Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pneumonia is one of very important global health problems among toddlers, especially in developing countries. Nowadays, pneumonia is one of largest causes of child mortality, especially in newborn period. In Aceh Province, pneumonia disease is the eighth of 25 biggest diseases found at primary health care with 112 cases, while pneumonia among outpatient sufferers in Aceh reached 434 cases (29.03%).This study aimed to determine factors related to incidence of pneumonia toddlers in Lambatee Village, Darul Kamal Subdistrict, Aceh Besar District.
This study was analytical descriptive using cross-sectional design. Samples of study were mothers and toddlers amounted to 48 people. Data were collected on August 3rd - 14th, 2015 by interview, observation. Multivariate analysis used logistic regression. Results of study showed that the factor physical condition of house sanitation influenced to trend among toddlers suffering from pneumonia with p value 0.01< 0.05, the highest OR score 6.431 and 95% CI = 1.559 - 26.532. In conclusion, physical condition of house sanitation had six times risk of causing trend of pneumonia incidence among toddlers in Lambatee Village, Darul Kamal Subdistrict, Aceh Besar District."
Aceh health polytechnic ministry of health, aceh, indonesia, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asmah
"Penelitian ini bertujuan mengkaji pelaksanaan pengendalian pneumonia balita dilihat dari komponen input, proses, dan output. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, berlokasi di dinas kesehatan dan 2 puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan di dinas kesehatan sarana dan dana cukup. Untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring kegiatan belum maksimal dilaksanakan karena keterbatasan SDM dimana pemegang program ISPA merangkap program diare sehingga tidak fokus dan kesulitan untuk memantau 43 puskesmas. Data kelengkapan laporan sebesar 97,09% dan ketepatan laporan baru mencapai 6,01%. Hasil penelitian di puskesmas masih ada sarana yang belum lengkap dan petugas di BP anak puskesmas belum terampil dalam tatalaksana kasus dan menggunakan alat sound timer. Perencanaan kegiatan pneumonia balita belum ada di POA (Plan Of Action) puskesmas. Diperlukan penambahan SDM kesehatan dan workshop MTBS serta bimbingan teknis untuk petugas puskesmas.

This study aims at assessing the implementation of pneumonia control for under-five children. From input, process and output components. This study uses qualitative approach in district health office and two public health centers (puskesmas). The results show that there is enough equipment, materials and sufficient fund in district health office. But, planning, implementation, and monitoring activities have not been implemented well since there is one staff only at district health office who is responsible for managing acute respiratory program. She also needs to manage diarrhea program and monitor 43 puskesmas. The report completeness at district health office reaches 97.09%, but timeliness reaches 6.01% only. In contrary with the condition at district health office, at puskesmas where the achievement is low, there is still lack of equipment and materials. The personnel also lacks of skill in managing the pneumonia case and using sound timer. The plan of action of pneumonia control program for under-five children has also not been written in the puskesmas plan of action. More human resources, capacity building on integrated management of childhood illnesses, and technical assistance for puskesmas personnel are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thai, Lan Anh
"Pneumonia is a crucial public health problem in developing countries,
including Vietnam. Pneumonia claims the lives of nearly four million under-five children every year in which 99 percent of those deaths
are in developing countries. Almost all pneumonia deaths are at the age of less than one as a result of severe illness, late hospital admission, and bacterial resistance. In Vietnam, pneumonia is the second highest cause of under-tive deaths after diarrheal disease. Yearly, each child experiences 1.45 pneumonia episodes and most of them are less
than three years of age.
Among factors influencing the occurrence of pneumonia are undernutrition, improper breastfeeding, air pollution, and poor environmental sanitation, undernutrition is a major cause of pneumonia and is a contributing factor in the duration and severity of this disease. Pneumonia often combines with Protein-Energy Malnutrition (PEM), vitamin A deficiency, anemia and other micronutrient deficiencies.
