Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Dina Andriani
"Ketepatan identifikasi pasien termasuk dalam sasaran keselamatan pasien dan menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua perawat termasuk perawat baru. Di sisi lain perawat baru menghadapi masa transisi selama satu tahun pertama masa kerjanya sebagai proses adaptasi. Kegiatan mentoring selama masa orientasi dapat membantu perawat baru untuk melewati masa transisi dengan baik dan dapat mencapai target kompetensinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan mentoring pada kompetensi perawat baru dalam ketepatan identifikasi pasien di rumah sakit. Metode penelitian ini menggunakan metode Quasi-experiment dengan pretest-posttest nonequivalent control group. Sampel mentor yang mengikuti penelitian ini sebanyak 6 orang. Sampel perawat baru yang diteliti sebanyak 20 orang pada kelompok intervensi dan 20 orang pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan intervensi berupa kegiatan mentoring dan pada kelompok kontrol tetap melakukan aktivitas tanpa kegiatan mentoring. Pengambilan data dilakukan sebelum dilakukan intervensi dan sesudah intervensi, menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap, dan lembar observasi keterampilan perawat. Nilai rerata kompetensi mentor pascapelatihan mentor adalah 93,74 5,59 baik.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna pelaksanaan kegiatan mentoring pada perubahan kompetensi perawat baru tentang ketepatan identifikasi pasien p=0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan mentoring yang dilaksanakan pada masa orientasi perawat baru dapat membantu perawat baru mencapai kompetensinya di masa transisi. Peneliti merekomendasikan agar kegiatan mentoring dijadikan program rutin pendampingan bagi perawat baru selama masa transisi 1 tahun pertama. Program mentoring dapat juga dilaksanakan untuk membantu perawat memasuki jenjang karir perawat klinis.

The accuracy of the identification of the patients is a part of patient safety goals and one of nurse competency that all nurse should have including new nurses. On the other hand new nurses facing a transition period during the first year of his tenure as the adaptation process. In order for new nurses could pass the transition period well and could hit the target competence, there was a mentoring activity from senior nurses mentor during the orientation phase.
The purpose of this study was to determine the effect of mentoring activity on the accuracy of patient identification competency by the new nurse in hospitals. This research was a Quasi experimental with pretest posttest nonequivalent control group design. The sample of mentor were six people. The samples of new nurse were 20 people in the intervention group and 20 people in the control group. Mentoring activity was held in intervention group and there was no treatment on control group. Data of new nurses competency were collected before and after intervention, using questionnaires of knowledge and attitude, and also using an observation sheet of nursing skill . The mean score of mentor's competency after training were 93,74 5,59.
The result showed there was a significant effect of mentoring activity toward new nurse's competence on the accuracy of patients identification p 0.001. This result indicated that mentoring activities undertaken in the orientation phase could help new nurses to achieve the competency in the transition period. Researcher recommends to use mentoring program for new nurses routinely assistance during the transition period 1st year . It also can be used to assist nurses entering the nurse's clinical career ladder.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T46890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Kurnia PS
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan sering timbulnya masalah dalam pelayanan pasien di instalasi Gawat Darurat di BRSUD "45" Kabupaten Kuningan, dimana proses pelayanan pasien dirasakan terlalu lama dan sering berputar-putar. Untuk memahami seluruh kegiatan pelayanan ini maka adanya alur proses pelayanan pasien merupakan hal yang mendasar karena didalamnya terdapat beberapa alur proses pelayanan lainnya yang terlibat sehingga merupakan satu kesatuan pelayanan kepada pasiennya.
Adapun tujuan dilakukan penelitian adalah keinginan peneliti untuk mengetahui tentang alur proses pelayanan pasien di IGD BRSUD "45" Kabupaten Kuningan, faktor-faktor yang berkaitan dengan alur proses pelayanan tadi serta lama waktu proses pelayanan pasien sehingga peneliti mendapatkan titik-titik kritis (Critical Paths) Bau suatu alur proses pelayanan IGD.
Dengan menggunakan metode simulasi peneliti analisa titik-titik kritis ini guna mengembangkan suatu alur proses pelayanan pasien yang Baru dan disesuaikan dengan alur proses yang telah berlangsung.
