Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Daniaji
"Trafik data yang meningkat secara signifikan di Asia Pasifik mulai mengakibatkan terjadinya pergeseran penggunaan teknologi. Menurut penelitian GSMA Intelligence dalam ldquo;The Mobile Economy 2016 rdquo;, utilisasi teknologi GSM Asia Pasifik sebanyak 80 pada tahun 2010, pada tahun 2015 menjadi 55. Pada tahun 2020 diprediksi penggunaan teknologi LTE di Asia Pasifik sebesar 37. Di Indonesia, pengembangan LTE mengalami tantangan karena keterbatasan spektrum frekuensi yang tersedia dengan banyaknya jumlah operator di Indonesia. Masing-masing operator memiliki pita frekuensi yang tidak terlalu lebar dan masih terutilisasi untuk teknologi 2G dan 3G. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan kebutuhan spektrum serta perancangan dan analisis dalam pembentukan skenario yang dapat diterapkan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi yang dimiliki operator di lima tahun yang akan datang dalam rangka pemenuhan kebutuhan kapasitas jaringan LTE. Salah satu solusi penambahan kapasitas ini adalah dengan memanfaatkan fitur yang dimiliki 3GPP release 10 LTE-A, yaitu carrier aggregation dan penggunaan antenna 8 layer MIMO.
Penelitian dilakukan pada jaringan PT. Telkomsel yang mengimplemantasikan LTE FDD dengan bandwidth 10 MHz pada spektrum 1800 MHz. Saat ini Telkomsel belum mengimplementasikan fitur LTE-A walaupun telah memiliki software hingga 3GPP release 11. Daerah penelitian yaitu Jakarta Selatan, Kota Makassar dan Kota Pontianak. Skenario dibentuk dari hasil forecast trafik data 2G, 3G, 4G serta trafik legacy 2G dan 3G masing-masing wilayah dan menghitung bandwidth yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh masing-masing teknologi pada Januari 2021. Skenario yang diusulkan antara lain, skenario implementasi LTE-A dengan penggunaan antenna 8 layer MIMO, atau melakukan carrier aggregation dari 1800 MHz ke 900 MHz atau dari 1800 MHz ke 2100 MHz.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi LTE-A tidak perlu dilakukan serentak pada seluruh wilayah Indonesia, karena masing-masing wilayah Indonesia memiliki profil geografis dan karakter pengguna jaringan yang berbeda. Jakarta Selatan yang merepresentasikan ibukota Indonesia sebagai pusat bisnis dan pemerintahan pada tahun 2021 dapat mengimplementasikan LTE-A dengan skenario terbaik yaitu penggunaan 20 MHz 1800 MHz dengan 8 layer MIMO. Kota Makassar yang merupakan kota terbesar di Indonesia timur, pusat bisnis dan pariwisata, juga dapat mengimplementasikan LTE-A dengan skenario terbaik menggunakan 20 MHz 1800 MHz dengan 8 layer MIMO. Pada Kota Makassar sebaiknya tidak mengimplementasikan CA karena masih tingginya utilisasi teknologi 2G dan 3G. Sedangkan Kota Pontianak sebagai kota kecil penghasil pertanian dan kehutanan, belum membutuhkan implementasi LTE-A.

Significant increase of data traffic in Asia Pasific began to cause a shift in the use of technology. According to a research by GSMA Intelligence in ldquo The Mobile Economy 2016 rdquo , GSM technology utilization in Asia Pasific is as much as 80 in 2010, turns into 55 in 2015. In the year 2020, it is predicted that the use of LTE technology in Asia Pacific is 37 . In Indonesia, the development of LTE network face a serious challenge due to the limited frequency spectrum available, and with the large number of operators in Indonesia who are using the share. Each operator has a frequency band that is not too wide and still utilized for 2G and 3G technologies. Therefore, it is necessary to measure the bandwidth necessity and to design further analyze the scenarios rsquo formed which can be applied in the utilization of the frequency spectrum of operators in the five years to come, to meet the needs of LTE network capacity. One solution to this capacity expansion is to utilize the features of 3GPP Release 10 LTE A , such as carrier aggregation and use of 8 layer MIMO antenna.
