Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dovian Emely Suteja
"Tongue coating merupakan lapisan pada dorsum lidah yang berpotensi menjadi fokus infeksi dan sering ditemukan pada lansia karena berbagai faktor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan tongue coating pada lansia mandiri di Kota Depok serta hubungannya dengan faktor-faktor sosiodemografi. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada lansia mandiri di Kota Depok, Jawa Barat. Tingkat kebersihan mulut diukur menggunakan Simplified Oral Hygiene Index OHI-S . Keberadaan tongue coating dinilai secara visual. Data faktor-faktor sosiodemografi diperoleh dari pengisian kuesioner Hasil: Penelitian melibatkan 89 subjek dengan rentang usia 60-90 tahun. Rata-rata OHI-S ialah 2,94 1,02. Tingkat kebersihan mulut buruk ditemukan pada 41 48,3 subjek. Prevalensi tongue coating ialah 31,5 . Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kebersihan mulut dan tongue coating pada lansia p>0,05 . Faktor-faktor sosiodemografi tidak berhubungan secara signifikan baik terhadap tingkat kebersihan mulut maupun tongue coating p>0,05 . Kesimpulan: Mayoritas subjek lansia mandiri memiliki tingkat kebersihan mulut yang buruk dan tidak mengalami tongue coating. Tingkat kebersihan mulut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tongue coating. Faktor-faktor sosiodemografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan keduanya.

Introduction Tongue coating is a layer on the dorsum of tongue that could potentially become a focus of infection and often found in elderly due to various factors. Objectives This study aims to determine the relationship between oral hygiene status and tongue coating among independent elderly in Depok and their relationship with sociodemographic factors. Methods A cross sectional study was conducted on 89 subjects in Depok, West Java. The oral hygiene status was measured using Simplified Oral Hygiene Index OHI S . The presence of tongue coating was assessed visually. Sociodemographic factors data are obtained from questionnaires. Results The study included 89 independent elderly subjects, ranging from 60 to 90 of age. The mean OHI S score is 2.94 1.02. Poor oral hygiene was found in 41 48.3 subjects. The prevalence of tongue coating was 31.5 . No statistically significant association was found between the oral hygiene status and tongue coating among elderly p 0.05 . Sociodemographic factors were not significantly associated with oral hygiene and tongue coating. p 0.05 . Conclusion Most independent elderly subjects have poor oral hygiene and no tongue coating. Oral hygiene is not significantly associated with tongue coating. Sociodemographic factors do not significantly affect the association between both of them.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernike Davitaswasti
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat oral health literacy (OHL)terhadap status klinis dan perilaku kesehatan gigi dan mulut serta denga faktor sosiodemografis pada lansia independen.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan total 195 subjek lansia di Kota Depok berusia 60 tahun ke atas dengan pengisian data sosiodemografis, kuesioner dengan metode wawancara mengenai tingkat oral health literacy menggunakan HeLD-29, dan kuesioner perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut. Status klinis dinilai melalui pemeriksaan klinis menggunakan indeks DMF-T, status periodontal menggunakan CPI-modified, status pemakaian gigi tiruan, status kebersihan mulut menggunakan indeks OHI-S, serta penilaian kemampuan mastikasi secara subjektif.
Hasil: Rerataskor oral health literacy pada penelitian ini adalah 3,45±0,67. Nilai Cronbachs alpha = 0.945. Validitas diskriminan memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan mastikasi (p<0,01) dan validitas konvergen memiliki hubungan signifikan dengan gigi hilang, skor DMF-T, dan kemampuan mastikasi (p<0,01), serta gigi yang direstorasi (p<0,05). Terdapat hubungan bermakna antara beberapa domain HeLD-29 dengan status klinis kesehatan gigi dan mulut. Perbedaan bermakna secara statistik juga terdapat pada jumlah gigi yang hilang, gigi yang direstorasi, dan poket periodontal antara kelompok dengan oral health literacy rendah dengan kelompok dengan oral health literacy tinggi (p<0,05). Didapatkan pula perbedaan rerata skor oral health literacy yang bermakna pada variabel usia dan tingkat pendidikan, serta adanya hubungan signifikan antara nilai DMF-T dengan frekuensi kunjungan ke dokter gigi dan antara perdarahan gingiva dengan status merokok.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat oral health literacy dengan status klinis kesehatan gigi dan mulut serta dengan faktor sosiodemografis yaitu usia dan tingkat pendidikan pada lansia independen. Terdapat hubungan antara status klinis dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

