Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Justarina Sinta Marisi Nalborhu; Suharwan Argadikusuma
"ABSTRAK
Sasaran pertumbuhan perekonomian Indonesia yang ditar
getkan dalam Pelita IV dan Repelita V adalah rata?rata 5 %
per tahun. Salah satu faktor yang. menunjang tingkat
pencapaian sasaran diatas adalah perlunya nilai investasi
dan masyarakat sebesar Rp 131,5 trilyun.
Bursa saham sebagai salah satu instrumen pasar modal
diharapkan dapat menggali potensi masyarakat dan swasta
untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, serta mengarah
kan dana masyarakat ke dalam sektor-sektor yang produktif
Keadaan pasar modal di Indonesia masih berada pada
tahapan perkembangan awal. Pada tingkat perkembangan mana
sangat dlbutuhkan pemantauan terhadap faktor?faktor yang
dapat menganggu efektifitas serta efisiensi pasar modal.
Tulisan ini bertujuan untuk melakukan studi. tentang
tingkat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pasar modal, untuk kemudian dapat memberikan saran saran
guna mengantisipasi masalah masalah yang akan
dihadapi.
Faktor?faktor tersebut dapat dikelompokkan dalarn fak
tor?faktor rasional dan irrasional. Besarnya pengaruh
faktor rasional menggambarkan suatu keadaan pasar yang
sangat efislen, dimana informasi sangat transparan dan
keputusan didasarkan atas perhitungan yang teliti. Dalam
keadaan ini peluang memperoleh keuntungan di pasar modal
sangat rendah. Besarnya pengaruh faktor Irrasional menggam
barkan keadaan pasar yang tidak efisien, dalam keadaan ini
peluang memperoleh keuntungan dan pasar modal sangat bersi
fat spekulatif. Penilaku pasar spekulatif cenderung kepada
keadaan hiperaktif, yang dikhawatirkan dalam jangka panjang
akan mempunyai dampak yang negatif terhadap perkembangan
pasar modal.
Sampai dengan tanggal 24 November 1989 baru 85 perusa
haan yang masuk ke pasar modal. Jumlah dana yang berhasil
dihimpun sebesar Rp 4.898,1 milyar, yang terdiri dari 65
perusahaan menerbitkan saham dengan nilai perdana sebesar Rp
3.402,9 milyar dan 21 perusahaan menerbitkan obligasi dengan
nilai perdana Rp 1.492,2 mflyar, serta 1 perusahaan mener
bitkan sekuritas dengan nilai perdana Rp 3 milyar.
Dalam Pasar Modal Indonesia terdapat empat golongan
pelaku, yaitu Investor (Pemodal); sektor bisnis/pencari
modal (Emiten); Badan Pemerintah dan Lembaga Penunjang Pasar
Modal yang terdiri atas, Underwriter, Akuntan Publik, Nota
ris, Konsultan Hukum, Perusahaan Penilai (Appraisal), Peran
tara Pedagang Efek (Broker) dan Pedagang Efek (Trader).
Permasalahan yang secara kiasik dihadapi pasar modal
adalah perkiraan nilai harga saham, dan untuk itu dikenal 2
pendekatan teoritis yaitu pendekatan fundamental dan pende
katan teknis.
Penelitian mengenai tingkat harga saham serta
perilakunya telah banyak dilakukan. Diantaranya Menton H.
Miller and Franco Modigliani, yang menjelaskan hubungan
antara deviden, earning dan growth rate. Sebagai implemen
tasi dan teori tersebut, Volkert S. Whitbeck dan Manown
Kisor, Jr. melakukan analisis kombinasi terhadap perilaku
135 saham di bursa Amerika Serikat. Dengan menggunakan
pendekatan yang dilakukan oleh Volkert S. Whitbeck dan
Manown Kisor, Jr., studi ini berusaha melakukan pengamatan
terhadap perilaku pasar saham di Indonesia.
Pengamatan dilakukan dengan penerapan model Volkert
terhadap perilaku harga saham dan 24 saham perusahaan yang
go-public sebelum era deregulasi dan 20 buah saham perusa
haan yang go?public setelah era deregulasi.
