Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mully Mulyati
"ABSTRAK
Iklim globalisasi dunia usaha yang semakin kompetitif senantiasa
memacu adanya inovasi-inovasi baru. Dalam marketing channel inovasi ini
berupa pemotongan mata rantai distribusi sekaligus pemanasaran biaya iklan,
melalui konsep pemasaran yang dikenal dengan nama Multi-Level Marketing.
Sistem MLM ini diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan untuk dapat
berusaha sendiri dengan keterbatasan dana, keterampilan dan waktu.
Karenanya sistem ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin dengan
cepat meningkatkan penghasilannya.
Dewasa ini perkembangan jumlah perusahaan yang menerapkan MLM
sistem semakin banyak. Dengan penerapan sistem MLM ini, perusahaan
mengharapkan dapat meningkatkan tingkat penjualannya karena sistem ini
memiliki kelebihan dalam hal marketing channelnya (memotong sebagian
mata-rantai distribusinya) yang memungkinkan perusahaan secara langsung
mendatangi konsumennya (melalui para distributornya).
Banyaknya jumlah perusahaan yang menerapkan sistem MLM, dan
banyaknya distributor yang telah tergabung didalanmya dapat dianggap
sebagai salah satu indikator kesuksesan sistem ini. Untuk penulisan ini,
dilakukan observasi terhadap beberapa perusahaan yang menerapkan sistem
MLM dalam strategi pemasarannya. Terhadap hasil observasi, dilakukan
analisis ke-empat faktor bauran pemasarannya yang mana akan dapat di
identifíkasi salah satu faktor tersebut yang dominan berpengaruh terhadap
keberhasilan strategi pemasaran MLM yang diterapkan oleb perusahaan. Dari
hasil analisis tersebut akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang
mendukung kesuksesan sistem MLM ini di Jndonesia ( dengan mengambil
sampel observasi dari beberapa perusahaan MLM).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnadi Pribadi
"ABSTRAK
Iklim dunia usaha yang semakin kompetitif menyebabkan
selalu dicari inovasi baru, dengan konsep memotong mata rantai
distribusi dan biaya iklan yang luar biasa besar beserta
keterbatasannya maka pemasaran melalui sistem Multi-level
Marketing menjadi jawabannya, juga untuk mereka yang ingin
berwiraswasta, menjadi pelaku bisnis bagi diri sendiri atau
yang ingin memperoleh penghasjlan dan waktu luangnya namun
terbentur dengan dana, kemampuan, waktu dan referensi.
Sistem Cosway ini menjadi salah satu alternatif yang
penting bagi individu yang ingin mendapat peluang memperoleh
penghasilan, karena dalam sistem ini tidak memerlukan
modal, melakukan usaha diwaktu luang dengan ketekunan menurut
kemampuan masing?masing dan membangun kelompoknya sendirj
dan yang tidak akan dipotong daripadanya serta merupakari
jaminan untuk masa depannya.
Keberadaan perusahaan Multi?level Marketing ini penlu
mendapat bantuan dan dukungan pemenintah karena menciptakan
lapangan pekerjaan, namun sistem yang merugikan masyarakat
sepertj sistem Piramjda harus senantiasa diwaspadai.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riawan Bambang Paramarta
"ABSTRAK
Sampai saat ini semua kendaraan sedan yang dipasarkan di Indonesia adalah merek?merek dari luar negeri. Sekarang bagian terbesar pasaran sedan di Indonesia dikuasai oleh merek-merek buatan Jepang, kecuali di segmen sedan mewah yang dikuasai oleh sedan buatan Jerman. Jenis sedan yang dipasarkan di Indonesia diklasifikasikan kedalam empat kelas yaitu luxury, medium, small dan mini. Toyota Corolla termasuk kategori sedan kelas small. Segmen sedan kelas small ini adalah segmen yang memiliki porsi terbesar dalam pasar sedan di Indonesia. Karena itu segmen pasar sedan kelas small ini sangat strategis untuk diperebutkan.
