Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggar Pertiwi
"ABSTRAK
Latar Belakang : Pasien kanker paru umumnya datang pada stage yang sudah lanjut. Keterlambatan bisa diakibatkan oleh pasien itu sendiri, dokter dan sistem kesehatan. Sejak diberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional, RSUP Persahabatan sebagai rujukan penyakit paru mengalami peningkatan jumlah pasien kanker paru. Diagnosis kanker paru ditargetkan tegak dalam dua minggu. Namun, selama ini ini belum ada data berapa lama diagnosis kanker paru dapat ditegakan dan berapa biaya yang dikeluarkan serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional. Sebanyak 110 subjek terdapat pada penelitian ini. Kami mengevaluasi berapa waktu dan biaya yang dibutuhkan sejak subjek datang ke RSUP Persahabatan sampai diagnosis histopatologi kanker paru didapat. Kami juga mengevaluasi beberapa faktor yang menentukan lama dan besarnya biaya penegakan diagnosis kanker paru.Hasil : Sebanyak 110 subjek terdapat dalam penelitian ini. Delapan puluh empat 76,36 subjek laki-laki dan 26 23,64 perempuan. Nilai tengah umur subjek adalah 57 tahun dengan kisaran 26 sampai 86 tahun. Sebanyak 53 48,2 mendapatkan diagnosis dalam waktu le; dan 57 51,8 subjek mendapatkan diagnosis lebih dari 2 minggu. Nilai tengah penegakan diagnosis adalah 15 hari dengan kisaran 1 ndash;68 hari. Pasien dengan stage lanjut, tampilan status yang jelek dan dirawat dengan pembiayaan umum memiliki waktu tunggu yang lebih singkat. Biaya penegakan diagnosis kanker paru di RSUP Persahabatan memiliki nilai tengah Rp. 13.025.381,- dengan kisaran Rp. 1.083.000,- hingga Rp156.285.000,-. Subjek dengan stage lanjut, tampilan status yang buruk, memiliki penyulit dan dirawat di kelas non JKN memiliki biaya yang lebih besar.Kesimpulan : Nilai tengah waktu penegakan diagnosis kanker paru pada penelitian ini adalah 15 hari dengan kisaran 1-86 hari. Waktu tunggu berhubungan dengan stage pada saat datang, tampilan status, kelas perawatan. Biaya penegakan diagnosis kanker paru di RSUP Persahabatan memiliki nilai tengah Rp. 13.025.381,- dengan kisaran Rp. 1.083.000,- hingga Rp156.285.000,-. Biaya penegakan diagnosis berhubungan dengan stage pada saat datang, tampilan status, penyulit dan kelas perawatan.Kata Kunci : Kanker paru, diagnosis, keterlambatan diagnosis
ABSTRAK
Background and aim Most lung cancer patients had been diagnosed in advanced stage. Most reasons for the delay of the diagnosis, might be from patients and or health system. Currently, in Indonesia has National Health Insurance System Jaminan Kesehatan Nasional . That situation made an increasing numbers of patients who come to referral hospital. In Persahabatan Hospital the National Referral for Respiratory Diseases, the maximum time interval for lung cancer diagnosis was set not more than two weeks, however several cases were delayed. We had been conducting a study to evaluate time diagnostic time and cost for diagnose lung cancer.Method We performed bservational study in Persahabatan Hospital Jakarta. One hundred an ten new patients was recruited in this study. We evaluated how long the time was and how much was needed from the first visit until the initial diagnosis by histopatology obtained. We also evaluated the factors that have correlated with time and cost of diagnosis.Results One hundred and ten patients were enrolled in this study. Eighty four 76,36 were male and 26 23,64 were female. The median age was 57 years old with range 26 to 86 years old. Data had shown that 53 48,2 patient were diagnosed under target time 2 weeks but 57 51,8 had diagnostic time more than 2 weeks. The median time of diagnostic was 15 days with range 1 ndash 68 days. Diagnostic delay was correlated with early stage of the diseases, good performance status, financial resource. The median cost of diagnosis was Rp. 13.025.381, with range Rp. 1.083.000, to Rp156.285.000, . Subject who came with late stage, poor performance status, had complication of lung cancer and hospitalized in private area had higher cost of diagnostic. Conclusion Median diagnostic time of lung cancer in RSUP Persahabatan is 15 days range from 1 to 86 days. Diagnostic time correlates with stage at admission, performance status at admission and source of financial. The median cost of diagnosis is Rp. 13.025.381, with range Rp. 1.083.000, to Rp156.285.000, . Cost of diagnosis correlates with stage at admission, performance status at admission, source of financial and complication related with lung cancer."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nukeseny