Background: The aim of this study is to evaluate the association between oral health literacy(OHL), oral healthstatus, and oral health behavior of independent elderly.
Methods: Cross-sectional study involved 195 independent living elderly in Depok aged 60 and above. The subjects completed a self-administered questionnaire collectin information about socio-demographics, Health Literacy in Dentistry (HeLD-29) questionnaire to assessed oral health literacy, and oral health behavior questionnaire by interviewing subjects. Oral health status was recorded by clinical oral examination using DMF-T index, CPI-modified, denture status, OHI-S, and the masticatory performance wasassessed subjectively.
Results: Oral health literacy mean score in this study is 3,45±0,67. The Cronbachs alpha = 0.945. The discriminant validity were confirmed by HeLD scores being significantly associated with mastication ability(p<0.01). The convergent validity were confirmed by HeLD score being significantly associated with amount of tooth loss, DMF-T score, and mastication ability (p<0,01) also with amount of filled teeth (p<0,05). There were correlations between some HeLD-29 domain with oral health status. There were significant differences of amount of tooth loss (M-T), amount of filled teeth (F-T), and amount of deep pocket between the group with low oral health literacy and the group with high oral health literacy (p<0,05). Statistical differences were also found between oral health literacy mean score amongst age and education level group. There were also correlations between DMF-T score and dental visits and between amount of bleeding on probing and smoking status of the subjects.
Conclusion: Oral health literacy was associated with oral health status and the socio-demographics such as age and education level there is a relationship between oral health status and oral health behavior in independent elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Agustin Chaemar
"Status nutrisi merupakan kondisi status kesehatan individu yang banyak menjadi masalah pada lanjut usia. Masalah status nutrisi menyebabkan dampak buruk seperti kejadian jatuh yang berdampak pada kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status nutrisi dengan risiko jatuh pada lansia di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 111 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur status nutrisi berupa Mini Nutrition Assasment MNA dan risiko jatuh berupa Morse Fall Scale MFS . Hasil penelitian didapat ada hubungan bermakna antara status nutrisi dengan risiko jatuh p = 0,000 dengan OR= 3,8 2,6-5,8 . Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan intervensi peningkatan status nutrisi untuk mencegah risiko jatuh pada lansia.

Nutritional status is a condition of the health status of individuals who are a lot of problems in the elderly. Problems of nutritional status cause adverse effects such as fall events that can cause death. The purpose of this study to determine the relationship of nutritional status with the risk of falling in the elderly in Depok City. This research uses cross sectional design approach with the number of samples is 111 respondents. Instruments used to measure the nutritional status of the Mini Nutrition Assassment MNA and the risk of falling Morse Fall Scale MFS . The result showed that there was significant correlation between nutritional status and risk of fall p 0,000 with OR 3,8 2,6 5,8 . Subsequent research is expected to develop improved interventions of nutritional status to prevent the risk of falling in the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Suri Priyanggodo Putri
"Nitric Oxide (NO) merupakan molekul signaling multifungsi yang terlibat dalam menjaga proses fisiologis tubuh yang dapat ditemukan di dalam saliva dan dorsum lidah. Akan tetapi, belum terdapat penelitian yang membandingkan konsentrasi nitric oxide pada sampel saliva dan usap lidah, serta hubungannya dengan status kebersihan mulut. Tujuan: Mengetahui perbedaan konsentrasi nitric oxide pada saliva dan usap lidah serta hubungannya dengan status kebersihan rongga mulut (OHI-S). Metode: Sampel yang diteliti adalah usap lidah dan saliva unstimulated, kemudian diukur dengan Griess reagent System yang diproduksi Promega© USA. Masing-masing sampel berjumlah 9 yang berasal dari kelompok umur dewasa akhir. Status kebersihan rongga mulut (OHI-S) diukur kemudian dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Data dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney U, One-way ANOVA, dan korelasi Spearman. Hasil: Konsentrasi nitric oxide saliva lebih tinggi dari usap lidah dengan adanya perbedaan bermakna (p<0.05), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) dengan status kebersihan mulut. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (r = 0.135, p >0.05) antara konsentrasi nitric oxide usap lidah dan status kebersihan rongga mulut, namun menunjukan tendensi positif. Sedangkan konsentrasi nitric oxide saliva dan status kebersihan rongga mulut juga tidak ada hubungan yang signifikan (r = -0.032, p >0.05), dengan tendensi negatif. Kesimpulan: Saliva merupakan sampel biologis yang potensial untuk menetapkan konsentrasi nitric oxide di rongga mulut. Konsentrasi nitric oxide tidak berhubungan dengan status klinis yaitu status kebersihan rongga mulut.

