Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harum Saraswati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline melalui penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak perempuan berusia 13 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola marah yang termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif. Program intervensi yang diterapkan mengacu pada program anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral untuk individu yang memiliki keterbatasan intelektual yang disusun oleh Taylor dan Novaco 2005 . Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi melalui self-report berupa Anger Expression Scale for Children AESC dari Steele, Legerski, Nelson, dan Phipps 2009 ; self-rating berupa anger termometer dari Taylor dan Novaco 2005 ; dan skala inventory berupa Child Behavior Checklist CBCL dari Achenbach 1991.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anger treatment dengan pendekatan cognitive-behavioral dapat mengurangi respon agresif saat marah pada remaja dengan inteligensi borderline. Perubahan itu terlihat dari terjadinya perubahan dalam ekspresi kemarahan yang ditampilkan partisipan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan. Sebelum intervensi diberikan, partisipan mengekspresikan kemarahannya dengan cara-cara yang agresif seperti bereriak, mengucapkan kata-kata kasar anjing , memukul, menendang, melempar, atau merusak barang. Setelah intervensi diberikan, partisipan cenderung lebih dapat menahan kemarahannya dengan tidak menampilkan respon yang agresif. Perilaku berteriak, mengucapkan kata-kata kasar sudah jarang muncul.

The aim of this research is to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence through implementation of anger treatment with a cognitive behavioral approach. The participant of this research is a thirteen year old girl who has difficulty in managing her anger that manifested in aggressive behavior. The program of this research refers to anger treatment with cognitive behavioral approach for people with intellectual disabilities developed by Taylor and Novaco 2005. Measurements were taken before and after intervention program through self report such as Anger Expression Scale for Children AESC from Steele, Legerski, Nelson, and Phipps 2009 self rating such as anger thermometer from Taylor and Novaco 2005 and inventory scale such as Child Behavior Checklist CBCL from Achenbach 1991.
The result of this study indicate that anger treatment with a cognitive behavioral approach is succeed in order to reduce aggressive responses when angry in an adolescence with borderline intelligence. These result are seen from the changes in the expression of anger shown by participant between before and after the intervention is given. Before the intervention, participant express her anger with a various aggressive ways, such as yelling, utter harsh words, hitting, kicking, throwing, or destroying thing. After the intervention, participant tend to be able to control her anger by not displaying aggressive responses. Yelling, utter harsh words are rarely appear.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Rahayu Utami Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengelola marah pada anak usia sekolah yang agresif dengan penerapan anger management dengan pendekatan cognitive behavioral. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki-laki berusia 8 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola marah yang termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif. Program intervensi yang diterapkan mengacu pada program anger management dengan pendekatan cognitive-behavioral yang disusun oleh Novaco (Beck & Fernandez, 1998; Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007; Cavell & Malcolm, 2007) dan dilengkapi dengan materi psikoedukasi orangtua yang disusun berdasarkan materi CDI (child-directed interaction) dan PDI (parent-directed interaction) dalam PCIT (parent-child interaction therapy) oleh McNeil dan Hembree-Kigin (2010). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi melalui wawancara orangtua dan subjek, self rating berupa anger thermometer dan thought thermometer, self monitoring berupa anger log dan diary, dan penggunaan skala perilaku CBCL (child behavioral checklist) yang diisi oleh ibu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anger management dengan pendekatan cognitive behavioral dapat meningkatkan keterampilan mengelola marah, yang dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek pemikiran berupa perubahan pikiran negatif menjadi positif, aspek perasaan berupa tidak mudah terpancing kemarahan atas keinginan yang tidak terpenuhi, dan aspek perilaku berupa menerapkan relaksasi progressive muscle dan komunikasi asertif dalam mengekspresikan kemarahan.

The aim of this research is to improve skill on management of anger in aggressive school-aged child through applying Anger Management based on Cognitive Behavioral approach. The participant of this research is a eight-year-old boy who has difficulty in managing his anger that manifested in aggressive behavior. The program of this research refers to anger management based on cognitive-behavioral approach developed by Novaco (Beck & Fernandez, 1998; Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007; Cavell & Malcolm, 2007) and equipped with a parent psychoeducation based on CDI (child-directed interaction) and PDI (parent-directed interaction) in PCIT (parent-child interaction therapy) by McNeil & Hembree-Kigin (2010). Measurements were taken before and after intervention program through interviews, self rating such as anger thermometer and thought thermometer, self monitoring such as anger log and diary, and behavior scale such as CBCL (child behavioral checklist).
The results of this study indicate that anger management based on cognitive behavioral approach is succeed in order to improve the anger management skill. These results are viewed from various aspects, such as aspects of thought is negative thought change into positive thought, aspects of feeling is not easily upset over unfulfilled desire, and aspects of behavior is applying progressive muscle relaxation and assertive communication in expressing anger.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cantyo Atindriyo Dannisworo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anger management dengan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap individu yang memiliki masalah dalam mengelola emosi marah dalam hubungan pacaran. Hal ini dilakukan karena permasalahan dalam mengelola emosi marah dapat memiliki dampak kesehatan bagi dirinya dan dampak psikologis bagi pasangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental one group, before after (pretest - posttest) design, yaitu dengan memberikan intervensi CBT kepada 4 orang partisipan. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif maupun kualitatif dari hasil pre-test, post-test, dan follow-up.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini berhasil membantu dua dari tiga partisipan untuk mengelola kemarahannya. Secara kuantitatif, intervensi ini membantu menurunkan tendensi partisipan untuk marah, meningkatkan kemampuan partisipan untuk mengontrol marah, dan membantu ketiga partisipan untuk menurunkan tingkat kemarahan yang dirasakannya. Selanjutnya, secara kualitatif intervensi ini membantu dua dari tiga partisipan dalam mengelola kemarahannya dengan lebih baik.