"ABSTRACT
Latar belakang: Diagnosis pasti kanker paru ditegakkan dengan menemukan sel ganas pada pemeriksaan sitologi/ histopatologi pada spesimen yang didapat dari berbagai prosedur diagnostik.Tujuan: Untuk mengetahui jumlah sel ganas dari pemeriksaan sitologi yang didapat dari berbagai prosedur diagnostik TTNA terpandu CT scan, TTNA tidak terpandu, TTNA terpandu USG, BJH, sikatan bronkus, bilasan bronkus, TBNA, BAL, sitologi cairan pleura dan sitologi sputum .Metode: Penelitian potong lintang pada slide pasien kanker paru dari pemeriksaan sitologi yang ditegakkan dari berbagai prosedur diagnostik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Data diambil dari laborarorium Patologi Anatomi, Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan data khusus Adenokarsinoma paru diambil dari laboratorium KalGen Jakarta Pusat pada periode 1 Juni 2015 sampai 31 Juli 2016. Slide pasien yang mengandung sel ganas akan dikoding oleh SpPA dan dihitung jumlahnya dibawah mikroskop dibawah supervisi Sp.PA.Hasil: Sampel penelitian 425 slide sitologi dengan karateristik pasien laki-laki 72,5 median usia 57 tahun, range usia 26-92 tahun dan pasien kanker paru perempuan 27,3 median usia 54 tahun, range usia 18-84 tahun . TTNA terpandu CT Scan merupakan prosedur diagnostik yang paling sering dapat menemukan sel ganas > 200 16,9 , diikuti BJH dengan jumlah sel > 200 11,8 , TTNA tidak terpandu dengan jumlah sel ganas > 200 7,3 . Jumlah sel ganas minimal yang memungkinkan untuk pemeriksaan molekuler lanjutan EGFR khususnya pada jenis adenokarsinoma paru adalah didapatkan 0,8 pemeriksaan EGFR pada jumlah sel ganas < 50 sel dan semakin tinggi jumlah sel ganas maka semakin memungkinkan untuk pemeriksaan molekuler lanjutan. Jumlah slide mempengaruhi jumlah sel ganas yang didapatkan nilai p=0,000 dan semakin banyak jumlah slide maka semakin banyak juga jumlah sel ganas yang didapatkan.Kesimpulan: Jumlah sel ganas pada slide sitologi kanker paru paling banyak ditemukan dengan pemeriksaan TTNA terpandu CT scan, dikuti BJH dan TTNA tidak terpandu. Jumah slide mempengaruhi jumlah sel ganas nilai bermakna, p= 0,000 .Kata kunci: Kanker paru, sel ganas, slide sitologi, prosedur diagnostik
ABSTRACT
Background A definitive diagnosis of lung cancer by finding malignant cells on cytology histopathology examination of the specimen obtained from a variety of diagnostic procedures.Objective To determine the number of malignant cells of cytologic examination that are obtained from a variety of diagnostic procedures CT guided TTNA, unguided TTNA, ultrasound guided TTNA, FNAB, bronchial brushing, bronchial washing, TBNA, BAL, cytology examination of pleural fluid and sputum cytology .Methods A cross sectional study in lung cancer patients slides from cytological examination from a variety of diagnostic procedures in the Central General Hospital Persahabatan. Data are taken from Anatomical Pathology laborarorium, Medical Record of Central General Hospital Persahabatan and the specific data of lung adenocarcinoma taken from the laboratory KalGen in Central Jakarta from1 June, 2015 until July 31, 2016. Slides containing malignant cells of patients are to be coded by SpPA and numbered under a microscope under the supervision of Sp.PA.Results The research sample with characteristic cytologic slide of 425 male patients were 72.5 median age 57 years, range 26 92 years of age and female lung cancer patients were 27.3 median age 54 years, age range 18 84 year . CT guided TTNA was a diagnostic procedure that was most often able to find malignant cells 200 16.9 , followed by the BJH of cell counts 200 11.8 , unguided TTNA with the number of malignant cells 200 7.3 . Minimal number of malignant cells that were possible for advanced molecular examination EGFR , particularly on the type of lung adenocarcinoma was obtained 0.8 EGFR examination in the number of malignant cell "
