Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Anatasia
"Artikel ini membahas isu patologi sosial dan kekerasan seksual sebagai representasi praktik BDSM di film Fifty Shades of Grey 2015 dan Venus in Fur 2013 . Dengan analisis tekstual, artikel ini fokus menganalisis masalah seksualitas dan hubungan kekuasaan melalui karakter utama perempuan dari kedua film. Konsep yang digunakan adalah understanding via pathologizing oleh Weiss 2006 dan male gaze oleh Mulvey 1975 .
Hasil analisis menunjukan kedua film memperkuat representasi dominan dari film-film BDSM sebelumnya ketika sifat patologis dan kekerasan seksual diromantisasikan, perizinan untuk melakukan praktik BDSM tidak diberikan secara sadar, hubungan kekuasaan bekerja dengan berbeda di dalam dan luar peran seksual, dan karakter wanita digambarkan secara sensual.

Mainstream media representation of BDSM is complex and often problematic, which needs to be continuously scientifically investigated. This article explores the themes of pathology and abuse in two films Fifty Shades of Grey 2015 and Venus in Fur 2013 . By doing a comparative textual analysis, the analysis discusses female sexualities and power relation between leading female characters, Anastasia Steele in Fifty Shades of Grey 2015 and Vanda von Dunayev in Venus in Fur 2013. Weiss 2006 understanding via pathologizing and Mulvey rsquo s 1975 male gaze are the concepts used to understand how pathology is associated with BDSM practice and why females are depicted as sexual objects in these films.
Research findings reveal that both films strengthen mainstream representation of BDSM where pathology and abuse are romanticized, the understanding of consent is problematic, power relation operates differently inside and outside the characters rsquo sexual role play and female characters are sexualized."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pakasi, Diana Teresa
"Teks dan pembaca: Konstruksi tubuh, hasrat, dan relasi seksual perempuan dalam fitur majalah Popular.
145 halaman (termasuk daftar pustaka) + lampiran + halaman pengesahan + kata pengantar + abstract + abstrak + daftar isi + daftar tabel + daftar grafik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi seksualitas perempuan dalam fitur majalah Popular dan pemaknaan pembaca terhadap seksualitas perempuan yang terepresentasi dalarn fitur tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika dan studi etnografis. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada pembaca majalah Popular adalah Focus Grow.) Discussion dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks merepresentasi seksualitas perempuan sebagai objek yaitu objek fantasi seks dan objek pengaturan tubuh perempuan yang ditujukan untuk kepuasan laki-laki. Meskipun demikiarr, filur yang berformat wawancara memungkinkan suara perempuan hadir dan meresistensi objektifikasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaca umumnya terhegemoni ideologi objektifikasi tubuh perempuan. Pembaca yang bernegosiasi terhadap objektifikasi tubuh perempuan tersebut dipengaruhi oleh latar belakangnya yang memiliki istri yang mampu berperan sebagai subjek dalam relasi seks.

Text and readers: The contraction of women's body, desire, and sexual relationship in the features of Popular magazine.
145 pages (including bibliography) + appendices + approval page + foreword + abstract (English and Indonesia) + table of contents + lists of tables + lists of graphics.
The objectives of this research are to show (a) the representation of 'women sexuality in the features of Popular magazine and (b) the readers' meaning toward the representation. This research used qualitative approach that combined semiotics and ethnography, Focus group discussion and in-depth interview were carried out to collect data from the readers. Research findings showed that text represents women sexuality as an object: as sexual fantasy object and object of regulation in order to gain men's sexual pleasure. However, the interview format features presented the women voices and the voices resisted the objectification. Research findings showed that ideology of objectification of women's body dominated readers. Reader who is negotiated with the objectification of women body is influenced by their spouse who can play the role of subject in sexual relationship.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Nurazizah
"Tiap masyarakat tentunya berbeda-beda dalam mengonstruksi seksualitas mereka dan hal tersebut tercermin pada norma-norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Saya berusaha menjelaskan hubungan antara konstruksi masyarakat Mekarwaru tentang seksualitas perempuan dalam titik ini pengawasan dan pengaturan seksualitas kepada perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi, metode life-history, observasi partisipan, dan wawancara mendalam dengan melibatkan tidak hanya para perempuan sebagai subjek yang diawasi dan diatur, tapi juga orang tua, aparat desa, remaja Karang Taruna, serta masyarakat sekitar yang saya kategorikan menjadi gossipers sebagai bentuk triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian saya, ada dua hal yang menjadi alat untuk mengontrol seksualitas perempuan Mekarwaru, yakni pertalian rasa malu (kinship of shame) dan gosip. Rasa malu nyatanya tak dapat muncul begitu saja, tetapi diaktifkan menggunakan gosip. Tulisan ini juga ingin menunjukan bahwa aliran kekuasaan tidak melulu secara top-down ataupun bottom-up, tapi juga horizontal. Hal ini tercermin dari pelaksanaan apel malam serta bekerjanya pertalian rasa malu [kinship of shame] dan gosip sebagai praktik village biopower untuk mewujudkan performative regulation.