Penelitian merupakan suatu penelitian kualitatif, data-data diperoleh melalui wawancara mendalam dan beberapa data sekunder. Sedangkan data mengenai lamanya waktu pelayanan didapat dengan cara pencatatan jumlah waktu pelayanan pasien yang akan dirawat inap dari IGD BRSUD "45" Kabupaten Kuningan pada setiap titik pelayanan melalui observasi.
Hasil dari penelitian alur proses pelayanan pasien umum di IGD BRSUD "45" Kabupaten Kuningan ini terdapat beberapa pelayanan yang mengalami putaran-putaran (loops) sehingga dapat memperpanjang proses pelayanan. Alur proses pelayanan pasien dari IGD dapat dipersingkat melalui metode simulasi waktu pelayanan dengan pengurangan titik pelayanan yang ada, pada akhirnya proses pelayanan dari sebuah alur dapat diperpendek. Dari hasil simulasi inilah peneliti analisa dengan beberapa informasi yang didapat melalui wawancara mendalam untuk dapat menggambarkan kembali alur proses pelayanan yang ada sehingga diharapkan alur proses pelayanan pasien yang Baru dapat direkomendasikan menjadi sebuah alur proses pelayanan pasien di IGD BRSUD"45" Kabupaten Kuningan yang selama ini belum ada.
Daftar bacaan : 23 (1987 - 2002)

The Analysis of the Path Development of the Patient Treatment Process at the Emergency Room in BRSUD'45 (Kuningan General Hospital ) in Kuningan RegencyThis research was done due to some problems often happened in treating patient at the emergency room in BRSUD'45 (Kuningan General Hospital ) in Kuningan Regency. The process of treating patient took long time and too bureaucracy. In frying to understand the whole treatment, the researcher suggests that the existence of the path of the patient treatment process is very urgent This happens because the process involves some other integrated treatment process so that it seems to an integrated unit of treatment to the patient.
The objective of this research was to investigate the path of the patient treatment process at the emergency room in BRSUD'45 (Kuningan General Hospital) in Kuningan Regency, which included the factors related to the path itself and the time needed to treat the patient, so that the researcher was able to find out the critical points of the path of the patient treatment process at the emergency room. In carrying out the research, the researcher applied simulation method to analyze the critical points in order to find out new path of the patient treatment process at the emergency room in tune with the existing path.
This is a qualitative research, the data were obtained by interviews and secondary data. The data of the duration needed by the patient was obtained by writing the time spent by the patient in the emergency room by observing each critical path.
The result of this research was that the path of the patient treatment process at the emergency room in BRSUD'45 (Kuningan General Hospital) In Kuningan Regency was not established and there were some loops in its implementation, so that it lengthened the process itself. Actually, the duration needed can be shortened through simulation method by eliminating critical paths which makes the path of patient treatment shorter. Based on the result of the simulation, the researcher analyzed some information?s gained through interviews to redescribe the existing path of the patient treatment process at the emergency room so that the new path can be recommended to be the path of the patient treatment process at the emergency room in BRSUD'45 (Kuningan General Hospital) in Kuningan Regency.
Reference : 23 (1987-2002).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ainy Sidik
"Di Indonesia pemasaran pelayanan rumah sakit dimulai ketika terjadi keterbatasan anggaran terutama bagi rumah sakit pemerintah dan pertumbuhan yang pesat dari rumah sakit swasta sepuluh tahun yang lalu. Pada saat ini pemasaran rumah sakit berkembang dengan pesat seiring dengan pertumbuhan rumah sakit yang kompetitif. Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan dalam pemasaran rumah sakit adalah pemasaran hendaknya tidak dilepaskan dari tujuan pembangunan kesehatan yakni antara lain : meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan agar derajat kesehatan penduduk menjadi lebih baik dan pemasaran tidak boleh 1epas dari dasar - dasar etik kedokteran dan etika rumah sakit Untuk itu rumah sakit perlu menyusun strategi pemasaran yang terdiri dari (1) pasar sasaran, (2) bauran pemasaran dan (3) tingkat pembiayaan pemasaran.
Rumah Sakit Pelni Petamburan adalah RSU milik PT Pelni merupakan rumah sakit yang sangat tua dan dikenal oleh masyarakat dengan kemampuan pelayanan setara dengan RSU kelas B yang terletak di wilayah Jakarta Barat. Disamping itu merupakan rumah sakit yang unik karena sejak berdirinya ditujukan untuk melayani pegawai KPM (Konirrjiijke Packkervaart Matschappj), jadi bukan berdasarkan untuk melayani masyarakat yang berada di lokasi geografiknya.
