Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 238253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardi Artanto
"Adanya perbedaan jumlah penderita Nyeri Punggung Bawah NPB diantara operator di sebuah perusahaan migas on shore di Sumatera Selatan berdasarkan lokasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian NPB kronik non spesifik, hubungan antara beban kerja mental kuantitatif dan kualitatif berlebih serta faktor risiko lainnya terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik pada operator tersebut.
Desain penelitian potong lintang, besar sampel 96 orang yang diambil secara purposive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2016. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik. Didapatkan prevalensi NPB kronik nonspesifik sebesar 32,3.
Dari analisis multivariat didapatkan bahwa beban kerja mental kualitatif berlebih sedang-berat OR 5,14 IK95 1,49-17,78, overweight OR 9,02 IK95 2,46-33,08 , perokok sedang-berat OR 4,28 IK95 1,29-14,26, dan duduk lama OR 3,61 IK95 1,13-11,52 meningkatkan risiko terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik.
Disimpulkan bahwa beban kerja mental kuantitatif dan kualitatif berlebih serta stresor kerja lainnya, profil individu, kebiasaan individu, masa kerja, dan lama duduk saat bekerja memiliki hubungan dengan kejadian NPB nonspesifik. Faktor paling dominan terhadap kejadian NPB kronik nonspesifik pada operator di sebuah perusahaan migas on shore adalah overweight.

Different distribution of Low Back Pain LBP existed among operators of an on shore oil and gas company in South Sumatera based on work location. This study aimed to identify prevalence of nonspecific chronic LBP, the relationship between quantitative and qualitative mental workload and other risk factors with nonspecific chronic LBP among operators in that company.
The design of this study was cross sectional with 96 samples taken by purposive sampling. This study was held on October December 2016. The data were obtained by questionnaire and physical examination. The prevalence of nonspecific chronic LBP was 32,3.
From multivariate analysis, moderate heavy qualitative mental workload OR 5,14 95 CI 1,49 17,78 , overweight OR 9,02 95 CI 2,46 33,08 , moderate heavy smoker OR 4,28 95 CI 1,29 14,26 , and long periods of sitting 4 hours OR 3,61 95 CI 1,13 11,52 had increased risk toward nonspecific chronic LBP.
In conclusion, moderate heavy qualitative mental workload, overweight, moderate heavy smoker, and long periods of sitting 4 hours were related to nonspecific chronic LBP among operators. The dominant factor toward nonspecific chronic LBP among operators was overweight.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Rahmayani
"Nyeri punggung bawah cukup banyak terjadi pada penjahit konveksi. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan saat bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja penjahit konveksi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Berdasarkan hasil analisis bivariat ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,048), lama bekerja (p=0,048), jam kerja (p=0,044), risiko ergonomi (p=0,009), lingkungan kerja (p=0,048), dan aktivitas fisik (p=0,034) dengan kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Analisis multivariat menunjukkan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi adalah lingkungan kerja (OR=3,634), pendidikan (OR=3,220), risiko ergonomi (OR=1,594) dan lama bekerja (OR=0,917). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat, di antaranya pendidikan, lama bekerja, jam kerja, risiko ergonomi, lingkungan kerja, dan aktivitas fisik dengan faktor dominannya adalah lingkungan kerja. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan program keperawatan kesehatan kerja dalam pencegahan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi.

