Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sacha Audindra
"Latar Belakang: Prevalensi infeksi parasit usus masih tinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak usia sekolah karena beberapa faktor termasuk kebersihan yang buruk, faktor sosial ekonomi, perilaku, dan penduduk yang padat. Saat ini faktor-faktor tersebut masih ditemukan di Indonesia, sehingga angka infeksi masih tinggi. Nutrisi dan infeksi parasit memiliki hubungan erat. Infeksi parasite usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan dan status gizi pada anak usia sekolah yang membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh. Infeksi parasit usus sebagai penyebab kekurangan gizi masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan dapat menunda pertumbuhan anak.Metode: Sampel diperoleh dari SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan dengan cara mengumpulkan tinja dari murid kelas 1-5. Secara total ada 157 anak mengumpulkan sampel mereka. Pemeriksaan langsung dari tinja dilakukan di Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menggunakan lugol dan eosin. Data status gizi didapatkan dengan pemeriksaan fisik langsung berat dan tinggi badan yang digunakan untuk menghitung persentil indeks massa tubuh IMT. Setelah itu, data dianalisis menggunakan uji Chi-square; SPSS versi 20 untuk mengetahui apakah ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi.Hasil: Sampel diperiksa sebanyak 157 tinja dan ditemukan adanya 60 anak 38.2 positif terinfeksi dengan berbagai macam parasit. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh B. hominis, yang menginfeksi 44 anak 69,4. Infeksi lain disebabkan oleh G. intestinalis 15,3, T. trichiura 1,4, cacing tambang 1,4, dan infeksi campuran B. hominis dan E. coli 4,2 , dan B.hominis dengan G. intestinalis 4,2. Dari total anak yang terinfeksi, 17 anak 28,3 memiliki IMT di bawah 5 persentil, dianggap sebagai kekurangan gizi. Secara statistik, terdapat hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan. Kesimpulan: Kejadian infeksi parasit usus di SDN Kalibata 04 adalah 38,2 dengan 28,3 dari anak-anak yang terinfeksi memiliki gizi kurang. Pada penelitian ini bisa disimpulkan ada hubungan antara infeksi parasit usus dan status gizi di SDN Kalibata 04, Jakarta Selatan.

Background Prevalence of intestinal parasitic infection still high in Indonesia, especially in the school aged children. Several factors including poor hygiene, socioeconomic factors, behavior, and crowded population have a contribution in this high prevalence. Nutrition and parasitic infection are closely linked. Intestinal parasitic infection can cause malabsorption and malnutrition especially in school aged children while they need adequate nutrition intake to grow. Therefore, intestinal parasite infection in school aged children is become a major public health problem since it will delay their growth.Methods Sample is obtained from SDN Kalibata 04, South Jakarta by collecting the children's stool from 1st 5th grade. Direct examination of the stool is conducted in the Parasitology Department, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia by Lugol and eosin staining. Additionally, data of nutritional status was obtained by direct physical examination of the weight and height of the children and then they were used to calculate the BMI percentile. Thereafter, data was analyzed using Chi square test, SPSS version 20 to know is there any association between intestinal parasitic infection and nutritional status.Results From the total 157 stool examined in the laboratory, there were 60 38.2 children positively infected with various kinds of intestinal parasites. Mostly the infection is caused by B. hominis, which infect 44 children 69.4 . Other infection is caused by G. intestinalis 15.3, T. trichiura 1.4, hookworm 1.4, and mixed infection of B. hominis and E. coli 4.2, and B.hominis with G. intestinalis 4.2 . From the total of infected children, 17 children 28.3 have BMI below 5th percentile, and it was considered as malnourished. Moreover, 67 uninfected children have healthy weight. Statistically, there is association between intestinal parasitic infection and nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. Conclusion The incidence of intestinal parasitic infection in SDN Kalibata 04 is 38.2. Moreover, 28.3 of the infected children were malnourished and it is suggested that children with intestinal parasite infection has low nutritional status in SDN Kalibata 04, South Jakarta. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Vania Syarira
"ABSTRAK
Background Intestinal parasitic infections are most prevalent in tropical and subtropical regions, especially in developing countries. Due to low sanitation and the lack of adequate water, intestinal parasitic infections are still one of the largest ongoing problems in Indonesia, due to the high prevalence and mortality of the infection. The high rates of intestinal parasites infection are influenced by several factors, such as education level, occupation, and also living environment. The most prominent group age that is infected by the parasites is the school age children. School age children have a high dependency on their parents, thus adding another factor to those three factors mentioned previously. The data shows the correlation between parent rsquo s occupation and intestinal parasitic infection in school age children in South Jakarta.Method Samples were obtained from the stool collection of 157 students of SDN Kalibata 04 Pagi and questionnaires. The stool collection was then examined directly by lugol and eosinstaining. The questionnaire was given to the parents to obtain their socioeconomic status and also their educational level. Results There is 38.2 of students that have intestinal parasite infection. On the other hand, statistically, there is no correlation between socioeconomic status of the parents and the incidence of intestinal parasitic infection of the subject, this could be seen in the statistical analysis of parent rsquo s occupation p 1.0 and parent rsquo s income p 0.5 . Educational level also did not have any correlation in the incidence of intestinal parasitic infection of the subjects p 1.0 Conclusion Overall, the incidence of parasite infection in school age children is high, there is no correlation between the incidence of intestinal parasitic infection in SDN Kalibata 04 Pagi students with their parent 39 s socioeconomic status and educational level.