The consequence of pneumonia might have been found as an increased risk of poor nutritional status. Some follow-up studies have documented that respiratory infections made linear growth more diflicult than weight gain. There is still some debate about whether ALRI can lead to poor vitamin A status in community-based and hospital-based studies and the results remain uncertain. Acute lower respiratory infection
was found associated with lower serum retinol in two cross-sectional clinic studies. By contrast, a cross-sectional study failed to show this association. In addition, a cross-sectional study showed that meninéitis and pneumonia were more common in the presence of anemia
in hospitalized infants in Papua New Guinea. However,
hematological changes during infection are even less confirmed."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Heryati
"Puskesmas Haurpanggung Keeamatan Tarogong Kidul adalah salah satu puskcsmas dari 63 puskesmas yang berada di Kabupaten Garut dengan cakupan penemuan pneumonia selama tahun 2006 menunjukkan angka yang tinggi dibandingkan dengan puskesmas lainnya yaitu 68,4%. Insifien pneumonia di Kabupaten Garut pada tahun 2006 sebesar 30,8% dan berada pada urutan pertama dari kasus penyakit dan penyebab kematian bayi dan balita dan berada pada 10 besar penyakit.
Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui faktor xisiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Pcnclitian mcnggunakan jcnis penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 124 responden yang terdiri atas kasus sebanyak 62 orang dan kontrol sebanyak 62 oxang. Subyek penelitian adalah balita berumur 2 - 59 bulan yang bertempat tinggal di wilayah kelja Puskesmas I-Iaurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut selama bulan Juni sampai dengan Desembcr 2007. Sebagai variabel terikat kejadian pneumonia pada balita dan variabel bebas terdiri atas ventilasi, kcpadatan hunian, jenis lantai, letak dapur, jenis bahan bakar, kelembaban, pcncahayaan alami, kebiasaan merokok, dan penggunaan obat nyamuk bakar.
Analisis data menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan distribusi frekuensi. Analisis analitik untuk mcnggambarkan hubungan antar variabel dan analisis logistik untuk menetukan prcdiksi. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pnenunonia pada balita yaitu luas ventilasi, kepadatan hunian, letak dapur, pencahyaan alami, kebiasaan merokok., dan pcnggunaan obat nyamuk bakar. Faktor yang paling dominan mempengamhi kejadian Pneumonia pada balita adalah variabel kebiasaan merokok Oleh karena itu pcrlu ada upaya promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit pneumonia, rumah sehat, dan bahaya asap rokok.

Haurpanggung Public Health Center in Tarogong Kidul District is ones public health center between 63 public health center at Kabupaten Gantt with coverage pneumonia evidence along 2006 indicated the high evidance number compared to another Puskemas which is 68,4%. The pneumonia evidence occurred in Garut on 2006 at about 30.8% and existed the first rank of disease evidence and coursed mortality on infant and baby under tive years old.
This research purposed to know risk factor which is related to pneumonia evidence on baby under five years old. The observational utilized case control observational type with total sample are [24 respondent there are on case evidence 62 respondent and control case are 62 respondent. The observational subject was baby with 2-59 months age which is live at working area of l-laurpanggung Public Health Center in Tarogong Kidul District, Garut along June until December 2007. As dependent variable on pneumonia evidence on baby under tive years old and independent variable are on ventilation. population density. floor type, kitchen position, fuel type, humidity. natural lighting. smoking habitual and utilize anti mosquitoes bums type.
The analysis data performed by descriptivcmethod to presented frequently distribution schemas. The analytic analysis pertbrmcd to presented the relation between variable and logistic analysis to make a prediction. The risk factor which is related to the pneumonia evidence on baby under five years old are wide ventilation. population density, kitchen position, natural lighting smoking habit. and using anti mosquitoes bums type. The most dominant factor was influence pneumonia evidence on baby under five years old is smoking habit variable. Therefore it is necessary to implementate the promotion to socialize program to the community about pneumonia disease. healthy house, and cigarettes smokes danger.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34266
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutrisna
"ABSTRAK
Faktor risiko, menurut Last (1983), adalah suatu terminologi yang dihasilkan oleh suatu penelitian epidemiologi yang mempunyai beberapa arti yang antara lain:
1) suatu atribut atau pemajanan yang dapat dihubungkan dengan peningkatan probabilitas terjadinya suatu outcome seperti terjadinya suatu penyakit; yang tidak selalu merupakan faktor kausal. Ini sering disebut sebagai risk marker
2) suatu atribut atau pemajanan yang meningkatkan probabilitas terjadinya suatu penyakit atau suatu outcome tertentu lainnya. Ini sering disebut penentu (determinant) atau faktor yang menentukan
3) suatu penentu yang dapat dimodifikasi dengan intervensi sehingga dapat mengurangi probabilitas teijadinya penyakit atau suatu outcome tertentu. Ini Bering juga disebut sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor risiko dari pneumonia pada bayi dan anak balita tercakup dalam tiga pengertian di atas.