Kegiatan pemasaran produk unggulan rawat inap dengan sasaran primer segmen perusahaan dan dibukanya segmen partikulir diharapkan dapat meningkatkan jumlah pasien masuk rawat inap di RS Pelni Petamburan, namun dalam kenyataannya mengalami penurunan selama periode 1995 hingga 2002.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan wilayah cakupan dan faktor faktor pelayanan meliputi jenis nasabah, jenis pelayanan dan kelas perawatan dengan jumlah pasien masuk rawat inap di RS Pelni Petamburan.
Hasil penelitian adalah :
1. Wilayah cakupan.
- Wilayah cakupan yang potensial bagi RS Pelni Petamburan adalah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Tangerang, Jakarta Timur , Bekasi dan Luar Daerah.
- Hubungan wilayah cakupan dengan jumlah pasien partikulir dan perusahaan masuk rawat inap sangat kuat dan positif
2. Nasabah partikulir dan perusahaan
- Jumlah nasabah perusahaan yang masuk rawat inap di RS Pelni Petamburan lebih kecil dari nasabah partikulir.
- Kecenderungan jumlah pasien partikulir masuk rawat inap tidak teratur dengan pertambahan tahun, sedangkan pasien perusahaan mempunyai kecederungan menurun
3. Jenis Pelayanan Perawatan.
- Pelayanan perawatan umum adalah pelayanan perawatan yang tertinggi dibutuhkan baik oleh pasien partikulir maupun perusahaan. Disusul kemudian kebutuhan pelayanan perawatan kebidanan, anak dan ICU/ICCU. Sedangkan pelayanan perawatan ICU/ICCU adalah yang paling rendah diperlukan bagi kedua jenis nasabah.
- Pasien yang membutuhkan perawatan kebidanan, umum, anak dan ICCU tertinggi berasal dan wilayah cakupan Jakarta Barat.
- Hubungan semua jenis pelayanan perawatan yang dibututhkan pasien partikulir dan perusahaan dengan wilayah cakupan sangat kuat dan positif, terkecuali pelayanan perawatan ICU/ICCU bagi pasien perusahaan tidak ada hubungan dengan wilayah cakupan.
4. Kelas Perawatan
- Pasien partikulir paling banyak memilih kelas III sedangkan pasien perusahaan terbanyak memilih kelas II. Pemilihan kelas SVIP, VIP dan Utama lebih kecil dari pemilihan kelas I, II dan III.
- Jumlah pasien partikulir masuk rawat inap tertinggi dikelas SVIP, VIP, UTAMA, I, dan III berasal dari wilayah cakupan Jakarta Barat, sedangkan yang terendah berasal dari Luar Daerah.
- Jumlah pasien perusahaan masuk rawat inap di kelas SVIP, VIP, UTAMA, I, II, dan III berasal dari wilayah cakupan Jakarta Barat. Sedangkan yang terendah untuk kelas SVIP, II dan III berasal dari wilayah cakupan Depok, kelas VIP dan I dari wilayah cakupan Bogor, dan kelas Utama berasal dari wilayah cakupan Jakarta Utara .
- Pemilihan kelas perawatan dengan wilayah cakupan bagi pasien partikulir dan perusahaan masuk rumah sakit mempunyai hubungan yang kuat dan positif
Daftar Pustaka 17, 1987 - 2003"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Yulita
"Perilaku keselamatan perawat terhadap bahaya agen biologik dapat meningkatkan dari mutu pelayanan. Supervisi klinik model reflektif interaktif dapat meningkatkan perilaku keselamatanperawat terhadap bahaya agen biologik. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengaruh supervisi refelektif interaktif terhadap perilaku keselamatan perawatan pada bahaya agen biologik. Metoda yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group. Sampel penelitian (97 kontrol & 97 intervensi) diambil menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian didapat perbedaan antara kelompok yang diberi pelatihan dan tidak diberi pelatihan dan ditemukan adanya pengaruh supervisi reflektif interaktif terhadap perilaku keselamatan perawat. Kepala ruang perlu diberikan pelatihan supervisi agar dapat melakukan kegiatan supervisi dengan baik untuk peningkatan perilaku keselamatan perawat.

