Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Fadlila
"ABSTRAK
Berlakunya UU No. 36 tahun 1999 merubah paradigma penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi, baik untuk badan penyelenggara maupun jenis jasa yang akan dilayani oleh para operator. Salah satu langkah awal penerapan UU di atas adalah menyelesaikan kepemilikan bersama antara dua perusahaan pemegang hak monopoli jasa telekomunikasi yaitu PT Telkom, Tbk sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dan PT Indosat, Tbk sebagai penyelenggara jasa sambungan langsung intemasional. Penyelesaian kepemilikan bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kinetja keduanya, sehingga secara fundamental sahamnya makin menarik.
Pembicaraan mengenai nilai sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa depan. Prestasi perusahaan dapat dinilai dari kinerja keuangan selama periode tertentu, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Kinetja keuangan yang lebih fundamental dalam menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan. Untuk itu dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menganalis kinerja keuangan dan menilai harga saham PT Telkom, Tbk. Analisa laporan keuangan dilakukan selama periode tahun 1998 - 2002, yang me1iputi analisa likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas. Sedangkan dalam penilaian harga saham dilakukan analisa fundamental sebelum membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri telekomunikasi dan PT Telkom, Tbk, pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri telekomunikasi Indonesia, analisa siklus industri, analisa siklus bisnis, strategi bersaing perusahaan dan pertumbuban pasar.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian fair value dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relative terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisalah yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor ekstemal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.
Karena itu, sangat beralasan jika dilakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Pertama dilakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melakukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, dilakukan peramalan earning perusahaan masa depan dan melakukan penilaian dengan metode yang ada.
Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa basil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.
Dari hasil analisa kineija keuangan PT Telkom, Tbk, secara umum baik rasio likuiditas, profitabiltas dan solvabilitas menunjukkan bahwa kinerja manajemen Telkom dari tahun 1998-2002 menunjukkan peningkatan yang membaik. Dan peningkatan signifikan terjadi setelah adanya penyelesaian kepemilikan bersama antara PT Telkom, Tbk dan PT Indosat, Tbk.
Sedangkan basil perhitungan valuasi terhadap saham PT Telkom, Tbk diperoleh value of equity perusahaan sebesar Rp 65.027.878.394.000. Setelah membagi nilai tersebut dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (10.079.999.640 lembar saham) maka diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 6.451. Dengan membandingkan intrinsic equity per share perusahaan dengan current market price /share (tanggal 27 Des 2002) sebesar Rp 3.850, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Telkom, Tbk berada pada posisi undervalued sebesar Rp.2.601 per lembar sahamnya.
Kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi manajemen perusahaan, investor dan pemerintah. Bagi perusahaan, pemilihan strategi yang tepat yang didasarkan pada prediksi ke depan sebelum melakukan strategi tersebut, akan mengurangi resiko ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Bagi pemerintah, restrukturisasi di industry telekomunikasi memberikan masukan yang berharga untuk kebijakan-kebijakan yang lainnya agar dampak dari restrukturisasi suatu sektor dapat dikaji terlebih dahulu secara mendalam agar tidak terjadi kebijakan sesaat dan tumpang tindih di masa yang akan datang. Bagi investor, mengingat bisnis telekomunikasi memiliki potensi yang cerah di masa depan, dan berdasarkan perhitungan nilai intrinsik saham ini berada pada posisi undervalued, maka PT Telkom, Tbk merupakan altrnatif yang baik untuk investasi dan disarankan untuk mengambil posisi buy.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Bagiarta
"Berlakunya UU No. 36 tahun 1999 menubah paradigma penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi, baik untuk badan penyelenggara maupun jenis jasa yang akan dilayani oleh para operator. Dengan kompetisi yang sangat ketat tersebut memicu kreatifitas setiap pelaku bisnis untuk selalu berusaha menjadi terdepan yang berdampak terhadap kinerja perusahaan itu sendiri. PT Telkom Tbk dengan kemampuan, pengalaman serta infrastruktur yang dimiliki berusaha untuk menjadi terdepan dengan melakukan inovasi-inovasi mengikuli perkembangan teknologi komunikasi yang sangat dinamis perkembangannya. Sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dan internasional, diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga secara fundamental sahamnya makin menarik untuk dilirik oleh penanam modal (investor). Pembicaraan mengenai nilai sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa depan yang dinilai dari kinerja keuangan selama waktu tak terhingga, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Dalam penulisan karya akhir ini, penulis akan mencoba menganalisis kinerja keuangan dan menilai harga saham PT Telkom, Tbk, dengan melakukan analisis laporan keuangan selama periode tahun 2001-2005.
