Ditemukan 150120 dokumen yang sesuai dengan query
Lilawati Kurnia
"This essay examines manga, the japanese comic ?Master Cooking Boy? and inquires what the manga offers to the reader beside being a popular reading. This essay reviews the history of manga and its function in the Japanese culture. The paper unravels the theories of cultural studies such as hegemony and multiculturalism in the analyse of this manga. This paper discusses the wider horizon of manga as a field of hegemony discourse and multiculturalism. It opens the possibilities to analyse manga in a different perspective and shows how ideology can operates in the popular literature."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2006
pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Nadiah Mustika Dewi
"Sastra gotik adalah narasi bertema gelap yang menampilkan fenomena menakutkan dan kekacauan. Seiring berjalannya waktu, sastra gotik kuno berkembang dan beralih menjadi sastra gotik kontemporer. Salah satu representasi sastra gotik kontemporer dalam kesusastraan Korea adalah dongeng karya Jo Yong berjudul Zombie Kid dan The Boy Who Fed on Nightmares. Dua dongeng ini merupakan dongeng bergambar dengan tema gelap untuk orang dewasa. Penelitian ini berfokus pada unsur-unsur gotik yang terkandung dalam kedua karya Jo Yong. Penulis memilah kalimat dan ilustrasi dalam kedua karya Jo Yong kemudian menganalisis unsur-unsur gotik apa yang terkandung dalam dongeng Zombie Kid dan The Boy Who Fed on Nightmares. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur-unsur gotik yang terkandung dalam kedua dongeng Jo Yong. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis, penulis menemukan unsur-unsur gotik seperti body horror dan penggunaan mimpi buruk dalam kedua dongeng Jo Yong. Penulis mengklasifikasi dongeng Zombie Kid lebih didominasi dengan unsur horor, sedangkan dongeng The Boy Who Fed on Nightmares didominasi dengan unsur teror.
Gothic literature is a dark-themed narrative that presents the phenomena of awful and chaos. As time goes, Gothic literature developed into contemporary Gothic literature. A couple representations of contemporary gothic literature in Korean literature are Zombie Kid and The Boy Who Fed on Nightmares by Jo Yong. These two tales illustrate dark-themed fairy tales for adults. This study focuses on the gothic elements of both Jo Yong's tales. The writer sorts out sentences and illustrations in Jo Yong's works then analyses the gothic elements shown in Zombie Kid and The Boy Who Fed on Nightmares. The purpose of this study is to describe the gothic elements in Jo Yong's tales. The methods used in this research are descriptive and qualitative. Based on the results, the writer found gothic elements such as body horror and the use of nightmares in both of Jo Yong's tales. The author classifies that the Zombie Kid fairy tale is dominated by horror elements, while The Boy Who Fed on Nightmares is dominated by terror elements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Martini Pudjiastuti Soekanto
"
ABSTRAKVerba modal shall, will, can, may, must, ought to, dare, and need yang merupakan bagian dari verba bantu yang mengisi posisi verba dalam bahasa Inggris dapat berfungsi untuk mengungkapkan suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diungkapkan. Perbedaan-perbedaan aturan-aturan tata bahasa yang terdapat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia kiranya dapat menimbulkan masalah dalam menerjemahkan verba modal tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Untuk meneliti semua verba modal bahasa Inggris dalam hubungannya dengan penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia saya menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan mencari dan memilih teori-teori baik dari wawasan linguistik dan terjemahan yang saya anggap berhubungan dan mendukung penelitian dalam skripsi ini. Sumber data yang saya gunakan untuk menganalisis data adalah buku karya Laura Ingalls Wilder yang berjudul Farmer Boy dan terjemahannya yang berjudul Anak Tani hasil terjemahan Anton Adiwiyoto...