Each community constructs their ows sexuality, which could be reflected in their social norms that they carries and applies. Through this writing, I explained the connections between the social construction in the village of Mekarwaru regarding their women’s sexuality with the surveillance and sexuality regulation for women. I use ethnographic approach, life-history methods paired with participant observation and in-depth interview to not only the women as the subject that are being watched and regulated, but also their parents, village apparatus, Remaja Karang Taruna, and the community members that I categorizes as ‘the gossiper’ as a form of triangulation. My research shows that there’s two things that plays the role as a ‘tool’ to control Mekarwaru’s women’s sexuality, that are kinship of shame and gossip. The shame aspect could not stand by itself without the active role of gossip. Through this writing, I would also like to show that power flow is not as stagnant as ‘top-down’ or ‘down-top’, but could also be horizontal, which proven through the ’apel malam’ activity, and the work of kinship of shame with gossip as a practice of village biopower to manifest the performative regulation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiha Nefissa Kinandera
"This study investigates how construction of female sexuality is represented in the game VA11 Hall-A: Cyberpunk Bartender Action. Research on female sexuality and objectification in video games thus far has focused predominantly on visual aspects, which creates a research gap in language-based representations. Visual novel-type games are also seldom discussed using Critical Discourse Analysis (CDA) despite its predominantly text-based gameplay. The present study employs qualitative research methods, aided with Fairclough (2001)’s three-dimensional model of CDA and Nussbaum (1995)’s objectification theory. The study examines four thematically relevant dialogues from the game, predominantly from the perspective of female characters, with one dialogue including the perspective of a male character. The result of the analysis shows that the construction of sexuality in the game depicts emphasis on the female body in relation to physical attractiveness, as well as fragmenting body parts for the enjoyment of other characters in the game. Although the findings also show attempts to challenge patriarchal norms and stigma against women expressing their sexuality, further examination on the linguistic features in the game’s dialogues finds depictions that contradict this effort. The findings are interpreted as the game maker’s attempt to show charming and attractive characters to the players. The study believes that sexualised representation of female characters in the game is likely shaped by the dominant discourse on sexuality, and in turn, ultimately contributes to the perpetuation of this cultural phenomenon. This highlights the importance of scrutinising the representation of female sexuality, given the growing popularity of video games and ideological influence of pop culture in society.

Penelitian ini menyelidiki bagaimana konstruksi seksualitas perempuan direpresentasikan dalam game VA11 Hall-A: Cyberpunk Bartender Action (Valhalla). Penelitian-penelitian sejauh ini tentang seksualitas dan objektifikasi perempuan dalam video game baru berfokus pada aspek visual. Maka dari itu, terdapat kesenjangan penelitian dalam representasi berbasis bahasa untuk topik tersebut. Game berjenis visual novel juga jarang dibahas dengan menggunakan Critical Discourse Analysis (CDA) meskipun jenis game ini didominasi gameplay berbasis teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan model three-dimensional CDA oleh Fairclough (2001) dan teori objektifikasi Nussbaum (1995). Studi ini mengkaji empat dialog yang relevan secara tematis dari game tersebut, sebagian besar dari perspektif karakter perempuan, dengan satu dialog termasuk perspektif karakter laki-laki. Hasil analisis menunjukkan bahwa konstruksi seksualitas dalam game tersebut menggambarkan penekanan pada tubuh dan daya tarik fisik perempuan, serta fragmentasi bagian tubuh untuk kesenangan karakter lain dalam game tersebut. Valhalla menunjukkan upaya untuk menantang norma patriarki dan stigma terhadap perempuan dalam mengekspresikan seksualitasnya. Namun, penelitian lebih lanjut terhadap fitur linguistik dalam dialog game tersebut menemukan gambaran yang bertentangan. Temuan ini dimaknai sebagai upaya dari produser game untuk menampilkan karakter perempuan yang menarik kepada pemain game. Studi ini meyakini bahwa representasi seksualitas karakter perempuan dalam Valhalla dibentuk oleh pandangan normatif tentang seksualitas. Hal ini berkontribusi dalam melanggengkan representasi karakter perempuan yang konsisten dengan objektifikasi seksual. Penelitian ini menunjukkan pentingnya mengkaji kembali representasi seksualitas perempuan, terutama karena semakin populernya video game dan pengaruh ideologi yang terkandung dalam budaya populer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raina Nadila
"Female Genital Mutilation atau yang dikenal dengan sunat perempuan, merupakan praktik yang masih kental dilakukan. Tujuan makalah non seminar ini untuk memahami motif di balik praktik sunat perempuan. Penulisan menggunakan studi literatur sebagai sumber kajian. Hasil dari pengamatan ini adalah adanya nilai bahwa hak kebertubuhan perempuan untuk mencapai kepuasan seksual harus dibatasi. Hal ini lahir akibat konstruksi sosial patriarki yang mengharuskan perempuan tidak permisif dan lsquo;suci rsquo;. Secara medis, praktik sunat perempuan tidak membawa kemaslahatan apapun, bahkan cenderung lebih membahayakan nyawa perempuan. Kendati demikian, praktik ini masih dilakukan dikarenakan pemaknaan sunat perempuan bagi kehidupan sosial dipengaruhi oleh tradisi turun-menurun dan agama.

