Ditemukan 7192 dokumen yang sesuai dengan query
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Theddeus Octavianus Hari Prasetyono
"Penyembuhan luka merupakan sebuah proses transisi yang merupakan salah satu proses paling kompleks dalam fisiologi manusia yang melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator. Fase peradangan bertujuan untuk membuang jaringan mati dan mencegah infeksi. Fase proliferasi bercirikan terbentuknya jaringan granulasi yang disertai kekayaan jaringan pembuluh darah baru, fibroblast, dan makrofag dalam jaringan penyangga yang longgar. Fase kedua yang berlangsung sejak hari ke-8 hingga ke-21 pascaluka merupakan fase terjadinya epitelisasi dan sekaligus memberikan refleksi dalam perawatan luka untuk dapat mencapai kondisi luka yang telah tertutup dengan epitel.
Fase terakhir adalah fase maturasi yang bercirikan keseimbangan antara proses pembentukan dan degradasi kolagen. Setidaknya terdapat 3 prasyarat kondisi lokal agar proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan normal, yaitu: 1) semua jaringan di area luka dan sekitarnya harus vital, 2) tidak terdapat benda asing, 3) tidak disertai kontaminasi eksesif atau infeksi. Penulis mengusulkan formulasi pola hirarkis dalam intensi penyembuhan luka yang mengikuti urutan intensi primer sebagai intensi ideal, diikuti intensi tersier, dan yang Vsekunder. Key words: inflammatory mediator, epithelialisation, growth factor, wound healing.
Wound healing is a transition of processes which is also recognized as one of the most complex processes in human physiology. Complex series of reactions and interactions among cells and mediators take place in the healing process of wound involving cellular and molecular events. The inflammatory phase is naturally intended to remove devitalized tissue and prevent invasive infection. The proliferative phase is characterized by the formation of granulation tissue within the wound bed, composed of new capillary network, fibroblast, and macrophages in a loose arrangement of supporting structure. This second phase lasts from day 8 to 21 after the injury is also the phase for epithelialisation. The natural period of proliferative phase is a reflection for us in treating wound to reach the goal which ultimately defines as closed wound.The final maturation phase is also characterized by the balancing between deposition of collagen and its degradation. There are at least three prerequisites which are ideal local conditions for the nature of wound to go on a normal process of healing i.e. 1) all tissue involved in the wound and surrounding should be vital, 2) no foreign bodies in the wound, and 3) free from excessive contamination/infection. The author formulated a step ladder of thinking in regards of healing intentions covering all acute and chronic wounds. Regarding the ?hierarchy? of healing intention, the first and ideal choice to heal wounds is by primary intention followed by tertiary intention and lastly the secondary intention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Kivisto, Peter
Los Angeles: Sage, 2013
301.01 KIV i
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Boulding, Kenneth Ewart, 1910-1993
New York: Harper, 1963
301.23 BOU c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Alexandrov, Stanimir A.
London: Kluwer, 1996
341 ALE s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Holloway, Immy
Australia: Blackwell, 1997
001.42 Hol b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Laetsch, Watson M.
Boston: Little, Brown, 1979
581. 19 LAE p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bartz, Albert E
New York: Macmillan, 1981
310 Bar b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Alex Firmansyah Rahman
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengakomodasian postur minimum essential forces (MEF) terhadap pembangunan cyber defense di Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah fostur MEF yang dirumuskan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI selama ini masih difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) pada konteks revolution in military affairs (RMA) dalam organisasi tentara nasional Indonesia (TNI), dalam upaya pembangunan kekuatan pertahanan militer. Sementara itu, realita ancaman nir militer berupa cyber attack sudah sangat nyata. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Hasil akhir dari studi ini menunjukkan bahwa hingga saat ini kemhan dan Markas besar TNI telah memberikan perhatian terhadap ancaman cyber berikut upaya-upaya penanggulangannya, namun masih dalam skala pembangunan kekuatan cyber-defense, sehingga diajukan solusi perlu adanya revisi postur MEF agar secara eksplisit mengakomodasi pembnagunan cyber defense di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga komponen inti untuk mewujudkannya melalui RMA yaitu dengan melakukan perubahan doktrin; perubahan organisasi yang berbasis cyber-defense; dan pembangunan teknologi untuk mengakomodasi cyber-defense; dan pembangunan teknologi untuk mengakomodasi cyber-defense"
Bogor: UNHAN (Universitas Pertahanan Indonesia),
345 JPUPI 5:3 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Gendt, M.C.E. van
Meppel: Krips Repro, 1980
330 Gen v
Buku Teks Universitas Indonesia Library