This research was made to understand the effect of Anger Management by using Cognitive Behavioral Therapy (CBT) to an individual that has a problem in regulating their anger in a dating relationship. This is done because the problem in controlling our anger will have a negative impact for their health, as well as psychological effect for couples. This research is a form of quasi-experimental on one group, before after (pretest - posttest) design, which is by giving CBT intervention towards 4 participants. After that, the analysis will be done by comparing quantitative data, as well as qualitative data from the result of the pretest, post-test, and follow-up session.
The result shows that this intervention has successfully helped two out of the 3 participants to control their anger. Quantitatively, this intervention will help to reduce the tendency of their anger, increase the participant?s ability to control anger, and helped the 3 participants to reduce their level of anger that they felt. After that, qualitatively this intervention helped two out of the 3 participants to better control their anger.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pusparini
"ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik
(Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena
berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh
masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat
dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard
dalam Strongman, 2003).
Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial.
Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul
tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger
Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk
keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling.
Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk
melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan
untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi,
Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan
dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu
diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan
sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang
dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya
tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya.
Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani
kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya,
pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah
dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi
tambahan, serta mengajarkan relaksasi.
Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil
evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki
perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun
sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting
atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah."
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiky Nindita
"Tesis ini membahas mengenai efektivitas dari Cognitive Behavior Therapy (CBT) ketika diterapkan untuk menangani masalah pengelolaan rasa marah (anger management) pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian dengan subjek tunggal. Subjek merupakan anak laki-laki berusia 9 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola rasa marah. Sebelum intervensi, subjek mengekspresikan rasa marah dengan sering menampilkan perilaku seperti berteriak, menangis dan berdiam diri di dalam kamar. Tingkat marah subjek juga tergolong sangat tinggi jika diukur menggunakan anger meter, sementara berdasarkan CBCL tampak bahwa ranah aggressive behavior yang berada pada area klinis. Subjek memiliki false belief bahwa lingkungan tidak menyayanginya ketika keinginannya tidak terpenuhi atau ketika ia tidak dilayani kebutuhannya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengelola rasa marah dan perubahan kesalahan berpikir pada anak. Hal tersebut terlihat dari menurunnya tingkat marah saat diukur menggunakan anger meter dan nilai CBCL yang menurun, terutama ranah aggressive behavior yang berada pada area normal.

This study focuses on the effectivity of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in anger management for the child. This study is single-case study. Subject of this study is a nine years old boy who has difficulty in managing anger, often yelling, crying and withdraw to stay in his room. He has 10 level of anger based on anger meter and clinical range for aggressive behavior based on Child Behavior Checklist (CBCL). His false belief is whenever his needs and wishes are not fulfilled or granted then no one cares for him or he is not loved.
The result of this study showed that CBT is effective in managing anger and changing client's cognitive distortion. This showed by the reduction of anger meter level and also the range of aggressive behavior that become normal.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raninta Wulanwidanti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan terapi Resource Development and Installation RDI pada anak usia 10 tahun yang mengalami Intermittent Explosive Disorder IED RDI dilakukan sebanyak 9 sesi dengan tiga teknik yaitu Point of Power Pendulation exercise dan Four Field Teknik Point of Power digunakan untuk membangkitkan sumber daya atau resource positif yang dimiliki anak Kemudian Pendulation exercise digunakan untuk menyeimbangkan antara perasaan ataupun sensasi positif dan negatif yang dirasakan Lalu diakhiri dengan teknik Four Field untuk memvisualisasikan gambar yang masih mengganggu anak Teknik tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan di kemudian hari Tujuan dari penerapan teknik RDI adalah untuk meningkatkan kemampuan R dalam meregulasi emosi dan membangkitkan resource guna membentuk positive cognition yang akan bermanfaat untuk memudarkan negative cognition Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengelola rasa marah Hal itu terlihat dari penurunan skor CBCL skala Agresivitas Anger Expression Scale for Children Selain itu adanya perubahan perilaku anak ke arah yang lebih positif Setelah menjalani program anak menjadi lebih tenang dapat mengendalikan diri dan tidak mudah marah.

