatan. Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien DM.

Diabetic ulcer is one of chronic complications of Diabetes Mellitus. Neuropathy and peripheral vascular disease are the beginning of ulcer, as the result of hyperglycemia condition, and a trauma caused by lack of foot care. The aim of this study is to identify the relation of patient adherence with diabetic ulcer occurance in the context of nursing care of patient with diabetes mellitus at Dr. Hasan Sadikin Hospital, Bandung. Crossectional study design was used in this study. The samples size were 88 patients with diabetes mellitus, consisted of 44 patients with diabetic ulcer and 44 patients without diabetic ulcer. Samples were selected by simple random and consecutive sampling technique. Chi Square and a multiple logistic regression were used to examine the relation of patient adherence with occurrence diabetic ulcers.
The result showed that there was a significant corelation of diabetes mellitus patient adherence (p=0,000), adherence of monitoring blood glucose level (p=0,000), diet (p=0,000), activities (p=0,023), foot care (p=0,000), and visiting health care provider (p=0,000) with diabetic ulcer occurence. Adherence of visiting health care provider was the most dominant factor related to diabetic ulcer occurence (OR=8,95). Sex was confounding factor. Whereas age, education and economic level were not confounding factors. It is concluded that there was a relationship between patient adherence and the occurance of diabetic ulcer. Recommendations of this research were patient need to get health education, regular foot examination, patient adherence to recommendations health care provider. Further research about factors related to nonadherence in diabetes mellitus patients need to be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri P. Ningsih
"ABSTRAK
Ulkus kaki merupakan salah satu komplikasi kronis pada pasien diabetes mellitus. Ulkus
kaki diabetes ini tidak hanya berdampak secara fisik bagi pasien, namun juga berdampak
bagi kehidupan psikososialnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang pengalaman psikososial pasien dengan ulkus kaki diabetes.
Desain penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif dengan metode wawancara
mendalam. Partisipan adalah pasien DM yang mengalami ulkus kaki diabetes, diambil
dengan cara purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa rekaman hasil
wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Hasil penelitian
ini menunjukkan berbagai pengalaman psikososial pasien ulkus kaki diabetes
digambarkan dalam 11 pernyataan tematik. Penelitian ini menyimpulkan setiap pasien
ulkus kaki diabetes mengalami berbagai respon psikologis yang teridentifikasi dalam 4
tema yaitu menghadapi berbagai ketakutan, menjadi tidak berdaya, menjadi beban
keluarga dan menyalahkan diri sendiri. Terdapat 2 tema dari respon sosial yang dialami
yaitu menjadi tidak sebebas/tidak seaktif dulu dan menjadi tidak percaya diri dalam
bergaul. Terdapat 3 tema tentang mekanisme koping pasien dalam menghadapi ulkus
kaki diabetes yaitu menjalani kehidupan dengan pasrah pada keadaan, banyak
mendekatkan diri pada Tuhan dan tetap memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri
meskipun mempunyai ulkus kaki diabetes. Setiap pasien ulkus kaki diabetes
memperoleh berbagai macam dukungan dan memiliki berbagai harapan/kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut perawat seharusnya dapat
lebih memperlihatkan sikap caring dan menyediakan waktu khusus untuk mendiskusikan
berbagai perasaan negatif akibat ulkus kaki yang dialaminya serta para perawat perlu
mengembangkan kemampuan koping dan adaptasi pasien terhadap ulkus kaki diabetes
agar pasien dapat lebih baik mengelola stress psikososial yang dialaminya.