The study was conducted at PT Telkomsel whose now runs FDD LTE network with 10 MHz bandwidth at 1800 MHz spectrum. Telkomsel currently is not implementing LTE A yet, despite already have updated software of 3GPP Release 11. The study area of this study are South Jakarta, Makassar city and Pontianak. The scenario was designed by using the forecast results of 2G, 3G, 4G data traffic and legacy 2G and 3G traffic of each county and calculate the bandwidth required and not required by each technology in January 2021. The proposed scenarios are the implementation of LTE A with the use of 8 layer MIMO antenna, or perform carrier aggregation from 1800 MHz to 900 MHz or 1800 MHz to 2100 MHz.
The result shows that the implementation of LTE A does not need to be performed simultaneously on the entire territory of Indonesia, because each region of Indonesia has a unique geographic profile and different characters of network users. South Jakarta, who represents the Indonesian capital city as a center of business and government, in the next five years may need to implement LTE A with the best scenario of using 20 MHz 1800 MHz with 8 layer MIMO. Makassar City, the biggest city in eastern Indonesia, which is the center of business and tourism, may also implement LTE A by using a 20 MHz in 1800 MHz with 8 layer MIMO. Implementing CA cannot be a choice for Makassar City in Januari 2021 because of the still high utilization of 2G and 3G technologies rsquo spektrum. While Pontianak City, as a small city of agriculture and forestry, not yet require the implementation of LTE A."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T37997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abhinawa Fauzan Putra
"Perkembangan teknologi telekomunikasi menghasilkan berbagai peluang teknologi atau pun bisnis baru di berbagai bidang. Dengan munculnya teknologi 5G, muncul pula verticals seperti self-driving car, pembelajaran jarak jauh, dan berbagai kegiatan lainnya. Untuk mencapai kebutuhan dari verticals yang ada, 5G mengelompokkannya kedalam 3 kelompok usecase yaitu eMBB, mMTC, dan uRLLC dengan standar dan kebutuhannya masing-masing. Dengan adanya 3 kelompok usecase ini, muncul pula tantangan untuk menjalankan ketiga usecase ini dengan optimal. Teknologi network slicing memberikan terobosan baru untuk menjalankan ketiga usecase tersebut dalam satu jaringan fisik dengan membaginya menjadi beberapa jaringan virtual. Penelitian ini membahas salah satu skenario network slicing yaitu multi operator radio access network dimana sebuah sistem radio access network akan dicakupi oleh lebih dari satu operator dan membandingkannya terhadap network slicing dengan single operator pada satu sistem radio access network. Simulasi dibuat dan dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman python 3. Berdasarkan percobaan, didapatkan skenario multi operator menggunakan resource dengan lebih optimal dibuktikan dengan lebih tingginya nilai rasio client yang terkoneksi, lebih rendahnya nilai rasio blocking. Tetapi, nilai efisiensi bandwidth per client-nya sedikit lebih rendah.