Nurse safety behavior at biologic agent hazard can will affect to quality care. Reflective interactive supervision can improve quality of nursing practice. The research purpose to get descriptions of reflective interactive supervision towards to safety nurse behaviors at biologic agent hazard. Method used experimental pre-post test with control group. Consecutive sampling in data taking for 97 control and 97 intervention sampel.
The result suggest that there are difference between the trained group and the untrained group and there are a influence of reflective interactive supervision towards nurse safety behavior at biologic agent hazard. The head nursing need to be given supervision training in order to be able to supervise well for improving behaviors nurse safety at biologic agent."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Maeril Wisnandari
"Skripsi ini membahas kegiatan monitoring dan evaluasi program Therapeutic Feeding Centre (TFC) pada pasien pasca rawat inap. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kegiatan monitoring dan evaluasi program TFC pada balita pasca rawat inap. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menemukan penyebab orangtua tidak melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pasca rawat secara lengkap pada anaknya disebabkan oleh faktor keluarga, sosial ekonomi, jarak yang jauh dari rumah ke Puskesmas, dan faktor lain. Penelitian ini menunjukkan sebesar 80% program berpotensi mengalami kegagalan karena Puskesmas tidak berhasil mencapai target yang ditetapkan pada kegiatan monitoring dan evaluasi pasca rawat.

This research explained about monitoring and evaluation of Therapeutic Feeding Centre (TFC) program on Post-hospitalization Patients. The purpose of this study was to analyze the activities of monitoring and evaluation of programs on Post-hospitalization Patients. This research is descriptive survey with qualitative approach. The result of the research found cause of the parents does not complete the monitoring and evaluation activities on their post- hospitalization child due to family factors, socio-economic, a long distances from home to health center, and other factors. This research showed that 80% of the program will be failed because the health center could not reach the target in the monitoring and evaluation of post-hospitalization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Siska
"Latar Belakang: Menentukan kemampuan memprediksi sulit visualisasi laring (DVL) dari beberapa prediktor jalan nafas baik tunggal maupun kombinasi: Upper Lip Bite Test (ULBT), Skor Mallampati Modifikasi (MMT) dan Jarak Tiromental (TMD).
Metode: Penelitin ini merupakan penelitian prospektif, sebanyak empat ratus empat puluh satu pasien yang menjalani anestesi umum dievaluasi dengan menggunakan MMT, TMD, ULBT dan titik potong untuk masing-masing prediktor jalan napas adalah skor Mallampati III dan IV; <6.5 cm, 3. Pada saat dilakukan laringoskopi langsung, visualisasi laring dinilai berdasarkan klasifikasi Cormack Lehane (CL). Skor CL derajat III dan IV dianggap sulit visualisasi. Kemudian ditentukan nilai area di bawah kurva (AUC), sensitivitas, spesifisitas untuk setiap prediktor jalan napas, baik tunggal maupun kombinasi. Analisis regresi logistik digunakan untuk menentukan prediktor independen terhadap DVL.
Hasil : Kesulitan untuk memvisualisasikan laring ditemukan pada 35 (7,9%) pasien. Area di bawah kurva (AUC), sensitivitas, spesifisitas untuk tiga prediktor jalan nafas adalah: MMT (0.543; 17,1%, 99.5), ULBT (0.566; 11,4%, 99,7%), TMD (0.833; 71,4%, 97,2%) . TMD dengan titik potong 6,5 cm memiliki akurasi diagnostik (daerah di bawah kurva) dan profil validitas diagnostik (sensitivitas dan spesifisitas) yang lebih besar dibandingkan prediktor tunggal lainnya (P<0.05). Kombinasi prediktor terbaik dalam penelitian kami adalah gabungan MMT, ULBT dan TMD dengan nilai gabungan AUC, sensitivitas, dan spesifisitas berturut-turut 0.889, 98,4%, 65,8%. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa MMT, ULBT dan TMD adalah prediktor independen dari DVL.
Kesimpulan: TMD sebagai prediktor tunggal memiliki akurasi, sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan MMT dan ULBT namun kombinasi prediktor TMD, ULBT dan MMT memiliki akurasi, sensitivitas dan spesifisitas yang paling tinggi sehingga direkomendasikan untuk menentukan sulit visualisasi laring (DVL) pada populasi ras Melayu.

