Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gede Nyoman Ardi Supartha
"Setiap individu tidak terkecuali ODHA memiliki kebutuhan dasar yang salah satunya adalah kebutuhan fisiologis seksual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman ODHA dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan respon pasangan mereka terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi deskriptif dengan wawancara mendalam terhadap empat belas orang yang terdiagnosa HIV/AIDS di Yayasan Spirit Paramacitta, Denpasar. Melalui analisis tematik dengan prosedur Colaizzi ditemukan lima tema yang menggambarkan pengalaman seksual ODHA. Tema-tema tersebut yaitu lain 1 Pemenuhan kebutuhan seksual ODHA, 2 Peran pasangan dalam kehidupan ODHA, 3 Berbagai rangsangan yang dipersepsikan dapat meningkatkan keinginan seksual, 4 Faktor-faktor yang dipersepsikan dapat menurunkan kemampuan dan kualitas seksual, 5 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas seksual. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi perawat untuk menyusun program penyuluhan terkait hubungan seksual dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kepuasan seksual pada ODHA. Selanjutnya direkomendasikan bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan kurikulum mata ajar keperawatan medikal bedah terkait konseling hubungan seksual pada ODHA.

Every single person including people living with HIV AIDS PLWHA has basic needs that one of them is sexual physiological needs. The purpose of this study is to explore PLWHA rsquo s experience in fulfilling their sexual needs and partner rsquo s respond toward this fulfillment. The method of this study is qualitative descriptive phenomenology, which colleting data through depth interviews from fourteen PLWHA in Paramacitta Spirit Foundation, Denpasar. Through thematic analysis procedures, we found five themes that describe sexual experiences of PLWHA. These themes namely 1 Sexual fulfillment of PLWHA, 2 Partner rsquo s role in PLWHA rsquo s life, 3 Various stimuli that are perceived can increase sexual desire, 4 Factors that are perceived can decrease ability and sexual satisfaction, 5 Efforts that are perceived can improve ability and sexual satisfaction. As a conclusion, nurses have to prepare programs regarding sexual education and intervention to improve the ability and sexual satisfaction of people living with HIV. Further recommendation for educational need is to develop a curriculum for teaching medical surgical nursing related sexual needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurpagi
"Latar Belakang: Jumlah kasus HIV yang dilaporkan hingga Juni 2019 terdapat 349.882 kasus, sedangkan untuk laporan kasus AIDS sebesar 116.977 kasus. Stigma dan diskriminasi menjadi penghambat ODHA dalam mencari pengobatan khususnya di kalangan dokter gigi. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui berbagai hambatan yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut.
Tujuan: Untuk mengetahui hambatan yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang pada 106 ODHA di sekitar Depok yang menggunakan kuesioner yang sudah diadaptasi lintas budaya dan diuji validitas dan reliabilitasnya
Hasil Penelitian: Didapatkan jumlah responden laki-laki sebesar 61% dengan kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) sebesar 40%. Hambatan internal ODHA mendapatkan perawatan gigi dan mulut ialah ketakutan yang dipikirkan oleh dokter gigi tentang status HIV mereka sebesar 80,7% dan hambatan eksternal ODHA yang belum ataupun sudah terdiagnosis HIV yaitu, hambatan biaya sebesar 44,9% dan 40,8%.
Kesimpulan: Pada penelitian ini kelompok usia didominasi dewasa awal (25-36 tahun), tingkat pendidikan SMA, pendapatan kurang Rp3.800.000,00, faktor penularan HIV melalui hubungan seks bebas. Hambatan internal ODHA dalam mendapatkan perawatan gigi dan mulut ialah ketakutan yang dipikirkan oleh dokter gigi tentang status HIV mereka dan hambatan eksternalnya yaitu, hambatan biaya.