The development of telecommunications technology results in various technological opportunities or new business in various fields. With the advent of 5G technology, verticals have also emerged such as self-driving cars, distance learning, and various other activities. To achieve the needs of existing verticals, 5G groups them into 3 use cases groups namely eMBB, mMTC, and uRLLC to their respective standards and needs. With the existence of these 3 use cases groups, there are also challenges to running these three use cases optimally. Network slicing technology provides a new breakthrough to run the three use cases in one physical network by dividing it into several virtual networks. This study discusses one of the network slicing scenarios, namely a multi-operator radio access network where a radio access network system will be covered by more than one operator and compares it against a network slicing with a single operator on a radio access network system. Simulation is created and developed using python 3 programming language. Based on experiments, it is found that multi-operator scenarios use resources more optimally as evidenced by higher connected client ratio values, lower blocking ratio values. But, the bandwidth efficiency per client is slightly lower."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Afif Hirzi
"Skripsi ini membahas mengenai potensi persaingan usaha tidak sehat melalui analisis yuridis terhadap pengaturan kerja sama penggunaan spektrum frekuensi radio sebagai fasilitas produksi dalam penyelenggaraan layanan jaringan bergerak seluler. Berdasarkan ketentuan yang baru diatur melalui Pasal 71 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja saat ini di Indonesia telah diatur bahwa pemegang lisensi spektrum frekuensi radio dapat mengadakan kerja sama penggunaan spektrum frekuensi radio untuk penerapan teknologi baru secara sukarela. Melalui penelitian ini, Penulis menemukan bahwa apabila terdapat pelaku usaha pemegang lisensi spektrum yang diajak untuk bekerja sama menolak melakukan kerja sama penggunaan spektrum frekuensi radio dengan operator seluler lainnya yang membutuhkan alokasi spektrum tersebut untuk menjalankan proses produksi layanan selulernya serta penolakan tersebut dilakukan tanpa justifikasi legal, ekonomi, teknis dan alasan lainnya yang dapat diterima, maka dapat berpotensi menghambat operator seluler lain untuk melakukan ekspansi layanan seluler yaitu menerapkan teknologi baru pada layanan seluler yang mana membutuhkan spektrum frekuensi radio tersebut sebagai fasilitas produksi pada pasar jasa telekomunikasi seluler serta meningkatkan hambatan masuk bagi pelaku usaha yang mana berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat.

This thesis discusses the potential for fair business competition through a juridical analysis on the regulation of spectrum sharing as a facility for production mobile network services. Based on the newly regulated through Article 71 of Law Number 11 of 2020 on Job Creation, currently in Indonesia it has been regulated that radio frequency license holders, may voluntarily cooperate the use of radio spectrum through spectrum sharing arrangement for the application of new technology. Through this research, the Author finds that if there are business actors holding license to radio spectrum usage, refuse without legal, economic, technical justifications or other acceptable reasons to cooperate in sharing radio spectrum with other mobile network operators who require the spectrum allocation to carry out the production process of their mobile network services, could potentially hinder other mobile network operators from expanding their cellular services, namely applying new technology to mobile network services which require the use of radio spectrum as a facility for production in the mobile network services market as well as increasing the barriers to entry for business actors which has the potential to create unfair business competition. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Arnaz Ferari
"Market mechanism merupakan suatu pendekatan yang digunakan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi penggunaan sumber daya frekuensi yang terbatas dengan memberikannya kepada pengguna potensial untuk menjalankan layanannya, dimana layanan tersebut harus dapat menghasilkan nilai tertinggi dari sumber daya frekuensi tersebut, maka akan diberikan izin hak untuk menggunakannya, dengan kata lain adalah bahwa dengan menggunakan mekanisme pasar (market mechanism) dapat mendorong penggunaan spektrum frekuensi radio dan memfasilitasi ekspansi dan inovasi layanan.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Cost and Benefits Analysis (CBA), dimana CBA ini untuk membandingkan keuntungan bersih yang dihasilkan dari pemanfaatan spektrum frekuensi radio dengan membuat beberapa kondisi untuk pemanfaatan spektrum frekuensi radio pada pita 478-806 MHz. Dalam menggunakan metode CBA, terlebih dahulu harus diidentifikasikan dan dikonversikan komponen-komponen penilaiannya yaitu biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang dihasilkan oleh pemanfaatan spektrum frekuensi radio pada pita frekuensi 478-806 MHz melalui beberapa kondisi layanan ke dalam nilai ekonomis atau moneter. Kemudian dianalisis kelayakan ekonomisnya memanfaatkan alat-alat analisis finansial dengan menggunakan Net Present Value.
Pemanfaatan spektrum frekuensi radio pada pita 478-806 MHz (UHF) diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kondisi, yaitu kondisi eksisting, kondisi transisi, dan kondisi analog switch off, hasil potensi nilai ekonomi pemanfaatan spektrum frekuensi radio pada pita 478-806 MHz (pita UHF) yang paling optimal terdapat pada kondisi dimana pemanfaatan spektrum frekuensi radio pada pita 478-806 MHz digunakan untuk layanan televisi siaran digital dengan digital dividend dimanfaatkan untuk layanan broadband wireless (kondisi analog switch off). Pemanfaatan digital dividend untuk layanan broadband wireless digunakan sebagai strategi untuk melaksanakan pembangunan akses broadband di Indonesia.

