Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rambat Lupiyoadi
"This research mainly discusses about the effects of applying revenue management, specifically in the contexts of inventory control (variation in ticket prices for the same flight and class) and denied boarding (permissibility of reservations exceeding carrying capacity as a hedging practice over the possibility of tickets cancellation) on the customers? satisfaction toward airlines in Indonesia. Experimental method was applied on the research, involving students from University of Indonesia as participants. The results showed that inventory control policy partly affected customer satisfaction, while the denied boarding policy fully affected their satisfaction. These research findings can contribute to further studies on consumers? behaviour in dynamic airlines industry, mainly in emerging markets such as Indonesia.

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh penerapan manajemen pemasukan (revenue management), khususnya dalam konteks pengendalian inventori (inventory control , yaitu variasi harga tiket dalam penerbangan dan kelas yang sama) dan penolakan untuk naik pesawat (denied boarding, praktik jumlah reservasi yang melebihi kapasitas angkut pesawat sebagai praktik antisipasi kemungkinan pembatalan tiket oleh penumpang) terhadap kepuasan konsumen pada perusahaan penerbangan di Indonesia. Penelitian ini menerapkan metode eksperimen, dengan melibatkan mahasiswa Universitas Indonesia sebagai partisipan dalam eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian inventori secara parsial mempengaruhi kepuasan pelanggan, sedangkan denied boarding mempengaruhi kepuasan pelanggan secara penuh. Temuan penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap studi tentang perilaku konsumen industri penerbangan yang dinamis, khususnya dalam pasar yang berkembang seperti di Indonesia."
Management Research Center (MRC) Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewantara, Made Handijaya
"ABSTRAK
This study sets in objective to answer the question how the airline industry could survive through covid-19 based on tourism perspective. It will also describe plan of crisis management after pandemic for airline industry in Indonesia."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 50 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Makiyah Rachmawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari tata kelola perusahaan dalam hal board characteristics terhadap kinerja perusahaan dalam industri penerbangan. Secara khusus, penelitian ini menguji efek dari busy directors dan background of directors terhadap revenue passenger kilometers dan operating profits sebagai dua ukuran kinerja perusahaan penerbangan. Terlepas dari apakah perusahaan penerbangan menerapkan one-tier board system atau twotier board system, penelitian ini menggunakan analisis data panel dari 15 perusahaan selama kurun waktu 10 tahun (2004-2013) dari Asia dan Eropa yang sebagian besar sampel merupakan pembawa bendera negara mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa busy directors secara signifikan mempengaruhi kinerja maskapai dengan efek negatif, terhadap revenue passenger kilometers dan operating profits. Background of directors, di sisi lain terbukti memiliki efek positif dan signifikan terhadap kinerja maskapai.

The aim of this research is to examine the impact of corporate governance in terms of board characteristics towards firm performance in the airline industry. Specifically, this thesis tests the effects of busy directors and background of directors on revenue passenger kilometers and operating profits as the two measures of airline performance. Regardless of whether the airline companies practice one-tier board system or two-tier board system, this study uses panel data analysis of 15 companies for a period of 10 years (2004-2013) from Asia and Europe that are mostly flag carriers of their countries.
The results shows that busy directors are significant that affect airline performance negatively, in terms of revenue passenger kilometers and operating profits. Board of directors background on the other hand is proven to have a positive effect and significantly influence airline performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufiq Rochman; Sudarmadi
"ABSTRAK
Deregulasi dibidang usaha jasa angkutan udara InternasiOflal
yang dimUlai di Amerika Serikat, ditandai dengan diperbolehkannya
setiap Airline yang ada untuk menentukan tarif, jumlah frekuensi
penerbangan dan menetapkan rute penerbangan sendiri. Hal ini
mengakibatkan banyak perusahaan penerbangan melakukan strategi
perang tarif untuk memperoleh panysa pasar didalam pasar yang
ada. Sebagal Flag Carrier, maka Garuda Indonesia juga harus rnampu
mengantisiPasi kondisi di pasar Internasional demikiari itu dengan
menerapkan strategi yang tepat untuk dapat mempertahankan ataU
bahkan meningkatkan keberadaannya.