Sedangkan dalam penilaian harga saham dilakukan analisis fundamental sebelum membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan mass depan. Dalam melakukan penilaian fair value dari PT Telkom Tbk penulis menggunkan n letode discounted cash flow valuation dengan membandingkan metode penilaian Free Cash Flow to Equity de^gan F''nsh Flow to the Firm, dan mempertimbangkan pengaruh lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya dengan melakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan di masa datang. Dari hasil analisis kinerja keuangan PT Telkom, Tbk, secara umum menunjukkan bahwa kinerja keuangan Telkom dari tahun 2001 - 2005 menunjukkan pertumbuhan yang membaik. Sedangkan basil perhitungan valuasi terhadap saham PT Telkom, Tbk diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 6.649,00 serta intrinsic firm per share sebesar Rp 6.369,00. Dengan rnembandingkan nilai tersebut dengan current market price (share (tanggal 29 Desember 2005) sebesar Rp 5.900,00 maka dapat dikatakan bahwa saham PT Telkom, Tbk berada pada posisi undervalue rata-rata sebesar Rp 609 per Iembar sahamnya.
Kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi manajemen perusahaan serta para penanam modal (investor). Bagi perusahaan, pemilihan strategi yang tepat yang didasarkan pada prediksi ke depan sebelum melakukan strategi tersebut, akan mengurangi resiko ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Bagi investor, mengingat bisnis telekomunikasi memiliki potensi yang cerah di masa depan, dan berdasarkan perhitungan nilai intrinsik saham ini berada pada posisi undervalued, maka PT Telkom, Tbk merupakan alternatif yang baik untuk berinvestasi dan disarankan untuk mengambil posisi buy (beli).

Since UU No.36 Year 1999 (Government regulation) begin to rules, paradigm of all telecommunication operator has change from monopoly to become competition, for both operation and product that served. Tight competition will create creativity from all businessman in objective to become the leader, by which will effect companies own productivity. PT. TELKOM Tbk, with its ability, experiences, and infrastructures, commit to become the leading company by creating new innovation in communication technology where evolution is very dynamic. As a telecommunication operator for domestic and international region, Public hopes that PT Telkom will increase its productivity, in which fundamentally will increase its share value and automatically will interest investors. The value of a share is depend on company achievement in the future based on finances evaluation during several period of time, which can be evaluated from finances activity evaluation that was released periodically.
Related to the thesis, writer will analyze finances report of PT.Telkom during period of 2001 - 2005. While on share value estimation, we will analyze fundamentals before making any assumption for Estimate Company earning in the future. In calculating fair value of PT. Telkom Tbk, writer will use discounted-cash-flow-valuation method by comparing free cash flow to equity with free cash flow to the firm, and also considering the surroundings/ environment where the company live, by conducting top-down analysis before making any assumption to predict company prospect in the future.