Pneumonia adalah penyakit dengan gejala batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Definisi pneumonia di atas adalah definisi kasus yang baru diperkenalkan oleh WHO pada tahun 1989 dan dipakai oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam program penanggulangan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) secara nasional pada tahun 1991. Sebelumnya, istilah yang dipakai untuk kasus ini adalah ISPA. ISPA biasanya mengandung arti yang lebih luas karena di dalam ISPA juga termasuk saluran pernapasan atas, telinga, hidung, dan tenggorok, sedangkan pada pneumonia yang dimaksud adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang akut dan penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Sebenarnya, program penanggulangan ISPA yang mempunyai tujuan menurunkan mortalitas pada bayi dan anak balita ditujukan pada pneumonia ini. Oleh karena itu, sejak tahun 1989, WHO menggunakan istilah pneumonia dalam case managementnya sebagai pengganti ISPA dan hal ini pun dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1991. Dalam telaah kepustakaan pun baru pada tahun-tahun terakhir ini lebih banyak muncul istilah pneumonia; sebelumnya cukup banyak dipergunakan istilah ISPA. Biasanya, yang dimaksud pneumonia sekarang adalah istilah yang dulunya dikategorikan sebagai "ISPA sedang" dan "ISPA berat"."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
D353
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yuliani
"Pneumonia merupakan salah satu penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas anak di Indonesia. Salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia dan meningkatkan risiko anak untuk dirawat inap adalah kurang mampunya ibu merawat anak di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh perencanaan pulang terhadap kemampuan ibu merawat anak pneumonia di rumah. Penelitian ini merupakan studi quasi-experiment dengan rancangan posttest only group design. Sampel penelitian adalah 26 responden di dua rumah sakit di Sulawesi Barat.
Hasil posttest menggambarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan masing-masing kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05), dan ibu pada kelompok intervensi mampu merawat anak pneumonia di rumah, berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Perencanaan pulang perawatan anak dengan pneumonia hendaknya diberikan secara terstruktur guna mendukung terlaksananya konsep family centered care dalam asuhan keperawatan anak di rumah sakit.

Pneumonia is one of the causes of high morbidity and mortality of children in Indonesia. One risk factor for pneumonia and increased risk for hospitalized children is the lack of maternal knowledge. The aims of this study was identify the effect of discharge planning for maternal ability in caring the child pneumonia at home. This research was a study of quasi-experiment with group posttest only design. Study sample was 26 respondents in two hospitals in West Sulawesi.
The result were describe the post-test level of knowledge and skills each group different significantly (p < 0,05), and mothers in the intervention group capable of caring for child pneumonia, significantly different to the control group (p < 0,05). Discharge planning about pneumonia in children should be administered structured to support the implementation of family centered care concept in pediatric nursing at hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syan Sarmila
"Salah satu gangguan sistem pernapasan yang umum ditemukan pada bayi dan anak-anak yaitu pneumonia karena bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang matang, sehingga mudah terpapar patogen penyebab pneumonia. Masalah keperawatan utama yang dapat terjadi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif karena kondisi pneumonia membuat alveoli diisi dengan sputum yang sulit dikeluarkan, sehingga terasa sakit saat bernapas dan membatasi asupan oksigen. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan terapi fisioterapi dada terhadap perbaikan status pernapasan pada bayi dengan pneumonia. By. Ny. R lahir secara sectio caesarea pada usia gestasi 36-37 minggu atas indikasi hidramnion, kondisi bayi terdengar ronkhi (+/+), gelisah dan rewel, sesak napas (+), retraksi dada (+), frekuensi napas 41x/menit, saturasi oksigen rendah yaitu 80% on high flow nasal dengan flow 4 dan FiO2 25%. Intervensi dilakukan selama 6 hari dengan penerapan intervesi fisioterapi dada. Hasil menunjukkan terdapat perbaikan status pernapasan pada bayi terutama saturasi oksigen dan frekuensi napas stabil pada rentang normal yaitu 30-60x/menit, suara ronkhi minimal, sesak minimal, produksi sekret 15-25 cc. Oleh karena itu, diperlukan terapi fisioterapi dada sesuai indikasi secara rutin untuk pengeluaran sekret sehingga meningkatkan status pernapasan pada pasien dengan pneumonia.