2016
T55662
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Afidjati
"ABSTRAK
Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak kedua karena kanker pada perempuan di Indonesia dan insidensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyebab utama kanker paru adalah merokok, namun hal ini tidak berlaku pada perempuan, terutama di Asia dan Indonesia. Kanker paru terjadi karena multifaktor, dan sekitar 10 -15 kasus kanker paru di dunia dijumpai pada bukan perokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya kanker paru pada perempuan di RSUP Persahabatan. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dan melibatkan 46 subjek pada kelompok kasus serta 62 subjek pada kelompok kontrol di Poli Paru RSUP Persahabatan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perokok pasif p=0,038; OR=2,613; 95 CI: 1,038-6,575 dan usia p=0,002; OR=5,378; 95 CI: 1,698-17,029 . Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok p = 0,569; OR = 0,889; 95 CI: 0,236-3,351 , riwayat kanker di keluarga p = 0,858; OR = 0,917; 95 CI: 0,354-2,373 , dan riwayat penyakit paru kronis p = 0,231; OR = 0,508; 95 CI: 0,165-1,560 terhadap kejadian kanker paru pada perempuan. Dari analisis multivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perokok pasif p=0,047; aOR=2,639; 95 CI: 1,012-6,878 dan usia p=0,005; aOR=5,417; 95 CI: 1,685-17,412 . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usia di atas 40 tahun dan perokok pasif merupakan faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya kanker paru pada perempuan.

ABSTRACT
Lung cancer is the second leading cause of cancer specific death among women in Indonesia and the incidence increases continuously from year to year. The main cause of lung cancer is smoking, but it is unlikely occured in women, especially in Asia and Indonesia. Lung cancer is caused by multifactor, and about 10 15 of lung cancer in the world are found in nonsmokers. This study aims to determine the risks factors associated with the occurence of lung cancer in women in Persahabatan Hospital. A case control study was done and involved 46 subjects with lung cancer as well as 62 subjects with no lung cancer at Poli Paru Persahabatan Hospital. The result of bivariate analysis showed that there is a significant association between passive smoker p 0.038, OR 2.613 95 CI 1.038 6.575 and age p 0.002 OR 5.378 95 CI 1.698 17.029 . There are no significant association between active smoking p 0.569 OR 0.889 95 CI 0.236 3.351 , family history of cancer p 0.858 OR 0.917 95 CI 0.354 2.373 , and history of chronic lung disease p 0.231 OR 0.508 95 CI 0.165 1.560 with lung cancer in women. From multivariate analysis, it was found that there was a significant association between passive smoker p 0.047, aOR 2.639, 95 CI 1.012 6.878 and age p 0.005 aOR 5.417 95 CI 1.685 17.412 . From these results it can be concluded that age above 40 years and passive smoker are the factor most associated with the occurrence of lung cancer in women."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Anissa
"Pada penderita kanker paru terjadi inflamasi sistemik dan dapat dilihat dengan peningkatan rasio netrofil limfosit di mana pemeriksaan ini lazim dilakukan di Rumah Sakit. Inflamasi sitemik dapat menyebabkan anoreksia sehingga asupan pada penderita kanker paru menurun dan memengaruhi status gizinya.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan rasio netrofil limfosit pada pasien kanker paru di RSUP Persahabatan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil dari wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan dari rekam medis pasien poliklinik onkologi RSUP Persahabatan (n=52). Pada penelitian ini subjek sebagian besar berjenis laki-laki (61,5%), rentang usia terbanyak antara 50-60 tahun (38,5%), memiliki riwayat merokok (55,8%) dengan indeks Brinkman berat (30,8%). Lebih dari 50% subjek dengan asupan energi dan protein dibawah rekomendasi asupan untuk pasien kanker. Sebagian besar subjek penelitian berisiko malnutrisi atau malnutrisi sedang (38,5%) dan sebanyak 67,3% mengalami malnutrisi. Sebagai kesimpulan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan rasio netrofil limfosit pada penelitian ini (p = 0,35).