Merek-merek sedan yang bersaing langsung dengan Toyota Corolla di kelas small ini adalah Honda Civic, Mitsubishi Lancer, Nissan Sentra, Ford (Champ, Gala dan Sonic), dan Mazda (323 & Astina). Toyota Corolla dirakit dan dipasarkan oleh Agen TunggaJ. Pemegang Merek Toyota di Indonesia yaitu P.T. Toyota-Astra Motor, sebuah perusahaan patungan antara Astra Internasional Inc. (Indonesia) dan Toyota Motor Corporation (Jepang).
Bagi P.T. Toyota-Astra Motor, bauran promosi yang mendukung pemasaran Toyota Corolla adalah alat utama untuk menghadapi persaingan yang sangat sengit di kelas small ini. Karena struktur pasar otomotif Indonesia adalah oligopoli sehingga faktor harga tidak dijadikan sebagai alat persaingan yang utama, karena adanya perang harga akan merugikan para peserta dalam industri itu sendiri. Demikian juga dengan dengan faktor produk, Toyota Corolla adalah suatu produk yang dipasarkan secara global ke seluruh dunia, sehingga bagi agen tunggal di Indonesia produk merupakan suatu given factor. Selain itu untuk distribusi ke konsumen bagi. Toyota Corolla ini tidak menjadi masalah yang berarti lagi, karena jaringan dealer Toyota adalah yang paling tuas dan paling tersebar di seluruh wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan para kompetitornya. Dengan demikian maka jelaslah bahwa penerapan strategi bauran promosi yang tepat adalah sangat penting bagi keberbasilan pemasaran Toyota Corolla di Indonesia. Maka studi ini mempelajari strategi bauran promosi pada pemasaran Toyota Corolla di Indonesia, sampai di mana efektifitasnya untuk mendekati bahkan mengungguli pesaing berat Honda Civic dan apakah dapat dicari berbagai cara promosi yang lebih efektif.
Konsumen sasaran utama yang hendak dijangkau oleh Toyota Corolla adalah para profesional pada tingkatan eksekutif yunior sebagai kendaraan yang representatif untuk keperluan bekerja maupun sebagai kendaraan keluarga. Hal ini tercermin dari harganya yang dapat dijangkau oleh konsumen berpenghasiian menengah ke atas dan modelnya cenderung klasik atau konservatif sehingga menimbulkan kesan formal.
Setelah pernah memimpin pasar pada tahun 1983, sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini Toyota Corolla hanya mampu menduduki tempat kedua di bawah Honda Civic. Strategi promosi yang diterapkan untuk memasarkan Toyota Corolla adams ini dapat dikategorikan sebagai heavy promotion yang dilakukan secara mahal, sehingga nampaknya kurang mendukung usaha untuk memposisikan Toyota Corolla sebagai produk yang eksklusif di kelasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari suatu suatu program promosi yang iebih customized, yaitu yang Lebih difokuskan secara jitu kepada niche market para pengusaha dan profesional yang berdaya beli tinggi. Selain itu program promosi yang dilakukan harus lebih diarahkan pada program yang memberikan trial impact yang tinggi pada konsumen sasaran, misainya dengan sering mengadakan acara test drive terbuka bagi calan konsumen yang potensial.
Rekomendasi lain yang dapat diberikan adaiah meningkatkan aktifitas marketing intelegence supaya dapat mengamati dan mengantisipasi gerakan-gerakan bersaing para kompetitor dengan baik. Dengan demikian program promosi dapat dirancang dan dilaksanakan secara lebih flekaibel sesuai dengan perkembangan situasi persaingan yang cenderung semakin keras. Selain itu perlu diadakan usaha pemisahan outlet antara sedan dengan kendaraan niaga, sehingga citra Toyota Corolla tidak terganggu oleh Kijang."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Kurniawan
"Televisi saat ini bukan lagi sebuah barang mewah, hal tersebut sudah cukup lama terjadi dalam masyarakat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan sebesar
7% pertahunnya dan GNP yang berada pada kisaran US$ 12.000 pertahun menimbulkan pola konsumsi masyarakat indonesia cenderung meningkat. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1997 lalu menyebabkan banyak perubahan terhadap perekonomian Indonesia serta kesejahteraan rakyat Salah satu produk dektronìka,yang terkena dampak langsung dan pengaruh krìsis ekonomi sejak tahun 1997 di Indonesia adalah televisi.