One of the common respiratory system disorders found in infants and children is pneumonia because infants do not have a mature immune system, so they are easily exposed to pathogens that causes pneumonia. The main nursing problem that can occur is ineffective airway clearance because pneumonia conditions make the alveoli filled with sputum that is difficult to remove, making it painful to breathe and limiting oxygen intake. This scientific work aims to analyze the effectiveness of the application of chest physiotherapy therapy on improving respiratory status in infants with pneumonia. By. Ny. R was born by sectio caesarea at 36-37 weeks gestation for indications of hydramnios, the infant condition was heard ronkhi (+/+), restless and fussy, shortness of breath (+), chest retraction (+), respiratory rate 41x/min (normal), low oxygen saturation which is 80% on high flow nasal with flow 4 and FiO2 25%. The intervention was carried out for 6 days with the application of chest physiotherapy interventions. The results showed that there was an improvement in the respiratory status of the infant, especially oxygen saturation and respiratory rate stabilized in the normal range of 30-60x/min, minimal ronkhi sound, minimal tightness, 15-25 cc secretion production. Therefore, chest physiotherapy is needed according to indications routinely for secretion removal so as to improve respiratory status in patients with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sjenileila Boer
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terutama pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang ,sekitar 4 juta kematian disebabkan penyakit tersebut Di Indonesia ISPA bawah terutama pneumonia mengakibatkan kematian sekitar 150.000 balita per tahun. Di Pangkal Pinang, Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, cakupan Pneumonia sejak tahun 1998 terus meningkat Pada tahun 1999 berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang didapatkan 15,37 % balita mengalami gizi buruk. Gizi buruk dapat menyebabkan penyakit infeksi termasuk pneumonia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia balita di kota Pangkalpinang tahun 2000. Jenis desain yang digunakan adalah kasus kontrol, dengan 120 sampel, dimana kasus adalah balita yang datang ke puskesmas dan menderita pneumonia sedangkan kontrol adalah balita yang datang ke puskesmas dan tidak menderita pneumonia. Unit analisis adalah balita usia 9 - 59 bulan. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap ibu balita yang terpilih sebagai sampel kasus maupun kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan kejadian pneumonia balita (OR= 3,194. 95 % CI :1,585 - 6,433 ). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pengambil keputusan agar lebih memberikan perhatian terhadap status gizi balita dengan meningkatkan kegiatan yang sudah ada."
Universitas Indonesia, 2001
T1085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mika Hananto
"Pneumonia khususnya pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini terlihat dengan masih tingginya morbiditas dan mortalitas pneumonia di Indonesia. Salah satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan diketahuinya faktor risiko terjadinya pneumonia pada balita. Dengan demikian diharapkan penaggulangan dan pencegahan penyakit ini dapat lebih tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di 4 propinsi di Indonesia tahun 2001. Desain yang digunakan adalah kasus kontroI, dimana kasus adalah semua balita 0-59 bulan yang tercakup dalam survei ini dan didiagnosis pneumonia, sedangkan kontrol adalah semua balita 0-59 bulan yang tercakup dalam survei ini dan hasil diagnosisnya tidak rnenderita pneumonia. Besar sampel yang digunakan dengan perbandingan 1 kasus (177 orang) dibandingkan 3 kontrol (513 orang) atau jumlah seluruh sampel sebanyak 708 balita. Data yang dipergunakan adalah hasil survey BES (Benefit Evaluation Study) yang dilakukan oleh Badan Litbang Depkes bekerjasama dengan Proyek ICDC (Intensified Communicable Disease Control) yang dikelola oleh Ditjen P2M-PL, yang meliputi 4 propinsi di Indonesia (Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah) tahun 2001.