Systemic inflammation in patients with lung cancer can be seen by the increase in the neutrophil lymphocyte ratio where these examinations are common in hospitals. Systemic inflammation can cause anorexia, with the result that nutrition intake of patients with lung cancer decreases and affects their nutritional status. This study aims to determine the association between nutritional status and the ratio of lymphocyte neutrophils in patients with lung cancer at Persahabatan Hospital. This is a cross-sectional study. Data were taken from interviews, physical examinations, laboratory analysis, and patients medical records in the oncology clinic of Persahabatan Hospital (n = 52) The subjects of the study were mostly male (61.5%), the largest age range was between 50-60 years (38.5%), had a history of smoking (55.8%) with a severe Brinkman index (30.8%). More than 50% of the subjects with energy and protein intake were below the recommended intake for cancer patients. Most of the study subjects were at risk of malnutrition or moderate malnutrition (38.5%) and 67.3% of them were experiencing malnutrition. In conclusion, there was no relationship between nutritional status with the ratio of neutrophil to lymphocytes in this study (p = 0.35)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Nur Insan Putra Dharmawan
"Latar Belakang: Cytomegalovirus (CMV) adalah virus yang dapat menginfeksi manusia dengan prevalens di populasi yang tinggi. Bukti terbaru menunjukkan bahwa CMV terkait dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara CMV dengan kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK). Data dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai kaitan antara CMV dan kanker paru di masa depan. Metode: Penelitian ini adalah suatu penelitian observasional dengan metode potong lintang untuk mengetahui proporsi DNA cytomegalovirus pada sampel jaringan KPKBSK. Sampel jaringan merupakan sampel formalin-fixed paraffin-embedded (FFPE) yang diambil disimpan di RSUP Persahabatan pada 2017-2023. Deteksi DNA CMV dilakukan menggunakan polymerase chain reaction (PCR) dan elektroforesis. Data penyerta diambil dari rekam medis. Hasil: Sebanyak 87 sampel jaringan dari 87 subjek penelitian yang berbeda diikutkan dalam penelitian ini. Sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki perokok, memiliki indeks Brinkman berat dengan rerata usia 59,1 tahun. Proporsi DNA CMV yang terdeteksi pada sampel FFPE adalah 21%. Proporsi DNA CMV lebih tinggi pada sampel jaringan dengan mutasi EGFR positif meskipun tidak bermakna secara statistik (OR 2,63 (IK 95% 0,45 – 15,16)). Proporsi DNA CMV tidak berhubungan dengan status merokok, indeks Brinkman, metode pengambilan sampel jaringan, dan jenis KPKBSK. Proporsi DNA CMV lebih tinggi pada sampel jaringan dengan tanggal pengambilan yang lebih baru. Kesimpulan: Asam deoksiribonukleat CMV dapat ditemukan pada sampel FFPE KPKBSK dengan proporsi 21%. Proporsi DNA CMV lebih tinggi pada KPKBSK dengan mutasi EGFR.

Background: Cytomegalovirus (CMV) is a virus with high seroprevalence in general population. Recent evidence shows that CMV is linked to various types of cancer, including lung cancer. This study aims to determine the relationship between CMV and non-small cell lung carcinoma (NSCLC). We hoped that the data from this study will be useful for further research in elucidating the link between CMV and lung cancer. Method: This research is an observational study using a cross-sectional method to determine the proportion of CMV DNA in NSCLC tissue samples. Tissue samples are formalin-fixed paraffin-embedded (FFPE) samples taken and stored at Persahabatan Hospital on 2017-2023. The detection of CMV was carried out using polymerase chain reaction (PCR) and electrophoresis. Accompanying data was taken from medical records. Results: A total of 87 tissue samples from 87 different research subjects were included in this study. Most of the research subjects were male smokers, had a heavy Brinkman index with an average age of 59.1 years. The proportion of CMV DNA detected in FFPE samples was 21%. The proportion of CMV DNA was higher in tissue samples with positive EGFR mutations although not statistically significant (OR 2.63 (95% CI 0.45 – 15.16)). The proportion of CMV DNA was not related to smoking status, Brinkman index, tissue sampling method, and NSCLC subtype. The proportion of CMV DNA was higher in tissue samples with more recent collection dates. Conclusion:Cytomegalovirus DNA were detected in NSCLC FFPE samples with a proportion of 21%. The proportion of CMV DNA was higher in NSCLC with EGFR mutations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Raharja Santosa
"[ABSTRAK