Background: To determine the ability to predict difficult visualization of the larynx (DVL) from the following preoperative airway predictors, in isolation and combination: modified Mallampati test (MMT), thyromental distance (TMD), upper lip bite test (ULBT).
Methods : In a prospective study, four hundred and fourty one consecutive patients undergoing general anesthesia were evaluated using the MMT, TMD, ULBT and the cut-off points for the airway predictors were Mallampati III and IV; < 6.5 cm, 3 respectively. During direct laryngoscopy, the laryngeal view was graded using the Cormack and Lehane (CL) classification. CL grades III and IV were considered difficult visualization. Area under curve (AUC), sensitivity, specificity for each airway predictor in isolation and in combination were determined. Logistic regression analysis was used to determine independent predictors of DVL.
Results : Difficulty to visualize the larynx was found in 35 (7,9%) patients. The area under the curve (AUC), sensitivity, specificity for the three airway predictors were: MMT (0.543; 17,1%; 99.5), ULBT (0.566; 11,4%; 99,7%), TMD (0.833; 71,4%; 97,2%). The TMD with the cut-off point of 6.5 cm had greater diagnostic accuracy (AUC) and showed a greater diagnostic validity profile (sensitivity and specificity) than other single predictors (P < 0.05). The combination providing the best prediction in our study involved the MMT, ULBT and TMD with AUC, sensitivity, and specificity of 0.899, 98,4%; 65,8% respectively. Logistic regression analysis showed that MMT, ULBT and TMD were independent predictors of DVL.
Conclusions : The TMD as a single predictor have accuracy, sensitivity, specificity higher than MMT and ULBT, but combination predictor TMD, ULBT and MMT have the highest accuracy, sensitivity and specificity is so recomended as a predictor of DVL in a Malay race population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraini
"Timbang terima adalah salah satu bentuk komunikasi antar profesi dan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan perawat untuk menyampaikan informasi tentang kondisi pasien. Komunikasi dengan alur Situation, Background, Assessment, Recommendation (SBAR) adalah salah satu metode komunikasi efektif yang jelas, fokus, dan terstruktur.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan dan kemampuan perawat setelah pelatihan, desain penelitian dengan pre-eksperiment dengan pre-post tanpa kelompok kontrol, sampel penelitian seluruh Perawat Primer dan Penanggung Jawab shift (n= 17), analisis data dengan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon.
Ada perbedaan yang bermakna rerata pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan (p value < 0,001), ada perbedaan yang bermakna rerata kemampuan perawat sebelum dan sesudah pelatihan komunikasi SBAR dalam timbang terima pasien antar shift (p value < 0,001). Efektifitas pelaksanaan komunikasi SBAR perlu dukungan dari pihak manajerial dan komitment perawat, dengan adanya pedoman komunikasi efektif dengan metode SBAR, motivasi, mentoring, dan supervisi, serta pengembangan pendidikan yang berkelanjutan.

Handover is a form of communication among the professions as routine activities carried out by the nurses to give information about the patient's condition. Communication with the groove Situation, Background, Assessment, Recommendation (SBAR) is one of the effective clear, focused and structured communication method.
The objective of this research is to identify differences in the knowledge and ability of nurses after training, research design with preexperiment with pre-post without a control group, the study sample whole Nurses Primary and responsible shift (n = 17), data analysis with paired t test and Wilcoxon test.
There is a significant difference in the average nurse's knowledge before and after training (p value <0.001), and there is a significant difference means the ability of nurses before and after training SBAR communication in shifts handover (p value <0.001). Effective implementation of the SBAR communication needs of the managerial support and commitment of nurses, with the guidance effective methods SBAR communication, motivation, mentoring, and supervision, as well as the development of continuing education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T45303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Sumaratih
"Penggunaan propofol semakin populer untuk sedasi selama tindakan endoskopi saluran cerna. Selain dengan bolus berkala, akhir-akhir ini telah tersedia pemberian propofol teknik target-controlled infusion (TCI). Teknik tersebut mungkin lebih menguntungkan karena dosisnya lebih efisien, efek samping yang lebih rendah dan waktu pulih yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keluaran antara pemberian propofol teknik bolus berkala dengan TCI pada tindakan endoskopi saluran cerna. Keluaran yang diteliti adalah dosis total propofol, konsumsi permenit, biaya total, efek samping dan waktu pulih.