Produksi televisi selama masa krisis mengalami penurunan yang sangat tajam karena lonjakkan harga jual televisi di dalam negeri sebagai dampak dari merosotnya nilai tukar rupiab. Produksi pesawat televisi selama tahun 1993 hingga 1997 tumbuh cukup pesat, rata-rata 16,9 persen per tahun. Angka produksi pesawat televisi pada tahun 1993 mencapai 1,22 juta unit, meningkat menjadi 2,0 Juta unit pada tahun 1996. Suatu hal yang bertolak belakang pada tahun 1997, meskipun kñsis ekonorni telah mulai meneipa Indonesia produksi televisi masjh meningkat selcitar 10 persen menjadi 2,26 juta unit. Tahun 1998 produksi televisi mengalami penurunan tajam yaitu minus 69,8 persen. Sedangkan pada untuk tahun 1999 permintaan akan televisi, khususnya dan ekspor, mengalamj peningkatan yang terutama terjadi selama kwartal tej-akhir tahun 1999.
Perkembangan yang terjadi pada saat sekarang adalah menjamurnya televisi dari China yang masuk ke pasar Indonesia, dimana televisi China ditawarkan dengan harga
yang murah. Sebagai perbandingan, tclevisi ukuran 21 Inchi merk Panasonic ditawarkan dengan harga sebesar Rp. 2.100.000,- sedangkan tdevisi Cina dengan merk Hitachi
Fujian dilepas dengan harga Rp. 1300.000,-. Selisih harga yang besar ini mengakibatkan persaingan dalam industri televisi semakin tinggi.
Panasonic sebagai salah satu merk yang sudah lama bermain di pasar produk pesawat televisi ¡ni perlu untuk mewaspadai ancaman dart produk-produk televisi Cina. Terdorong hal tersebut diatas, penulis merasa tertazik untuk meneIii Strateg PT National Panasonic Gobel Menghadapi Produk Pesawat Televisi Cina Di Pasar Indonesia, dimana PT National Panasonic Gobel selaku agen tunggal pemegang merk televisi Panasonic. Tujuan diadakannya penilitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National Panasonic Gobel untuk menghadapi produk-produk televisi Cina di masa yang
alcan datang.
2. tlntuk menganalisa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National Panasonic Gobel untuk mempertahankan dan meningkatkan market share yang dimiliki dalam persaingan di masa yang akan datang.
Penelitian dilakukan dengan mengolah data primer dan data sekundu yang didapaikan dan hasil studi pustaka, wawancara, observasi serta penyebaran kuisioner.
Beberapa penemuan yang didapat dari hasil penelitian ini
. Strategi yang diambil dengan dasar Matrik Daur Kehidupan Industri adalah perusahaan sebaiknya menerapkan strategi yang agresif dan oplimis memandang pasar
. Segment bagi produk Panasonic adaiah berdasar manfaat sedang segment produk china adalab berdasar demografis dan geografis. Kedua produk tersebut memiliki
segment yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kentjana A. Kontutodjeng
"Karya akhir ini membahas mangenai strategi pemasaran produk alat ukur merk Precision buatan Jepang yang dipasarkan di Indonesia melalui PT Presisi indonesia (PT.PI) sebagai Distributor Tunggal dibawah area penjualan Asia Pacific yang berkantor di Singapura sebagai Principal.
Dalam pembahasan mengenai strategi pemasaran suatu perusahaan menyangkut peranan berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara dinamis dalam pencapaian tujuan perusahaan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan usaha dimana perusahaan tersebut berada yang umumnya tidak berada dalam kendali perusahaan, terdiri dari remote environment yang meliputi faktor ekonomi, teknologi, ekologi, sosial dan politik; industry envíronmnet meliputi faktor hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, adanya substitusi ,persaingan; sertaoperating environment meliputi faktor pesaing, kreditur, pelanggan, pemasok dan tenaga kerja. Sedangkan fakior internal adalah sumberdaya, manajemen dan teknologi yang dimiliki yang umumnya masih dibawah kendali perusahaan.