Low back pain or lower back pain is quite common among the tailors convection. This causes discomfort during work, leading to a decrease in the productivity of these tailors. This research adopts a cross-sectional design to analyze factors related to lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, Indonesia. Based on the bivariate analysis, significant correlations were found between education (p=0.048), length of employment (p=0.048), working hours (p=0.044), ergonomic risk (p=0.009), work environment (p=0.048), physical activity (p=0.034), and the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra. Multivariate analysis revealed that the dominant factors influencing the occurrence of lower back pain among the tailors convection were the work environment (OR=3.634), education (OR=3.220), ergonomic risk (OR=1.594), and length of employment (OR=0.917). This research concludes that several factors influence the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, including education, length of employment, working hours, ergonomic risk, work environment, and physical activity, with the work environment being the dominant factor. The findings of this study are expected to be considered in the development of occupational health nursing programs to prevent lower back pain among the tailors convection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faraitody Itamy
"Latar Belakang. Nyeri punggung bawah ( NPB ) merupakan keluhan yang sering dijumpai pada pekerja dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ) merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja namun perhatian pemerintah pada kesehatan pekerja pada sektor ini dirasakan masih kurang. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah adalah posisi duduk pada stasiun kerja selama bekerja.
Tujuan. Selain untuk mengetahui perbedaan proporsi nyeri punggung bawah antara pekerja yang duduk di bangku dengan yang di lantai, penelitian ini juga mengidentifikasi hubungan posisi punggung , masa kerja dan faktor- faktor lain dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan data meliputi wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik umum dan spesifik serta pengamatan posisi kerja.
Hasil. Secara keseluruhan dari 40 responden didapatkan proporsi nyeri punggung bawah 67,5%. Proporsi nyeri punggung bawah pada responden yang duduk di bangku sebesar 55% sedangkan yang duduk di lantai 80% namun tidak didapatkan perbedaan bermakna di antara kedua kelompok tersebut. Posisi duduk dan faktor risiko lainnya seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, stasiun kerja dan Indeks Massa Tubuh tidak mempuyai hubungan bermakna dengan kejadian nyeri punggung bawah. Pada analisis multivariat posisi punggung fleksi > 20º memiliki hubungan bermakna dengan kejadian nyeri punggung bawah ( ORadj 19,05 ). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai Visual Analog Scale ( VAS ) pagi, siang dan sore pada pekerja yang duduk di bangku dan di lantai, namun ada perbedaan bermakna antara nilai VAS pagi, siang dan sore tiap kelompok.
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi nyeri punggung bawah antara pekerja yang duduk di bangku dan di lantai. Posisi punggung fleksi > 20º memiliki hubungan bermakna dengan nyeri punggung bawah.

Background. Low Back Pain ( LBP ) is a common complaint in workers and can reduce worker productivity. The Small and Medium Scale Enterprise is a sector that employ many workers but the government's attention to the health of worker in this sector is still low. One of the factors that influence the occurance of low back pain is sitting position in work station during work.
Purpose. In addition to know the differences in the proportion of low back pain among workers who sit on the bench with on the floor, the study also identified the relationship of the back position, length of employment and other factors with the occurance of low back pain.
Methods. The study used a cross sectional design. Data collection includes interviews, questionnaires, general and specific physical measurement and observation of the job positions.
Result. Overall from 40 respondents, the proportion of low back pain was 67,5%. Proportion of low back pain among respondents who sat on the bench was 55% while sitting on the floor was 80% but there was no significant difference between them. Sitting position and other risk factors such as age, sex, marital status, level of education, length of work, work station and body mass index had no significant association with the occurance of low back pain. In multivariate analysis, spine flexion > 20º had a significant association with the occurance of low back pain ( ORadj 19,05 ). There was no significant difference between the value of morning, noon and afternoon Visual Analog Scale ( VAS ) on worker who sat on the bench and on the floor but significant difference among morning, noon and afternoon VAS value in each group were found.
Conclusion. There was no significant difference in proportion of low back pain among respondents sat on the bench and on the floor. Spine flexion > 20º had a significant association with low back pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imamul Aziz Albar
"Nyeri punggung pada anak merupakan gejala yang sering terjadi terkait dengan permasalahan pada sistem muskuloskeletal. Pengetahuan akan nyeri punggung pada anak sangat penting karena diketahui nyeri punggung pada anak akan memburuk seiring waktu dan merupakan faktor risiko utama terjadinya nyeri punggung saat dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi dari nyeri punggung pada anak serta menentukan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengannya.Dilakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner pada anak sekolah usia 10-15 tahun di DKI Jakarta. Didapati hasil sebanyak 68,96% menderita nyeri punggung, dimana 62,79% dari jumlah tersebut adalah wanita. Lama menonton televisi dan lama berolahraga merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh dalam kejadian nyeri punggung pada anak.