Result of analysis Finances activity of PT Telkom Tbk, generally that Management activity from year 2001 - 2005 shows a better growth. While valuation calculation to PT. Telkom,Tbk share we have intrinsic equity per share is Rp 6,648 while intrinsic firm per-share is Rp 6,369. Comparing those value with current market price/share (29 December 2005) by Rp 5,900.00, we can conclude that PT.Telkom, Tbk share is in undervalue position with average Rp 609 per share. We hope that this would give a benefit for all concerned parties, both management and investors- Company must choose the prefect strategy which based on future prediction before applying strategy in order to reduce uncertainty in implementation. Considering that telecommunication business has bright potency in the figure, and based on calculation in intrinsic value, this share is in undervalue position, therefore PT. Telkom,Tbk could be one of a good alternative to invest money (buy position)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhalia Tyas Utami
"ABSTRAK
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat kita gunakan dalam melakukan penilaian dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan menilai pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena itu penting untuk dilakukan analisa sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan yang meliputi analisa makro dan analisa industri untuk melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Setelah itu dilakukan peramalan earning perusahaan dan dilakukan penilaian perusahaan atau saham. Analisa fundamental adalah kunci dari proses penilaian fair value perusahaan.
Dalam karya akhir ini digunakan Metode Discounted Cash Flow Valuation - Economic Profit Model, dimana nilai dari suatu perusahaan sama dengan jumlah modal ditambah dengan premium dari present value nilai yang dihasilkan (amount of invested capital premium equal to the present of the value created each year). Tahap proyeksi Economic Profit dibagi dalam dua periode yaitu selama periode explicit (proyeksi detail) dan setelah periode explicit untuk lima sampai sepuluh tahun yang diwakilkan dengan suatu nilai tertentu (continuing value).
Valuation terhadap saham PT. HM Sampoerna Tbk. dalam kasus ini menggunakan tiga scenario berdasarkan fakta bahwa pemerintah bias merubah struktur pajak dengan merubah satu a tau sekaligus dari 3 faktor, yaitu cukai, harga banderol atau harga jual eceran minimum dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Berdasarkan skenario Most Likely diperoleh nilai saham seluruhnya sebsar Rp.17,613 trilyun yang jika dibagi dengan jumlah saham perusahaan beredar (4.391.869.500 lembar saham) maka diperoleh harga saham per lembar sebesar Rp. 4.011. Jika dibandingkan dengan current market price I share (Desember 2002) sebesar Rp. 3.700, maka dapat dikatakan bahwa PT HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi undervalued sebesar Rp. 3.11 per lembar sahamnya.
Dengan skenario Optimistic diperoleh nilai saham seluruhnya sebesar Rp. 27,513 triliun atau nilai saham per lembar sebesar Rp. 6.264. jika dibandingkan dengan current market price maka dapat rlikatakan bahwa saham PT. HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi undervalued sebesar Rp. 2.564 per lembar sahamnya. Dengan skenario Pesimistic diperoleh nilai saham sebsar Rp. 2.579. jika dibandingkan dengan current market price, maka dapat dikatakan bahwa saham PT HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi overvalued sebesar RP. 1.179 per lembar sahamnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Ilham
"ABSTRAK
PT Medco Energi Intemasional merupakan perusahaan yang berada dalam industri minyak dan gas burni bertekad untuk menjadi "Perusahaan Energi Pilihan" karena itu banyak strategi yang dirancang oleh perusahaan untuk menjaga profitabilitas dalam jangka pendek dan memelihara tingkat pertumbuhan yang sehat dalam jangka panjang.
Walaupun strategi yang dijalankan untuk perturnbuhan perusahaan belum optimal meskipun demikian pada tahun 2003, perusahaan dapat membukukan Laba Bersih dan Pendapatan yang cukup memuaskan, yaitu masing-masing sebesar USD 53,44 juta dan USD 463,37 juta. Berdasarkan dari rasio keuangan perusahaan juga dapat dilihat secara umum dari lima tahun terakhir yaitu 1999 - 2003 pertumbuhan perusahaan sangat baik yaitu dengan rata-rata perturnbuhan 24% yaitu perhitungan berdasarkan penjualan dari perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan ukuran yang fundamental. Untuk melihat pertumbuhan perusahaan, selain itu analisa fundamental lainnya adalah dengan membandingkan harga saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar saham dengan nilai intrinsik yang didapat dari menggunakan model-model Valuation.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian dari suatu saham: (1) Discounted Cash Flow Valuation, yang menghubungkan nilai asset sekarang dengan arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut, (2) Relative Valuation, mengestimasi nilai asset dengan melihat pada harga pada asset-aset yang sebanding secara relative terhadap variable-variabel yang umum seperti earnings, book value. sales, (3) Contingent claim Valuation, menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang digunakan, asumsi-asumsi yang akan digunakan sangat menentukan nilai yang didapat. Karena prospek perusahaan berhubungan erat dengan faktor-faktor eksternal perusahaan itu sendiri baik ekonomi makro dan industrinya sendiri, karena itu dalam penulisan karya akhir ini digunakan Top-Down Analysis sebelum membuat asumsi untuk membuat proyeksi perusahaan dimasa depan.