Dari hasil analisa lingkungan eksternal, beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian berikut ini. Keberhasilan pemasaran produk alat ukur di Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan sektor industri dalam negeri baik yang berupa PMA maupun PMDN/ Indikator sumbangan sektor industri pada PDB makin lama makin besar peranannya yaitu 22% pada tahun 1991 yang berarti Indonesia telah memasuki era negara industri dengan Laju pertumbuhan pada 3 tahun terakhir ini berkisar antara 11-12 % pertahun atau kurang lebih 2 kali tingkat pertumbuhan ekonomi periode 1989 - 1991. Walupun dari segi impor produk alat ukur berdasarkan klasifikasi HS dan SITC berdasarkan data BPS terlihat adanya penurunan jumlah secara bertahap untuk beberapa tahun terakhir ini namun bila dibandingkan dengan jumlah penjualan PT PI sendiri ternyata malah bertambah sekitar 30 s/d 50 % pertahun sejak 1990, hal ini berarti terjadi kenaikan pangsa pasar PT PI dan 3.3 % ditahun 1990 menjadi 10.2 % ditahun 1992.
Berdasarkan temuan tersebut dapat diartikan bahwa pertumbuhan dan ukuran pasar produk alat ukur PT PI masih akan cenderung makin bertambah ditahun-tahun mendatang. Disamping itu pasaran produk alat ukur di Indonesia ternyata cukup banyak variasi produknya dengan kata lain deferensiasi produknya cukup beragam tergantung dari fungsi serta spesifikasi yang dibutuhkan pembeli. Disamping dari segi produk, temyata segi harga juga memegang peranan penting karena sifatnya yang cukup sensitif dalam arti kata pelanggan dapat secara cepat berganti merk lain bila harga penawaran tidak kompetitive.
Kedua hal tersebut diatas tentunya membuat persaingan dipasaran akan makin seru dengan intensitas pesaing yang makin tinggi serta beberapa pesaing mulai mengkonsentrasikan diri khusus untuk golongan sub produk tertentu saja.
Posisi supplier atau principal masih memegang peranan penting terutama dari segi kendala delivery time untuk barang-barang yang sifatnya agak specific (major item/non stock item) melalui indent order dari Indonesia.
Beberapa faktor lain ternyata saling bertentangan antara tingkat laba industri ini yang masih tinggi dengan ancaman naiknya secara drastis nilai tukar Yen terhadap rupiah sebesar 18 % unluk semester 1 tahun 1993 ini saja. Situasi agak tertolong dengan diberlakukannya deregulasi sektor perbankan dan sektor nilai baru-baru ini terutama untuk industri otomotif yang merupakan salah satu segmen pasar PT PI yang cukup potensial.
Dukungan R & D yang kuat sangat menguntungkan posisi produk Precision dan disampìng itu penerapan beberapa sertifikat terhadap produk yang ingin diperdagangkan di pasar internasional seperti ISO-9000 merupakan peluang bagi PT PI dari segi potensi pasar yang lebih terbuka terutama untuk industri exportir.
Setelah diadakan evaluasi internal Perusahan, langkah berikutnya adalah melakukan analisis SWOT serta analisa GE nine cell untuk menentukan grand strategy atau garis besar strategy yang sebaiknya diambil oleh PT PI, yaitu selective invest for growth strategy. Hal ini diartikan agar ditetapkan sub product range yang merupakan produk utama PT Pl yaitu common item yang merupakan 65 % dari total penjualan dengan pemilihan segmen pasar yang lebih terarah dan terkonsentrasi.
Dengan berpedoman pada grand strategy yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi fungsional dalam hal ini strategi pemasaran yang meliputi : Pemilihan strategi segmentasi pasar dengan concentrated marketing pada segmen pasar sasaran dengan penekanan terhadap pemakai langsung (end user), dengan pasar sasaran yang dituju yaitu industri Otomotive produsen sparepart mobil & motor, industri Mould & Dice, industri Electronik serta pabrik-pabrik yang baru didirikan.