ABSTRAK
Infeksi parasit usus sering terjadi di daerah tropis dan subtropis, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini sebagai akibat dari sanitasi yang rendah dan kurangnya air yang cukup. Infeksi parasit usus masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia, ini adalah karena prevelensinya yang tinggi dan juga efek fatal infeksi. Tingginya tingkat infeksi parasit usus bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan juga hidup. Yang paling sering terinfeksi oleh parasit usus adalah kelompok usia anak-anak usia sekolah. Anak usia sekolah memiliki ketergantungan yang tinggi dari orang tua mereka, sehingga menambah faktor lain untuk tiga faktor yang disebutkan sebelumnya. Data penelitian sebelumnya menunjukkan korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dan infeksi parasit usus pada anak-anak usia sekolah di Jakarta Selatan.Metode: Data sampel diperoleh melalui koleksi tinja dari 157 siswa dari SDN Kalibata 04 Pagi dan kuesioner. Sampel tinja kemudian diperiksa langsung untuk mengetahui adanya infeksi parasit usus menggunakan pewarnaan lugol dan eosin. Kuesioner yang diberikan bertujuan untuk mengetahui status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua.Hasil: Insidens infeksi parasit usus di SDN Kalibata 04 adalah 38.2 . Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan kejadian infeksi parasit usus siswa, hal ini dapat dilihat pada analisis statistik pendudukan orang tua p = 1,0 dan pendapatan orang tua p = 0,5 . Tingkat pendidikan juga tidak memiliki korelasi dalam kejadian infeksi parasit usus siswa p = 1,0 Kesimpulan: Secara keseluruhan, infeksi parasit usus di SDN 04 pagi cukup tinggi, namun tidak ada korelasi antara kejadian infeksi parasit usus pada siswa SDN Kalibata 04 Pagi dengan status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua mereka. Kata kunci: status sosial ekonomi, infeksi intestinal, parasite"
[;;, ]: 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Sakina Zhafira
"ABSTRAK
Infeksi parasit usus adalah salah satu infeksi tersering di Indonesia, khususnya di Jakarta dikarenakan kebersihan diri dari orang Jakarta rendah. Infeksi ini sering menyerang anak-anak maka dari itu riset ini dibuat, untuk melihat adanya hubungan antara infeksi parasit usus dengan umur serta jenis kelamin. Metode penelitian yang digunakan adalah potong silang. Data diperoleh daripemeriksaan feses menggunakan pewarnaan lugol dan eosin dan kuesioner . Setelah itu, semua data di olah menggunakan Chi-Square test yang ada pada SPSS versi 17. Dari 157 sampel yang dikumpulkan, terdapat 60 siswa yang terinfeksi atau sekitar 38.2 dari populasi total. Umur dikategorikan menjadi 2 grup, grup yang pertama adalah grup dengan umur diantara 6-8 tahun 38.2 sementara grup kedua antara 9-11 tahun 61.8 . Rata-rata dari umur siswa adalah 9.5 tahun dan dari grup pertama, ditemukan 22 murid yang terinfeksi, sisanya tergolong ke grup ke 2. Untuk jenis kelamin, terdapat 78 siswa perempuan dan 79 siswa laki-laki yang memnuhi kriteria inklusi, di dalamnya terdapat 32.1 siswa perempuan yang terinfeksi dan 44.3 siswa laki-laki yang terinfeksi. Dari perhitungan statistik terdapat hubungan yang signifikan P=0.039 antara umur dan infeksi parasit usus, sementara itu, tidak ada hubungan ntara jenis kelamin dan infeksi parasit usus P=0.114 . Insidens infeksi parasit usus cukup tinggi pada anak usia sekolah di Jakarta Selatan. Dan ternyata faktor umur memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian infeksi parasit usus pada anak-anak tersebut.