ABSTRACT
Ulcer is one of the chronic complications of diabetes. Diabetic leg ulcer does not only
affects the patient physically but also affects patient’s psychosocial life. This research
was aimed to explore deeper understanding of psychosocial experiences of patients with
diabetic leg ulcer. The participant was diabetic leg ulcer patient choosen by using
purposive sampling. The design was descriptive phenomenological using indepth
interview and field notes, using Collaizi technique to analized. The results showed some
psychosocial experiences of patients with diabetic leg ulcer found 11 themes. This
research concluded that every patients with diabetic leg ulcer had variety psychological
responds that were identified in 4 themes including fears, being powerless, being family
burden and blame themself. There were 2 themes for social responds, namely not as
active as before and loss self confidence. There were 3 themes for coping mechanisms
thatwere continuing their normally daily life, faith to God and having positive thinking
about themselves, eventhought they have a diabetic leg ulcer. Every patients with
diabetic leg ulcer got various supports and had various expectations and needs more
support from nurse. It was suggested that nurses have to spending more time to discuss
negative feeling of diabetic leg ulcer and also help patient in enhancing coping
mechanism in adjust with their diabetic leg ulcer. This action will improve better health
outcome of diabetes mellitus patient and they can manage their psychosocial stress
better."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Prabowo Wirjodigdo
"Latar belakang: Diperkirakan sekitar 15% penderita diabetes akan mengalami diabetic foot ulcer (DFU) dalam masa hidupnya. Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perawatan konvensional. NPWT menciptakan lingkungan luka yang lembab, peningkatan aliran darah lokal dan merangsang jaringan granulasi sehingga mempercepat penyembuhan luka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi lama rawat DFU dengan NPWT.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan desain cross sectional analitik pada 105 subjek yang dirawat pada Januari 2016 sampai Desember 2018 di RS dr. Cipto Mangunkusumo. Karakteristik dan demografi pasien dan faktor risiko diambil dari rekam medik. Durasi perawatan dari aplikasi pertama NPWT hingga luaran sebagai hasil, kemudian dianalisis terhadap faktor risiko yang memengaruhinya.
Hasil Penelitian: Lama rawat DFU dengan NPWT adalah 19,9 ± 19,3 hari. Faktor risiko yang mempengaruhi lama rawat adalah riwayat ulkus (r = 0,01; p = 0,034), kedalaman luka (r = 0,292; p = 0.003), Hb (r = 0,05; p = 0,039), HbA1c (r = 0,06; p = 0,033), albumin (r = 0,06; p = 0,017), PCT (r = 0,10; p = 0,035), dan lama menderita DM (r = 0,193; p = 0,009).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa lama rawat DFU dengan NPWT dipengaruhi oleh faktor sitemik (lama menderita DM, Hb, HbA1c, albumin, dan PCT) dan faktor lokal (riwayat ulkus sebelumnya dan kedalaman luka). Kedalaman luka merupakan faktor yang paling berhubungan positif terhadap lama perawatan DFU pasca NPWT (r = 0,292, p = 0,003). Intervensi pada faktor risiko yang dapat diperbaiki sebelum penggunaan NPWT patut dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan NPWT dan mengurangi lama perawatan.

Background: It is estimated that around 15% of diabetic patients will experience diabetic foot ulcer (DFU) in their lifetime. Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) is proven to be more effective than conventional treatments. NPWT creates a moist wound environment, increases local blood flow and stimulates tissue granulation thereby accelerating wound healing. This study was conducted to determine the risk factors that affect the length of stay of DFU with NPWT. Knowing this risk factors may be helpful for optimizing management strategy.
Methods: This research is a retrospective study with a cross-sectional analytic design in 105 subjects treated in January 2016 to December 2018 at RS. dr. Cipto Mangunkusumo. Patient characteristics, demographics and risk factors were taken from medical records. The length of stay of the patient from the first application of NPWT to its outcomes was the main result, then the correlation to the risk factors that influence it was analyzed.
Results: The length of stay of DFU with NPWT was 19.9 ± 19.3 days. Risk factors affecting the length of stay were history of ulcers (r = 0.01; p = 0.034), wound depth (r = 0.292; p = 0.003), Hb (r = 0.05; p = 0.039), HbA1c (r = 0.06; p = 0.033), albumin (r = 0.06; p = 0.017), PCT (r = 0.10; p = 0.035), and duration of DM (r = 0.193; p = 0.009).
Conclusions: This study showed that the length of stay of DFU with NPWT was influenced by systemic factors (duration of DM, Hb, HbA1c, albumin, and PCT) and local factors (history of previous ulcers and wound depth). The depth of the wound was the most positively related factor to the length of stay in DFU post NPWT (r = 0.292; p = 0.003). Interventions on the risk factors that can be corrected before the application of NPWT may amplify the result of NPWT and reduce the length of treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus (DM) adalah kaki diabetik (KD). KD disebabkan gabungan dari gangguan vaskular dan non-vaskular. Pada suatu penelitian kohort di Swedia menyatakan bahwa penyembuhan primer, laju amputasi dan mortalitas pada pasien kaki diabetik berhubungan dengan derajat insufisiensi vaskular. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik vaskular pada kasus kaki diabetik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode penelitian adalah deskriptif analitik. Hasil penelitian didapatkan meningkatnya kasus KD, sesuai dengan meningkatnya insiden pasien DM dimana faktor umur, faktor risiko vaskular (ABI<0,9, pulsasi arteri distal yang lemah) akan mempercepat timbulnya gangguan angiopati dan neuropati. Nilai ABI<0,9, kejadian osteomyelitis, kadar HbA1C>6,5 mg/dL dan neuropati perifer merupakan faktor predisposisi yang independen terhadap tindakan amputasi pada kasus KD (p<0,05). Osteomyelitis merupakan faktor yang paling signifikan (Cox and Snalle R Square=64,3%; OR=0,002).