Sebagai akibat adanya perang tarif di pasar Internasional,
maka munculah bermacam-macam jenis tarif untuk kelas kompartemen
yang sama, terutarna kelas ekonorni. Hal ini mengakibatkan kemung
kinan terjadinya dilusi, yaltu pendapatan yang rendah pada jumlah
penumpang yang tiriggi karena terlalu banyak penumpang yang mmnba
yar tiket dengan potongan harga, atau penumpang yang naik kelas
karena hadiah. Untuk mengatasi hal tersebut maka Airline perlu
menerapkan suatu Yield Management agar tetap rnendapatkan profit
yang maksimal walaupun harus menerapkan jenis tarif yang berbeda
dalam kelas yang sama.
Sudah saatnya PT. Garuda Indonesia menerapkan Yield Manage
ment agar mampu bersaing dipasar Internasional, disamping saat
ini Garuda Indoneala telah banyak memiliki staff yang mengerti
tentang konsep Yield Management, juga memiliki sistem pencatatan
harga tiket yang dibayarkan penurnpang yang akan mendukung penera
pan konsep tersebut. Dengan menggunakan Yield Management kita
dapat meramalkan Jumlah penumpang untuk tiap kelas tarif dalam
suatu penerbangan dengan menggunakan data historia, juga kemudian
dapat dihitung alokasi kursi (seat allocation) dan otorisasi
pesanan berlebih (authorized capacity) untuk tiap kelas tarif
tersebut, agar tetap mendapatkan profit yang maksimal dalam suatu
penerbangan.
Jika kita ingin menerapkan Yield Management pada jalur?jalur
penerbangan yang tersebar dan dalam jumlah yang besar, dimana
akan melibatkan penggunaan data yang juga cukup besar, maka
pengolahannya perlu menggunakan bantuan perangkat komputer. Kami
rnengusulkan suatu Model Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau
Decision Support Systems (DSS) berbasis komputer untuk mengatasi
perrnasalahan penerapari Yield Management diatas. Untuk mengembang
kan SPK tersebut, maka perlu rnemodif?ikasi sistem reservasi yang
telah dimiliki dengan menambahkan kemampuan pencatatan kelas
tarif untuk kelas kompartemen ekonomi. Disamping itu agar terca
pai hasil yang lebih optimal dalam penerapan SPK tersebut, maka
perlu dilakukan riset pasar? untuk memperoleh hasil yang lebih
baik teritang perkiraan kebutuhan kelas tarif dan peramalan jum?Iah
penumpangnya.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Putra Rusly
"The airline industry has been challenged, during the last years, by the opening of the European market, the adjustments required to deal with the new competitive environment and the pressure of the US open skies strategy. European airlines have developed innovative strategies in order to adapt themselves to market growth and competition challenges. During the last decade they have achieved considerable productivity improvements, which now permits the sector to create new jobs. However they still suffer from relative structural fragmentation and financial fragility when compared to their main competitors, notably North-American carriers.
Liberalization and globalization make the market increasingly competitive and require airlines to undertake large restructuring efforts. European Commission authorized state aid as a one-off measure to help national carriers to restructure during the transition to the liberalized single market. This transition is now over. The airline industry suffers from the same handicap as other industries in Europe, justifying general initiatives enhancing the efficiency of the economic environment.
The 11 September 2001 Tragedy no matter terrible should be identified as a one-off event and not a structural crisis. Air France wanted to act quickly while at the same time taking measures that could be easily reversed when needed. It needed quick action while at the same time avoiding over-reaction. Air France announced an adjustment plan on 18 September. which included among other things a freeze on hiring, a reduction in capacity and a number of cost-saving measures. Air France constantly shifted Its capacity regionally as it betted on the fact that the strength of Its hub, Paris/COG 2, allows it to resist the downturn and attract customers to Paris, thus gaining market share.
By the end of November, instead of a growth forecast of 7% over the winter of 2000, Air France had the results stabilized and the winter of 2001 was on the same level as the year before. The capacity reduced less than others but the load factors and the yields, whereas the figures for the European airlines were down 10% and even worse ¡n the U.S.