Temuan yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain,
pasar modal di Indonesia sedarig menuju pada suatu bentuk
yang mengikuti mekanisme pasar. Hal ini terjadi sebagai
akibat dan diberlakukannya serangkaian deregulasi dalam
bidang keuangan dan perdagangari, sejak tahun 1987.
Dalam perjalanannya sejak tahun 1987, terdapat perilaku
pasar yang menarik untuk diamati yaitu bahwa sebelum deregu
lasi motivasi perdagangan saham lebìh berdasarkan perolehan
deviden. Motif perdagangan seperti ini memiliki waktu jual
beli yang relative lebih panjang, sedangkan jumlah saham
masih terbatas, sehingga mengakibatkan mutasi perdagangan
saham menjadì kurang dinamis dan mengakibatkan pula likuidi
tas pasar yang rendah.
Setelah diberlakukannya diregulasi, terdapat pergeseran
motif perdagangan saham dan motive perolehan deviden ke
motif perolehan capital gain. Motif perolehan capital gain
rnempunyai periode jual ? beli yang bersifat lebih berjangka
pendek, yang mendorong terjadinya mutasi perdagangan saham
yang dinamis sehingga likuiditas pasar menjadi lebih baik.
Harga saham 24 perusahaan lama yang dalam periode
1972?1987 tidak mempunyai kesempatan di?revalue? oleh pasar,
tetapi mekanisme pasar segera melakukan ?revaluasi? atas
harga 24 saham tersebut. Terjadinya mekanisme ? revaluasi ?
pasar tersebut telah menimbulkan permintaan yang sangat
meningkat terhadap ke-24 saham tersebut yang diikuti oleh
meningkatnya harga kedua puluh saham secara mengejutkan.
Kelebihan permintaan untuk saham saham tersebut telah
menimbulkan ?band wagon effect? yang dimanfaatkan oleh
beberapa emiten yang segera melemparkan saham saham perusa
haan baru.
Investor kurang menyadari bahwa terdapat pembedaan
perilaku harga saham antara kelompok ?lama? dan kelompok
?baru? dimana capital gain dan saham saham baru telah
dinikmati oleh pemilik perusahaan dalam bentuk ?agio?.
Pada akhirnya mekanisme pasar melakukan koreksi terha
dap saham saham baru sehingga tampak permintaan dan harga
dan saham saham baru cenderung menurun.
Dari hasil studi juga diidentifikasi kejadian kejadian
yang mempanguruhi faktor-faktor irasional yang antara lain
meningkat pada saat saat :
- Diberlakukannya peraturan pemerintah.
- Terjadi emisi saham baru.
Bagi para Investor disarankan untuk lebih memperhatikan
saham saham transisi, pasar trani, kiasifiasi serta jenis
jenis saham dan informasi perkembangan perusahaan, dan
pengaruhnya terhadap harga saham.
Bagi para emiten disarankan untuk mempertimbangkan
pemanfaatan momentum perilaku hiperaktif investor dalam
upaya memperoleh perolehan, tetapi harus mempertimbangkan
resiko citra perusahaan ?go?public?, karena citra ini dapat
membawa dampak akumulatip terhadap operasi perusahaan.
Bagi Bapepam dan lembaga keuangan terkait lainnya,
disarankan untuk memperbaiki effisiensi market, meningkatkan
efektivitas, memperbaiki kualitas para pelaku pasar modal
seperti perantara, underwriter, akuntan publik dan penilai
antara lain derigan mendorong terwujudnya kode etik pro-fesi
dan usaha.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serbio Harerio
"Skripsi ini melihat konsistensi signifikansi pengaruh dan tanda koefisien variabel Makroekonomi terhadap pasar saham menggunakan metode rolling regressions Fama-Macbeth. Pengujian dilakukan di Indonesia dalam rentang waktu dua belas tahun, dari tahun 1996 sampai dengan 2007, menggunakan data bulanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa signifikansi pengaruh dan tanda koefisien variabel makroekonomi terhadap pasar saham tidak konsisten sepanjang waktu. Uji konsistensi juga menunjukan pola regresi yang tersebar (scattered) atau tidak memiliki pola.