Back pain in children is a frequent symptom associated with musculoskeletal system problems. Awareness of back pain in children is very important, because we know that it will be worsened with time and it is the main risk factor of back pain in adults. The aim of this research is determining the prevalence of back pain in children and the risk factors correlated with it. Samples were collected using a questionnaire for school students within 10-15 years old in Jakarta. 68,96% of the respondent have ever experienced any back pain, which 62,79% of them are females. Duration of watching television and exercise are the most significant risk factors in contributing back pain problems in children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sugih Surjadi Wanasida
"Penelitian ini menganaHsis hubungan antara obesitas dan faktor-faktor Jain terhadap tingkat biaya kesehatan di Perusabaan Minyak dan Gas Bumi untuk mengetahui dampak finansial kualitatif yang perlu ditanggung perusabaau akibat pekerja yang obese. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada 1450 obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder dari 3 aplikasi database yaitu aplikasi database klinik, health benefit dan human resources pada tahun 2006.
Dari 1450 obyek penelitian, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 46%. Obyek penelitian dengan obesitas (JMT ;:: 25) mempunyai risiko untuk teJjadi tingkat biaya kesebatan tinggi hampir 40% lebih tinggi dibandingkan dengan obyek penelitian dengan berat badan normal (OR~!,38 p~0,03 dan 95%CI~!,03- l,83). Peneliti menyaraakan agar perusahaan memperbaiki program kebugaran dan nutrisi pegawai agar dapat mengurangi prevalensi obesitas di lingkungan perusahaan.

This study is to analyze the association between obesity and other risk factors with level of health care cost in an Oil and Gas Company in order to estimate the financial burden to the company due to its obese employees. This study uses a cross sectional design with 1450 objects using 3 different database applications (medical, health benefit and human resources database) from 2006.
From total 1450 selected research objects, the result found a 46% prevalence rate of obesity. Objects within obese category (BMI ::: 25) has 40% higher risk in term of high level health care cost compared to those within normal body weight (OR=l,38 p=0,03 and 95%Cl=l,03-1,83). The researcher suggests that the company should improve their wellness and nutritional program to reduce the prevalence of employees with obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Lina Wahyuni
"Prevalensi nyeri punggung bawah pada perawat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada perawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang risiko nyeri punggung bawah terhadap keluhan nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Premier Jatinegara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 107 dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling.
Hasil menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan (p=0,006), jenis kelamin (p = 0,001) dan masa kerja (p=0,031) terhadap keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan karakteristik responden indeks massa tubuh tidak ada hubungan terhadap keluhan nyeri punggung bawah (p>0,05). Saran untuk penelitian selanjutnya agar memperluas instrumen penelitian dengan variabel yang lebih bervariasi dengan jumlah sample yang lebih banyak dan untuk rumah sakit membuat kebijakan, Standar Prosedur Operasional, dan pelatihan tentang cara bekerja sesuai dengan prinsip ergonomi.

The prevalence of low back pain in nurses who work in hospitals are increasing from year to year. Low back pain is one of the occupational diseases which often occur in nurses in hospitals. This study aims to determine the correlation between level of nurses knowledge and motivation toward low back pain complaint in the Premier Hospital Jatinegara. The study design used descriptive correlative with cross sectional approach. 107 respondents using Stratified Random Sampling technique.
Results showed correlation level of nurses knowledge (p= 0,006), gender (p = 0,001), and work period (p=0,031) toward low back pain complaint. While respondent characteristic body mass index no correlation toward low back pain complaint (p>0,05). Suggestions for further research is to expand the research instrument with more varied variable and samples and for hospitals establish of policies, Standard Operating Procedures, and training how to work in accordance with the principles of ergonomics.