Background: Nitric Oxide (NO) is a multifunctional signaling molecule involved in maintaining the body's physiological processes that can be found in saliva and tongue dorsum. However, there have been no studies comparing saliva and tongue swab samples. Objective: To determine the difference in nitric oxide concentration in saliva and tongue swabs and its relationship with oral hygiene status (OHI-S). Methods: The samples studied were tongue swabs and unstimulated saliva, then measured with the Griess reagent System produced by Promega© USA. Each sample amounted to 9 people from the late adult age group. Oral hygiene status (OHI-S) was measured and then categorized into good, moderate, and poor. Data were analyzed using Mann-Whitney U, One-way ANOVA and Spearman correlation statistical tests. Results: Salivary nitric oxide concentration was higher than tongue swab with a significant difference (p<0.05), but there was no significant difference (p>0.05) with oral hygiene status. There is no significant relationship (r = 0.135, p>0.05) between tongue swab nitric oxide concentration and oral hygiene status, but shows a positive tendency. While salivary nitric oxide concentration and oral hygiene status also had no significant relationship (r = - 0.032, p>0.05), with a negative tendency. Conclusion: Saliva is a potential biological sample to determine the concentration of nitric oxide. Nitric oxide concentration is not associated with clinical status, namely oral hygiene status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Brahmana Kridaningrat
"Latar belakang: Oral Health Literacy OHL adalah kemampuan individu untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulutnya dengan menggunakan informasi kesehatan. Tingginya skor OHL menunjukkan baiknya kesadaran individu akan status kesehatan gigi dan mulutnya. Salah satu status penanda kebersihan gigi dan mulut adalah OHI-S. Saat ini masih sedikit penelitian tentang hubungan skor OHL dengan kebersihan mulut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan: Mengetahui hubungan skor OHL dengan faktor demografi dan skor OHI-S.
Metode: Penelitian potong lintang pada 99 responden lansia mandiri di Kota Depok menggunakan kuesioner Health Literacy in Dentistry HeLD-29 untuk menilai skor OHL dan pemeriksaan klinis untuk menilai skor OHI-S.
Hasil: 76 responden mengikuti penelitian ini memiliki rerata skor OHL adalah 2,53 0,85 dan rerata skor OHI-S adalah 2,8 1,10. Terdapat hubungan skor OHL dengan faktor demografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengeluaran per bulan p0,05.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara skor OHL dengan skor OHI-S, terdapat hubungan antara skor OHL dengan sebagian faktor demografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengeluaran per bulan , dan tidak terdapat hubungan antara skor OHI-S dengan faktor demografi.

Background: The Oral Health Literacy OHL is individual ability to improve their oral health status using health information. High OHL score usually represent individual awareness of their oral health status. Oral Hygiene Index simplified OHI S is a method to assess oral hygiene status. Nowadays, research on correlation between OHL score and oral hygiene and the influencing factors is still rare.
Purpose: To know the correlation between OHL score with demographic factors and OHI S score.
Methods: Cross sectional study was held in 99 independent elderly respondents in Depok using Health Literacy in Dentistry HeLD 29 questionnaires to assess OHL score and clinical examination to assess OHI S score.
Result: 76 respondents followed this research with OHL score mean 2.53 0.85 and OHI S score mean 2.8 1.10. There were correlations between OHL score with demographic factors such as gender, education level, and expenses per month p 0.05.
Conclusion: There were no correlation between OHL score with OHI S score, there were correlations between OHL score with some demographic factors gender, education level, and expense per month , and there were no correlations between OHI S score with demographic factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jundi Afif Utomo
"Penelitian ini membahas hubungan antara partisipasi di Posbindu Lansia dengan tingkat kesepian lansia di kelurahan Depok Jaya Kota Depok. Hasil penelitian menemukan bahwa pengaruh partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu sebesar hampir 5 kali terhadap tingkat kesepian lansia. Sementara dukungan keluarga dan partisipasi hanya sebesar 2 kali pengaruhnya terhadap kesepian lansia. Hal ini disebabkan kegiatan posbindu lansia yang sangat banyak dan bervariasi. saran saya selaku peneliti adalah sebagai berikut: (1) pengembangan lebih lanjut kegiatan posbindu yang sudah ada (2) partisipasi pemerintah dalam penyelanggaraan dan pengembangan kegiatan sosial-keagamaan (3) pengembangan program pemberdayaan lansia dengan sasaran keluarga lansia.