"
1985
S14008
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sissy Nurvidati Rahim
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25449
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Manurung, Septina Fergina Isabella
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S517
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Anisa Marseli Priono
"Berkenaan dengan kebijakan Tony Blair terhadap para pencari suaka, perdebatan mengenai multikulturalisme di Inggris telah menjadi topik yang populer, termasuk dalam novel fiksi remaja Inggris kontemporer Refugee Boy (2001). Novel ini bercerita tentang seorang anak pencari suaka tanpa pendamping di London yang berbagi identitas sebagai seorang Ethiopia-Eritrea. Novel tersebut memberikan suara kepada kaum minoritas dan mendukung multikulturalisme sebagai praktik di Inggris. Studi ini mengkaji bagaimana novel menggambarkan multikulturalisme di Inggris melalui tokoh-tokohnya. Dengan menggunakan wacana multikulturalisme yang ditetapkan pemerintah dan realitas bagaimana keberagaman diperlakukan dalam masyarakat, artikel ini mencoba menjawab bagaimana Refugee Boy (2001) memperumit wacana multikulturalisme. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan gambaran novel tentang sistem imigrasi, sistem kesejahteraan, dan hubungannya dengan media, serta 'multikulturalisme yang ada' di Inggris. Selain itu, tulisan ini juga membahas kritik novel tersebut terhadap kebijakan pemerintah Inggris terkait dengan para pencari suaka dan pengungsi di era Pemerintahan Partai Buruh Tony Blair.
Concerning Tony Blair’s policies toward asylum seekers, the debate over multiculturalism in Britain has become a popular subject, including in the contemporary British teen fiction novel Refugee Boy (2001). This novel tells the story of an unaccompanied asylum-seeking child in London who shares his Ethiopian-Eritrean identity. The novel gives minorities a voice and supports multiculturalism as a practice in Britain. This study examines how the novel depicts multiculturalism in Britain through the characters. Using the discourse of multiculturalism set by the government and the reality of how diversity is treated in the society, this article attempts to answer how the Refugee Boy (2001) complicates the discourse of multiculturalism. This paper aims to show the novel’s depiction of immigration system, the welfare system, and its relation to the media, and the ‘existing multiculturalism’ in Britain. Furthermore, it also discusses the novel’s criticism towards the British government’s policies regarding asylum seekers and refugees during Tony Blair’s Labour Government era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Early, Tony
New York: Little, Brown & Co., 2000
813.54 Ear j
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rosalita Emanuella Clarisa
"Masyarakat pada zaman sekarang dituntut untuk menguasai teknologi digital sebab hampir seluruh kegiatan dapat dilakukan secara daring. Penguasaan teknologi dapat berguna bagi kemudahan aktivitas masyarakat. Mereka yang tidak mampu menguasai teknologi akan merasakan kesulitan dalam dirinya sehingga menimbulkan suatu masalah. Permasalahan teknologi tersebut sudah ada sejak tahun 2015 dalam sebuah film yang berjudul Boy 7 karya Lourens Blok. Film tersebut menceritakan seorang mahasiswa yang bernama Sam dengan kemampuan meretas perangkat komputer. Sam terkena hukuman karena kemampuannya untuk meretas sistem keamanan Belanda. Hukuman yang dijatuhkan pemerintah kepada Sam membuat dirinya harus tinggal di tempat pelatihan pengembangan keahlian. Pemerintah mencuci otak Sam sehingga dirinya mengalami amnesia. Kejadian di tempat pelatihan dan usaha yang dilakukan Sam untuk mengingat dirinya di masa lalu membuat perubahan dalam unsur kepribadiannya. Masalah penelitian ini adalah bagaimana unsur kepribadian tokoh Sam dalam film Boy 7 karya Lourens Blok? Penelitian ini menganalisis unsur kepribadian tokoh Sam dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah psikoanalisis dari Sigmund Freud tentang id, ego, dan superego. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur kepribadian tokoh Sam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan unsur kepribadian, yaitu id menjadi ego, id ke superego lalu menjadi ego, id ke ego lalu menjadi superego, dan id menjadi superego yang terjadi pada tokoh Sam. Ego bekerja mengikuti dorongan id dan superego disebabkan oleh perasaan empati terhadap orang lain serta moral yang berlaku di masyarakat.