In general, and despite the huge financial losses it incurred, the European airline industry reacted much better this time than during the Gulf War crisis of 1990-91. This is largely due to greater flexibility in managing capacity and to a certain self- imposed discipline, which avoided a potentially disastrous fares war. In the end the fare structure might be imposed instead, which basically covered the costs.
Though for some other airlines still questionable, the alliances played an important role in helping Air France manage the crisis. In spite of some initial problems between European and U.S. carriers due to what was perceived as dumping practices on the part of the Americans, at a later stage a dialogue was possible on the issue of fares, thus avoiding much heavier losses. In this case, Air France was able to talk to Delta on these Issues after receiving antitrust immunity in January. In the future, the alliances may play an even larger role in minimizing the impact of such event, market slowdown, or even economic turndown.
Overall revenue figures for the industry are still down in the largest markets. There is still a depressed demand in the U.S. We are also facing additional costs as a result of 11 September, in particular ¡n the areas of security and insurance. Just in terms Of insurance, Air France is facing an annual cost increase of around US$100m.
Airline industry apparently cannot cover its capital costs. The authorities seem to realize it but they easily forget it as soon as the routines clock back. Unfortunately, if traffic decreases, the airports and the air traffic control authorities immediately increase their charges in order to compensate for lost revenue. There a great imbalance amongst player in the air transport industry.
Part of the blame for this, of course, lies within the industry. The low-cost carriers, for instance, while playing a useful role in opening up a new market segment to aviation are also damaging the industry as a whole. Their product is different, they occupy a niche of their own but in their communication they imply.
Air France practiced renegotiation, delivery delay, and restructures operating lease, which enables itself to withdraw aircraft from the fleet without being financially penalized. 11 September obviously spurred the airlines to slightly alter their plans and at least to anticipate some measures. Nine A310s were withdrawn from the fleet of Air France nine months ahead of time. They will be replaced by A330-200s. Two 747-200s and one 767 were withdrawn from long-haul operations, while in the medium-haul sector operating leases on three A321 s and one 737-300 were not renewed. The use of short-to-medium term operational leases has given Air France great flexibility in times of crisis. It seems that Air France learned the lesson of 1991 when it received brand-new aircraft that ended immediately parked iri the desert.
Strategic alliance is considered to have helped in avoiding cost increases, and building synergic complementary network. Through a code share, one could double a frequency without any spending. This means altogether substantial investment savings. On the cargo side, SkyTeam, for example, has developed frreaChiflg synergies between Air France, Delta and Korean.
The alliances are still a very young phenomenon and they have not yet expressed all their potential. Common marketing strategies might do the trick, while preserving the identity and ¡mage of each partner, will also fosters the growth of the SkyTeam brand. The alliance has made much progress over the past three years and the antitrust immunity granted in January will lead to a qualitative jump in its partner relationship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamma Alicia Dewi
"Pada akhir tahun 2018, tarif tiket pesawat untuk penerbangan domestik kelas ekonomi dari berbagai maskapai telah melambung tinggi. Kenaikan harga tiket yang signifikan dinyatakan dipicu dari kenaikan harga avtur dan penurunan nilai tukar Rupiah. Struktur industri penerbangan yang dikuasai oleh dua group besar juga dinilai telah memicu terjadinya kenaikan harga tiket. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah terhadap adanya dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat karena adanya pergerakan tarif tiket pesawat yang seragam dari maskapai-maskapai di Indonesia. Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai bahwa kenaikan dan penurunan tarif tiket pesawat oleh maskapai penerbangan telah memberikan indikasi awal atas adanya tindakan yang bersifat anti persaingan yakni dugaan pelanggaran penetapan harga oleh para maskapai penerbangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan tipe penelitian yuridis-normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap kenaikan tarif tiket pesawat oleh para maskapai telah menunjukkan indikasi awal terjadinya sebuah praktik persaingan usaha tidak sehat diantara para maskapai, namun bukti-bukti yang diperoleh sampai saat ini belum cukup konklusif untuk dapat menyatakan telah dilakukannya pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dari kenaikan tarif tiket pesawat.