This study examines the relationship between Elderly participation in Posbindu with elderly loneliness levels at urban kelurahan Depok Jaya, Kota Depok. The study found that the effects of participation in the activities Posbindu elderly by almost 5 times the rate of lonely elderly. While family support and participation by only 2 times the effect on the lonely elderly. This is due to the activities Posbindu elderly are many and varied, such as the activities of theatre or music. Based on the findings above, my advice as a researcher is as follows: (1) develop further government Posbindu activities that have been held in each kelurahan. (2) participate in development of socio-religious activities. (3) develop empowerment programs targeting elderly seniors family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Dominggas Modok
"ABSTRAK
Penurunan fungsi sistem muskuluskeletal pada lansia berakibat pada meningkatnya kejadian jatuh. Hal tersebut menimbulkan perasaan takut jatuh padalansia yang memilikibanyakfaktorresiko, termasukkarakteristiklansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubunganantara karakteristiklansiadenganperasaantakutjatuh. Desainpenelitianyang digunakanadalahcrosssectionaldenganmelibatkan111 lansia masyarakat di Kota Depok denganmenggunakanmultistagerandomsampling. Perasaantakut jatuhdinilai dengan menggunakan instrumentFalls EfficacyScale- International(FES-I) danujibivariat menggunakan uji statistic chi square. Hasilpenelitianmenunjukanadahubunganantara usia(OR: 3,465; pvalue0,002),jeniskelamin(OR: 2,601; pvalue0,019),statusekonomi(OR: 0,283; pvalue 0,033), penggunaan alatbantujalan (p value 0,0001- uji Fisher?s), penggunaan jumlah obat (OR: 3,135; p value 0,003)dengandenganperasaantakutjatuh. Perawat perlu mengetahui caramelakukan skrining dan mengenalfaktor resiko perasaan takut jatuh sebagai bagian program pencegahan jatuh pada lansia.

ABSTRAK
Musculuskeletal system function deterotate in elderly impact increasingly incidence of falls. Falls can cause fear of falling in the elderly who had risk factors including characteristic of elderly. The purpose of this study is to analyze the relationship between characteristics of the elderly with fear of falling. The study design is used was cross sectional, involving 111 elderly people in Depok City using multistage random sampling. Fear of falling assessed by instrumental Falls Efficacy Scale- International (FES-I) and bivariate analyzed using chi square. The results showed that there were correlation between age (OR: 3.465; p value 0.002), gender (OR: 2.601; p value 0.019), economic status (OR: 0.283; p value 0.033), assitive devices (p value 0, 0001 using Fisher?s test) and drugs use (OR: 3.135; p value = 0.003) with the fear of falling. Nurses need to know about risk factors and how to screening fear of falling in elderly as a part of fall prevention program."
2016
S65010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Dwi Indrayani
"Depresi seringkali tidak terdeteksi, salah satunya diakibatkan karena kehilangan pasangan yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan kehilangan pasangan hidup dengan tingkat depresi lansia di Kelurahan Depok. Metode penelitian menggunakan deskriptif koleratif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 80, dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen penelitian yaitu Geriatric Depression Scale (GDS) untuk mengukur tingkat depresi lansia. Hasil uji mann whitney menyatakan terdapat hubungan bermakna antara kehilangan pasangan hidup dengan tingkat depresi lansia ρ = 0,007 (< α = 0,05). Peneliti merekomendasikan perawat komunitas melakukan kunjungan keluarga untuk mencegah depresi dan melibatkan kader untuk membuat kegiatan kelompok pada lansia yang kehilangan pasangan.