Society nowadays is required to master digital technology because almost all activities can be done online. Mastery of technology can be useful for the convenience of community activities. Those who are not able to master technology will feel difficulties in themselves, causing a problem. This problem has existed since 2015 in a film entitled Boy 7 by Lourens Blok. The film tells the story of a student named Sam with the ability to hack computers. Sam gets punished for his ability to hack into the Dutch security system. The government's sentence on Sam forced him to stay in a skills development training center. The government brainwashed Sam so that he had amnesia. The events at the training ground and Sam's attempts to remember his past make a difference in an element of his personality. The problem of this research is how is the personality element of the character Sam in the film Boy 7 by Lourens Blok? This study analyzes the personality elements of Sam's character using a qualitative descriptive method. The theory used is Sigmund Freud's psychoanalysis about the id, ego, and superego. The purpose of this research is to describe the personality elements of Sam's character. The results of this study indicate that there is a change in personality elements, namely the id becomes ego, id becomes superego then becomes ego, id becomes ego then becomes superego, and id becomes superego which occurs in Sam's character. The ego works following the impulses of the id and superego caused by feelings of empathy for others and the prevailing morals in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Claudia Nabeela Anindhita Ariny Roboth
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kompleksitas identitas gender melalui lensa karakter Yuu Arima dalam manga Boy Meets Maria. Peneliti menerapkan teori performativitas gender yang dikemukakan oleh Judith Butler untuk memahami isu identitas gender pada karakter Yuu Arima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas gender pada karakter Yuu Arima bersifat cair, tergantung konteks, tidak tetap. Yuu Arima dapat dibaca sebagai gambaran dari keberagaman dan kompleksitas identitas gender. Perjalanan Arima dalam menemukan identitasnya tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, tetapi juga merupakan eksplorasi pribadi yang membebaskannya dari konsepsi-konsepsi baku tentang gender.
This research aims to describe the complexity of gender identity through the lens of the character Yuu Arima in the manga Boy Meets Maria. The researcher applies the theory of gender performativity proposed by Judith Butler to understand the issue of gender identity in the character Yuu Arima. The research results indicate that the gender identity of the character Yuu Arima is fluid, dependent on the context, not fixed. Yuu Arima can be read as an illustration of the diversity and complexity of gender identity. Arima's journey in finding his identity is not only to fulfill social expectations, but is also a personal exploration that frees him from standard conceptions of gender."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Tarisya Al Kautsar
"Masa remaja adalah periode penting dalam perkembangan individu, dengan berbagai perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Di Jepang, ada istilah yang sering digunakan berkaitan dengan masa remaja, yaitu chūnibyō, yang didefinisikan sebagai perilaku imajinatif dan eksentrik yang biasanya ditunjukkan oleh remaja dalam pencarian identitas dan kemandirian mereka. Chūnibyō telah menjadi bagian dari budaya populer Jepang, terutama dalam anime seperti Chūbyō Gekihatsu Boy (2019). Penelitian ini menganalisis representasi chūnibyō dan adanya perubahan persepsi terhadap chūnibyō direpresentasikan dalam anime tersebut. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, teori representasi Stuart Hall (1997) digunakan untuk memahami bagaimana anime ini mengonstruksi makna dan menggambarkan karakter-karakter chūnibyō. Penelitian berargumen bahwa anime ini tidak hanya menggambarkan chūnibyō sebagai perilaku aneh, tetapi juga menyoroti potensi positif dan kontribusi individu chūnibyō dalam masyarakat. Chūnibyō dalam anime ini juga direpresentasikan sebagai bentuk ekspresi kreatif dan eksentrik yang memungkinkan remaja untuk mengeksplorasi dunia imajinatif mereka dengan cara yang mendalam dan bermakna.
Adolescence is a critical period in an individual's growth, marked by various biological, cognitive, and socio-emotional changes. In Japan, there is a commonly used term associated with adolescence known as chūnibyō, defined as imaginative and eccentric behavior typically exhibited by teenagers in their quest for identity and independence. Chūnibyō has become part of Japanese popular culture, particularly evident in anime such as Chūbyō Gekihatsu Boy (2019). This research analyzes the representation of chūnibyō and the change in perception towards chūnibyō represented in the anime. By applying a descriptive qualitative approach, Stuart Hall's (1997) theory of representation is used to understand how this anime constructs meaning and portrays chūnibyō characters. The research argues that this anime not only portrays chūnibyō as peculiar behavior but also highlights the positive potential and contributions of chūnibyō individuals to society. Chūnibyō in this anime is also represented as a form of creative and eccentric expression that allows teenagers to explore their imaginative worlds deeply and meaningfully."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library