This study was conducted to determine the implementation of therapy Resource Development and Installation RDI in 10 year old boy with Intermittent Explosive Disorder IED RDI was done in a total of 9 sessions and performed with three techniques there are Point of Power Pendulation and Four Field Point of Power techiques are used to awaken positive resources owned by the child Then Pendulation exercise used to balance between the positive and negative feelings or sensations perceived Then end up with Four Field techiques to visualize a distrupting images or feelings for children Those techniques also to prepare children to faces unhapinnes cirumstances on the other day The goal of RDI therapy is to improve the ability of emotional regulation and develop resources in order to create a positive cognition that would be benefit to change the negative cognition The result of therapy showed there is a significant decreasing of anger level or aggresive behavior It apparent from decreasing score of CBCL skala Agresivitas Anger Expression Scale for Children and also apparent from the behavior change into more positive behavior After therapy child becomes calmer able to control himself and not become easily to anger "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathana Gina
"ABSTRAK
Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi, salah satunya adalah meningkatnya reaksi emosional dan tidak stabil pada remaja. Salah satu pola emosi umum yang dialami pada masa remaja adalah marah. Namun remaja yang terus-menerus mengalami marah rentan terhadap berbagai dampak negatif. Menurut pendekatan kognitif, emosi (termasuk marah) merupakan hasil dari pikiran individu yang muncul ketika ia menemui situasi dan memaknainya sebagai sesuatu yang relevan dengan tujuannya. Marah merupakan salah satu emosi negatif yang timbul karena adanya goal incongruence, yaitu individu menilai bahwa situasi yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, untuk mengurangi timbulnya emosi marah, penilaian individu terhadap situasi pemicu marah perlu diubah. Intervensi psikologis yang menekankan pada pengubahan kognisi sebagai dasarnya adalah modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restukturisasi kognitif. Dengan penggunaan single subject A-B design, penelitian ini melibatkan seorang subjek penelitian, seorang remaja puteri berusia 13 tahun. Subjek mengikuti intervensi yang terdiri dari 5 sesi dengan durasi 60-90 menit/sesi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelum dan setelah intervensi, terlihat adanya perubahan penilaian subjek terhadap situasi pemicu marah yang sebelumnya negatif menjadi lebih positif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada remaja yang mengalami kesulitan mengendalikan emosi marah.

ABSTRACT
Adolescence is characterized by a variety of changes, one of which is the increasing and unstable emotional reactions. One common pattern of emotions experienced in adolescence is anger. Adolescents who are constantly having angry can get negative impacts. From the perspective of cognitive approach, emotion (including anger) depends on individual’s thought which appears when he faces the situation and interprets it as something relevant to his goal. Anger is one of the negative emotion because of goal incongruence, when individu appraises the situation doesn’t go as he wants. Hence, to reduce anger, the individu’s appraisal of anger provoking situation has to be changed. Psychological intervention which emphasize the cognitive changes as it base is cognitive behavior modification with cognitive restructuring technique. This research is using single subject A-B design and involves one research subject, a 13 years old female adolescent. The intervention consists of 5 sessions with 60-90 minutes/session. Based on interview conducted before and after intervention, the cognitive behavior modification using cognitive restructuring technique had made a significant change of subject’s appraisal of anger provoking situation from negative became more positive. This research concluded that cognitive behavioral modification using cognitive restructuring technique in this research is accurate to be given to adolescent who has problem in controlling anger."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Sun Putri
"ABSTRAK
Stres adalah masalah yang umum dialami oleh setiap individu, termasuk juga pada lanjut usia. Ketika seseorang memasuki masa usia lanjut, terdapat sejumlah penurunan fungsi tubuh, baik secara fisik, kognitif, psikologis, maupun sosial yang dapat menimbulkan stres sehingga berdampak pada meningkatnya tekanan darah tinggi (hipertensi). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas intervensi dengan pendekatan Terapi Kognitif-Perilaku untuk menurunkan tingkat stres pada lansia dengan hipertensi. Partisipan dalam penelitian ini adalah lanjut usia (N=4) berusia 65-74 tahun. Setiap partisipan mempersepsikan hidupnya sebagai stres, yang diukur dengan alat ukur Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, dan Mermelstein, 1983) dan memiliki penyakit hipertensi berdasarkan pengukuran menggunakan alat digital blood pressure monitoring. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post design, dimana dilakukan pengukuran tingkat stres dan tekanan darah pada awal dan akhir intervensi untuk melihat perubahan yang terjadi. Pada akhir intervensi terlihat adanya penurunan tingkat stres dan perubahan tekanan darah dari hipertensi menjadi tekanan darah pada kategori normal untuk lanjut usia. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi dengan pendekatan Terapi Kognitif-Perilaku berhasil menurunkan tingkat stres yang berdampak pada penurunan tekanan darah yang tinggi pada lanjut usia.