Praktik Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Kekhususan Respirasi di RSUP Persahabatan Jakarta bertujuan untuk mengaplikasikan peranners spesialis da1am mengelola pasien dengan gangguan sistem respirasi melalui pendekatan Model Adaptasi Roy (MAR). Seorang ners spesialis memiliki target memberikan asuhan keperawatan sebanyak 30 pasien sebagai resume dan 1 pasien sebagai laporan kelolaan utama pada pasien kanker paro. Peran ners spesialis juga menerapkan tindakan keperawatan berbasis bukti ilmiah (evidence based musing practice) dengan memberikan latihan progressive muscle relaclation (PMR) dalam mengontrol breathlessness pada pasien kanker peru, Selain itu ners spesialis sebagai pembaharu melakukan inovasi Water Seal Drainoge (WSD) Pionir 1 botol, etas dasar aspek estetika, quality and safety guna meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit. Hasil praktik menunjukkan bahwa MAR. Efektif digunakan pada pasien dengan gangguan sistem respirasi dan PMR memiliki kecenderungan mengon1ro1 breathlessness pada pasien kanker pam dan kegiatan inovasi mendapat respon positif dari pibak rumah sakit untuk menjadi agenda penelitian bersama.

ABSTRACT
Surgical Nursing Residency Practice in Respiratory Speciality aims to apply of nurse specialist in caring and supervising respiratory disorders patients through Roy Adaptation Model (RAM) approach at Persahabatan Hospital Jakarta. A nurse specialist has a target to give nursing care to thirty patients as resume and one lung cancer case as primary patient. The other role of nurse specialist is implementing evidence based nursing practice by providing Progressive Muscle Relactation (PMR) exercise in terms of controlling breathlessness especially to lung cancer patient. Furthermore, the other role of nurse specialist is to be an innovator and a change agent on Water Seal Drainage (WSD) Pioneer program based on aesthetic, quality, and safety aspect in order to improve nursing and hospital services. The result shows that RAM is effective to respiratory disorders patients and PMR tends to control breathlessness of lung cancerpatients. Conclusion, this innovative activity gels a positive response from the hospital to be a joint researchagenda., Surgical Nursing Residency Practice in Respiratory Speciality aims to apply of nurse specialist in caring and supervising respiratory disorders patients through Roy Adaptation Model (RAM) approach at Persahabatan Hospital Jakarta. A nurse specialist has a target to give nursing care to thirty patients as resume and one lung cancer case as primary patient. The other role of nurse specialist is implementing evidence based nursing practice by providing Progressive Muscle Relactation (PMR) exercise in terms of controlling breathlessness especially to lung cancer patient. Furthermore, the other role of nurse specialist is to be an innovator and a change agent on Water Seal Drainage (WSD) Pioneer program based on aesthetic, quality, and safety aspect in order to improve nursing and hospital services. The result shows that RAM is effective to respiratory disorders patients and PMR tends to control breathlessness of lung cancerpatients. Conclusion, this innovative activity gels a positive response from the hospital to be a joint researchagenda.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Diah P S
"ABSTRAK
Latar Belakang : Paduan kemoterapi berbasis platinum dengan generasi ketiga khususnya karboplatin-vinorelbin sudah sering digunakan sebagai kemoterapi paliatif pada pasien KPKBSK stage lanjut di Indonesia khususnya Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Persahabatan namun sampai saat ini belum terdapat data mengenai efikasi dan toksisiti paduan kemoterapi ini di RSUP Persahabatan.Metode : Desain penelitian ini adalah survey observasional retrospektif pada pasien KPKBSK stage lanjut IIIB dan IV yang menjalani kemoterapi lini I di RSUP Persahabatan dengan paduan kemoterapi karboplatin-vinorelbin sejak 1 Januari 2015 sampai 30 Maret 2017.Hasil : Total subjek dalam penelitian ini adalah 38 pasien yang mendapatkan paduan kemoterapi Karboplatin AUC-5 pada hari ke-1 dan vinorelbin 30 mg/m2 pada hari ke1 dan ke-8. Paduan kemoterapi karboplatin-vinorelbin mempunyai efikasi yang baik dengan Objective overall response rate ORR 12,5 dan clinical benefit rate CBR 87,5 . Overall survival OS pada penelitian ini adalah 34,2 dengan masa tengah tahan hidup 387 hari 12,9 bulan dan progression free survival 323 hari 10,7 bulan. Toksisiti hematologi dan nonhematologi yang paling sering terjadi adalah anemia derajat 1 38,4 dan keluhan mual, muntah derajat 2 57,9 . Pada penelitian ini terdapat 2 kasus perdarahan saluran cerna derajat 2 namun pasien masih dapat melanjutkan kemoterapi. Kami juga mendapatkan komplikasi tindakan kemoterapi berupa phlebitis ringan pada 24 pasien 65,7 dan phlebitis sedang pada 1pasien 2,6 .Kesimpulan: Paduan karboplatin-vinorelbin sebagai kemoterapi lini I memiliki efikasi yang baik serta efek toksisiti yang masih dapat ditoleransi sehingga aman diberikan pada pasien KPKBSK stage lanjut. Kata kunci: efikasi, toksisiti, hematologi, nonhematologi, objective overall response rate, clinical benefit rate, overall survival, MTTH, TTP, PFS