Penenipatan posisi produk Precision dimata pelanggan yang memerlukan alat dengan fungsi yang dapat diandalkan kwalìatasnya, jaringan yang luas serta dukungan purna jual. Selanjutnya marketing program atau bauran pemasaran yang dapat ditetapkan mulai dan strategi harga yang baru ditetapkan yaitu penetapan harga jual yang lebih fleksible dan Selamanya mengacu kepada situasi pasar, dibandingkan dengan strategi terdahulu yang penetapan harganya sangat kaku dalam arti price range yang dapat dimainkan oleh para manager pemasaran sangat terbatas.
Kemudian disamping kwalitas produk termasuk salah satu terbaik dipasaran, perlu diperhatikan dari segi seleksi item barang yang akan dibeli dan Principal agar tidak terjadi over stock yang mengakibatkan turnover inventory yang rendah.
Dari segi distribusi penekanan ditujukan kepada armada Sales force yang sasaran utamanya pemakai langsung atau end user baik memakai tenaga sendiri maupun melalui tenaga dan Group perusahaan. Sedangkan komunikasi pemasaran sebenarnya tidak harus terlalu ditekankan mengingat produk ini sudah dikenal luas oleh pemakai produk alat ukur, sehingga sasarannya lebih kepada pelanggan baru yang belum pernah memakai prooduk ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasianni Ferronika
"ABSTRAK
Dengan dikeluarkannya deregulasi pemerintah di bidang perbankan dalam
Pakto 1988, Pakjan 1990, Pakfeb 1991, maka perbankan memiliki peluang yang
lebih besar untuk meningkatkan peran penunjang kegiatan pembangunan.
Perkembangan jumlah bank membuat persaingan antara bank menjadi ketat,
sehingga setiap bank berlomba dengan berbagai macam cara untuk memenangkan
persaingan. Salah satu cara bank untuk memenangkan persaingan meraih dana
masyarakat adalah dengan menyediakan pelayanan jaringan kartu kredit, kartu
debet, kartu ATM dan lain-lain. Hal ¡ni menjadi peluang bagi tumbuhnya bisnis
perusahaan pengelola jaringan kartu pintar seperti PT. Procard International.
Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Procard International adalah bahwa
teknologi kartu pintar merupakan teknologi baru yang harus dipasarkan kepada
masyarakat. Selain itu, perkembangan bisnis pengelolaan jaringan kartu pintar
mengundang perusahaan-perusahaan lain untuk masuk ke dalam bisnis tersebut.
OIeh karena ¡tu, PT. Procard International harus mulai merencanakan strategi
pemasaran jasa jaringan produk kartu pintar yang efektíf.
Melihat peluang, ancaman yang dihadapi dan kekuatan serta kelemahan yang
dimiliki oleh PT, Procard International, maka dapat dibentuk strategi alternatif yang
dapat dilakukan oleh PT. Procard International. Faktor kunci keberhasilan (key
success factor) bagi PT. Procard International adalah jaringan merchant yang luas,
pelayanan pendukung berupa sistem prosedur yang dapat langsung diaplikasikan
terhadap bank, modal yang kuat dan informasi teknologi yang cepat. Dari strategi
alternatif yang diusulkan dan faktor kunci keberhasilan perusahaan. maka dapat
dirumuskan tujuan pemasaran dan formulasi strategi bauran pemasaran yang efektif
bagi PT Procard International.