Market mechanism is an approach used with the objective of achieving efficient use of limited frequency resources by giving potential users to run their services, where such services should be able to produce the highest value of frequency resources. They will then be granted the right to use the frequency resources. In other words, by using market mechanism, it will encourage the use of radio frequency spectrum and facilitate expansion and service innovation.
Analysis of this study uses the method of Cost and Benefit Analysis (CBA), where this method of CBA is to compare the net profit resulted from utilization of radio frequency spectrum by making a number of conditions for the utilization of radio frequency spectrum in the bands of 478-806 MHz. In using the CBA method, the components of assessment must first be identified and converted, namely the costs and benefits generated by the utilization of radio frequency spectrum in the bands of 478-806 MHz through some conditions of service to the economic or monetary value. And then the economic feasibility is analyzed using Net Present Value technique.
Utilization of radio frequency spectrum in the bands of 478-806 MHz (UHF band) is classified into three (3) conditions, the existing condition, the transition condition, and the analog switch off condition. The most optimum potential result of the economic value of radio frequency spectrum utilization in the bands of 478-806 MHz (UHF band) is at the condition where the utilization of radio frequency spectrum in the band of 478-806 MHz is used for digital broadcast television service with the digital dividend used for broadband wireless services (the analog switch off condition). Utilization of digital dividend for broadband wireless services is used as a strategy to implement the broadband access development in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31303
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Prillianto Putra
"Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang. Mobilitas pengguna yang tinggi menjadikan teknologi LTEmenjadi salah satu solusi yang sangat digemari karena mengijinkan user untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain selama masih dalam coverage area network. Kehandalan dari jaringan LTE ini seharusnya lebih baik dari teknologi wireless telekomunikasi yang kita pakai seperti WCDMA dan GPRS.Pada skripsi kali ini dibuat sebuah rancangan sistem untuk pengadaan QoS pada jaringan LTE untuk User Equipment. Dimana dari pengadaan QoS tersebut akan ada data yang akan memperlihatkan bahwa kinerja User Equipment di jaringan LTE handal. Penelitian akan dilakukan secara simulasi dengan NS 3 dengan pengukuran untuk kehandalan dari User Equipment pada bagian teknik konfigurasi dan juga jarak yang akan dicoba. Kondisi skenario dan topologi dibuat sedemikian rupa dengan kondisi jaringan LTE di dunia nyata. Dari keadaan tersebut akan dilihat kinerja kehandalan jaringan LTE terutama pada User Equipment Measurement terpercaya. Ini dapat dibandingkan dengan tabel CQI dimana QoS untuk delay berada disekitaran 100ms atau 0,1 detik sampai 300ms atau 0,3 detik.
Information technology is becoming a necessity that can not be separated in public life today. Reliability make LTE technology is a solution that is very popular because it allows a user to move from one place to another as long as the coverage area of the network. The reliability of the LTE network is supposed to be better than the wireless telecommunications technology that we use such as WCDMA and GPRS. In this thesis,was made a scenario of provisioning system for QoS on the network for LTE User Equipment. Where as the QoSprovisioning willmake a data that would show that the performance of User Equipment in a reliable LTE network. Research will be carried out in simulations using NS 3 with measurements for the reliability of User Equipment around the configuration techniques and also the distance that are will be tried. Condition scenarios and topologies created in such a way with LTE network conditions in the real world. From these circumstances we can verify LTE network reliability, especially on the User Equipment Measurement reliability. This result can be compared with the CQI table where the result is still in within reach on the table delay where as the delay are 100ms or 0,1s second and 300ms or 0,3 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halomoan, David Sutrisno
"Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mencapai generasi ke empat (4G). salah satu teknologi perintis untuk 4G adalah Long Term Evolution atau yang disingkat LTE. Pada LTE, seluruh akses telekomunikasi adalah berdasarkan IP baik itu panggilan suara maupun layanan data dan juga terdapat AMC atau Adaptive Modulation and Coding yang akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi kanal transmisi yang ditandai dengan parameter CQI. Skripsi ini mensimulasikan kualitas suara pada saat layanan panggilan suara dilakukan pada keadaan kanal yang berbeda-beda dan pada modulasi yang berbeda-beda (QPSK, 16QAM, dan 64QAM). berdasarkan simulasi dan survey kepada 20 orang responden didapatkan hasil bahwa nilai BER 7.54e-6 adalah nilai batas terburuk sebuah BER pada layanan panggilan suara.