This undergraduate thesis is testing the consistency of significance of influence and the coefficient sign of macroeconomics variable to stock market using the method of rolling regressions Fama-Macbeth. The testing held in Indonesia for twelve years during 1996 to 2007 using monthly data. Result shows that the significance of influence and the coefficient macroeconomics variable to stock market inconsistent during observation period. Test of consistency also shows regressions scattered pattern."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
6590
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaskia Ayunda Lukietta
"Penelitian ini fokus pada pengukuran interkoneksi pasar saham pada negara-negara yang tergolong dalam wilayah Systemically Important Regions (SIRs). Dengan menggunakan variabel makro, negara-negara yang diidentifikasi sebagai SIRs memiliki connected lines lebih dari 4 lines di tiap tahunnya. Sedangkan besarnya nilai interkoneksi pada pasar saham SIRs menjadi bias karena adanya pengaruh dari faktor dinamika global. Oleh karena itu, penulis melakukan estimasi ulang nilai returns tiap pasar saham SIRs menggunakan simple market model. Untuk melihat efek dari faktor dinamika global, penelitian ini membandingkan hasil interkoneksi pasar saham sebelum dan setelah proses filtering menggunakan model Vector Autoregression yang diinterpretasi melalui hasil Generalized Forecast Error Variance Decompositions (GFEVD). Terdapat perbedaan signifikan pada hasil interkoneksi pasar saham setelah proses filtering. Interkoneksi tergolong tinggi sebelum filtering, dengan pasar saham Amerika Serikat, Swedia, dan Jerman sebagai poros. Setelah filtering, poros dari interkoneksi menyebar ke beberapa negara Eropa lainnya. Perbedaan hasil ini direpresentasikan pada nilai GFEVD yang turun secara signifikan antara sebelum dan setelah proses filtering.

This research focuses on the measure of stock market interconnectedness in Systemically Important Regions or SIRs. By using macro variables, countries identified as SIRs have the average 4 connected lines in each year on the research period.  Thus, the author is reestimate the returns of each stock markets of SIRs using the simple market model. To see the effects from common global factors, this research compares the interconnectedness level of stock markets before and after filtering process using the Vector Autoregression Model (VAR Model). The author found significant changes of the stock market interconnectedness after the filtering process. The interconnectedness is considered high before filtering, with the US, Sweden, and German stock markets as the pivot. After filtering, the pivot of interconnectedness spreads to other Europe stock markets. The results are represented on the GFEVD value which decreased significantly between the before and after filtering process."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katoppo, Intansari Abdams
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat seberapa jauh peristiwa peledakan bom yang merupakan risiko sosial politik berpengaruh pada abnormal return dan volume aktifitas perdagangan saham untuk saham-saham unggulan yang masuk dalam indeks LQ45 di BEJ. Dua tragedi besar yang gemanya menjadi sorotan dunia intemasional yaitu peristiwa peledakan born di gedung BEJ pada tangga113 September 2000_dan born Bali tanggal 12 Oktober 2002.
Untuk rnenguji pengaruh peristiwa-peristiwa tersebut pada abnormal return dan
volume akti'fitas, maka digunakan metode event study. Metode ini juga dapat digunakan
untuk menguji efisiensi pasar modal, yaitu mengukur besarnya darnpak suatu peristiwa
dengan menilai kecepatan reaksi harga saham terhadap peristiwa yang bersangkutan.
Semakin efisien suatu pasar modal, maka akan semakin cepat informasi diserap dan
terefleksikan pada harga saham.
Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwa peledakan
born di gedung BEJ (t-10 hingga t+ 1 0) rnemperlihatkan adanya abnormal return yang
signifikan bagi para pemegang saham untuk delapan hari bursa, yaitu t-10, t-2, t-1, tO
t+1, t+2, dan t+8. Abnormal return pada saat tO merupakan abnormal return yang negatif.
Sedangkan abnormal return pada t+2 merupakan abnormal return yang positif.