METODE: Lima puluh pasien (bolus, n=25, TCI, n=25), ASA I-III, usia 18-65 tahun, IMT 18-30 kg/m2 dirandomisasi untuk mendapatkan sedasi dengan pemberian propofol bolus berkala (IB) atau target-controlled infusion (TCI) setelah dipremedikasi fentanil 1 µg/kgBB. Pasien kelompok bolus mendapatkan dosis propofol awal 1mg/kgBB dan tambahan 0.3 mg/kgBB hingga tercapai nilai IOC 45-60. Pasien kelompok TCI menggunakan aplikasi rumusan Scnider dan mendapatkan dosis konsentrasi effect-site (Ce) 3 µg/ml yang kemudian dinaikkan atau diturunkan 0.5 µg/ml hingga tercapai nilai IOC 45-60. Pemantauan dilakukan pada tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dosis propofol, kedalaman sedasi dan waktu pulih.
HASIL: Durasi tindakan pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.718). Dosis total propofol, konsumsi permenit dan biaya total lebih besar pada kelompok TCI (p=0.010, p= 0.004, p=0.001). Pada kedua kelompok hipotensi, desaturasi dan waktu pulih tidak berbeda bermakna (p=0.248, p=0.609, p=0,33).
SIMPULAN: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian propofol teknik bolus berkala lebih efisien pada dosis total, konsumsi permenit dan biaya total dibandingkan TCI. Angka kejadian hipotensi dan desaturasi serta waktu pulih sebanding pada kedua kelompok.

Propofol has become increasingly popular for sedation during gastrointestinal endoscopic procedure. Beside intermittent bolus, recently targetcontrolled infusion (TCI ) technic has become available for administration of propofol. It has been suggested that these device may offer advantages by efficient doses, lower side effect and faster recovery time. This study aims to compare the outcome of propofol administration technic via intermittent bolus and TCI in gastrointestinal endoscopic procedures. The outcomes investigated were propofol total dose and minute consumption, total cost, side effect and recovery time.
METHODS: Fifty patients (bolus, n= 25, TCI, n=25), ASA physical status I-III, aged 18- 65 years, BMI 18-30 kg/m2 were randomly assigned to receive intermittent bolus administration (IB) or target-controlled infusion (TCI) of propofol sedation after premedication 1 µg/kgBB of fentanyl. Patients in the bolus grup received an initial propofol dose 1 mg/kgBB and additional 0.3 mg/kgBB until IOC value 45-60 is reached. Patients in the TCI group received initial concentration effect-site (Ce) 3 µg/ml using Schnider pharmacokinetic model, and then either increased or decreased 0.5 µg/ml until IOC value 45-60 is reached. Vital signs, oxygen saturation, propofol dose, sedation deepth and the recovery time were evaluated.
RESULTS: Procedure duration time between two groups were not significantly different (p=0.718). Propofol total dose and minute consumption and total cost are higher in TCI group (p=0.010, p= 0.004, p=0.001). Hypotension, desaturation and recovery time were not significantly different (p=0.248, p=0.609, p=0,33) in both groups.
CONCLUSION: Our result suggest that IB technic was more efficient for total dose, minute consumption and total cost than TCI. Hypotension, desaturation and recovery time profiles were comparable between two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sari Kusumawati
"Budaya keselamatan memiliki peran penting dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien. Masih ditemui masalah terkait budaya keselamatan pasien dan sikap pelaporan insiden keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien dapat berhubungan dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien. Penelitian Cross Sectional menggunakan cluster sampling ini dilakukan dengan pengisian kuesioner yang melibatkan 400 perawat di tiga rumah sakit umum daerah di tiga kabupaten Derah Istimewa Yogyakarta.
Hasil didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien p=0,005 . Hasil regresi linear menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi sikap pelaporan secara berurutan yaitu jabatan, budaya keselamatan pasien, level kompetensi, masa kerja, dan usia perawat R2=0,892.
Kesimpulan adalah bahwa budaya keselamatan pasien memiliki peran penting terkait sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien, upaya untuk memperkuat budaya keselamatan pasien dapat memperbaiki sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.