Background: The number of HIV cases reported up to June 2019 there were 349,882 cases, while for AIDS case reports were 116,977 cases. Stigma and discrimination become obstacles to PLWHA in seeking treatment, especially among dentists. Thus, researchers want to know the various obstacles experienced by people with HIV/AIDS (PLWHA) to get dental and oral care.
Objective: To determine the barriers experienced PLWHA to get dental care.
Method: A cross-sectional descriptive study of 106 PLWHA around Depok using a questionnaire that was adapted across cultures and tested for validity and reliability.
Results: The number of male respondents was 61% with an early adult age group (26-35 years) of 40%. Internal barriers to PLWHA getting dental and oral care are the fear that dentists think about their HIV status by 80.7% and external barriers to PLWHA who have not yet been diagnosed with HIV, namely, cost constraints of 44.9% and 40.8%.
Coclusion: In this study the age group is dominated by early adulthood (25-36 years), high school education level, income less than IDR 3,800,000.00, HIV transmission factors through free sex. Internal barriers to PLWHA in obtaining dental and oral care are the fears that dentists think about their HIV status and their external barriers namely cost constraints."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Puspo Rani
"Skripsi ini membahas diskriminasi petugas layanan kesehatan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Studi ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif terhadap tiga orang ODHA yakni Wina, Zacky dan Sisil. Skripsi ini menggunakan teori stigma Goffman yang terdiri dari tiga jenis stigma yaitu kecacatan tubuh, perusakan karakter dan tribal stigma. Kemudian juga menggunakan tiga jenis hubungan individu yaitu orang yang distigmatisasi, orang normal, dan orang yang dilabel sebagai pendukung. Skripsi ini mencari jawaban mengapa masih adanya diskriminasi petugas layanan kesehatan. Temuan penelitian ini terdiri dari tiga yakni (1) stigma sebagai penyebab masih adanya diskriminasi yang dilakukan oleh petugas layanan kesehatan, (2) adanya perbedaan persepsi diskriminasi antara petugas layanan kesehatan dan ODHA, (3) dan perlunya hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan ODHA agar keberlangsungan perawatan ODHA semakin baik.

This thesis discusses about public health workers? discrimination against people living with HIV/AIDS. This thesis is case studies based on qualitative approach of three PLWH which are Wina, Zacky and Sisil. This thesis uses Goffman?s theory on three types of stigma which are abominations of the body, blemishes of individual character and tribal stigma. Three types of individual relationship between the stigmatized/own, the normal and the wise is also used. This thesis seeks out an answer of why there is still public health workers? discrimination against PLWH/A. The result of this study is covered in answers stigma as the cause of as to why there is still public health workers? discrimination, (2) different perceptions about discrimination among public health workers? and PLWH/A, (3) and there is a need of good communication between public health worker?s and PLWH/A which can guarantee the healthcare of PLWH to be continuously better."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Agustin
"Pengetahuan komprehensif HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang dijabarkan melalui 5 komponen pengetahuan, yaitu ; HIV/AIDS dapat dicegah dengan berhubungan seksial dengan suami/istri saja (tidak berhubungan seks dengan banyak pasangan), HIV/AIDS dapat dicegah dengan menggunakan kondom, HIV/AIDS tidak dapat menular lewat penggunaan alat makan/minum bersama penderita, HIV/AIDS tidak dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk/serangga, tidak dapat mengenali ODHA hanya dengan melihat tampilan fisik saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja di Indonesia. Disain penelitian adalah crosssectional, dengan menggunakan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2015. Jumlah responden adalah sebanyak 5250 orang. Hasil uji regresi logistik ganda pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa proporsi remaja dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS adalah sebanyak 18,7% dengan 5,6% remaja dengan perilaku pernah berhubungan seksual pra nikah, serta terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja, dengan nilai p=0,041 setelah dikontrol jenis kelamin, pendidikan ayah, dan intervensi sekolah.

A comprehensive knowledge of HIV / AIDS is a knowledge of transmission and prevention of HIV / AIDS, which is translated into 5 components of knowledge, namely; HIV / AIDS can be prevented by having sex with husband / wife only (no sex with multiple partners), HIV / AIDS can be prevented by using condoms, HIV / AIDS can not be transmitted through the use of cutlery with the patient, HIV / AIDS is not Can be transmitted through mosquito bites / insects, can not recognize people living with HIV just by looking at the physical appearance only. This study was conducted to determine the relationship between comprehensive knowledge about HIV / AIDS with pre-marital sexual behavior in adolescents in Indonesia. The study design was cross-sectional, using the Biological Integrated Surveys and Behavior data of 2015. The number of respondents was 5250 people. The results of multiple logistic regression tests in this study showed that the proportion of adolescents with comprehensive knowledge about HIV / AIDS was 18.7% with 5.6% of adolescents with pre-marital sexual behavior, and there was a significant relationship between comprehensive knowledge about HIV / AIDS with pre-marital sexual behavior in adolescents, with p = 0.041 after controling by sex, father education, and school intervention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Zafira
"Untuk menanggulangi masalah penyakit HIV & AIDS, upaya yang sering dilakukan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pemerintah, institusi kesehatan, maupun masyarakat kurang memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan dari HIV & AIDS. Salah satunya adalah stigma terhadap ODHA. Ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan masyarakatmengenai HIV & AIDS.
Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana hubungan antara pengetahuan mengenai HIV & AIDS dengan tingkat stigma terhadap ODHA. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik survey 80 orang ibu di Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat stigma terhadap ODHA yang tinggi, cenderung memiliki pengetahuan yang rendah mengenai HIV & AIDS. Stigma terhadap ODHA terangkum dalam empat dimensi stigma yang terukur secara empiris.