Female Genital Mutilation or known as female circumcision, is a practice that is still thick. The purpose of this non-seminar paper is to understand the motives behind the practice of female circumcision. Writing using literature study as a source of study. The result of this observation is the value that the right of women to reach sexual satisfaction must be limited. This is born due to patriarchal social construction which requires women not to be permissive and 39;holy 39;. Medically, the practice of female circumcision does not bring any benefit, even more likely to endanger the lives of women. Nevertheless, this practice is still done because the meaning of female circumcision for social life is influenced by the tradition of descent and religion. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Ovalina Wisman
"Latar Belakang: Infertilitas merupakan salah satu permasalahan pasangan suami istri yang cukup sering ditemui dengan prevalensi berkisar pada 13-15%. Permasalahan infertilitas apabila tidak segera ditangani, dapat berakibat pada berbagai permasalahan seperti ekonomi, psikologis, maupun masalah medis. Diantara faktor penyebab infertilitas, 40% diantaranya berasal dari wanita dengan faktor terbanyak berupa faktor tuba. Sampai saat ini, jenis pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengevaluasi tuba adalah histerosalpingografi (HSG) karena cara pengerjaan mudah, harganya yang lebih terjangkau dan masih dapat memberikan angka sensitivitas yang cukup baik. Meskipun demikian, pemeriksaan dengan HSG ini memiliki banyak kekurangan yakni metode yang invasif, menimbulkan rasa kurang nyaman, beresiko infeksi atau alergi, serta akurasi yang lebih rendah dibanding baku emas pemeriksaan faktor tuba yaitu laparoskopi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penilaian akurasi pemeriksaan HSG dalam menilai faktor tuba jika dibandingkan dengan baku emasnya yakni laparoskopi yang data menilai faktor tuba dan temuan patologi organik lainnya pada perempuan infertil.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Ciptomangunkusumo (RSCM) dan rumah sakit YPK Menteng Jakarta dengan sampel berupa 93 wanita infertil yang diduga memiliki faktor tuba serta menjalani pemeriksaan HSG dan laparoskopi selama Juli 2014 sampai dengan Juni 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan melihat data rekam medis dari pasien yang telah menyetujui menjadi subjek penelitian yang dilakukan pemeriksaan oleh peneliti. Penilaian akurasi HSG dalam menilai faktor tuba dilakukan dengan melihat nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, serta nilai prediksi negatif dari HSG jika dibandingkan dengan baku emasnya yakni laparoskopi, dan data dianalisis dengan analisis bivariat (crosstab) untuk menentukan signifikasi.
Hasil: Dari hasil analisis statistik didapatkan skor kappa adalah 0,484 (0,306-0,662, Cl 95%), yang berarti konsistensi hasil dari dua alat pemeriksaan dalam perhitungan moderat. Evaluasi patensi tuba menggunakan HSG dan laparaskopi memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, serta nilai prediksi negatif HSG secara berturut-turut 72,92%, 75,56%, 76,09%, dan 72,34%. Dengan nilai akurasi menggunakan HSG untuk mengevaluasi patensi tuba adalah 74,19% (64,08%-82,71%, CL 95%).
Diskusi: Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan HSG memiliki tingkat akurasi yang baik, dan HSG dapat masih digunakan sebagai pilihan pertama untuk mengevaluasi patensi tuba dan pasien infertil. PDari hasil penelitian ini penggunaan HSG tidak disarankan pada pasien usia 31-40 tahun menginat hasil statistik yang kurang mendukung.