"
Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
"Berdasarkan data kunjungan pengemudi taksi ke klinik pool Cinere PT. X didapatkan 50% keluhan nyeri dan pegal-pegal di badan, salah satunya daerah punggung bawah. Keluhan gangguan muskuloskeletal menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di klinik pool Cinere PT. X.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sudut punggung-tungkai atas dan faktorfaktor lain dengan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut pada pengemudi taksi PT. X.
Desain penelitian ini adalah potong lintang. Terdapat 158 responden yang dipilih secara proportional random sampling. Variabel terikat adalah peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut dan variabel bebas adalah umur, tinggi badan, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, lama mengemudi per hari, shift kerja, sudut punggung-tungkai atas, sudut fleksi lutut.
Pengumpulan data dengan wawancara, pengisian log sheet, pengisian kuesioner Visual Analogue Scale sebelum dan sesudah bekerja, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto pengemudi yang sudah diberikan reflective tape serta diminta untuk duduk senyaman mungkin sama seperti mengemudi sehari-hari.
Dari 158 responden, didapatkan 78 orang (49,4%) mengalami nyeri punggung bawah akut pasca bekerja dan diantaranya terdapat 40 orang (25,3%) yang mengalami peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Pada analisis multivariat, didapatkan faktor dominan terjadinya peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut adalah sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ (RO = 17,14; IK 95% = 5,03-58,44) dan sudut fleksi lutut < 65⁰ (RO = 9,06; IK 95% = 2,75-29,81). Didapatkan tinggi badan ≥ 165 cm mengurangi risiko peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut (RO = 0,31, IK 95% = 0,13-0,72). Pekerjaan mengemudi taksi dengan sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ merupakan faktor dominan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut.
Disarankan pengemudi melakukan relaksasi otot punggung dan menjaga sudut punggung-tungkai atas melebihi 103⁰ dengan memundurkan sandaran kursi sebanyak 5 kali.

According to the data of taxi drivers? visit to the clinic of Cinere Pool of PT. X, it was suggested that 50% of the visit were caused by the complaints of body ache and stiffness. One of them was in the lower back region. Musculoskeletal disorder occupied the first position of the top 10 diseases in the Clinic of Cinere Pool of PT. X.
The objective of this study is to know the association between lumbarthigh angle and other factors with increased intensity of acute low back pain among taxi drivers at PT.X.
The design of this study is cross-sectional. There were 158 respondents selected by proportional random sampling. The dependent variable was the increased intensity of acute low back pain and the independent variables were age, height, body mass index, exercising habit, smoking habit, length of driving per day, work shift, lumbar-thigh angle, and knee flexion angle. Data collection was conducted by interview, log sheets, questionnaire Visual Analogue Scale (before and after work), physical examination, and image captures of the drivers whom had been marked with reflective tape and asked to sit as comfortable as possible, the same as daily driving.
Of 158 respondents, there were 78 respondents (49.4%) experiencing acute low back pain after work and there were 40 respondents (25.3%) experiencing increased intensity of acute low back pain. The analysis of multivariate suggested that the dominant factor of increased intensity of acute low back pain were lumbar-thigh angle ≤ 1030 (OR = 17.14; CI 95% = 5.03 ? 58.44) and knee flexion angle < 65⁰ (OR = 9.06; CI 95% = 2.75 ? 29.81). It was also suggested that height ≥ 165 cm reduced the risk of increased intensity of acute low back pain (OR = 0.31, CI 95% = 0.13 ? 0.72).