Hasil penelitian didapatkan, dari 10 faktor risiko yang diduga berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita ternyata hanya 4 variabel yang berhubungan yaitu pendidikan ibu, status ekonomi, umur balita dan kepadatan hunian. Faktor sosio demografi ibu yang berhubungan adalah pendidikan ibu dan status ekonomi. Balita yang ibunya berpendidikan rendah berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,00 kali (95% CI: 0,95-4,21) dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi, sedangkan balita yang ibunya berpendidikan sedang berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,30 kali (95% CI: 1,11-4,74) dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi. Balita yang berstatus ekonomi rendah berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,49 kali (95% CI: 1,39-4,47) dibandingkan yang berstatus ekonomi tinggi, sedangkan balita yang berstatus ekonomi sedang berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,16 kali (95% CI: 1,20-3,70) dibandingkan balita yang status ekonominya tinggi. Faktor biologi balita yang berhubungan adalah umur, dimana balita yang berumur < 12 bulan berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,27 kali (95% CI: 1,55-3,31) dibandingkan balita yang berumur > 12 - 59 bulan. Faktor pelayanan kesehatan tidak ada yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Dari keempat variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di 4 Propinsi di Indonesia ternyata yang paling dominan adalah variabel status ekonomi.
Dengan hasil ini, mengingat pendidikan ibu dan status ekonomi merupakan faktor resiko kejadian pneumonia pada balita, maka diharapkan kepada depkes untuk bekerja sama dengan lintas sektor terkait karena untuk mangatasi masalah ini sangat erat kaitannya dengan sektor lain. Kepada pengelola proyek ICDC dalam perencanaan program pemberantasan pneumonia pada balita lebih menekankan kepada faktor risiko (pendidikan ibu yang rendah, status ekonomi rendah dan juga kelompok umur balita < 12 bulan). Sedangkan kepada peneliti lain perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih jauh apakah faktor-faktor risiko kejadian pneumonia pada balita dalam penelitian ini juga berlaku untuk daerah lain di Indonesia dan juga faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pustaka: 38 (1982-2003)

Analysis on Risk Factors That Related to Pneumonia Incidence among Under-fives in Four Provinces in IndonesiaPneumonia among under-fives is still remains a health issue in Indonesia, which could be seen by mortality and morbidity rate in Indonesia. One of the efforts to decrease the mortality and morbidity rate is to find out risk factors of pneumonia among under-fives in order to find the right handling on coping with and prevention of pneumonia.
The objective of this study is to reveal the risk factors which related to pneumonia incidence among under-fives in four provinces of Indonesia year 2001. Design that has been used is case control design, where the case is all of under-fives (0-59 months) which covered in this study and diagnosed has ARI, while the control is all of under-fives (0-59 months) which covered in this study and diagnosed has not ARI. Number of sample that has been used by comparing 1 case (177 people) to 3 controls (513 people) or number of ill samples is 708 under-fives. The data that has been use is from Benefit Evaluation Survey (BES) which has carried out by R&D of Department of Health and Intensified Communicable Disease Control (ICDC) project which administrated by Ditjen P2M-PL, included four provinces in Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, and Sulawesi Tengah) year of 2001.
The result of this study has found that from 10 risk factors which suspected to have relation to pneumonia incidence among under-fives, apparently only 4 variables which related which are economics status, age, and density of residence. Social demography factors of mothers which related are mother's education and economics status. Under-five which has low educated has a chance to get pneumonia 2.00 times (95% CI: 0.95-4.21) compared to those who has high educated mother. Meanwhile, under-five which has enough educated mother has a chance 2.30 times (95% CI: 1.11-4.74) compared to those who has high educated mother. Under-five which has low economics status has a chance 2.49 times (95% CI: 1.39447) to get pneumonia compared to those who has high economics status, while under-five which has middle economics status has chance 2.16 times (95% CI: 1.20-330) to get pneumonia compared to those who has high economics status. Biological factor which has relationship is age, where under-five with age 12 months and below has a chance to get pneumonia 2,27 times (95%CI:1.55-3.31) compared to under-fives with age betweenl2 to 59 months. Health services factor have no relationship with pneumonia incidence among under-fives. From those four variables which related to pneumonia incidence among under-fives in four provinces in Indonesia, reveal that the dominant variable is economics status.