Depression is often not detected, one of them caused by loss of spouse that can degrade the elderly quality of life. The aim of this research is to identify the correlation between loss of a spouse and level of depression in elderly in Depok. The descriptive-correlative method was used with cross sectional approach. The samples were 80 (stratified random sampling). The research instrument used Geriatric Depression Scale (GDS) to measure the level of depression. The results of Mann Whitney Test shows there is a significant relationship between the loss of spouse with level of depression in elderly p = 0,007 (< α = 0,05). Researcher recommend community nurse visits the family to prevent depression and engage cadres to make events in elderly group who lost spouse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasri Rina Walastri
"ABSTRAK
Status gizi memiliki hubungan timbal balik dengan kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi status gizi anak usia sekolah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku perawatan kebersihan
mulut dengan status gizi anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain
cross-sectional dengan 109 responden di SDN Jatisampurna X, Kota Bekasi.
Pengambilan sample menggunakan metode proportionate stratified sample
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara perilaku perawatan kebersihan mulut dengan status gizi anak usia sekolah
(p value; 0,334). Penelitian ini merekomendasikan pihak sekolah melakukan
kerjasama dengan puskesmas terdekat untuk mengadakan kegiatan berkala terkait
kebersihan mulut seperti menggosok gigi bersama setiap hari.

ABSTRACT
Nutritional status have mutual correlation with oral and dental health. Oral and
dental health is factor influencing nutritional status in chool-aged children. This
research was aimed to identify the correlation between behaviour of oral hygiene
and nutritional status of school-aged children. This was a cross-sectional desaign
study with 109 respondents. Samples were recruited using proportionate stratified
random sampling. The result of this study showed that there is no significant
correlation between behaviour of oral hygiene with nutritional status of schoolaged
children (p value: 0,334). The author suggests to School cooperate with
health center implement a oral hygiene practice regularly such as brushing teeth
together everyday."
2016
S64535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Annisa
"Lansia berisiko tinggi mengalami kualitas tidur buruk sehingga banyak masalah kesehatan yang mungkin muncul karena penurunan kepuasan tidur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada lansia. Studi cross sectional dilakukan di empat Panti Sosial Tresna Werdha PSTW wilayah DKI Jakarta. Sampel penelitian berjumlah 103 lansia dengan rentang usia 60 sampai 111 tahun dan rerata 71,06 tahun. Instrumen yang digunakan berupa Sleep Hygiene Index SHI untuk menilai sleep hygiene dan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI untuk mengkaji kualitas tidur pada lansia.
Hasil penelitian menunjukkan 51,5 lansia memiliki sleep hygiene buruk dan 81,6 mengalami kualitas tidur yang buruk. Ada hubungan yang signifikan antara sleep hygiene dan kualitas tidur p = 0,0001; r 0,321; OR 7,834; 95 CI 2,121 ndash;29,005 . Lansia dengan sleep hygiene baik memiliki peluang 7,8 kali lebih besar mengalami kualitas tidur baik daripada lansia dengan sleep hygiene buruk.
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait faktor yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur lansia berdasarkan komponen pengkajian kualitas tidur PSQI yang dipengaruhi sleep hygiene. Praktik sleep hygiene memengaruhi baik atau buruknya kualitas tidur lansia di panti. Perawat berperan dalam program promotif terkait sleep hygiene pada lansia sehingga kualitas tidurnya dapat meningkat.

Older adults have a high risk of poor sleep quality and so many health problems that may occur due to decreased sleep satisfaction. This study purposes to determine the relationship of sleep hygiene and sleep quality in elderly. The cross sectional study was conducted at four Elderly Care Institutions in DKI Jakarta. This research sample consisted of 103 elderly people who ranged from 60 to 111 years and mean age was 71,06. Data were collected with two instruments, Sleep Hygiene Index SHI for measuring sleep hygiene and the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI for assessing sleep quality in the elderly.
The results showed 51,1 of elderly had poor sleep hygiene and 81,6 experienced poor sleep quality. It was explored that there was a significant relationship between sleep hygiene and sleep quality p 0,0001 r 0,321 OR 7,834 95 CI 2,121 ndash 29,005. The elderly with good sleep hygiene has a 7,8 times greater chance of experiencing better sleep quality than the elderly with poor sleep hygiene.
Further research is expected to conduct for the most influential factors to elderly sleep disorders based on the sleep qualities components PSQI which are influenced by sleep hygiene. Sleep hygiene practice can influence a good or poor sleep quality of elderly in institution. The nurses have a role by promoting sleep hygiene among elderly people and thus the quality of sleep should be increased.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>