Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Budiarti
"Pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi tergantung cara orang tua menstimulasinya. Pijat bayi merupakan salah satu cara menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dimana hal ini merupakan tradisi yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Jawa terutama di Wilayah Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap yang umumnya dilakukan oleh seorang dukun bayi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran dan informasi yang mendalam tentang pijat pada bayi di wilayah Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain RAP. Informasi diperoleh melalui wawancara mendalam pada 10 ibu yang mempunyai bayi 0-11 bulan, 4 orang dukun bayi, 2 orang bidan koordinator anak, dan 2 orang kepala puskesmas Wilayah Kecamatan Adipala.
Hasil penelitian menunjukkan Pijat bayi atau dadah yang dilakukan ibu bayi di wilayah Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap belum sesuai dengan pedoman pijat bayi yang dianjurkan Kementrian Kesehatan RI karena pijat yang dilakukan pada masyarakat setempat dilakukan pada seluruh tubuh setelah bayi lahir dan pijat saat bayi sakit. Pijat bayi tersebut merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh dukun bayi dengan manfaat pijat bayi agar peredaran darah lancar, otot-otot rileks, pertumbuhan optimal, tidur nyenyak, dan bayi sehat. Pijat bayi hanya boleh dilakukan pada bayi sehat dan kondisi tertentu seperti demam, batuk, pilek, terkilir dan tidak boleh dilakukan terlalu sering. Seluruh tubuh bayi boleh dipijat kecuali perut karena ada tali pusat yang belum lepas dan dapat menyebabkan illeus yaitu gangguan system saraf pada usus. Informasi tentang pijat umumnya diperoleh dari keluarga terutama nenek bayi. Saat ini belum ada kebijakan maupun aturan dari pihak puskesmas tentang pijat bayi.

Growth and development of a baby depends on how parents stimulate them. Infant massage is one way of stimulating the growth and development of babies where it is a tradition that is still often done by the Java community, especially in the districts of the district Adipala cilacap region that is generally done by TBAs. This study aims to get an overview and in-depth information about infant massage in the District Adipala Cilacap. This study used a qualitative approach to the design of RAP. Information obtained through in-depth interviews on 10 mothers who have babies 0-11 months, 4 TBAs, 2 midwives coordinator children, and 2 heads of health centers Adipala District Area.
The results showed that infant massage or do mothers bye baby in the District of Cilacap Adipala not in accordance with the guidelines of infant massage is recommended the Ministry of Health because the massage is done on the local community performed on the entire body after the baby is born and massage when the baby is sick. Infant Massage in District Area Adipala a hereditary tradition performed by TBAs. Benefits of infant massage for smooth blood circulation, relax muscles, optimal growth, rest ful sleep, and a healthy baby. Infant massage should only be performed on healthy babies and under certain conditions such as fever, cough, colds, sprains and should not be done too often. Baby's entire body except the abdomen be massaged because there is not yet off the umbilical cord and can cause illeus. Information about massage is generally obtained from the family especially the baby's grandmother. Currently there are no policies or rules of the clinic on infant massage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T47163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Yohana Apriana
"Wilayah Kabupaten Cilacap khsusunya wilayah selatan Kecamatan Adipala berpotensi terhadap bahaya gempabumi. Gempabumi sebesar 6,2 magnitudo pernah mengguncang Cilacap pada tanggal 25 Januari 2014. Studi mengenai kerentanan dan bahaya gempabumi akan sangat membantu untuk penilaian resiko maupun program mitigasi. Tujuan dari Penelitian ini adalah menganalisis tipologi kawasan rawan bencana gempabumi di wilayah selatan Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode matriks pembobotan kestabilan wilayah yang berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang menunjukan skor akhir untuk Wilayah Selatan Kecamatan Adipala adalah 31-54 yang mana masuk kedalam semua kategori kestabilan yaitu stabil, kurang stabil dan tidak stabil. Menurut nilai kestabilan tipologi, wilayah Selatan Kecamatan Adipala diklasifikasikan menjadi Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E. Dimana Tipe A merupakan tipe yang paling stabil karena jauh dari zona sesar dan disusun oleh batuan yang keras sedangkan Tipe E adalah tipe yang paling tidak stabil yang mana disusun oleh batuan lunak serta berada tepat pada zona sesar.