ABSTRAK
Intestinal parasitic infection is one of the most common infections specifically in Indonesia because the location of Indonesia that is in tropical area, and the hygiene of Indonesia rsquo s people especially Jakarta is poor. Intestinal parasitic infections mostly infect children, and the purpose of this research is to know whether age and gender have correlation with it. This research using cross sectional method. Data was collected by using direct examination of stool with lugol and eosin and by interviewed questionnairees. Then, data was analyzed and compared by using chi square test, SPSS version 17. 157 samples are collected and from all samples there are 60 students or 38.2 from total population who was infected by intestinal parasite. Age category is divided into 2, 6 8 years old 38.2 and 9 11 years old 61.8 and the age average is 9.5 years old. 22 students from the 1st group of age found positive intestinal parasitic infection while the rest 38 students are included in the second categories. For the gender, there are 78 female and 79 male students that meets the inclusion criteria, and from all of that, 32.1 female and 44.3 of male infected by intestinal parasitic infection. Statistically, there is siginificant correlation between age and the incidence of intestinal parasites infection P 0.039 while there is not with gender P 0.114 . Overall, the incidence of intestinal parasitic infection is quite high in the school aged children population. Additionally, age has a significant correlation while gender has no correlation with the incidence of intestinal parasitic infection"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Aulia Rahma
"ABSTRAK
Infeksi parasit usus merupakan salah satu infeksi parasit yang paling umum di negara berkembang. Penyakit ini memiliki berbagai dampak dalam berbagai aspek kehidupan seperti pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi, dan anemia. Sebuah studi cross sectional dilakukan pada bulan Mei, 2015, di antara 157 siswa SD di Jakarta Selatan, Indonesia. Kuesioner digunakan untuk menilai kebersihan pribadi dari subyek penelitian. Sampel feses dikumpulkan dari subyek penelitian dan diperiksa menggunakan teknik pemeriksaan langsung untuk mengidentifikasi parasit di usus. Analisis regresi logistik bivariat dilakukan dan signifikansi ditentukan oleh nilai P kurang dari 0,05. Insiden keseluruhan infeksi parasit usus adalah 38,2 . Parasit yang paling dominan adalah B. hominis 44 69,4 diikuti oleh G.intestinalis 8 15,3 , E.coli 3 1,9 , cacing tambang 1 1,4 dan T. trichiura 1 1,4 . Tidak ada perbedaan signifikan antara insidensi infeksi parasit usus dengan penggunaan alas kaki p = 0,972 , pemotongan kuku seminggu sekali p = 0.718 , mencuci tangan sebelum makan p = 0.688 , dan mencuci tangan setelah buang air besar p = 0,618 , Namun ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku dan IPI. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian IPI dengan kebersihan pribadi pada aspek kebersihan kuku, menunjukkan kebutuhan intervensi seperti pendidikan kesehatan pada perilaku kebersihan kuku.