ABSTRAK
Background Combination of platinum base and third generation drugs Carboplatin and vinorelbine chemotherapy are frequently used as paliative chemotherapy for Non small cell lung cancer NSCLC patients in Indonesia especially in Persahabatan Hospital. But there are still no data about the activity and tolerability of this regiment in Persahabatan Hospital. This study is conducted to evaluate the efficacy and toxicity of this regiment as first line chemotherapy for advanced NSCLC patients in Persahabatan Hospital.Method This study is an observational survey retrospective study for advanced NSCLC patientswho receive carboplatin vinorelbine regiment as fisrt line chemotherapy since 1st January 2015 to 30th March 2017.Result We observea total of 38 patients who receive carboplatin 5 AUC on day 1 and vinorelbine 30mg m2 on day 1 and 8. This regiment has a good efficacy with overall response rate ORR 12,5 and clinical benefit rate CBR 87,5 . The overall survival OS is 34,2 with median of survival time 387 days 12,9 moths and PFS 323 days 10,7 moths . We found grade 1 anemia 38,4 and grade 2 nausea vomiting 57,9 as hematological and non hematological toxicity that frequently occur in this study. We found 2 cases of grade 2 gastrointestinal bleeding but the patients are still able to continue the chemotherapy after doing some correction for the haemoglobin Hb . We also found mild phlebitis in 24 patients 65,7 and 1 moderate phlebitis in 1 patient 2,6 as procedural complication of this chemotherapyConclusion Combination ofcarboplatin and vinorelbine as first line chemotherapy has a good efficacy and tolerability for advanced NSCLC patients. Key word efficacy, toxicity, haematological, non hematological, overall objective response rate ORR , clinical benefit rate CBR , overall survival OS , median time of survival, time to progression TTP and progression free survival PFS ."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Anwar
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyebab kematian pada kanker paru seringkali tidak tergambarkan dengan jelas. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran penyebab kematian pada kanker paru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di RS Persahabatan dan untuk mengetahui kesesuaian antara penyebab kematian yang terdapat dalam lembar kematian dengan penyebab kematian sesuai dengan audit kematian. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RS Persahabatan dengan subjek penelitian adalah semua pasien kanker paru yang mengalami kematian pada Januari 2010 – Desember 2011. Penyebab kematian langsung dan tidak langsung pada pasien kanker paru dicatat dari rekam medis kemudian dilakukan audit kematian dan dinilai kesesuaian dengan penyebab kematian langsung dan tidak langsung yang tertulis di rekam medis dengan audit kematian. Hasil: Total data kematian dari 96 rekam medis. Penyebab kematian langsung berdasarkan rekam medis adalah efusi pleura masif 19 kematian (19,8%) sedangkan penyebab kematian tidak langsung menurut rekam medis adalah sepsis s 44 kematian (45,8%) Sementara itu, penyebab kematian langsung berdasarkan audit kematian terbanyak adalah efusi pleura masif 48 kematian (50%), penyebab kematian tidak langsung menurut audit kematian adalah sepsis 16 kematian (16,7%). Lembar kematian yang sesuai dengan rekam medis adalah 43 kasus (44,8%) dan yang tidak sesuai 53 kasus (55,2%) sedangkan SOP yang dijalankan adalah 37 kasus (38,5%) dan SOP yang tidak dijalankan 59 kasus (61,5%). Alasan mengapa SOP tidak dijalankan adalah karena keadaan umum pasien yaitu 12 kasus (20,3%) sedangkan karena biaya dan administrasi 47 kasus (79,6%). Dari hasil uji statistik yang menilai hubungan antara SOP yang dijalankan dengan faktor pembiayaan ternyata tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,48). Diskusi : Audit kematian memang bukan standar baku emas penentuan penyebab kematian melainkan dengan autopsi klinis. Dalam konteks sosial dan budaya di Indonesia, autopsi klinis tidak mudah dilakukan sebagai penentu penyebab kematian. Dalam penelitian ini audit kematian mempunyai peran jaminan dan kendali mutu layanan kesehatan. Ketidaksesuaian penyebab kematian antara rekam medis dan kematian, serta seberapa banyak SOP yang dijalankan dan mengapa SOP tidak dijalankan dapat diungkapkan. Walaupun dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor pembiayaan dengan SOP yang dijalankan atau tidak..