The Cilacap Regency area, particularly the southern region of the Adipala District, is susceptible to earthquake hazards. An earthquake with a magnitude of 6.2 once shook Cilacap on January 25, 2014. Studies on vulnerability and earthquake hazards are highly beneficial for risk assessment and mitigation programs. The aim of this research is to analyze the typology of earthquake-prone areas in the southern region of Adipala District, Cilacap Regency. This research uses the regional stability weighting matrix method, guided by the Regulation of the Minister of Public Works No. 21 of 2007 concerning Spatial Planning Guidelines, which indicates that the final scores for the Southern Region of Adipala District range from 31 to 54, encompassing all stability categories: stable, less stable, and unstable. According to the stability typology values, the southern region of Adipala District is classified into Type A, Type B, Type C, Type D, and Type E. Type A is the most stable type, being far from fault zones and composed of hard rocks, whereas Type E is the least stable type, composed of soft rocks and located directly on fault zones."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Artiningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S33496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqiana Halim
"Kontaminan timbal dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia. Kandungan timbal dalam darah ibu hamil dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi janin. Di Kabupaten Bogor pada tahun 2014, BBLR berada diurutan pertama dari dua puluh satu pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit golongan umur 0 - < 1 tahun dengan kasus baru sebesar 1.801 jiwa (24, 45%). Desa Cinangka merupakan lokasi dari kegiatan peleburan aki bekas ilegal yang marak dilakukan sejak tahun 1978 dan telah terkonfirmasi sebagai sumber pencemaran timbal.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh timbal dalam darah ibu hamil terhadap berat badan lahir bayi. Dilaksanakan di Desa Cinangka, Kec.Ciampea, Kab.Bogor pada Januari - Juni 2016 dengan desain kohort prospektif terhadap 31 ibu hamil. Proporsi ibu hamil yang terpajan timbal melebihi dari batas aman yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 10 μg/dl adalah sebesar 51.6%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kadar timbal dalam darah ibu dengan berat badan lahir bayi dan berpola negatif, artinya semakin tinggi kadar timbal dalam darah ibu, maka semakin rendah berat badan lahir bayi (r= -0,880) dengan nilai p < 0,001. Model akhir dari analisis multivariat diperoleh koefisien B untuk variabel kadar timbal sebesar -60.264. Artinya, Setiap kenaikan kadar timbal dalam darah ibu sebesar 1 μg/dl, maka berat badan lahir bayi akan turun sebesar 60,264 gram setelah dikontrol variabel umur, pendapatan, dan kadar hemoglobin. Diperlukan upaya mengurangi pajanan timbal dengan menghentikan kegiatan peleburan aki bekas yang masih beroperasi, memberi penyuluhan pada masyarakat tentang bahaya dan dampak pencemaran lingkungan khususnya timbal, dan melanjutkan program enkapsulisasi tanah tercemar timbal.

Lead contaminant may give negative impact for human health. Lead substance ina mother's blood feared would be bad for the health of fetus. In Bogor Regency in 2014, LBW was a number one out of twenty one disease patterns case of hospitalized patient aged 0 - < 1 years old with new case of 1.801 people (24.45%). Cinangka Village is a place for illegal smelting batteries since 1987, and it has been confirmed as lead-contamination source.
This research aims to analyze the impact of lead in pregnant woman's blood towards the baby's birthweight. The research was conducted in Cinangka Village, Ciampea District, Bogor Regency in January - June 2016 using the prospective cohort design with 31 pregnant women as respondents. The proportion of pregnant women exposed to lead that exceeds the safe limit stipulated by the WHO, which is 10 μg/dl, is 51.6%.
The bivariate analysis result indicates that there is indeed a strong relationship between blood lead level of the mothers' and the baby's birthweight,
and it is inversely related: the higher the blood lead level of the mothers', the lower the baby's birthweight (r= -0,880) with value of p < 0,001. In the final model of multivariate analysis, it is discovered that the coefficient B for lead level variable is -60.264, which means that for each increase in the level of lead in the blood of mothers by 1 g / dl, the baby's birthweight will decrease by 60.264 grams after controlled by age, income, and hemoglobin concentration. Serious efforts need to be done to reduce the exposure to lead by stopping the smelting batteries activities, providing counseling for the people regarding the danger and impact of environmental pollution, particularly lead, and continuing the lead contaminated soil encapsulisation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Alifatus Sajida
"Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan di Kota Depok yang angka BBLRnya paling tinggi pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran dan determinan BBLR di Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan sumber data register kohort ibu yang dikumpulkan oleh Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Depok Jaya, dan Puskesmas Rangkapan Jaya Baru sepanjang tahun 2016 serta data BPS Kota Depok tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa prevalensi BBLR di kecamatan ini adalah sebesar 8,08 . Nilai RR terbesar didapatkan dari variabel usia kurang dari 20 tahun RR: 4,864, 95 CI: 1,72-13,654 , tinggal di Kelurahan Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru RR: 11,892, 95 CI: 1,552-91,157 , akses terhadap bidan rendah RR: 3,2602, 95 CI: 0,12-0,784 dan melakukan kunjungan antenatal kurang dari empat kali RR: 6,521, 95 CI: 0,401-106,025.