Adapun strategi bauran pemasaran yang diusulkan bagi PT Procard
International dalam hal pemasaran jaringan kartu pintar di Indonesia adalah
memfokuskan sumberdaya dan kemampuan kepada jaringan kartu pintar yang
berfungsi sebagai kartu debet, kartu ATM, kartu tabungan dan kartu diskon
(product), menetapkan harga berdasarkan jumlah cabang bank partner (price);
meningkatkan citra dengan iklan di media cetak (promotion); memperluas jaringan
merchant sampai ke kota-kota besar di luar Jabotabek (place); melakukan training
yang kontinu (people dan provision to customer); serta menggunakan sistem
prosedur secara efektif (process). Adapun sistem prosedur yang dimaksud adalah
suatu prosedur yang diciptakan oleh PT. Procard International dalam melakukan
kerjasama dengan bank partner, sehingga dapat membantu bank partner dalam
mempercepat pembuatan card center yang diperlukan dalam kerjasama ini.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Bambang Pamudji; Del Ahmisar
"ABSTRAK
pertamina merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik
negara yang dipercayai untuk menyediakan kebutuhan pelumas
dalam negeri untuk itu disamping memproduksi sendiri juga
melaksanakan impor berbagai merek pelumas yang klasifikasinya
belum dapat dipenuhi. Dalam pengelolaan produk pelumas meng
gunakan anggaran yang terpisah dengan anggaran BBM, dalam hal
ini pertamina senantiasa dituntut di satu pihak melaksanakan
usaha secara profesional bussiness, namun di pihak lain juga
harus mengemban misi politis.
Produk pelumas dibagi menjadi 4 linï produk yakni pelu
mas Lokal, ABRI, Impor serta Penerbangan, dan dikemas baik
dalam drum maupun kaleng. Produk ini dipasarkan dengan meng
gunakan strategi pemasaran sebagai berikut :
1. Strategi harga
Harga jual merupakan keputusan pemerintah atas usulan
dari Pertamina. Penjualan kepada dealer dirangsang
dengan sistem rabat/bonus.
2. Strategi Distribusi
Dalam mendistribusikan produk digunakan 8 unit pema
saran yang tersebar diseluruh Indonesia. Dan setiap
unit tersebut didistribusikan ke cabang , agen maupun
dealer. Pendistrjbusjan ini perusahaan ditutt untuk
memenuhi kebutuhan procluk pelurnas ke seluruh wilayah
Indonesia tanpa keculai.
3. Strategi Promosi.
Berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang
strategi ini adalah Iklan, Sales promotion, Personal
selling, dan Publisjtas. Dan ke empat bauran pro
mosi tersebut pertamina lebih inemprioritaskan pada
sales promotion.
4. Strategi Produk
Produk pelumas diklasifikasikan menjadi 4 lini pro
duk, dan dilekatkan pula bauran produk yang meliputi
atribut, merek serta label.
Sehubungan dengan realisasi penjualan produk pelumas
merupakan turunan dan omset penjualan BEM yakni berkisar 1.5
hingga 2 prosen, naka besarnya anggaran biaya promosi Juga
banyak mengacu pada besarnya hasil penjualan kenaikan BBM.
Pada hal kenyataannya lajunya kenaikan penjualan produk
pelumas tidak sebanding dengan kenaikan realisasi penjualan
BBM. Berbagai skenanio yang menimbulkan kondisi tersebut
adalah efektivitas dan strategi pemasaran yang ada saat ini.
Guna mencapai target penjualan produk pelumas sesuai
dengan perencanaannya diperlukan berbagai penyempurnaan/
perbaikan atas implementasi strategi pemasaran tentang :
- Peninjauan ulang sistem rabat/bonus yang diperlakukan
saat ini.
- Perlu diadakan evaluasi yang kritis terhadap pengguna
an dana promo meliputi efektivitas komposisi
bauran promosi yang ada.
- Meningkatkan ketahanan daya saing (kompetisi) baik
dari segi mutu maupun effisiensi internal termasuk
memerangi kehadiran produk pelumas illegal.
Karena prospek akan pasar produk ini masih terbuka cukup
Lebar, selain harus menghadapi berbagai pasaing produk impor
yang diatas kertas lebih unggul dalam mutu produk, maka
strategi concentric diversification adalah jauh lebih tepat
sebagai pokok strategi induk perusahaan.