ABSTRACT
Introduction: The causes of death for patients with lung cancer were inadequately described. This study objectives were to describe the causes of death in lung cancer and contributing factors in Persahabatan Hospital and to describe discrepancies between the causes of death from medical records and death audit. Method: A cross sectional study was held in PersahabatanHospital involving lung cancer patients who were died between January 2010 to December 2011. The immediate and indirect causes of death from medical records were assessed and compared with death audit. The discrepancies between were analysed. Result: A total of 96 cases were found from medical record, massive pleural effusion was found as the immediate causes in 19 cases (19.8%), while sepsis was found as the indirect causes 44 cases (45.8%). From the death audit, massive pleural effusion was found as immediate causes in 48 cases (50%), while sepsis was found asthe indirect causes 16 cases (16.7%). The discrepancies between both were found in 53 cases (55.2%). SOP was executed in 37 cases (38.5%) and unexecuted in 59 cases (61.5%). The reason of unexecuted SOP due to cost was found in 47 cases (79.6%). There is no significant correlation between the executed SOP with cost was found in factors (p=0.48). Discussion : The death audit is not the gold standard method in determining the causes of death but the clinical autopsy. This study reveals that death audit have roles inhealth care quality control and assurance. The causes of death discrepancies, the unexecueted SOP, and why SOP could not be executed could be revealed from this study."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurman Ariefiansyah
"Latar belakang: Pneumonia terjadi pada sekitar 50-70% pasien kanker paru. Kerentanan pneumonia terjadi akibat gangguan sistem imun dan arsitektur paru yang terjadi karena mekanisme kanker maupun terapi kanker paru. Perubahan imunitas menyeluruh, kaheksia, terapi, perubahan arsitektur paru merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan inflamasi hingga penurunan imunitas yang dapat menimbulkan kejadian pneumonia pada kanker paru. Pasien kanker paru dengan pneumonia memiliki kesintasan satu tahun yang lebih buruk dan mortalitas satu tahun yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pneumonia. Metode: Sampel penelitian merupakan pasien kanker paru tegak jenis yang datag ke IGD RSUP Persahabatan. Jumlah sampel sebanyak 77 pasien diambil secara consecutive sampling periode Januari-Februari 2024. Setiap sampel dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisis untuk mendapatkan data klinis, pemeriksaan laboratorium darah, foto toraks dan pemeriksaan biakan sputum. Pasien dilakukan pengamatan selama perawatan untuk melihat luaran pasien saat keluar rumah sakit. Hasil: Sebanyak 81,1% sampel mengalami pneumonia. Luaran meninggal sebanyak 24,7% dan 30,2% sampel yang mengalami pneumonia memiliki luaran meninggal. Faktor risiko seperti Riwayat merokok, jenis kanker paru, lokasi kanker paru, jumlah leukosit, jumlah neutrofil, RNL dan PCT menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna terhadap kejadian pneumonia (p>0,05). Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumanii dan Escerichia coli merupakan jenis kuman terbanyak hasil biakan sputum. Kesimpulan: Lebih dari setengah jumlah pasien kanker paru yang masuk ke IGD RSUP Persahabatan mengalami infeksi pneumonia. Tidak terdapat hubungan bermakna faktor risiko terhadap kejadian kanker paru. Klebsiella pneumoniae merupakan jenis mikroorganisme terbanyak penyebab pneumonia berdasarkan hasil biakan sputum pasien kanker paru.