Coping with HIV & AIDS disease, people often use some promotive, preventive, curative, and rehabilitative approaches. Goverment, health institutions, and society usually ignore about social effects of HIV & AIDS. One major problem is PLWHA stigma. In many cases, people usually lack of proper knowledge about HIV & AIDS.
This study describes the relationship between HIV & AIDS knowledge and PLWHA stigma. Using quantitative approach, this study conduct a survey of 80 woman in East Jakarta.
The result found that woman with higher PLWHA stigma tends to have a lower knowledge of HIV & AIDS. The emerging of PLWHA stigma is constructed by a well measured four stigma domain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edianto
"Perilaku seksual beresiko pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki dengan HIV/AIDS ODHA LSL sangat penting diperhatikan, mengingat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang penularannya mudah terjadi pada orang dengan perilaku yang tidak sehat. Tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel sebanyak 180 responden menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 51,7 memiliki tingkat religi yang baik, 52,8 mendapatkan penerimaan keluarga yang baik, 56,1 mendapatkan dukungan kelompok sebaya yang baik dan 56,7 memiliki perilaku seksual beresiko yang tinggi. Pada uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko p=0,002, p=0,000 dan p=0,000; =0,05 . Analisis dengan regresi logistik didapatkan bahwa penerimaan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko dengan nilai OR=5,337.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi keperawatan yang melibatkan anggota keluarga untuk selalu menerima kondisi pasien ODHA LSL agar mencegah perilaku seksual beresiko.

Sexual behavior risk in MSM LWHA is very important to be noticed, given that HIV AIDS is an infectious disease that is easily transmitted to people with unhealthy behavior. Religious level, family acceptance and peer support are the factors that influence sexual behavior risk. The purpose of this study was to determine the relationship of religious level, family acceptance and peer group support with sexual behavior risk in MSM LWHA. This study uses crossectional design with 180 respondents using purposive sampling technique.
The results showed that most respondents 51.7 had a good religious level, 52.8 received good family acceptance, 56.1 received good peer group support and 56.7 had high risk sexual behavior . The chi square test showed significant correlation between religious level, family acceptance and peer group support with risky sexual behavior p 0,002, p 0,000 and p 0,000 0,05 . Analysis with logistic regression was found that family acceptance was the most dominant factor related to risky sexual behavior with OR 5,337.
The recommendation of this study is the need for nursing interventions involving family members to always accept the condition of MSM patients in order to prevent sexual behavior risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rostini
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kota Bandung melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan data primer di empat puskesmas (Salam, Kopo, Pasundan, dan Ibrahim Adji/Kiaracondong) di Kota Bandung pada bulan Oktober - Nopember 2010.
Hasil penelitian didapatkan 59.6% petugas puskesmas bersikap positif terhadap ODHA. Faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap ODHA adalah pengalaman menolong ODHA dengan nilai p=0.016 (OR: 4.827, 95%CI: 1.343-17.349). Artinya, petugas puskesmas yang pernah menolong ODHA akan memberi sikap positif terhadap ODHA sebesar 4.8 kali lebih tinggi dibandingkan petugas puskesmas yang belum pernah menolong ODHA setelah dikontrol variabel dukungan rekan kerja. Hasil penelitian kualitatif ditemukan informasi tentang sikap negatif petugas Puskesmas terhadap ODHA dan mutasi petugas Puskesmas yang mengganggu kelancaran pelayanan kesehatan HIV-AIDS di Puskesmas.

The study was designed to explore the relationship of the factors of health center providers attitude toward People Living with HIV-AIDS (PLWH) in HIV-AIDS Care, through quantitative and qualitative approach using primary data in four health centers (Ibrahim Adjie/Kiaracondong, Kopo, Pasundan, and Salam) in Bandung in October - November 2010.
The result showed 59.6% health center providers had positive attitude toward PLWH. Only one factor was significant related to attitude of health center providers toward PLWH with p=0.16 (OR: 4.827, 95% CI: 1.343-17.349). Meaning, there was 4.8 chance for health center providers who had helped PLWH having positive attitude toward PLWH compared with those who never helped PLWH. The qualitative study found negative attitude of health centre providers toward PLWH and mutation of health centre providers was the problem in HIV-AIDS care at health centers in Bandung.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21797
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahajeng Dewantari
"Ketaatan minum obat dalam penanganan HIV/AIDS dengan pengobatan ARV merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Di Indonesia belum ada data yang menyebutkan angka pasti ketaatan minum obat ARV pada ODHA. Ketaatan minum obat ARV dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor psikologis (stigma diri dan fungsi kognitif) dan non psikologis yang terdiri dari faktor demografi (umur, waktu tempuh tempat tinggal ke rumah sakit, akses berobat, tingkat pendidikan, pekerjaan, tinggal sendiri atau bersama orang lain, pembiayaan berobat, penggunaan NAPZA) dan faktor obat dan penyakit (kompleksitas regimen obat, adanya infeksi oportunistik, sumber transmisi HIV).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ketaatan minum obat ARV pada ODHA yang berobat di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 67,7%, stigma diri memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV, sedangkan faktor non psikologis yang diteliti dan fungsi kognitif tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketaatan minum obat ARV.