Based on the result of this study, considering mother's education and economics status as the factors of pneumonia incidence, it hoped to Department of Health Issue to establish cooperation to related sectors. To ICDC project management in planning the pneumonia controlling program more emphasize to the risk factors such as, mother's education, economics status and under-fives below 12 months. And to other researchers need advanced studies to discover if these risk factors of pneumonia among under-fives still valid in other regions and also if there are other factors which have not be studied in this study.
References: 38 (1982-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiawati
"Pneumonia balita merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pemapasan akut yang disebabkan oleh peradangan atau ixitasi pada salah satu atau kedua pam akibat infeksi, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran bemapas disertai napas eepat.Puskemas Klapa Nunggal,menduduki urutan ke 2 terbesar penderita pneumonia (1?7,25%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor risiko kejadian pneumonia balita di wilayah keqja Puskesmas Klapa Nunggal Kabupaten Bogor.
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah kasus konlroi, perbandingan kasus : control adalah lzl. Kasus adalah balita yang datang dan berobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan didiagnosa oleh dolcter/paramedic menderita pneumonia, sedangkan kasus adalah balita yang datang dan bcrobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan hasil diagnosa dokter/paramedic bukan pneumonia. Jumlah sample dalam pcnelitian ini adalah 260 yang terdiri dari 130 kasus dan 130 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan ibu balita responden dan observasi dan pengukuran lingkungan tempat tinggal responden. Selanjutnya basil yang diperoleh dianalisa dengan analisa univariat, bivariat dan multivariate.
Hasil analisa bivariat adalah faktor risiko kejadian pneumonia balita : Status ekonomi keluarga (OR=2,35), Status gizi (0R=2,29), Pemberian ASI Eksklusif (OR=4,59), Jumlah hunian rumah (OR=1,7) dan jumlah hunian kamar (OR= 1,84). Hasil anaiisa multivariate menunjuukan bahwa factor~faktor dominan dengan kejadian pneumonia adalah tidak ASI eksklusif dengan jumlah hunian kamar padat (OR=2,91).
Kesimpulan : Faktor risiko dominan kejadian pneumonia balita di Puskesmas Klapa Nunggal Kab.Bogor adalah jumlah hunian kamar padat dengan tidak ASI Elcsklusifi Saran meningkatkan penyuluhan dan promosi kepada masyamkat khususnya ibu balita mengenai pentingnya memberikan ASI Ekslcusif, makanzm bergizi serta rumah sehat di wilayah keija Puskesmas Klapa Nunggal.

Under five pneumonia is one of the Acute Respiratory Infection (ARI) disease which is the inflammation or irritation to the one or both lung caused by infection, signed by cough and sort of breath. The purpose of this study is to know the risk factors of under tive pneumonia incidence in public health center at Klapa Nunggal area, Bogor district.
This study using case control study design. Comparison of case and control and using (lzl). The group case is children under tive that come to the public health center at Kjapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with pneumonia cases, and the control is children under tive that come to the public health center at Klapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with non pneumonia. Number of samples in this study is 260 which is consist of 130 cases and 130 control cases. The data is collected by interviewing the mother of respondent, measuring and observation the respondent residence. The data analyze with univariate , bivaiiate and multivariate analyzes.
Result bivariatc analizes shows that the variable which is the risk tactor variable for incidence of under five Pneumonia : Economic status of ,thc family ( OR=2,35), Nutrition status (OR=2,29), exclusive breast feeding (OR==4,59), The house population dencity (OR=l ,7), The room population dencity (OR=l,84).
It has conclude that the risk factors for incidence Pneumonia children under tive are children in the public health center Klapa Nunggal, Bogor district are very density room population with no exclusive breast feeding (OR=2,9l)_ Advice increase health education and promotion to the community in this area especially to mother of the under five children about the importance of exclusive breast feeding, good nutrition and healthy houses in the public health center at Klapa Nunggal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>