Rekomendasi yang diberikan yaitu perbaikan pengaturan staf di rumah sakit, penyelenggaraan pelatihan atau diskusi rutin sebagai tindak lanjut dari pelaporan insiden, menghilangkan budaya menyalahkan terkait pelaporan insiden, memberikan apresiasi kepada perawat yang bersedia melaporkan insiden, menumbuhkan budaya saling mendukung antar perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.

Safety culture has important role in realizing a safe nursing service for patients. Problems related to patient safety culture and patient safety incident reporting are still encountered. The safety culture of the patient may relate to the nurse 39 s attitude in incident reporting. This study aims to determine the relationship of patient safety culture with the attitude of the nurses in reporting patient 39 s safety incidents. Cross sectional study using cluster sampling was conducted by filling a questionnaire involving 400 nurses at three regional public hospitals in three districts in the province of Yogyakarta special region.
The result shows that there is a significant correlation between patient safety culture and nurse attitude in reporting patient 39 s safety incident p 0,005 . Linier regression result shows consecutively that their position, patient safety culture, level of competence, year of service and age affect their attitude in reporting an accident R2 0,892.
The conclusion is that the patient safety culture has an important role in the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident, efforts to strengthen the patient 39 s safety culture could improve the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident.
Recommendations include improvements in hospital staffing, regular training or regular discussions as a follow up to incident reporting, eliminating a culture of incident reporting error, giving appreciation to nurses willing to report incidents, fostering a mutually supportive culture among nurses in reporting patient safety incidents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Antonius
"Keterbatasan rumah sakit dalam memberikan layanan langsung kepada pasien menjadi tantangan untuk memberikan layanan kesehatan yang memadai, responsif, dan bersifat jarak jauh. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan tingkat kematian terbanyak di dunia yang perlu ditangani secara cepat. Penelitian ini bertujuan merancang proses pemantauan pasien kardiologi secara jarak jauh untuk mempercepat waktu respons rumah sakit kepada pasien dalam keadaan darurat serta waktu proses kontrol dan terapi kardiologi melalui implementasi Internet of Things (IoT). Business Process Reengineering (BPR) dan manajemen sistem informasi (MIS) digunakan untuk memperbaiki dua proses layanan pasien kardiologi yaitu, layanan kontrol dan terapi, serta layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) kardiologi. BPR memodelkan dan menyimulasikan enam skenario perbaikan layanan kontrol dan terapi, serta tiga skenario perbaikan layanan IGD kardiologi. Selanjutnya, perancangan MIS dibuat melalui entity relationship diagram (ERD), relational database, use case diagram, dan data flow diagram. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perbaikan layanan kontrol dan terapi terbaik adalah skenario implementasi penerapan rekam medis elektronik, relational database, perangkat Remote Patient Monitoring (RPM), serta penambahan karyawan rumah sakit dengan peningkatan kapasitas 52,94% dan pemangkasan waktu layanan 21,70%. Skenario perbaikan layanan IGD kardiologi terbaik dicapai dengan memanfaatkan teknologi multiple vital detection, penerapan perangkat RPM, dan relational database dengan pemangkasan waktu respons 11,89%.

The hospital inability to serve the patients directly is a challenge for hospitals to provide adequate, responsive and remote health services. Besides, the long patient waiting time is a critical problem for the hospital services. The deadly cardiovascular disease needs a quick and accurate treatment. This study aims to design the cardiology remote patient monitoring process to reduce the emergency response time and reduce the outpatient process time using the Internet of Things (IoT). The Business Process Reengineering (BPR) and the Management Information Systems (MIS) were used to improve the cardiology Emergency Medical Services (EMS) and the outpatient process. BPR simulated six outpatient improvement scenarios and three cardiology EMS improvement scenarios. MIS was designed using the entity-relationship diagrams (ERD), the relational databases, the use case diagrams, and the data flow diagrams. Simulation results showed that the best outpatient service improvement scenario was the implementation of electronic health records, relational database, Remote Patient Monitoring (RPM) devices, and the addition of medical staffs with 52.94% capacity increase and 21.70% service time reduction. The best cardiology EMS improvement scenario was reached by implementing multiple vital detection, RPM devices, and relational databases with 11.89% response time reduction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>