ABSTRAK
Intestinal parasitic infection is still one of the most prevalent parasitic infections in developing countries. This disease may have several impacts in children rsquo s growth and development, nutritional status, and anemia. A cross sectional study was performed in May, 2015, among 157 pupils in a primary school in South Jakarta, Indonesia. Structured questionnaire was developed to assess the personal hygiene behavior of the students. Faecal samples were collected from study subjects. A bivariate analysis was done. The overall incidence of intestinal parasite infections of 157 students finding was 38,2 . The most predominant parasite was B. hominis in 44 students 69,4 followed by G.intestinalis in 8 students 15,3 , E.coli in 3 students 1,9 , Hookworm in 1 students 1,4 and T.trichiura in 1 students 1.4 . There is no significant difference between prevalence of Intestinal Parasitic Infection with footwear usage p 0.972 , nail cutting once a week p 0,718 , handwashing before meal p 0,688 , handwashing after defecations p 0.618 , however there is a significant relation between nail cleanlilness p 0.03 and IPI. It can be conclude that there is a significant association between incidence of IPI with personal hygiene on nail cleanliness aspect indicating the requirement of interventions like health education on the nail hygiene behaviour. "
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaima Kamila
"Latar Belakang : Masalah status gizi kurang masih menjadi salah satu problem kesehatan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia hingga saat ini. Berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulanginya namun belum membuahkan hasil. Untuk menyelesaikan masalah status gizi diperlukan pemahaman yang mendalam atas faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, dimana salah satunya adalah asupan kalori harian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori harian.
Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 73 orang anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids dengan menggunakan desain cross-sectional. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh dan asupan nutrisi harian. Status gizi diukur dengan menggunakan persentil kurva Center for Disease Control (CDC) sedangkan asupan nutrisi harian dengan metode wawancara. Selanjutnya dicari hubungan antara keduanya dengan menggunakan software SPSS 11.5.
Hasil : Rerata tinggi badan (132,09cm) dan berat badan (27,07kg) responden tidak ideal berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Responden umumnya memiliki status gizi normal berdasarkan ketiga status gizi yaitu 50,7% (BB/U), 71,2% (TB/U), dan 63 % (IMT). Mayoritas responden mendapatkan asupan nutrisi harian yang normal (60,3%). Analisis variabel dengan menggunakan two sample Kolmogorov-Smirnov test untuk menentukan hubungan antara status gizi dan asupan nutrisi harian adalah p=1,000 (BB/U)., p=0,461(TB/U), dan p=0,799 (IMT).
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan kalori harian dan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids.

Background : Nutritional Problem has been one of many health problems which are faced by Indonesian people until now. Various programmes have been launched by the government to overcome this problem but still have not get significant result. To handle this nutritional problem, we need to understand completely about all factors influnce the nutritional status. One of those key factors is daily calorie intake.
Method: This research conducted on 73 schoolaged children who were registered in KampungKids Foundation using crosssectional method. Data collected were gender, age, weight, height, body mass index (BMI) and daily calorie intake. Nutritional status was measured by using CDC percentile curve. In other hand, daily calorie intake data were collected by interviewing. The data then were analyzed with SPSS 11.5 software.
Result : The height average (132,09cm) and weight average (27,07kg) were not ideal according to Nutritional Sufficiency Value (AKG) 2004. Most of the respondent had normal nutritional status for all indicators : 50,7% for (Body Weight/Age), 71,2% for (Body Height/ Age), and 63% for (BMI/Age). Most of respondents had normal daily calorie intake (60,3%). Analysis of variables using two sample Kolmogorov-Smirnov test to find the association between daily calorie intake and nutritional status gave results, p=1,000 (BW/A), p=0,461(BH/A), and 0,799 (BMI).
Conclusion : There is no significant association between daily calorie intake and nutritional status among school-aged children in Kampung Kids Foundation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Indah Citra Narini
"Latar belakang: Infeksi parasit usus (IPU) masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Utamanya, IPU disebabkan oleh STH dan protozoa usus. IPU berhubungan dengan penurunan kadar Hb dan mekanisme pertahanan inang melalui golongan darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi parasit usus dalam variasi tipe golongan darah dengan kadar hemoglobin pada siswa sekolah dasar di Jakarta Utara.
Metode: Studi cross-sectional dilakukan di salah satu sekolah dasar di Jakarta Utara yang telah mengikuti Program Penanggulangan Cacingan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Tahun 2017). Total 215 siswa didapatkan melalui teknik consecutive sampling. Intensitas dan prevalensi IPU diukur dengan metode Kato-Katz dan apusan langsung pada sampel tinja yang dikumpulkan dari tiap siswa. Kadar Hb siswa diukur dengan EasyTouch® GCHb. Golongan darah ABO siswa diuji melalui reaksi aglutinasi dengan reagen.
Hasil: Pada 215 siswa, spesies parasit usus yang paling banyak ditemukan adalah A. lumbricoides (6,0%) dan B. hominis (5,1%), Ditemukan 30 siswa mengalami anemia (14,0%). Tipe golongan darah yang ditemukan, antara lain golongan darah A (29,8%), golongan darah B (31,6%), golongan darah O (32,1%), dan golongan darah AB (6,5%). Melalui analisis bivariat tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara IPU dengan kadar Hb dalam variasi golongan darah (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara IPU dengan kadar Hb dalam variasi golongan darah pada siswa sekolah dasar yang telah mengikuti Program Penanggulangan Cacingan di Jakarta Utara