Pancoran Mas sub district has the highest number of low birth weight LBW babies in Depok city on 2014. This research aims to see the distribution and determinant of LBW babies in Pancoran Mas sub district on 2016. This research used retrospective cohort study design using mother rsquo s cohort register collected by Puskesmas Pancoran Mas, Depok Jaya, and Rangkapan Jaya Baru during 2016, and Depok rsquo s Central Bureau of Statistics BPS data on 2016. This research found that the prevalence of LBW in this district is 8,08 . The highest RR values are on mother being pregnant before 20 years old RR 4,864, 95 CI 1,72 13,654 , living in Kelurahan Rangkapan Jaya and Rangkapan Jaya Baru RR 11,892, 95 CI 1,552 91,157 , low access to midwives RR 3,2602, 95 CI 0,12 0,784 , and having antenatal visits less than four times RR 6,521, 95 CI 0,401 106,025."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Cahyani
"Malaria termasuk penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi malaria di Kecamatan Rajabasa telah dilakukan namun masih dijumpai adanya kasus malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik positif pencegahan malaria dan pengetahuan lokal dari masyarakat, yang menjadi faktor penting dilakukannya upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan malaria melalui pendidikan kesehatan dan peningkatan perilaku sehat. Penelitian dilakukan Bulan April 2016, menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan positive deviance. Data didapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Analisis data menggunakan content analysis ditemukan beberapa tema pada praktik positif yaitu pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemasangan kassa nyamuk, mengeringkan genangan, menutup jendela sebelum sore, membersihkan rumah dan halaman. Pada praktik negatif ditemukan tema kebiasaan keluar malam dan rendahnya partisipasi masyarakat, Dalam penelitian ini ditemukan praktik positif pencegahan malaria yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan biji buah mahoni, menanam sereh dan minum air rebusan daun jambu batu untuk menolak gigitan nyamuk. Saran: Perlu melakukan penyuluhan kepada tokoh masyarakat dalam peningkatan dukungan kepada masyarakat, diperlukan fasilitasi dari puskesmas dan petugas kesehatan untuk membentuk forum silaturahmi antara tokoh masyarakat antar desa dalam rangka saling membagikan praktik positif yang dilakukan.

Malaria disease is still a public health problem, particularly in South Lampung regency. Efforts are being made to tackle malaria in Sub Rajabasa been made, but still met the malaria cases. This study aims to identify positive practices malaria prevention and local knowledge of the community, which is an important factor to do community empowerment efforts in the prevention of malaria through health education and increase healthy behaviors. The study was conducted in April 2016 using a qualitative design with positive deviance approach. Data were obtained by interviews and observations. Analysis of data using content analysis found several themes on positive practices, namely the use of mosquito nets, the use of anti-mosquito, the insect screen installation, drain the puddle, close the window before the afternoon, cleaning the house and yard. On the negative practices found out custom theme nights and low community participation, this study found positive practices that do community malaria prevention using mahogany fruit seeds, planting lemongrass and drink water boiled guava leaves to reject mosquito bites. Suggestion: Keep doing outreach to the community leaders to increase support for communities, necessary facilitation of health centers and health officials to establish the relationship between community leaders forum between villages in order to share with each other positive practices do."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Opyn Mananta
"Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat kesamaan diagnosis klinis kasus DBD oleh petugas medis di puskesmas dan RSUD Cilacap serta faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan diagnosis klinis kasus DBD di Kabupaten Cilacap Provinsi. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kesepakatan diagnosis klinis kasus DBD antara petugas medis di Puskesmas dan RSUD Cilacap tergolong sangat baik (nilai kappa 0,82), dimana pelatihan, pengetahuan, sikap dan motivasi merupakan faktor yang berhubungan dalam penetapan diagnosis klinis kasus DBD. Untuk itu perlu di lakukan sosialisasi, pelatihan dan supervisi serta penyediaan sarana untuk pemeriksaan diagnostik kasus DBD.