Adherence to ARV is an important factor in determining the success of HIV/AIDS treatment. There has been no data about adherence to ARV in plwh in indonesia. Adherence to ARV is influenced by psychological factors (self-stigma and cognitive function) and non-psychological factors consisting of demographic (age, travel time between living place and hospital, access to treatment, level of education, occupation, living alone or with others, treatment payment, illicit drugs use), disease and treatment factor (treatment regimen complexity, opportunistic infections, source of HIV transmission).
The result of this study showed that prevalence of adherence to ARV in plwh coming to HIV integrated service unit Cipto Mangunkusumo hospital is 67,7%, that self-stigma had significant relation with adherence to ARV, while psychological factors and cognitive function had no significant relation with adherence to ARV.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Moulina
"Hubungan seksual anal dikalangan lelaki seks lelaki (LSL) dilakukan untuk memperoleh kepuasan seksual. Setiap peran dalam hubungan seksual anal (top, bottom, versatile) memberikan pengalaman kepuasan seksual berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan preferensi peran seksual dengan kepuasan seksual pada ODHA LSL. Desain studi penelitian menggunakan cross sectional, dilakukan di Female Plus Kota Bandung dengan teknik consecutive sampling sebanyak 107 responden. Instrumen penelitian menggunakan The New Sexual Satisfaction Scale dan kuesioner preferensi peran seksual. Analisis data yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan (p value 0.491) antara preferensi peran seksual dengan kepuasan seksual. Kepuasan seksual tinggi terlihat pada penelitian ini, hal tersebut dapat menjadikan motif lelaki seks lelaki dalam melakukan hubungan seksual anal. Diperlukan edukasi mengenai dampak negatif hubungan seksual anal pada lelaki seks lelaki.

Anal intercourse among men who have sex with men (MSM) has been done to get sexual satisfaction. Every role in anal intercourse (like top, bottom, and versatile) are giving different sexual satisfaction. This research aims to identify the relationship between sexual role preference and sexual satisfaction among MSM with HIV/AIDS. The design of this research is using cross sectional and has been done at Bandung Female Plus with consecutive sampling technique of 107 respondents. This research is using The New Sexual Satisfaction Scale and sexual role preference questionnaire. Data analysis that has been used is univariate and bivariate with chi square test. The result of this research shows that there is no relationship (p value .491) between sexual role preference with sexual satisfaction. High sexual satisfaction has shown on this research, and it can make MSM motive to do anal intercourse. So that education needs to be done about negative impact of anal intercourse to MSM group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Cahyadi Nurdin
"Stigma merupakan salah satu masalah psikososial pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang menimbulkan dampak negatif karena dapat menghalangi ODHA untuk mencari pertolongan konseling, mendapatkan pelayanan medis dan psikososial, serta mengambil langkah preventif untuk mencegah penularan ke orang lain. Stigma yang diinternalisasi (perceived stigma) juga berhubungan dengan depresi, menurunnya kualitas hidup, serta buruknya adherens terapi pada ODHA.
Berger HIV Stigma Scale merupakan intrumen yang digunakan untuk mengukur perceived stigma pada ODHA. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan) instrumen Berger HIV Stigma Scale versi Bahasa Indonesia serta penyusunan versi singkat instrumen tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen Berger HIV Stigma Scale sahih dan handal dalam menilai perceived stigma pada populasi ODHA di Indonesia. Versi singkat instrumen juga memiliki kehandalan yang baik dan skornya berkorelasi kuat dengan versi lengkap instrumen.

Stigma is one of the psychosocial problems in people living with HIV/AIDS (PLWHA) which generates negative impacts because it prevents them from seeking counseling, getting medical and psychosocial service, and taking steps to prevent transmission to others. Internalized stigma (perceived stigma) is also associated with depression, decreased quality of life, and poor adherence to therapy in PLWHA.
Berger HIV Stigma Scale is an instrument for measure perceived stigma in PLWHA. In this study, we perform validity and reliability testing of Indonesian version of Berger HIV and abridge this instrument.
The results of this study indicate that Berger HIV Stigma Scale valid and reliable in measuring perceived stigma in PLWHA population in Indonesia. Abridged version of that instrument also has good reliability and its scores strongly correlated with the full version of the instrument.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T59118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>