Introduction: Intestinal parasitic infection (IPI) is still a public health problem in Indonesia and primarily caused by STH and intestinal protozoa. IPI is associated with decreased Hb levels and host defense mechanism depends on blood groups. Therefore, the aim of this study is to determine the association between IPI and Hb levels in blood groups variation in elementary school students in North Jakarta.
Method: A cross-sectional study was conducted in one of the elementary schools in North Jakarta that has participated in the Deworming Program. Total 215 students were collected through consecutive sampling techniques. Intensity and prevalence of IPI were measured by the Kato-Katz method and direct smear on stool samples collected from each student. Students' Hb levels were measured by EasyTouch® GCHb. Students' ABO blood group was tested by agglutination reaction with reagents.
Result: From 215 students, the most common IPI’s species were A. lumbricoides (6.0%) and B. hominis (5.1%). It was found that 30 students had anemia (14.0%). The blood group found included blood type A (29.8%), blood type B (31.6%), blood type O (32.1%), and blood type AB (6.5%). Through bivariate analysis, no statistically significant association was found between IPU and Hb levels in blood type variation (p > 0.05).
Conclusion: There was no statistical association between IPU and Hb levels in blood groups variation in elementary school students who had participated in Deworming Program, North Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Saat ini kondisi status gizi anak usia sekolah di Indonesiacukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari data Departemen Kesehatan (2004), bahwa pada tahun 2003, bahwa 27,5% anak Indonesia kurang gizi. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan perbaikan pada semua aspek kesehatan termasuk status gizi. Program perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkaitan erat dengan kebersihan diri diharapkan dapat meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi msyarakat pula. Akan tetapi, belum terdapat bukti yang jelas yang membahas keterkaitan langsung antara tingkat pengetahuan menjelaskan hubungan antara hubungan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan diri dengan status gizi khususnya pada kelompok anak usia sekolah.
Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 78 anak usia sekolah di bawah binaan Yayasan X, penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk menilai tingkat pengetahuan responden, kondisi status gizi di Yayasan X, dan mencari hubungan di antara keduanya.
Hasil: Jumlah subjek laki-laki pada penelitian ini (45 anak)lebih banyak dibanding jumlah subjek perempuan (33 anak) Usia rata-rata anak tersebut adalah 10,10 tahun ± 1,43 tahun, dengan berat badan rata-rata 26,18 kg ± 5,55kg dan tinggi badan rata-rata 130,67cm ± 8,32cm. Semua data yang didapat dianalisis dengan menggunakan Chi-square test untuk melihat ada tidaknnya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan X. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dan status gizi yang diukur berdasarkan indikator persenti berat badan terhadap umur (p=0, 212), tinggi badan terhadap umur (p = 0,318), dan persentil body mass index(p = 0,117). Akan tetapi, dapat dilihat bahwa anak dengan tingkat pengetahuan yang baik cenderung memiliki status gizi yang baik pula.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah, namun terlihat adanya efek positif dari kebersihan diri dalam kaitannya dengan status gizi.