Munculnya abnormal return negatif pada tO dan t+ 1 rnenunjuk:kan adanya respon negatif
dari bahwa investor terhadap peristiwa peledakan born Gedung Bursa Efek Jakarta. Nilai
Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) ditemukan bernilai negatif sejak t-1
hingga t+ 10. hal ini mengindikasikan adanya penurunan laba dari saham-saham LQ45 dan
penurunan tingkat kekayaan investor.
Rata-rata abnormal return antara sebelum dan setelah peristiwa peledakan born di
gedung BEJ temyata ditemukan tidak ada perbedaan. Demikian pula halnya dengan total
volume aktivitas, dimana hasil uji statistik terhadap rata-rata Trading Volume Analysis
{TV A) sebelum dan rata-rata TV A sesudah rnenunjukkan tidak ada perbedaan TV A antara
sebelum peristiwa peledakan dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya kebijakan Bapepam dan BEJ untuk rnenutup perdagangan setelah peristiwa
peledakan born BEJ sehingga investor tidak rnelakukan aksi jual yang berlebihan dalam
mengantisipasi peristiwa tersebut.
Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwapeledakan
born di Bali rnenunjukkan adanya delapan hari bursa yang rnenghasilkan abnormal return
yang signifikan bagi para pemegang saham, yaitu t-9, t-8, t-5, t-2, t-1, tO, t+1, dan t+4.
Abnormal return pada tO rnerupakan abnormal return yang negatif, sedangkan hari setelah
tO, yaitu t+ 1 dan t+4, rnerupakan abnormal return yang positif. Nilai CAAR adalah negatif
sejak t-10 hingga t+4. Namun, kernudian terjadi peningkatan laba yang ditunjukkan oleh
CAAR yang bernilai positif hingga t+ 10. Hal ini rnenunjukkan tidak ada pengaruh yang
besar dari tragedi born Bali terhadap kinerja saham-saham LQ45.
Hasil uji statistik terhadap rata-rata abnormal return sebelum dan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan bahwa rata-rata abnormal return antara sebelum peristiwa peledakan adalah sama dengan setelah peristiwatersebut. Sedangkan hasil uji statistik terhadap rata-rata TV A sebelum dan rata-rata TV A sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata TVA antara sebelum dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena selain pernerintah rnenghirnbau agar investor tetap tenang dan tidak meninggalkan Indonesia, pemerintah juga berkomitmen kuat untuk rnernberantas rnasalah terorisme tersebut.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa BEJ merupakan pasar modal tidak efisien
bentuk setengah kuat. BEJ bukan merupakan pasar modal efisien karena investor mampu
memperoleh abnormal return, dan merupakan pasar efisien bentuk setengah kuat karena
adanya informasi publik yang mempengaruhi harga saham serta cepat direspon oleh
investor.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Aji Setiawan
"The stock markets are becoming an essential and inseparable part of the economies in many countries, including Indonesia. The fact that stock markets indices become one of the indicators to determine the healthiness of country economics showing the importance of the stock market in a country. Whenever the stock market experiences a substantial decline, there is reason to fear that a recession may come. Thus, policymakers and the government have to be aware of this matter. Macroeconomics plays an essential role in economies activities as well as brings an effect to stock market performance. GDP as an indicator of economic growth, inflation that is limiting consumption, interest rate, and exchange rate are selected macroeconomic variables that affect the stock market performance. Using multiple regression analysis, it is known that GDP and inflation contributing to the rise of stock market value, albeit the effect of inflation is not significant. Contrary, interest rate and exchange rate bring a negative impact on the stock market performance, primarily interest rate, which has a significant effect."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Nirma Amurwanti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Fadhlurrahmansyah
"Pertumbuhan tingkat partisipasi pada pasar produk keuangan di Indonesia saat ini semakin pesat dan dapat membantu perkembangan ekonomi negara. Pandemi COVID-19 yang telah melanda seluruh dunia telah mempengaruhi pasar saham, bahkan dapat diklasifikasikan sebagai kehancuran pasar saham. Walaupun demikian, Otoritas Jasa Keuangan menyatakan adanya peningkatan partisipasi investor individu terutama pada generasi muda. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi niat investasi generasi Z di pasar saham Indonesia selama pandemi COVID-19 di Pulau Jawa, Indonesia. Peneliti menggunakan Theory Planned Behavior (TPB) dalam mengembangkan hipotesis, yang terdiri dari variabel sikap, norma subjektif, dan keyakinan pengetahuan keuangan sebagai pengganti variabel control perilaku. Penelitian ini menambahkan dua faktor tambahan yang diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yaitu ciri-ciri kepribadian investor dan pengetahuan keuangan sebagai pengembangan dari teori TPB. Metode Partial Least Aquare – Structural Equation Model (PLS-SEM) digunakan untuk menganalisis model dan hubungan antara variabel pada penelitian ini dengan menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.0 dan IBM SPSS 25. Sample pada penelitian ini terdiri dari 323 individu yang berusia antara 17-24 tahun (generasi Z), berdomisili di Pulau Jawa, dan belum pernah berinvestasi di pasar saham untuk menghindarkan bias. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa seluruh variabel dalam teori TPB yaitu variabel sikap, norma subjektif, dan keyakinan mengeloala keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap niat investasi. Hal ini juga berlaku pada dua tambahan variable yaitu ciri-ciri kepribadian investor dan yang juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat investasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel sikap memiliki hubungan partial mediation antara hubungan pengetahuan keuangan dan niat investasi. Kemudian, variabel keyakinan mengelola keuangan juga berperan sebagai partial mediation dan tidak memoderasi hubungan antara variabel ciri-ciri kepribadian investor dan niat investasi. Sebagai kesimpulan, penelitian menunjukan bahwa niat investasi individu pada generasi Z di pulau Jawa dapat dijelaskan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian.

The growth of participation rate in the financial market in Indonesia is now increasing rapidly and support the country's economic development. The pandemic COVID-19 that hit the world has affected the stock market and classified as a stock market crash. Nevertheless, the Financial Service Authority of Indonesia (OJK) stated that there is a significant increase in the participation of individual investors, especially in the younger generation. Therefore, this research focuses on factors that influence the investment intentions of generation Z in the Indonesian stock market during the COVID-19 pandemic in Java Island, Indonesia. Researchers used Theory Planned Behavior (TPB) in developing hypotheses, consisting of attitude, subjective norms, and financial self-efficacy variable as substitutes of perceived behavioral control. This research also added two additional factors taken from previous studies which is prospective investor's personality traits and financial knowledge as an extending of TPB theory, The Partial Least Square – Structural Equation Model (PLS-SEM) method was used to analyze the model and the relationship between variables using SmartPLS 3.0 software to conduct the main test and IBM SPSS 25 as software to test the validity and reliability of pre- tests. The sample in this research consisted of 323 individuals aged between 17-24 years (generation Z), domiciled in Java Island, and had never invested in the stock market in purpose of avoiding bias. The results of this study show that all variables in TPB theory namely attitude, subjective norms, and financial self-efficacy have a significant and positively influence investment intention. This research also applies two additional variables, personality traits and financial knowledge that also have a positive and significant influence on investment intention. This research also found that attitude become a partial mediation variable between the relationship of financial knowledge and investment intention. Moreover, financial self-efficacy also serves as partial mediation but no moderates the relationship between personality traits and investment intention. This research indicates that the intention of individual investment in generation Z in Java Island can be explained by the variables contained in the research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Wiranto
"Dengan menggunakan regresi data panel 14 negara yang terdaftar di indeks MSCI Emerging Market (2016) dan periode 2002-2014, skripsi ini menunjukkan bahwa dalam memprediksi return ekspektasi pasar saham satu tahun kedepan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV mempunyai kekuatan prediktor yang signifikan lebih baik daripada pertumbuhan kuartal lainnya termasuk pertumbuhan secara annual yang ditemukan lemah. Pertumbuhan ekonomi kuartal I mempunyai kekuatan prediktor yang lebih lemah, tetapi menariknya pertumbuhan ekonomi kuartal lainnya tidak memilikki kekuatan prediktor yang berarti. Walaupun demikian, nilai Adj. R-Square yang relatif rendah dengan nilai maximum hanya 11.07% menunjukkan bahwa kekuatan prediktor dari variabel makroekonomi yang digunakan dalam skripsi ini tetap tidak terlalu kuat.