"
1993
T5337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Kurniawan
"Televisi saat ini bukan lagi sebuah barang mewah, hal rersebut sudah cukup lama
terjadi dalam masyarakat Indonesia, Pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan sebesar
7% pertahunnya dan GNP yang berada pada kisaran USS 12.000 pertahun menimbulkan
pola konsumsi masyarakat Indonesia cenderung meningkat. Krisis moneter yang terjadi
di Indonesia yang diawali pada pertengahan tahun 1997 lalu menyebabkan banyak
perubahan terhadap perekonomian Indonesia serta kesejahteraan rakyat. Salah satu
produk elektronika,yang terkena dampak Iangsung dan pengaruh krisis ekonomi sejak
tahun 1997 di Indonesia adalah televisi.
Produksi televisi selama masa krisis mengalami penurunan yang sangat tajam
karena lonjakkan harga jual televisi di dalam negeri sebagai dampak dari merosotnya
nilai tukar rupiah. Produksi pesawat televisi selama tahun 1993 hingga 1997 tumbuh
cukup pesat, rata-rata 16,9 persen per tahun. Angka produksi pesawat televisi pada tahun
1993 mencapai 1,22 juta unit, meningkat menjadi 2,0 juta unit pada tahun 1996. Suatu
hal yang bertolak belakang pada tahun 1997, meskipun krisis ekonomi telah mulai
menerpa Indonesia produksi televisi masih meningkat sekitar 10 persen menjadi 2,26 juta
unit. Tahun 1998 produksi televisi mengalami penurunan tajam yaitu minus 69,8 penen.
Sedangkan pada untuk tahun 1999 permintaan akan televisi, khususnya dari ekspor,
mengalami peningkatan yang terutama tenjadi selama kwartal terakhir tahun 1999.
Perkembangan yang terjadi pada saat sekarang adalah menjamurnya televisi dari
China yang masuk ke pasar Indonesia, dimana televisi China ditawarkan dengan harga
yang murah. Sebagai perbandingan, televisi ukuran 21 Inchi merek Panasonic ditawarkan
dengan harga sebesar Rp. 2.100.000,- sedangkan televisi Cina dengan merk Hitachi
Fujian dilepas dengan harga Rp. 1.700.000,-. Selisih harga yang besar ini mengakibatkan
persaingan dalam industri televisi semakin tinggi.
Panasonic sebagai salah satu merk yang sudah lama bermain di pasar produk
pesawat televisi ini perlu untuk mewaspadai ancaman danriproduk-produk televisi Cina.
Terdorong hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti Strategi PT National
Panasonic Gobel Menghadapi Produk Pesawat Televisi Cina Di Pasar Indonesia, dimana
PT National Panasonic Gobel selaku agen tunggal pemegang merek televisi Panasonic.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National
Panasonic Gobel untuk menghadapi produk-produk televisi Cina di masa yang
akan datang.
2. Untuk menganalisa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh PT. National
Panasonic Gobel untuk mempertahankan dan meningkatkan market share yang
dimiliki dalam persaingan di masa yang akan datang.
Penelitian dilakukan dengan mengolah data primer dan data sekunder yang didapatkan
Dari hasil studi pustaka, wawancara, observasi serta penyebaran kuisioner.
Beberapa penemuan yang didapat dari hasil penelitian ini
. Strategi yang diambil dengan dasar Matrik Daur Kehidupan Industri adalah
perusahaan sebaiknya menerapkan strategi yang agresif dan optimis memandang
pasar
. Segment bagi produk Panasonic adalah berdasar manfaat sedang segment produk
china adalah berdasar demografis dan geografis. Kedua produk tersebut memiliki
segment yang berbeda.
. Panasonic menerapkan strategi harga high value strategy sedangkan televisi china
menerapkan strategi harga good value strategi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Panasonic tidak perlu menurunkan harga untuk menghadapi produk
televisi china.
. Toko elektronik memegang peranan penting dalam distribution strategy untuk
pasar produk televisi berwarna
Beberapa saran yang diberikan adalah:
. Strategi frontal attack merupakan strategi jangka pendek yang sebaiknya diambil
televisi Panasonic dalam menghadapi televisi chína.