Background: Pneumonia occurs in around 50-70% of lung cancer patients. Pneumonia susceptibility occurs due to disorders of the immune system and lung architecture that occur due to cancer mechanisms and lung cancer therapy. Changes in overall immunity, cachexia, therapy, and changes in lung architecture are factors that can cause inflammation and decreased immunity which can lead to pneumonia in lung cancer. Lung cancer patients with pneumonia had worse one-year survival and higher one-year mortality than those without pneumonia. Method: The research sample was lung cancer patients who were confirmed pathologically and came to the emergency room at Persahabatan Hospital. The total number of samples was 77 patients taken by consecutive sampling for the period January-February 2024. Anamnesis and physical examination were carried out for each sample to obtain clinical data, blood laboratory examination, chest x-ray and sputum culture examination. Patients are monitored during treatment to see the patient's outcome when they leave the hospital. Results: As many as 81.1% of the sample experienced pneumonia. The outcome of death was 24.7% and 30.2% of samples who experienced pneumonia had a death outcome. Risk factors such as smoking history, type of lung cancer, location of lung cancer, leukocyte count, neutrophil count, RNL and PCT showed no significant relationship to the incidence of pneumonia (p>0.05). Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, and Escherichia coli are the most common types of germs resulting from sputum culture. Conclusion: More than half of lung cancer patients admitted to the emergency room at Persahabatan Hospital have pneumonia infections. There was no significant relationship between risk factors and the incidence of lung cancer. Klebsiella pneumoniae is the most common type of microorganism resulting from sputum culture of pneumonia patients with lung cancer"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Fairuz
"ABSTRAK
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling membunuh di dunia, dengan 1,8 juta kasus dan 1,59 juta kematian pada tahun 2012. Proporsinya pun lebih banyak pada laki-laki. Walaupun rokok adalah faktor penyebab utama kanker paru, sekitar 25 kasus kanker paru di dunia tidak disebabkan oleh perilaku merokok. Di Asia Tenggara sendiri, diperkirakan sekitar 50 kejadian kanker paru terjadi pada bukan perokok. Penelitian ini berusaha mencari tahu faktor-faktor risiko kanker paru pada laki-laki bukan perokok. Studi kasus-kontrol dilakukan dengan melibatkan 45 subjek: 27 subjek kelompok kasus dan 18 subjek kelompok kontrol. Hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan antara environmental tobacco smoke ETS OR=6,914; CI 1,78-26,853 dan riwayat kanker pada keluarga OR=8,5;CI 0,971 ndash; 74,424 dengan kejadian kanker paru pada laki-laki bukan perokok. Analisis multivariate menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan risiko kanker paru baik faktor ETS maupun riwayat kanker pada keluarga, dengan ETS menjadi faktor yang paling berpengaruh dimana individu yang terekspos pada ETS memiliki kemungkinan 8,479 kali lebih besar berisiko kanker paru dibandingkan yang tidak.

ABSTRACT
Lung cancer is one of world rsquo s deadliest cancer, with 1,8 million new cases and 1,59 million deaths caused by lung cancer in 2012. Lung cancer is also known to be more prevalent in males than in females. Although active smoking is already known to have causative relationship with lung cancer, about 25 of lung cancer cases worldwide are not associated with active smoking. In Southeast Asia, approximately 50 of lung cancer cases are thought to have nothing to do with active smoking. This study was aimed to find the risk factors of lung cancer in male never smokers. This study is a case control study with 45 subjects in total 27 with lung cancer and 18 with no lung cancer. Results from bivariate analysis showed that environmental tobacco smoke ETS OR 6,914 CI 1,78 26,853 and family history of cancer OR 8,5 CI 0,971 ndash 74,424 were associated with increased risk in lung cancer in male never smokers. Multivariate analysis showed both ETS and family history of lung cancer were associated with risk of lung cancer in male never smokers, with ETS being the most associated factor having individuals with expousure to ETS to have 8,479 more likely odds of developing lung cancer."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>