Background: Nowadays, nutritional status of school-aged children in Indonesia is devastating. According to Ministry of Health (2004), in 2003 27,5% of Indonesia children is undernourished. In order to achieve the vision of Indonesia Sehat 2010, a full sector improvement is required, including improvement of nutritional status in school-aged children. The Healthy and Hygiene Lifestyle Programme (Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat) which include personal hygiene improvement is expected to be able to improve the nutritional status in Indonesia. However, there are no sufficient evidence proving the effectiveness of personal hygiene improving nutritional status, especially in school-aged children group.
Methods: The research was conducted in X Foundation, with 78 school-aged children as the subjects. This research uses cross-sectional designed to identify the personal hygiene knowledge of subjects, nutritional status of subjects, and associationbetween the personalhygiene knowledge and nutrional status.
Result: The total of male subjects (45 kids) is more than the total of female subjects (33 kids). The avarage age for the subject is 10,10 years old ±1,43 years old, the avarage weight for the subject is 26,18kg ± 5,55kg, and the avarege height for the subject is 130,67cm ± 8,32cm. The collected data is analyzed usingchi-square test to prove the association between personal hygiene knowledge and nutritional status in school-aged children in KampungKids Foundation. The result shows there is no significant association between personal hygiene knowledge and nutritional status indicators, such as, weight-age-percentils (p=0,212), height-age-oercentils (p = 0,318), dan body mass index percentils(p = 0,11 7). However, school-aged children with better personal hygiene knowledge tend to have better nutrional status.
Conclusion: There are no significant association between hygiene knowledge and nutritional status of school-aged children in X Foundation. However, personal hygiene knowledge shows positive benefits to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diadikma Belarosa
"

Pendahuluan : Infeksi parasit usus disebabkan oleh STH dan protozoa. Faktor risiko infeksi parasit usus antara lain higienitas dan sanitasi yang buruk, kekurangan air bersih, kekurangan nutrisi, serta kontak dengan sumber infeksi. Di Indonesia salah satu kawasan rural adalah Kabupaten Bogor. Sementara itu Jakarta sebagai kawasan urban, penduduknya juga memiliki faktor risiko terhadap infeksi parasit usus terutama anak-anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi infeksi parasit usus.

Metode           : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan data hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling pada populasi anak usia 4-9 tahun atau sedang dalam tingkat pendidikan PAUD hingga SD/MI/sederajat di Kabupaten Bogor (sebagai kawasan rural) dan Kota Administrasi Jakarta Barat (sebagai kawasan urban). Sampel berjumlah 620 dengan jumlah sampel dari masing-masing kawasan adalah 310. Data diolah dengan menggunakan uji chi square atau Fisher exact.

Hasil               : Prevalensi infeksi cacing di kawasan rural 3,2% sedangkan di kawasan urban 1,0% dengan nilai p = 0,09 (OR = 3,33; IK 95% = 0,93 – 11,99). Infeksi cacing didominasi STH spesies A. lumbricoides. Prevalensi infeksi protozoa di kawasan rural 31,3% sedangkan di kawasan urban 16,5% dan didapat nilai p = 0,00 (OR = 1,90; IK 95% = 1,41 – 2,57). Spesies yang paling banyak ditemukan adalah B. hominis. Terdapat infeksi tunggal dan infeksi campur, namun prevalensi infeksi parasit usus (kombinasi cacing dan protozoa) tidak dapat dihitung karena infeksi hanya ditemukan di kawasan rural (5 kasus).

Diskusi           : Infeksi cacing memiliki prevalensi relatif rendah. Hal ini dapat terjadi apabila kontak dengan tanah sebagai sumber utama infeksi berkurang atau pengobatan yang adekuat. Sementara itu tingginya prevalensi infeksi protozoa usus dapat disebabkan oleh konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi kista protozoa. Kontaminasi dapat terjadi antara lain akibat higienitas dan sanitasi buruk, fasilitas MCK yang tidak memadai, dan kekurangan air bersih.

Kesimpulan    : Prevalensi infeksi parasit usus lebih tinggi di kawasan rural dibanding dengan kawasan urban. Terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi protozoa usus, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi cacing usus.


Introduction  : Intestinal parasitic infection is commonly caused by STHs and protozoa. The risk factors of the infection are poor sanitation and hygiene, lack of clean water, lack of nutrition, and having contact with sources of infection. In Indonesia, one of rural area is Bogor District. Meanwhile, Jakarta as an urban area was considered to have the risk factors of intestinal parasitic infection, particularly children. Therefore, this study aims to know the association between intestinal parasitic infection and rural or urban as living area.