The development of telecommunication technology has reached its fourth generation (4G) where Long Term Evolution (LTE) is one of its pioneering technology. In LTE, all communications are IP Based including voice call. There is also Adaptive Modulation and Coding (AMC) in LTE where the modulation scheme and channel coding are adaptive to channel condition which is indicated by CQI (Channel Quality Indicator). This work simulates the quality of voice call on different modulation scheme (QPSK, 16QAM, and 64QAM) in different CQI. Simulation and survey to 20 respondents yield that BER of 7.54e-6 is the worst limit for voice call service."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman
"Penulisan skripsi ini merupakan penambahan analisis dari simulasi forecasting pertumbuhan subscriber, sites, dan biaya untuk pembangunan sites LTE rel. 8 dan LTE rel. 10 pada referensi [1-2]. Pengembangan yang dilakukan adalah menganalisis dampak penggelaran teknologi 4G dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan menggunakan GMM estimator dapat dilihat pengaruh laju dan besar dari GDP per Kapita yang didapatkan dari pengaruh penetrasi pengguna teknologi 4G. Dengan mengikuti fungsi Gompertz, ada tiga skenario yang dilakukan pada skripsi ini untuk penerapan 4G, yang disimulasikan menggunakan MATLAB. Skenario cepat, dengan jangka waktu perkembangan LTE rel. 8 selama tiga tahun kemudian digantikan oleh LTE rel. 10 menuntut cepatnya proses penggelaran dan adaptasi teknologi 4G, sehingga kenaikan GDP per Kapita mencapai 211,98% pada tahun awal. Pada skenario lambat, dengan nilai variabel c yang hanya -0,1 (mengindikasikan accelerated growth yang lambat), pertumbuhan GDP per Kapita hanya memperoleh kenaikan 53% pada tahun awal,dan juga dikhawatirkan 4G sudah termasuk teknologi kuno pada periode terakhir forecasting dan segera digantikan dengan teknologi berikutnya. Skenario sedang, memungkinkan dilakukan meskipun terjadi penurunan GDP per Kapita sebesar 6,5% dengan antisipasi pengembangan LTE rel. 10 saat masuk fase terminasi LTE rel. 8, sehingga pengguna dapat segera beradaptasi dengan pengembangan LTE rel. 10 untuk meningkatkan GDP per Kapita.