Driving taxi with lumbar-thigh angle ≤ 103⁰ is the dominant factor of increased intensity of acute low back pain. It is recommended for the drivers to relax the back muscles and maintain the lumbar-thigh angle over 1030 by withdrawing backward the backrest 5 times."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Jatmikawati
"Low back pain (LBP) adalah kondisi umum yang melibatkan keluhan nyeri akut atau kronis serta ketidaknyamanan pada atau di sekitar daerah lumbosakral. Sekitar sepuluh persen kejadian LBP terkait dengan pekerjaan, dan mereka yang bekerja sebagai pengemudi memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan punggung bawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi kejadian LBP dan faktor risiko ergonomi yang terkait dengan LBP pada pengemudi taksi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan pendekatan deskriptif analitik, berlokasi di PT. X Jakarta Selatan. Sampel terdiri dari 74 pengemudi berdasarkan tabel besar sampel (Iwan Ariawan, 1998), dengan uji hipotesis beda 2 proporsi, derajat kemaknaan 5%, dan kekuatan uji 90%. Dengan asumsi P1 (LBP yang menetap) 25% dan P2 (LBP pada pengemudi taksi) 50%, diperoleh ukuran sampel 63. Untuk mengantisipasi sampel yang tidak dapat digunakan, ditambahkan 15% menjadi total 74 sampel. Sampel dipilih menggunakan random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner, pengukuran tinggi badan dan berat badan, observasi, data operasional, dan rekam medis. Analisis data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi LBP pada pengemudi taksi di PT. X adalah 63,5%. Uji statistik mengindikasikan bahwa riwayat LBP sebelumnya berhubungan signifikan dengan LBP saat ini (p-value 0,001). Namun, faktor-faktor lain seperti usia, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, durasi kerja per hari, jadwal kerja, manual handling, postur duduk mengemudi, dan tipe kendaraan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan LBP.
Rekomendasi untuk perusahaan adalah agar saat perekrutan pengemudi, mempertimbangkan riwayat LBP yang dimiliki calon pengemudi. Selain itu, disarankan agar perusahaan secara berkala memberikan pelatihan tentang cara mengemudi yang baik serta langkah-langkah untuk menghindari risiko kesehatan terkait dengan pekerjaan mengemudi."
Universitas Indonesia, 2006
T31589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Nurdiany Sumirat
"ABSTRAK
Latar Belakang. Peternak memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita nyeri punggung bawah NPB dibandingkan dengan pekerja sektor lainnya. NPB berulang menimbulkan masalah yang lebih besar dibandingkan dengan NPB yang tidak berulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko NPB berulang pada peternak sapi perah di Jawa Barat.Metode. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT-SP HPT Cikole dengan metode total sampling. Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, dan pengamatan cara kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0.Hasil. 117 peternak sapi perah, dianalisis untuk mendapatkan prevalensi dan faktor risiko NPB berulang. 92 subjek 78,6 mengalami NPB berulang. Faktor risiko determinan adalah posisi kerja membungkuk dengan OR sebesar 160,612 95 CI 14,609-1765,727, p = 0,0001 dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja dengan OR sebesar 65,078 95 CI 4.874-868.883, p = 0,002 .Simpulan. Prevalensi NPB berulang pada peternak sapi perah sebesar 78,6 . Faktor risiko determinan NPB berulang pada peternak sapi perah adalah posisi kerja membungkuk dan tidak adanya edukasi kesehatan di tempat kerja.