Method           : This study used a cross-sectional design and the results of survey conducted by Indonesia’s Ministry of Health in 2017. Sample was collected by consecutive sampling method among children who were at age 4th – 9th years old or being a student in early childhood education program or kindergarten and elementary school in Bogor District (as rural area) and Jakarta Barat (as urban area). Total were 620 samples that was divided into 310 samples for each area. Data was analyzed using chi square test or Fisher exact test.

Result             : The prevalence of helminths infection in rural area was 3,2% whereas  in urban area was 1,0% with p = 0,09 (OR = 3,33; CI 95% = 0,93 – 11,99). Helminths infection was dominated by STH especially A. lumbricoides species. The prevalence of protozoa infection was 31,3% found in rural area and 16,5% found in urban area (p = 0,00; OR = 1,90; CI 95% = 1,41 – 2,57). The most prevalence species was B. hominis. There were single and mixed infections in each area, however the prevalence of intestinal parasitic infection caused by both helminth and protozoa was unable to count because it is only found in rural area (5 cases).

Discussion      : The prevalence of helminths infection was relatively low. It was possibly because of diminishing contact with soil as the main transmission media or adequate treatment had been given. Meanwhile, the prevalence of protozoa infection remains high probably due to consumption of contaminated water and foods by the cysts. Contamination happens as consequences of poor sanitation and hygiene, insufficient latrines, and lack of clean water.

Conclusion     : The prevalence of intestinal parasitic infection was higher in rural compared to urban area. There was statically significant difference between rural or urban as living area and the prevalence of protozoa infection, nevertheless there was not statically significant difference between living area and the prevalence of helminths infection.

"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Salim S Alatas
"Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35 responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%) memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden (28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji Fisher?s Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan tingkat asupan kalsium harian.

The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional. This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people (87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status (weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%) categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21 people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fisher?s Exact Test, which gave result that weren?t have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p= 1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fienda Ferani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat infeksi parasit usus pada anak-anak di sebuah panti asuhan yang terletak di Jakarta Timur pada tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional. Sejumlah 155 anak dijadikan sampel penelitian melalui sampel feses yang telah dikumpulkan. Data dan sampel tersebut diambil pada tanggal 10 Mei 2012. Spesimen yang telah terkumpul sejumlah 50, diperiksa di laboratorium melalui mikroskop dengan pewarnaan lugol 1 %. Hasil dari pemeriksaan tersebut kemudian didata dengan komputer, lalu diolah menggunakan program SPSS versi 11.5. Data tersebut lalu dianalisis dengan uji Chi-square dan Fischer Exact.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa prevalensi infeksi parasit usus pada 50 anak Panti Asuhan X yang telah mengumpulkan pot feses adalah 16 (32%). Jumlah tersebut terbagi menjadi 13 (26%) B.hominis, 4 (8%) G.lamblia, 1 (2%) B.hominis + G.lamblia. Dengan demikian didapatkan hubungan bermakna pada prevalensi infeksi parasit usus dengan usia dan tingkat pendidikan (Chi-square, p<0,05), sementara tidak didapatkan hubungan bermakna pada prevalensi infeksi parasit usus dengan kedua jenis kelamin (Fischer, p>0,05). Disimpulkan bahwa prevalensi infeksi parasit usus pada anak panti asuhan di Jakarta Timur tahun 2012 berhubungan dengan usia dan tingkat pendidikan, namun tidak berhubungan dengan jenis kelamin.

This research was conducted to find the prevalance of intestinal parasitic infection on Children in an orphanage located in East Jakarta, in the year of 2012. The research design was done by using cross-sectional design. A number of 155 children was taken as a sample for the research by collecting their feces. The data and specimen were collected on 10th of May 2012. About 50 samples were examined in laboratory with microscope and lugol 1% staining. The results from the examination were processed with SPSS version 11.5. The result were then analyzed with Chi-square and Fischer Exact.
The result shows prevalence of the intestinal parasitic infection from the 50 children in Orphanage X examined 16 (32%) children, with the details of 13 (26%) B.hominis, 4 (8%) G.lamblia, and 1 (2%) B.hominis + G.lamblia infection. From the results, we could see a significant relation between the prevalence of intestinal parasitic infection with age and education level (Chi-square, p<0,05), while there were no significant relation between the prevalence of intestinal parasitic infection and gender (Fischer, p>0,05). It is concluded that the prevalence of intestinal parasitic infection related to age and education level, but not related with gender."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>