Introduction: Infertility is of reproductive problems which is quite often encountered with a prevalence at 13-15%. Infertility which is not handled immediately can lead to various problems such as economic, psychological, or medical problems. Among the factors causing infertility, 40% of it came with the most factor of tubal factor. Until now, the type of examination used to diagnose tubal patency is hysterosalfingography (HSG) due to its affordable price. However, HSG examination has several shorthage such as invasive, painful sensation, risk of allergy, and low sensitivity compared to laparoscopy as the gold standard examination for tubal patency. Therefore, in this study the accuracy assessment carried out the ability of HSG information in view of tubal factors and other organic pathology findings in infertile women when compared with the gold standard is laparoscopy.
Methods: This study was a cross-sectional study obtained from Departement of Obatetrics and Gynecology of Ciptomangunkusumo (RSCM) and YPK Menteng Hospital with sample of 93 infertile women with tubal factors and underwent HSG and laparoscopic examination during the period July 2014 through June 2015. Taking the sample is done by looking at medical record data patients who have agreed to bet he subject of research conducted by the investigator. Assessment and measurement of HSG in tubal factor was performed by looking at sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of HSG when compared with laparoscopy as the gold standard. In addition, bivariate trials were conducted using chi-square to see whether or not any signifficant difference between examination of tubal patency using HSG and laparoscopy, and data were analyzed by variate analysis (crosstab) to determine the significance.
Results: From the statistical analysis, the kappa score wa 0,484 (0,306-0,662, CL 95%), which means consistensy of result from two checking devices in moderate calculations. Evaluation of tubal patency, calculation of sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of HSG 72,92%, 75,56%, 76,09%, and 72,34%. respectively. With accuracy values using HSG to evaluate tubal patency was 74,19% (64,08%-82,71%, CL 95%).
Discussion: This research shows that the sensitivity, specificity, and positive values of HSG are low while negative score is high enough. This shows that the data of HSG in the number of tubal factors in this study is still relatively low compared with the standard standard of laparoscopy. A further search with a larger sample quantity to do can be more accurate predictive value from HSG."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Marsya Agustina
"
ABSTRACT
In this world, it is a common thing that there are some people who are more powerful than others. This paper focuses more on how power relation is seen in daily conversation and how it affects Grices Maxims rules. The corpus of this paper is Fifty Shades of Grey. This paper is made by analyzing dialogues between two main characters of the novel. Previous researches have debated whether Grices Maxims theory is functional in daily conversation or not. How- ever, the result of this paper shows that people who are more powerful have bigger tendencies to break Grices Maxims . By writing this paper, the writer expects that people have larger in- sights of how Grices Maxims can contribute in daily conversation since it can help people to choose the person who is more powerful than the other person.
"
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti Handayani
"Penelitian ini membahas subjektivitas perempuan dalam film karya Justin Chadwick yang berjudul The Other Boleyn Girl. Pencermatan terhadap tokoh perempuan dalam film terkait subjektivitasnya dilakukan dengan menggunakan teori dari Simone de Beauvoir yang dikaitkan dengan konsep perkawinan. Teori film Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie tentang penokohan dalam film juga digunakan untuk melihat subjektivitas tokoh utama dalam film. Hal pertama yang dilakukan untuk dapat melihat subjektivitas tokoh utama perempuan, adalah dengan mencermati penokohan tokoh-tokoh perempuan dalam film, kemudian melihat perbedaan konsep perkawinan antara dua tokoh utama dalam film. Penggambaran mengenai konsep perkawinan dua tokoh perempuan tersebut memberikan informasi bahwa kedua tokoh tersebut memiliki perbedaan dalam memandang perkawinan yang menyebabkan juga perbedaan kedua tokoh tersebut dalam memaknai diri sendiri.