Dalam karya akhir ini metode yang digunakan dalam perhitungan harga saham adalah free cash flow to equity. Dalam perhitungan yang telah dilakukan didapat bahwa harga saham PT Medea Enegi Internasional dikatakan Undervalued karena nilai intrinsiknya lebih besar dari market value-nya yaitu Rp 1,350.00.- (harga penutupan 30 Desember 2003). Dilihat dari 3 skenario yang dibuat tidak ada satu sahampun yang mendekati nilai dari harga saham PT Medea Energi Internasional Tbk, Untuk scenario Pesimis, didapat nilai intrinsik sebesar Rp 3,038.33.-, moderat Rp 3,101.79.- dan untuk optirnis harga sahamnya yaitu Rp 4,298.49.-. Dari analisa sensitifitas, dengan menggunakan probabilitaspun harga nilai intrisik yang didapat masih undervalued yaitu Rp 3,322.09.-. ini menunjukan bahwa perusahaan masih merniliki potensi besar untuk tumbuh lebih besar.
Dari Karya akhir ini penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil sebagai ukuran atau pembanding dalam menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental. Dimana pada posisi undervalued untuk para investor disarankan untuk mengambil posisi buy.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryata Giripati
"Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu industri yang terus berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan membaiknya daya beli masyarakat. PT. HM Sampoerna (PT HMSP), sebagai salah satu produsen rokok kretek di Indonesia, sangat mengerti akan hal ini sehingga secara serius menggarap potensial pasar ini baik melalui modemisasi fasilitas yang ada maupun dengan pengembangan brand image dari produk­ produknya. Tidak hanya itu saja, PT. HMSP juga mulai memperdalam bisnisnya dengan masuk ke dunia ritel melalui jaringan minimart Alfamart.
Usaha PT. HMSP ini memberikan hasil yang positif yang ditandai dengan meningkatnya harga saham PT. HMSP ini dari waktu ke waktu Sejak dilakukannya stock split pada September 2001, harga saham PT. HMSP terus mengalami peningkatan. Dari harga awal sebesar Rp. 3.300,- pada akhir September 2001, harga saham PT. HMSP sudah berada pada kisaran Rp. 4.475,- pada akhir Desember 2003, atau naik scbesar 35,6%. Hal inilah yang menyebabkan saham PT. HMSP merupakan salah satu saham unggulan di pasar bursa.
Untuk melihat sejauh mana harga saham ini dapat terus bergerak naik atau bahkan turun, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai penilaian (valuation) nilai intrinsik saham melalui faktor-faktor fundamental pemsahaan. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini, penulis menggunakan fundamental analysis di samping juga melakukan analisis keuangan perusahaan untuk memberikan dukungan dalam asumsi-asumsi yang digunakan dalam menghitung nilai intrinsik saham PT. HMSP.
Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian (valuation) harga saham, penulis memilih metode Free Cash Flow Equity (FCFE) dan Abnormal Earnings untuk melakukan penilaian harga saham PT. I-WSP. Pemilihan metode ini lebih didasarkan pada karakteristik keuangan perusahaan (dalam hal ini karakteristik keuangan PT. HMSP), di mana pada dasarnya, masing-masing metode penilaian akan bekerja baik untuk tipe/karakteristik keuangan tertentu. Beberapa hal yang mendasari pemilihan metode di atas adalah karena cashflow (arus kas) perusahaan yang selalu positif sehingga dapat diestimasi, serta growth dari leverage perusahaan yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa secara umum, kinerja keuangan PT. HMS menunjukkan hasil yang memuaskan bila dibandingkan dengan para kompetitor yang ada di dalam industri rokok kretek nasional dalam bebarapa tahun terakhir. Dari basil penilaian harga saham pun didapat hasil, baik dengan menggunakan metode FCFE maupun Abnormal Earnings, bahwa saham PT. HMSP berada pada posisi undervalued atau lebih rendah dari ni1ai intrinsiknya. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT. HMSP masih mempunyai peluang untuk terus meningkat di masa yang akan datang.
Dengan menggunakan metode FCFE, didapat nilai intrinsik saham Pl. HMSP sebesar Rp 6.474,- atau terdapat perbedaan sebesar Rp. 1.999,- dari harga saham tersebut di BEJ pada saat penutupan (30 Desember 2003) yang sebesar Rp. 4.475,-. Di lain pihak, dengan menggunakan metode Abnormal Earnings, didapat nilai intrinsik saham PT. HMSP sebesar Rp. 4.763,- atau hanya lebih besar Rp. 288,- dari harga saham tersebut di BEJ pada sa:tt penutupan.
Dalam hal ini, berdasarkan analisa yang telah dilakukan, penulis melihat bahwa harga saham PT. HMSP tidak saja dapat menembus ke level Rp. 4.763,- melainkan dapat menembus hingga ke level Rp. 6.474,-. Oleh karena itu, bagi para investor, penuhs menyarankan untuk mengambil posisi buy (beli) terhadap saham PT. HM Sampoema saat ini mengingat prospeknya yang besar untuk meningkat di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riza Pahlevi
"Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk menentukan nilai intrinsik (intrinsic value) saham PT. Indosat Tbk yang merupakan perusahaan terbuka yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek New York. PT. Indosat Tbk sendiri merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang telah cukup lama berkiprah di Indonesia dan memiliki pangsa pasar kedua terbesar setelah PT. Telkom Tbk. Penentuan nilai intrinsik ini digunakan sebagai dasar untuk membandingkan nilai intrinsik perusahaan dengan harga sahamnya di pasar. Dalam pasar yang tidak sempurna, perbe!aan nilai intrinsik dengan harga pasar sahamnya dimungkinkan terjadi. Sebelum sampai pada nilai saham, beberapa analisis hams dilalui untuk mengetahui kondisi bisnis perusahaan. Analisis demikian disebut analisis fundamental. Analisis fundamental adalah proses penentuan nilai pasar wajar (fair market- value) atau nilai intrinsik suatu saham. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (cumin' market value) untuk menentukan tindakan yang akan diambil: beli, jual, atau tahan. Hasil analisis fundamental yang dilakukan terhadap PT. Indosat Tbk menunjukkan bahwa fundamental perusahaan cukup kuat karena berada pada industri yang profitable dan high growth yaitu industri telekomunikasi dengan kontributor utama adalah telepon seluler. Telepon seluler diyakini masih akan tumbuh pesat mengingat tingkat penetrasi di negara Indonesia yang masih rendah sehingga masih banyak peluang untuk berkembang. Dari hasil perhitungan, nilai intrinsik per lembar saham PT Indosat Tbk adalah sebesar Rp. 4.107, sedangkan harga pasar pada penutupan tanggal 24 Maret 2006 adalah Rp, 4.950 per lembar saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga pasar saham PT Indosat Tbk diperdagangkan overti'ahred terhadap nilai intrinsiknya. Dengan posisi harga pasar yang overvalued terhadap nilai intrinsiknya sedangkan PT Indosat Tbk merupakan salah satu perusahaan terbesar pada industri telekomuniasi yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat_ maka disarankan bagi para investor yang telah memiliki saham perusahaan untuk mengambil posisi hold (tahan) untuk mengantisipasi potensi keuntungan yang masih terbuka. Investor yang belum memiliki saham perusahaan dapat mengambiI posisi short sell namun harus selalu siap melakukan cut-loss untuk menghindari gagal serah. Guna menjaga dan meningkatkan nilai perusahaan di masa depan, PT, Indosat Tbk diharapkan tetap konsisten dalam program pengelolaan biaya operasional agar pertumbuhan laba operasi bisa dipertahankan lebih tinggi dari pertumbuhan total revenue.