By using panel data regression with 14 emerging countries listed in MSCI Emerging Market Index (2016) over the period 2002-2014, this paper shows that fourth quarter economic growth is a far better predictor of one-year-ahead stock market?s expected return than economic growth during the rest of the year, including annual economic growth which this paper found to be a very weak predictor. First quarter economic growth has smaller predictive power but for the rest of the year, this predictive power does not exist. However, low Adj R-Square (with a maximum of only 11.07%) suggest that the macroeconomic variables used in this paper are still not strong predictor of one-year-ahead stock market?s expected return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jubah Maulana
"Tesis ini bertujuan menganalisis korelasi dinamis lintas pasar negara-negara Frontier Markets. Dengan menerapkan model corrected Dynamic Conditional Correlation Multivariate GARCH, return indeks saham harian dua belas negara Frontier Markets dan Amerika dari Januari 2003 sampai Desember 2013 digunakan untuk membandingkan struktur interaksi hubungan dan kemungkinan efek contagion. Hasil temuan menunjukkan belum terintegrasinya pasar saham negara-negara yang dikategorikan sebagai Frontier Markets. Lebih lanjut, efek contagion dari krisis yang terjadi di Amerika nyatanya hanya memberikan dampak kecil terhadap negara-negara Frontier Markets. Dengan demikian, negara-negara Frontier Markets merupakan daerah potensial yang dapat dijadikan sebagai alternatif kesempatan berinvestasi.

This thesis aims to analyse the dynamic correlation across markets of Frontier Markets countries. Applying the corrected Dynamic Conditional Correlation Multivariate GARCH model, the daily stock returns of twelve Frontier Markets indices and America from January 2003 to December 2013 are used to compare the interaction structure of relationships and possible contagion effects. The findings show that the stock market of Frontier countries has not been integrated. Furthermore, the contagion effect of the crisis in America in fact has little impact on the Frontier Markets countries. Thus, Frontier Markets countries are potential areas that can serve as an alternative investment opportunity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizal Purnama
"Untuk meningkatkan tingkat return dalam portofolio investasi syariah dibutuhkan informasi tentang efisiensi pasar saham syariah di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pasar saham syariah dikatakan efisien jika pergerakan harga saham syariah di pasar tersebut bergerak secara random. Dari titik tolak ini, peneliti menguji efisiensi bentuk lemah pada pasar saham syariah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian koefisien korelasi terhadap saham syariah, indeks JII dan indeks IHSG untuk melihat hubungan antara harga saham atau indeks hari ini dengan hari kemarin dengan menggunakan lag 1 hari.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis saham yang pergerakan harganya bersifat random dan terdapat beberapa jenis saham yang pergerakan harganya tidak bersifat random. Tetapi secara keseluruhan pasar saham syariah efisien. Pasar saham syariah tidak memiliki korelasi yang signifikan, sehingga pergerakan harga sagam syariah secara keseluruhan yang diwakili oelh indeks JII bersifat random. Berbeda dengan indeks IHSG yang memiliki hubungan korelasi yang nyata berbeda dengan nol pada level 1%, karenanya pasar saham secara keseluruhan di BEJ yang diwakili oleh indeks IHSG tidak efisien.

The information of market efficiency in Sharia market index in Jakarta Stock Exchange is needed for increasing return in Sharia portofolio investment. In an efficient market the movement of stock price is random. In this regard the researcher intend to conduct a weak form efficiency test for Sharia share including to the Jakarta Islamic Index (JII) and the Jakarta Islamic Index as a whole is also observe. The result from the observation ont the JII will be compare with the test on the Composite Index (IHSG). The correlation coefficient will be observed on the Sharia share and Jakarta Islamic index to realize the correlation between stock price today and its price on yesterday movement with 1 lag day.
The result of the test indicates that some of the share categorized as Sharia share could prove to be random and the others not to be random. The comparison of the result of JII and IHSG found that the IHSG have correlation coefficient in the 1% level of confident that indicates JII is an efficient market.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>