This research is aimed to analyze female subjectivity in Justin Chadwick rsquo s The Other Boleyn Girl. The theory by Simone de Beauvoir is used to analyze the female main character and the subjectivity portrayed on her. The characterization in the fiction films by Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie is also used to analyze the characters and to see female subjectivity portrayed on the main character. The difference of marriage concept between two major characters in the film is elaborated to see the subjectivity. As the result of this research, the researcher found that there are some differences of marriage concepts between the two major characters that cause different way in understanding themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T51185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agustina Laras Chintiya Devi
"Film Fatima (2015) karya Philippe Faucon menceritakan perjuangan seorang imigran asal Aljazair dalam menghadapi benturan budaya di Prancis. Benturan budaya tersebut disebabkan tradisi dan kebudayaan asal Aljazair yang terus diterapkan dalam kehidupan baru di Prancis. Adanya benturan antara budaya Aljazair dan budaya Prancis yang dihadapi oleh imigran dalam film Fatima ini menjadi latar belakang penelitian ini. Masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk benturan budaya serta cara negosiasi yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film ini. Melalui metode kualitatif, penelitian ini akan menggunakan kajian sinema dan kajian struktural untuk menganalisis struktur naratif dan sinematografis film. Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori identitas dari Stuart Hall untuk menemukan masalah benturan dan negosiasi budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh Fatima masih memegang erat tradisi dan budaya yang dimiliki di daerah asalnya yang jelas menyebabkan adanya benturan budaya. Benturan budaya terjadi di dalam lingkup keluarga dan dapat dikategorikan menjadi 6 aspek, yaitu nilai dan norma, bahasa, agama dan kepercayaan, tradisi dan adat, gaya berpakaian, dan makanan. Negosiasi budaya ditemukan pada aspek, bahasa, gaya berpakaian, dan makanan, sedangkan yang tidak dapat dinegosiasikan yaitu agama dan kepercayaannya.

Film Fatima (2015) karya Philippe Faucon menceritakan perjuangan seorang imigran asal Aljazair dalam menghadapi benturan budaya di Prancis. Benturan budaya tersebut disebabkan tradisi dan kebudayaan asal Aljazair yang terus diterapkan dalam kehidupan baru di Prancis. Adanya benturan antara budaya Aljazair dan budaya Prancis yang dihadapi oleh imigran dalam film Fatima ini menjadi latar belakang penelitian ini. Masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk benturan budaya serta cara negosiasi yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film ini. Melalui metode kualitatif, penelitian ini akan menggunakan kajian sinema dan kajian struktural untuk menganalisis struktur naratif dan sinematografis film. Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori identitas dari Stuart Hall untuk menemukan masalah benturan dan negosiasi budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh Fatima masih memegang erat tradisi dan budaya yang dimiliki di daerah asalnya yang jelas menyebabkan adanya benturan budaya. Benturan budaya terjadi di dalam lingkup keluarga dan dapat dikategorikan menjadi 6 aspek, yaitu nilai dan norma, bahasa, agama dan kepercayaan, tradisi dan adat, gaya berpakaian, dan makanan. Negosiasi budaya ditemukan pada aspek, bahasa, gaya berpakaian, dan makanan, sedangkan yang tidak dapat dinegosiasikan yaitu agama dan kepercayaannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin Anggitasari
"Film merupakan salah satu bentuk karya sastra yang efektif menyampaikan ideologi atau suatu pemikiran kepada masyarakat luas. Film Ode to My Father yang diproduksi pada tahun 2014 merupakan salah satu film Korea Selatan yang tidak hanya menampilkan kembali peristiwa sejarah dengan rentang waktu masa perang Korea hingga Korea modern tetapi juga mengandung representasi jangnam atau anak laki-laki pertama dalam keluarga Korea di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna representasi atas nilai-nilai jangnam dalam film Ode to My Father dan untuk mengetahui makna konotasi, denotasi, serta mitos atas nilai-nilai jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father antara lain mendampingi orang tua dalam mengasuh adik-adik, menjadi pengganti ayah sebagai kepala keluarga, sikap siap bekerja keras untuk kepentingan keluarga, sikap teguh hati dan berkepribadian tangguh, sikap rela berkorban untuk kepentingan keluarga, dan bertanggung jawab untuk memimpin ritual tradisi dalam lingkup keluarga.

Film is a type of literary work that can effectively spread an idea or an ideology to a larger audience. One South Korean movie from 2014, Ode to My Father, not only depicts historical occurrences from the Korean War to contemporary Korea, but also features a representation of jangnam, or the first son in a Korean family. Roland Barthes' semiotic theory approach is used with a qualitative descriptive analytic method in this study.
The goals of this study are to understand the significance of how Jangnam values are represented in the movie Ode to My Father and to understand the connotation, denotation, and mythical interpretations of Jangnam values displayed in the movie.
The results of this study indicate that the representation of jangnam shown in the film Ode to My Father includes accompanying parents in raising younger siblings, being a substitute for the father as the head of the family, being ready to work hard for the benefit of the family, having a firm heart and having a tough personality, being willing to sacrifice for the benefit of the family, and is responsible for leading traditional rituals within the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>