ABSTRACT
Stress is a common problem that happen in every individual, including older adult. When people become old, there are decline in bodily function, such as physically, cognition, psychological, and social aspect which can be stressful and increase high blood pressure (hypertension). The aim of this study is to examine effectiveness of Cognitive-behavioral therapy to reduce stress for older adult with hypertension. The participant of the study is older adult (N=4) with age between 65-74 years old. Each participant perceives their life as stressful, measured by perceived stress scale (Cohen, Kamarck, dan Mermelstein, 1983), and has hypertension based on digital blood pressure monitoring machine. The pre-post design applied in study, which is stress and blood pressure measured before and after intervention to see any possible change. At the end of intervension, there are decrease in stress score and change in blood pressure from hypertension to normal blood pressure for older adult. Result indicated that Cognitive-behavioral therapy success to reduce stress and decrease the hypertension in older adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi
"ABSTRAK
Gagal ginjal terminal merupakan kondisi ketika ginjal hanya berfungsi dibawah
15 % sehingga ginjal tidak dapat menyaring sisa metabolisme tubuh dalam darah.
Salah satu cara untuk menggantikan fungsi ginjal adalah dengan melakukan
hemodialisis atau cuci darah. Prosedur hemodialisis merupakan prosedur yang
menyakitkan dan menimbulkan distres. Apabila pasien tidak mampu melakukan
coping, maka mereka akan mengalami kecemasan ketika akan melakukan
hemodialisis.
Kecemasan biasanya timbul karena simtom fisiologis yang dirasakan serta
pikiran-pikiran negatif yang menyertai prosedur hemodialisis. Kecemaan dapt
mempengaruhi pengobatan hemodialisis yang diberikan kepada pasien. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan Small N design dengan mengukuran pre dan
post intervensi untuk melihat perubahan tingkat kecemasan yang dirasakan,
Pengukuran dilakukan dengan melihat perubahan subjetive unit of distress
sebelum dan setelah intervensi.
Tiga partisipan yang menjalani intervensi dengan pendekatan Kognitif
perilaku ini melaporkan penurunan tingkat kecemasan mereka. Simtom fisiologis
yang menyertai kecemsan dapat secara langsung diatasi dengan relaksasi
progresif. Partisipan juga mengalami perubahan kognisi mengenai prosedur
hemodialisis melalui edukasi dan teknik restrukturisasi kognisi. Salah satu
partisipan yang melaporkan penurunan yang tidak terlalu besar dan masih
menunjukkan simtom kecemasan dalam menghadapi hemodialisis. Hal tersebut
didiuga karena masih adanya asumsi yang salah mengenai hemodialisis,
dependensi dan perhatian yang didapatkannya ketika ia sakit, serta kurangnya
kepatuhan partisipan dalam menjalani latihan.

Abstract
End-Stage renal disease is a health condition where the kidney could only
perform less than 5 percent of its function. This Kidney failure process is
progressive and irreversible. When kidney couldn?t perform its function, they may
held hemodialysis procedure as a substitiution. Hemodialysis may be a distressing
procedure for patient. Dependency to machine for a life support could bring
patient feeling of helplessness. Hemodialysis is painfull procedure. Patient have to
adapt their life styles, change in daily activities, and control their dietary habit.
Inabilities to adapt with treatment regiment may result in psychological distress.
Patients may feel anxious especially prior to hemodialysis procedure.
Patients said that anxiety prior to hemodialysis may effect patients? quality
of life. Increase in anxiety prevent them from finishing the procedure even they
could not held hemodialysis at all. Increase of anxiety may be caused by
physiology symtoms and negative asumtion related to hemodialysis procedure. In
this research, I provide intervention with Cognitive-Behavior approach for 3
(three) patients with anxiety. This study use small-N design, with pre and post
measurement. There are pre-tests, and post-tests assessment to show clear changes
in anxiety level for each participant. Changes in anxiety level are assessed by
changes in subjective unit of distress, interviews, and observation.
All participants experienced decreased levels of anxiety. Physiological
symptoms are eliminated directly after patients applied progressive relaxations.
Patients also showed changes in cognitive level after recognizing negative thought
and cognitive restructuring sessions. One of the participant experienced lower
therapy effect compared to the other two participants, presumably due to negative
assumption related to hemodialysis procedures, dependency with caregiver, nature
of problems, and failure to adher with the assignment and therapy techniques in
daily lives."
2012
T31018
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>