This undergraduate thesis is a development of software forecasting simulation for subscriber and sites growth and also cost to build LTE‟s rel 8 and LTE‟s rel 10 sites [1-2]. The adjustment is to analyze the impact of development of 4G technology with economic growth in Indonesia. By using the GMM estimator can be seen the influence of 4G penetration and GDP per capita. By following Gompertz function, there are three scenarios that build for this undergraduate thesis for 4G implementation, rapid scenario with three years development of LTE rel. 8 and then changing to LTE rel. 10 is forcing the process and adaptation of 4G technology must be quick. In slow scenario with value of variable c is -0,1 (indicating slow accelerated growth) GDP per capita growth only earn 53% increase in the early year and also 4G technology has possibilities become obsolete because of their slow growth process and would be change by the newest technology later. Intermediate growth is also possible to conduct, otherwise GDP percapita decline of 6.5%. However it needs anticipation when developing LTE rel. 10 when entering termination phase of LTE rel. 8. Therefore subscriber can catch up to adapting the development of LTE rel. 10 to improving GDP per capita.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
TA2843
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Berlatar belakang fenomena penggunaan amatir radio dan komunikasi radio antar penduduk yang berkaitan dengan faktor layanan publik dan monitor frekuensi radio, dimana peneliti memfokuskan pada permasalahan kondisi pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah tentang penggunaan radio non komersial yang digunakan oleh perorangan. Penelitian ini memperlihatkan penggiat amatir radio dan komunikasi radio antar penduduk bervariasi, mulai yang tidak mempunyai izin sampai yang memiliki izin. Begitu juga peran tokoh yang selalu memelopori tentang berkembangnya potensi amatir radio dan radio antar penduduk ini untuk mengatasi kemaslahatan yang ada dalam masyarakat. Dengan metode kualitatif, peneliti melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan kondisi yang sebenarnya dari layanan publik yang telah dilakukan pemerintah maupun pihak organisasi yang membangkitkan potensi untuk menjadi suatu daya yang besar dalam memberikan dukungan komunikasi berkaitan dengan tanggap darurat terkait dengan bencana dan keadilan sosial lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan publik diberikan oleh pemerintah di bidang penertiban sangat kurang sehingga frekuensi radio yang digunakan oleh radio perorangan ini tidak kondusif untuk digunakan, hal ini akan mempunyai dampak kemampuan organisasi untuk mengembangkan diri, pengabdian masyarakat dalam mendukung komunikasi tanggap darurat yang setiap saat bisa terjadi."
BPT 12:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Permadi
"Pertumbuhan jumlah pelanggan selular yang cukup tinggi di Indonesia menyebabkan padatnya penggunaan spektrum frekuensi GSM/DCS milik operator selular sehingga ada sejumlah pelanggan yang tidak dapat terlayani karena terbatasnya kapasitas jaringan akses yang tersedia saat itu. Tidak mudah bagi operator selular untuk menambah kepemilikan spektrum frekuensi sebagai tambahan kapasitas jaringan aksesnya karena semua spektrum frekuensi GSM/DCS sudah dialokasikan untuk operator lain. Salah satu inovasi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan metode radio kognitif yang memungkinkan suatu operator untuk menggunakan sumber daya jaringan, termasuk frekuensi, milik operator lain yang belum terpakai. Penggunaan metode ini akan menimbulkan interaksi/kerjasama antaroperator selular dalam bentuk yang baru dan menimbulkan biaya tambahan. Penelitian ini akan menganalisis kelayakan model bisnis telekomunikasi selular untuk penerapan metode radio kognitif di Indonesia dari sisi keekonomiannya dengan menghitung seberapa besar biaya sewa jaringan yang masih dapat dianggap layak bagi operator selular dalam penerapan metode radio kognitif ini. Dari hasil analisis investasi menggunakan pendekatan NPV dan IRR didapatkan batas maksimal biaya sewa jaringan host network per satuan trafik yang secara ekonomis dianggap layak adalah sebesar Rp191.110,76/Erlang. Selain itu dengan menggunakan analisis sensitivitas dapat diketahui faktor kritis dalam penerapan metode radio kognitif dalam penelitian ini adalah faktor pendapatan per satuan trafik.

Significant cellular subscriber's growth in Indonesia leads to high utilization of operators' GSM/DCS frequency spectra, causing inability to serve all subscriber's demand for the service because the limited capacity of access network at that time. It is not easy for operators to add up their frequency spectrum ownership because the other GSM/DCS frequency spectra have been allocated to other operators. An innovation to alleviate this problem is to use cognitive radio method which allows an operator to exploit the temporarily unused network resource, including frequency, which belongs to other operators. This method adoption not only will create new form of cooperation between operators but also will increase the cost. This research will analyze cellular business model appropriateness for cognitive radio method implementation in Indonesia from economic point of view by calculating the feasible value of network lease cost in adopting this radio cognitive method. Using NPV and IRR approach in investment analysis, it can be calculated that the maximum value of network lease per traffic unit is Rp191.110,76/Erlang. In additon, using the sensitivity analysis, the most critical factor in implementing cognitive radio method is known, the revenue per traffic unit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>