ABSTRACT
AbstractBackground. Dairy farmers are five times more likely to have recurrent low back pain LBP compare to other workers. Currently, there was no study available regarding prevalence nor the risk factors contributing to this disease among dairy farmers in Indonesia. This study aims to identify the prevalence and determinant factors of recurrent non specific LBP among dairy farmers.Methods. A cross sectional study was conducted in Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak BPT SP HPT Cikole, using total sampling method. All subjects underwent interview, physical examination, and direct working observation. Analysis was done by using SPSS Statistics 20.0Result. 117 subjects included for prevalence study and analysis of recurrent non specific LBP determinants. 92 subjects 78,6 are diagnosed with recurrent LBP. Determinants for recurrent non specific LBP are bending position during working with OR 160,612 95 CI 14,609 1765,727, p 0,0001 and unavailability of health education program in workplace with OR 65,078 95 CI 4.874 868.883, p 0,002 .Conclusion. Prevalence of recurrent non specific LBP among dairy farmers is 78,6 . Identified determinant risk factors are bending position during working and unavailability of health education program in workplace."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Fiter
"Latar belakangNyeri punggung bawah NPB pada perawat di RSUD tempat penelitian menyebabkan perawat yang menderita NPB menjadi kurang produktif karena nyeri dan disabilitas. Hal ini juga mengakibatkan tingginya angka absensi dan tingginya angka berobat ke klinik pegawai. Dipikirkan cara yang efektif, murah, mudah dan aman untuk mengatasi NPB pada perawat RSUD, yaitu dengan latihan punggung. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek latihan punggung terhadap tingkat nyeri dan nilai disabilitas pada perawat yang menderita NPB nonspesifik subakut dan kronik di RSUD tersebut.
MetodeDesain penelitian ini adalah eksperimental kuasi. Sampel berjumlah 20 orang dan diberikan intervensi berupa latihan punggung sebanyak dua kali seminggu dengan durasi 30 menit selama empat minggu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tingkat nyeri menggunakan Visual Analog Scale VAS dan nilai disabilitas menggunakan Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ sebelum dan sesudah intervensi. Variabel lain yang ikut diteliti adalah faktor umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, adanya kecenderungan gangguan mental emosional dan masa kerja.
HasilTingkat nyeri sebelum intervensi latihan adalah 3,4 0,8 sedangkan tingkat nyeri sesudah intervensi latihan adalah 0,5 0-5,6 . Hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi p < 0,001 . Nilai disabilitas sebelum intervensi adalah 6,8 2,1 sedangkan nilai disabilitas sesudah intervensi adalah 1,0 0-6,0 . Hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna nilai disabilitas sebelum dan sesudah intervensi p < 0,001 . Terdapat hubungan bermakna antara kecenderungan gangguan mental emosional terhadap perubahan nilai disabilitas p < 0,05 .
Kesimpulan dan saranAda perbedaan bermakna tingkat nyeri dan nilai disabilitas pada perawat yang menderita NPB non-spesifik subakut dan kronik sebelum dan sesudah intervensi. Perlu dilakukan latihan punggung secara teratur bagi perawat yang menderita NPB nonspesifik subakut dan kronik sebagai tatalaksana NPB yang efektif, murah, mudah dan aman. Kata kunci: NPB, nyeri punggung bawah nonspesifik, tingkat nyeri, disabilitas, perawat, latihan punggung

ABSTRACT
BackgroundLow back pain LBP in nurses led them to become less productive due to pain and disability. It also affects nurse rsquo s absenteeism and increases clinic visits. Therefore, it is necessary to find the exact strategy to overcome this problem by applying back exercise. The purpose of this study was to prove the effect of back exercise on level of pain and disability in subacute and chronic non specific LBP on ward hospital nurses.
MethodThe design of this study was quasi experimental with 20 samples. Subjects were given back exercise intervention about 30 minutes of duration, twice in a week for four weeks. Data were obtained by Visual Analog Scale VAS and Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ before and after back exercise intervention. Other variables that come under study were age, gender, body mass index, regular exercise habit, tendency of mental emotional disorder, and years of working.
ResultLevel of pain before back exercise intervention was 3.4 0.8 while level of pain after back exercise intervention was 0.5 0 5.6 . The difference was statistically significant p 0,001 . Disability score before back exercise intervention was 6.8 2.1 while disability score after back exercise intervention was 1.0 0 6.0 . The difference was statistically significant p 0.001 . There was a significant relationship between the tendency of mental emotional disorder to the change of disability score p 0.05 .
Conclusion and recommendationThere was significant difference on level of pain and disability in subacute and chronic non specific LBP nurses before and after back exercise intervention. Doing back exercise regularly are recommended. Key words LBP, nonspecific low back pain, level of pain, disability, nurses, back exercise."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T55719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>