This study about reliability of DHF diagnosis in PHC and Cilacap Hospital and determinant of DHF diagnosis in Cilacap District. The study was cross sectional study. This study found that the agreement of clinical diagnosis of dengue cases among the medical doctors in PHC and Cilacap hospital classified as verry good (kappa value 0.82). training, knowledge, attitude and motivation factor of the most were determinant of the agreement of clinical diagnosis of DHF cases. The study recommended to socialize the results of the study,conducting training on clinical diagnosis and condunting supervision regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiany Sukmawati
"ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorragic Fever (DHF)
merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem
kesehatan masyarakat. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Kejadian
demam berdarah dengue di Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan pada setiap 3
tahun terhitung mulai tahun 2007-2015, pada 2010 dan 2013 sehingga diperkirakan
akan mengalami kenaikan pada tahun 2016. Dan jika dilihat dari rata-rata jumlah kasus
DBD per bulan dari tahun 2011-2015 terlihat bahwa kasus DBD berada pada posisi
puncak di bulan Januari, Juni dan Juli. Sehingga pada tahun 2016 Januari akan
mengalami kenaikan jumlah kasus. Tujuan penelitian ini adalah didapatkan gambaran
secara spasial wilayah beresiko Demam Berdarah Dengue pada 5 kecamatan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2016. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi
karakteristik individu,yaitu karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
perilaku, pengetahuan dan variabel deteksi serologi agen serta variabel lingkungan
vektor, yaitu suhu, kelembaban dan breeding place. Penelitian ini menggunakan desain
korelasi Ekologi dengan pendekatan spasial. Penelitian ini meneliti sampel sebanyak
150 sampel dari 5 wilayah kecamatan endemis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola sebaran kasus DBD menunjukan
bahwa kecamatan Curug memiliki kasus paling tinggi yang sebanding dengan sebaran
keberadaan jentik dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain, Dominasi serotipe
virus DEN-2 dan DEN-3 dan hasil kuesioner didapatkan kecamatan Cikupa memiliki
tingkat pengetahuan dan prilaku mengenai demam berdarah dengue paling rendah, yaitu
sebanyak 28 responden dari 30 (93,3%) memiliki pengetahuan kurang dan 25 responden
dari 30 (83,3%) memiliki pengetahuan kurang.

ABSTRACT
Demam berdarah dengue or Dengue Haemorragic Fever (DHF) is a disease
caused by dengue virus infection remains a public health problem. Number of
patients and the area of distribution is increasing along with the increasing
mobility and population density. The incidence of dengue fever in the district of
Tangerang has increased in every 3 years starting from the year 2007 to 2015, in
2010 and 2013 and is expected to increase in 2016. By the views of the average
number of dengue cases per month from 2011-2015 seen that dengue cases in the
top position in January, June and July. So in January 2016 will increase the
number of cases. The purpose of this study was obtained picture of the spatial
region are at risk of Dengue Fever in 5 districts in Tangerang year 2016. The
variables studied in this research include individual characteristics age, sex,
education, occupation) behavior, knowledge and serological detection variables
agents and vectors environment variables, such as temperature, humidity and
breeding place. The design of this research is study ecological correlation with the
spatial approach. This study examined a sample of 150 samples of 5 areas
endemic in Tangerang.
"The results of this study showed that the distribution pattern of dengue cases"
"showed that the districts Curug have a case of the highest comparable to the distribution of the existence of larva than in other districts, domination virus serotypes DEN-2 and DEN-3 and the results of the questionnaire obtained districts Cikupa have a level of knowledge and attitudes regarding the lowest dengue fever, as many as 28 respondents out of 30 (93.3%) have less knowledge"
"and 25 respondents from 30 (83.3%) have less knowledge."