The purpose of this thesis is to determine the intrinsic value of PT. Indosat Stock, which is a publicly traded company listed in Jakarta Stock Exchange, Surabaya Stock Exchange, and New York Stock Exchange. PT. Indosat is a telecommunication service company in Indonesia and has the second biggest market share after PT. Telkom. The intrinsic value can be use as a base to compare it with the stock price in the market. In an inefficient market, difference between intrinsic value and market value is a common. Before getting to the stock price, a couple of analysis must be performed to understand company's business condition. Such analysis is called fundamental analysis. Fundamental analysis is a process to determine the fair market value or intrinsic value of a stock. This value can be compared with the current market value to find out which action should be taken: buy, sell, or hold. The result of fundamental analysis on PT Indosat shows that company's fundamental is fairly strong because of its profitable and high growth telecommunication industry. Revenues from cellular is assured to be the fastest growth since its low penetration in Indonesia so there are plenty of opportunities to grow. From calculation result, the intrinsic value of PT Indosat is Rp. 4.107 for each share, while the market closing price at March 24, 2006 was Rp. 4.950 for each share. So the market price of PT Indosat was overvalued to its intrinsic value. Eventhough it's traded overvalued, PT Indosat is known as one of the biggest company in fast growing telecommunication industry, hence the investors who already have the stock should take hold position to anticipate potential gain. For those who haven't have the stock should take short sell position but they must ready to cut-it-loss to provide the stock. To increase the company value in the future, PT. Indosat should continue its active cost management program with consistency in order to maintain its operating income growth higher than its total revenue growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Resiandari
"Tesis ini membahas tentang perbandingan nilai perusahaan setelah dan sebelum dilakukan restrukturisasi internal yang dilakukan oleh PT Indofood Sukses Makmur. Restrukturiasi internal tersebut dilakukan agar terjadi peningkatan kinerja perusahaan sehingga lebih mampu bersaing di Industri makanan dan minuman, salah satunya dengan cara peningkatan volume penjualan dengan cara membuka beberapa pabrik baru yang dananya didapatkan dari IPO perusahaan hasil pemekaran yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur. Untuk mengetahui nilai perusahaan pada penelitian tesis ini menggunakan metode Free Cash Flow to the Firm.

This thesis discusses the comparative value of the firm before and after the internal restructuring undertaken by PT Indofood Sukses Makmur. Internal restructuring was conducted to improve the company‟s performance so it could gain competitive advantages in the food and beverage industry. One of the expected results is the increase of sales volume inline with the additional factories that is funded by the IPO of the restructured company: PT Indofood Sukses Makmur CBP. This thesis use Free Cash Flow to the Firm method to determine the value of the firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29464
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marthin Palolo T.P.H.
"ABSTRAK
Krísis yang sedang dialamj Indonesia teiah memberikan implikasi yang cukup
berat bagi setiap perusahaan terutama untuk memperoleh pembiayaan hutang
perbankan dalaim rangka ekspansi perusahaan. Sedangkan bila ekspansi tidak dilakukan
maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan penjualan dan dapat
kalah dalam persaingan yang semakin meningkat. Oleh sebab itu PT Kimia Farma telah
melakukan penawaran umum sahamnya kepada publik untuk memperoieh dana
masyarakat sebagai alternatíf selain pembiayaan hutang. Namun konsekuensi dan atas
tindakan perusahaan tersebut adalah perusahaan harus membenkan informasi perusahan
kepada publik secara transparan.
Pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi bagi investor juga menawarkan
keuntungan seiring dengan resiko yang melekat pada wahana investasi ini. Semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan seorang investor maka semakin tinggi pula resiko
yang harus dihadapinya. Untuk itu seorang investor yang bijaksana akan melakukan
analisis yang matang sebelurn mengambil keputusan membeli, menaban atau menjual
suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis
fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis
perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada, dan analisis perusahaan.
Analisis makro diantaraflYa membahas analisis terhadap vanabel-vartabel perekonornían
makro, seperti pertumbuhifl ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal, inflasi, dan tingkat
suku bunga. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
anaiisis five force (Porter,I9» yaitu melihat kekuatan-kekuatan yang akan mengancam
prolitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan
kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaafl di
masa yang akan datang. Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain analists
terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan, dan penghitungan nilai intrinsik saham
dengan menggunakan Free Cash Flow to The Firm Model.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan Free Cash Flow ?o The
Firm Model, diperoleh indikasi nilai intrinsik saham sebesar Rp 281,00 per lembar saham
dengan kisaran nilai antara Rp 119,00 hingga Rp 605,00 per lembar saham. Selanjutnya
investor membandingkan indikasi nilai ini dengan harga pasar saham tersebut untuk dapat
menentukan apakah harga tersebut undervalued atau overvalued. Tetapi dengan
berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastiafl, kesimpulan tersebut
dapat saja berubah. Hal ini disebabkan proyeksi yang dibuat sudab tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang terjadi sehingga kesimpulan akhir yang diperoleh dapat berubah.
"
2001
T5523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Apriansyah
"Pertumbuhan aset industri perbankan syariah selama sepuluh terakhir rata-rata diatas 40%. Pertumbuhan tinggi tentunya juga menggerus modal. Sementara di sisi lain, Bank Indonesia mensyaratkan tingkat modal minimum tertentu untuk menentukan tingkat kesehatan bank. Kondisi tersebut juga terjadi pada PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Untuk dapat terus berekspansi di tengah industri yang tumbuh sangat pesat, BSM tidak mungkin hanya mengandalkan setoran modal dari pemiliknya yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sehingga, rencana Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2014 menjadi salah satu opsi. Valuasi harga saham BSM diperlukan untuk menentukan kisaran nilai wajar saham agar sesuai dengan kondisi dan proyeksi kinerja fundamental perusahaan di masa yang akan datang. Pada asumsi kondisi normal, pendekatan Dividen Discount Model menghasilkan nilai intrinsik per lembar saham BSM sebesar Rp45.009, pendeketan Free Cash Flow to Equity menghasilkan nilai intrinsik Rp234.103, pendekatan Relative Valuation menghasilkan nilai intrinsik Rp44.074, dan pendekatan Abnormal Earnings menghasilkan nilai intrinsik per lembar saham BSM sebesar Rp214.550. Harga saham tersebut masih terlalu besar, sehingga strategi stock split seratus-untuk-satu menjadi opsi ideal untuk menurunkan harga saham tanpa mengurangi nilai intrinsiknya.

The Average of asset growth of Islamic banking industry during the last ten years is above 40%. High growth would also erode the capital. While on the other side, Bank Indonesia requires a certain minimum level of capital to determine the soundness of banks. This condition also occurs in PT Bank Syariah Mandiri (BSM). To be able to continue to expand in the rapidly growing industry, BSM may not rely solely on the payment of capital from its owners, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Thus, Initial Public Offering (IPO) plans in 2014 become one of the feasible options. Stock price valuation of BSM is needed to determine the fair value of the stock to fit the shape and projection of the company's fundamental performance in the future. On the assumption of normal conditions, Dividend Discount Model approach produces an BSM intrinsic value per share at Rp45.009, Free Cash Flow to Equity at Rp234.103, Relative Valuation approach at Rp44.074, and Abnormal Earnings approach produces an intrinsic value per share at Rp214.550. The stock prices produce by theese methods are still too large, thus stock split strategy at one hundred-for-one is an ideal option to lower the stock prices without reducing its intrinsic value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>