, One of the complications of Diabetes Mellitus (DM) is Diabetic Foot (DF). It caused by combination of vascular and non vascular factors. Kohort’s study on Sweden declared that primary healing, amputation rate and mortality on DF patient has correlation with vascular insufisiency. Thus research needs to be done to find out the characteristics of vascular disorders on DF case quantitatively and qualitatively. The research results show increasing DF cases appropriate with the increasing incidence of DM patient where are ages, vascular risk (ABI<0,9, diminished of distal artery pulsation) will accelerate angiopaty and neuropaty disorders. ABI<0,9, osteomyelitis, level HbA1C>6,5 mg/dL and peripheral neuropathy are independent factors for amputation on DF case (p<0,05). Osteomyelitis is the most significant factor (Cox and Snalle R Square=64,3%; OR=0,002).
]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Igab Krisna Wibawa
"ABSTRAK
Latar Belakang. Ulkus Kaki Diabetik DFU adalah salah satu komplikasi dari Diabetes Mellitus, saat ini cenderung meningkat di seluruh dunia, khususnya di Jakarta, Indonesia. Beberapa penelitian mengindikasikan polimorfisme gen matrix metalloproteinases-9 MMP9 pada titik -1652C/T dan 836 A/G memiliki peranan penting dalam perkembangan dan patofisiologi Ulkus kaki diabetik yakni sebagai penanda inflamasi. Namun belum ada penelitian yang spesifik meneliti tentang MMP9 dalam hubungannya dengan DFU di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus tipe 2 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia.Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan case control study, subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 dengan atau tanpa DFU yang memenuhi kriteria inklusi dan berkunjung ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan juli 2016-Desember 2016. Data demografi, klinis, laboratorium, distribusi genotip dan distribusi alel dicatat serta peneliti mencari hubungan antara Polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.Hasil Penelitian. Terdapat seratus sembilan puluh tujuh pasien diabetes mellitus tipe dua laki-laki = 49,2 , dan perempuan = 50,8 . Faktor yang berpengaruh dan bermakna secara statistik yakni PAD p=0,001 , Nyeri Istirahat p=0,001 , Neuropati p=0,001 , Merokok p=0,001 , Hipertensi p=0,001 , Anemia p=0,001 , Leukositosis p=0,001 . Pada uji bivariat, diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 .Kesimpulan. Distribusi Alel Polimorfisme gen -1562C/T pada seluruh populasi, pada alel C = 74,6 , Alel T = 25,4 . Distribusi Alel Polimorfisme gen 836A/G, pada alel A = 41,4 , dan Alel G = 58,6 pada seluruh populasi. Diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Objectives. Diabetic Foot ulcer DFU as Diabetes complication, is increasing worldwide especially in Jakarta, Indonesia. Several studies indicated that matrix metalloproteinases 9 MMP9 play key roles in the progression of Diabetic Foot Ulcer as an important inflammatory marker involved in the pathophysiology of DFU. But there is no study specifically examining MMP9 associated with DFU in Jakarta. The aim of this study to analyze MMP9 gene polymorphism associated with DFU patients in Ciptomangunkusumo National General Hospital.Methods. This case control study included 197 patients diagnosed with T2DM with or without DFU as complication at the Ciptomangunkusumo National General Hospital between August 2016 and December 2016. Demography, Clinical, Laboratorium findings, Genotype distribution, Allel distribution, and Analysis Of Matrix Metalloprotein 9 Mmp 9 Gene Polymorphism Associated With Diabetic Foot Ulcer In Tipe 2 Diabetes Collected.Results. There are one hundred and ninty seven patiens with type 2 diabetes mellitus men 49,2 , women 50,8 . Factor that influence and statistically significant are PAD p 0,001 , Rest Pain p 0,001 , Neuropathy p 0,001 , Smoking p 0,001 , Hypertension p 0,001 , Anemia p 0,001 , Leucositosis p 0,001 . According to bivariat study, Found that MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 .Conclusion. Alel distribution in DM type 2 Alel C 74,6 , Alel T 25,4 , Alel A 41,4 , Alel G 58,6 . Found in MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>