"
2016
S639890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Shomami
"ABSTRAK
Nama suatu tempat dapat berubah dari masa ke masa karena penamaannya bergantung pada pertimbangan manusia yang mendiami tempat tersebut. Penamaan sebuah tempat dapat menggambarkan suatu harapan masyarakat setempat, peristiwa sejarah peradaban, dan identitas masyarakat yang hidup pada tempat tersebut Rais, 2008 . Sebelum berubah menjadi nama yang digunakan saat ini, dahulu Cilacap bernama Tlatjap yang memiliki artian tanah yang menjorok kelaut. Kemudian nama ini berubah penulisannya menjadi Cilacap yang masih digunakan hingga saat ini. Secara etimologis, awalan Ci- yang memiliki arti lsquo;air rsquo; dan kata tlatjap atau lacap yang berarti lsquo;tanah yang menjorok ke laut rsquo; dalam bahasa Sunda. Selain bahasa Sunda, terdapat pula kata cacab lsquo;mencebur di air rsquo; dalam bahasa Jawa. Hal ini kemudian menjadi indikasi adanya pengaruh kebudayaan Sunda dan/atau Jawa. Penelitian ini membatasi pemaknaan berdasarkan makna semantis yaitu; makna kategorial, makna asosiatif, dan makna emotif Nystr m, 2016 . Sebanyak dua puluh nama desa digunakan sebagai percontoh yang mana desa-desa ini merupakan wilayah tutur bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Temuan makna penamaan pada penelitian ini berkaitan dengan bentang alam, hasil bumi, sejarah, tokoh, dan harapan masyarakat. Penelitian ini membuktikan bahwa nama bukan hanya berfungsi sebagai rujukan, melainkan berkaitan dengan berbagai makna yang dapat memengaruhi perkembangan suatu tempat.
ABSTRACT
Place names may change over time because naming reflects human perceptions and preferences. The naming of places can describe a local community rsquo s expectations, historical events, and the identity of communities that live there Rais, 2008 . Before taking its current name, Cilacap was named Tlatjap meaning lsquo promontory land that juts out into the sea rsquo . Later the name was spelled Cilacap which version is used up to this day. Etymologically, the affix Ci means lsquo water rsquo and the Sundanese word tlatjap or lacap means lsquo lands that juts out into the sea rsquo . In addition to this, there is also Javanese cacab meaning lsquo jump into the water rsquo . This later became the indication of Sundanese and or Javanese cultural influences in the Cilacap naming. This research restricts itself to naming based on semantic meaning ie categorical meanings, associative meanings, and emotive meanings Nystr m, 2016 . A total of twenty villages were surveyed in an area where Sundanese and Javanese spoken are spoken. The findings show that name meanings are related to the landscape, crops, history, figures, and community expectations. The implications of the research are likely to be of interest to those requiring data on place naming, and also those interested in the relation between human activity, development and culture."
2018
T49428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatik Srisahani
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Bogor merupakan masalah yang penting. Prevalensi BBLR selama 2 tahun terakhir di Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Kecamatan Jasinga tercatat sebagai penyumbang kasus tertinggi selama 3 tahun terakhir.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi kunjungan dan pemeriksaan rutin) dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi studi adalah ibu melahirkan pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015 di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Jumlah sampel sebanyak 171 terdiri dari 57 kasus dan 114 kontrol. Frekuensi kunjungan kurang dari 4 kali meningkatkan risiko BBLR 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, jumlah kelahiran dan konsumsi tablet besi. Pemeriksaan rutin buruk meningkatkan risiko BBLR 1,35  (95% CI: 0,06–28,91) Setelah dikontrol variabel frekuensi kunjungan, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah kelahiran, jarak persalinan, komplikasi kehamilan dan konsumsi tablet besi. Masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dan melakukan pemeriksaan rutin secara lengkap.

Low birth weight infants in Bogor Region is observed as a crucial health issue. Jasinga District has been contributing the highest number of such cases in this region for the last 3 years. This study was aimed to find out the relationship between antenatal care quality (based on the frequency of visit and routine check up) and Low Birth Weight Infant cases in the working territory of Jasinga Public Health Center, Jasinga District, Bogor Region. The design of this study was case-control. The population in this study were mothers with birth infants throughout the period of January 1 until December 31, 2015. The sample number was 171, consisting of 57 cases and 114 controls. Visit frequency less than 4 times increasing Low Birth Weight Infant cases 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) after being controlled by height, parity dan intake of iron tablets. Uncomplete rountine check up increasing Low Birth Weight Infant cases 1,35 (95% CI: 0,06–28,91) After being controlled by visit frequency, age, level of education, occupation, parity, spacing of pregnancy, pregnancy complications and intake of iron tablets. The society especially pregnant mothers are advised to do a minimum of 4 times antenatal visits throughout their pregnancy periods and undergo routine check up completely."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>