. PT. National Panasonic Gobel sebaiknya melakukan pengembangan suatu divisi
khusus yang berfungsi melakukan kegiatan riset pasar untuk mengetahui kondisi
pasar yang sebenarnya yang memberikan peran sebagai marketing support dalam
pengambilan keputusan
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang pada umumnya timbul
akibat keterbatasan yang dimiliki, antara lain metode sampling yang tidak memiliki
tingkat keacakan teruji, tidak melakukan pengujian terhadap merek produk televisi china
tertentu. Sehingga kemungkinan strategi yang ditawarkan mengalami kesalahan dalam
implementasinya merupakan hal yang bisa terjadi.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abdul Halim Hamid
"PT-X Metal Industry sebaga perusahaan anak dari PT XX Group (holding company) adalah salah Satu perusahaan yang berkecimpung di bidang industri baja konstruksi, dengan spesiaisasi pembentukan baja corrugated yang berlapis bahan anti karat. Beroperasi sejak tahun 1981, perusahaan mengalami pertumbuhan yang baik, dan selanjutnya perusahaan melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha dengan membuka operasi manufaktur peti kemas pada tahun 1990. Kegiatan usaha peti kemas ini ternyata merugi, sehìngga harus ditutup pada tahun 1992. Beban bunga pinjaman dan pokok pinjaman membuat perusahaan secara keseluruhan goyah karena terus menerus rugi. Holding company PT XX Group merencanakan akan menutup seluruh operasi perusahaan. PT X-Metal Industry masih mempunyai produk-produk unggulan seperti E-1001M-Plate, guardrail dan jasa galvanizing.
Pertumbuhan ekonomi yang baik (6%-7% per tahun), khususnya pertumbuhan sektor manufaktur, transportasi/komunikasi dan perdagangan/hotel/restoran (7.57%-l 0.82% per tahun, proyeksi FE-UI) memberi peluang bagi industri baja untuk tumbuh, Melihat hal-hal ini, maka holding company memberii kesempatan bagi PT X-Metal Industry untuk tetap melanjutkan bisnisnya, sambil mengevaluasi berbagai kemungkinan untuk mernulihkan kondisi perusahaan.
Prospek masa depan PT X-Metal Industry dievaluasi Penelitian dilakukan untuk mengerti kompleksitas bisnis baja konstruksi, sehingga bisa menjetaskan peluang pasar yang ada, mengenal faktor-faktor yang niempengaruhi persaingan dan posisi bersaing bagi pcrusnhann dan menyusun alternatif trategi dan rekomendaiì mengenai strategì pemasnran yang cocok.
Penelitian kepustakaan menunjukkan bahwa masalah bisa didekati dengan analisis manajemen strategis. Penelitian lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data Iangsung dari perusahaan yang dibahas, seperti laporan keuangan, proses produksi, struktur organisasi dan wawancara staff perusahaan. Metode (Analytic Hierarchy Process)/Expert Choice program digunakan untuk mengkuantifikasi prioritas terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.
Hasil analisis memberi gambaran mengenai SWOT (peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan) perusahaan di dalam lingkungan bisnis yang bergejolak saat ini. Studi menunjukkan bahwa kelemahan utama perusahaan adalah di bidang pemasaran, sehingga volume penjualan terus turun. Dengan peluang pasar yang cerah dan keunggulan produk yang dimiliki, strategi utama bisnis perusahaan dirumuskan, lalu díterjemahkan dalam strategi dan rencana operasional pemasaran.
Dengan target pasar proyek-proyek pemerintah (75%) dan pihak swasta (25%), perusahaan harus melakukan market development dan market peneration. Dengan strategi the lowest cosi producer disemua fungsi manajemen operasional, perusahaan harus membangun jaringan distribusi regional dengan skema insentif yang menarik buat para distributor. Dalam mengelola divisi pemasarannya, perusahaan harus memberi perhatian khusus pada masalah SDM, membangun sistem informasi pasar, dan mencakup ke empat dimensi pemasaran meriurut fungsinya, geografinya, produknya dan segmen pasarnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>