At the end of 2018, airline ticket prices for economy-class domestic flights from various airlines have soared. The significant increase in flight ticket prices was said to be triggered by the increase in avtur prices. The structure of the airline industry whcih is controlled by two large airline groups is also considered to have triggered an increase in ticket prices. The problem raised in this study is on the allegations of price fixing by the indications of parallel business conduct in the industry, both from full service airlines and no frills airlines or Low Cost Carriers. The competition supervisory commission in Indonesia (KPPU), considers that the parallel movement of flight ticket prices have provided an initial indication of anticompetitive actions, namely alleged price fixing violations as stipulated in Law Number 5 Year 1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Competition. The research method used in this thesis is juridical-normative type. The analysis of the case has concluded that there have not been found sufficient evidence to support the indications of anticompetitive practices among airlines to fix prices of domestic airline ticket prices."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Kuntjoroadi
"Looking to the passenger number achievement of PT. Garuda Indonesia (Garuda) and the developing of airline industry in Indonesia, it it obvious that the market competition of airline industry is very competitive. Such competition could be handled if Garuda could apply a marketing strategy that has a sustainable competitive advantage. This served as the background of the research which aimed at identifying the feasibility of applying the sustainable competitive advantage concept as the marketing strategy and to what extend it can be applied to identify competitive position of Garuda toward other competitors in the airline industry in Indonesia.
The research adoptive descritiptive method through data collection in a form of secondary and primary data. The former used books, annual reports and other document related with the research. As for the letter, questionnaires designed based on the Likert Scale were distributed to the personnel of Garuda in the head quaters and Jakarta Raya Branch Office. The research adopted Boston Consulting Group (BCG) matrix theory and the Sustainable Competitive Advantage (SCA) aproach. The BCG matrix was used to identify the competitive position of Garuda towards the competitors in the airline industry and the SCA was to analyse the component of competitors covering own product familiarity, familiarity towards competitors, familiarity towards the competitors' product and the component of competition techniques conspiring of cost advantage, product differenciation, market focus, pioneering products and market sinergy.
The result of this research despicted that competitive position of Garuda in the airline industry in Indonesia was the star quadran possesing the growth of long run opportunies. The strategies that could be adopted were forward integration, backward integration, horizontal integration, market penetration, market development and product development. Whereas the result of analysis of the component of prequisite condition of SCA concept war thing like the the familiarity of own product, familiarity of copetitors' product, cost advantage, product diferenciation, market focus and pioneering product receiving good/high level category and as for being familiar with the competitors possesing very good/very high category whereas the market sinergy obtained relatively good/relatively high category. Therefore it could be concluded that the SCA concept could be adopted as the marketing strategy of Garuda. The optimalize adoption of the SCA concept as the marketing strategy that possessed the sustainable competition required mending and improvement of such strategies as market synergy, human resources development and the market extention."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24589
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Setyopurnomo
"ABSTRAK
Kecenderungan jangka panjang dari jasa angkutan udara selalu dipengaruhi dan konsisten terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun dunia penerbangan secara keseluruhan menunjukkan angka yang menggembirakan, pada dasarnya profitability perusahaan penerbangan adalah marginal. Perusahaan penerbangan mempunyai keterbatasan dalam gerakannya, antara lain karena peraturan pemerintah. Demikian pula persaingan antar perusahaan penerbangan sangat ketat dan keras karena sifat dari business tersebut.
Perencanaan armada dengan metoda kuantitatif memerlukan data yang baik, relevan dan konsisten. Aspek yang penting dalam pembentukan model adalah pemilihan spesifikasi yang berdasarkan pada teori, empiris dan pertimbangan kepentingan pemakai.
Metoda kualitatif dapat juga dipakai untuk merencanakan armada tetapi harus dilakukan dengan metoda yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan yang mempunyai armada . yang besar sudah seyogyanya memiliki Biro Perencanaan dan Pengembangan yang berfungsi dengan aktif dalam merencanakan armadanya.
Dalam tiap divisi perlu dikembangkan bidang Reseach & Development untuk dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat, dan terkoordinasi dengan Pusat Perencanaan & Pengembangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effy Fibriana Dewi
"Pemilihan topik karya akhir ini dilatar belakangi oleh maraknya issue tentang Customer Relation Management (CRM), yang sering kali menjadi topik bahasan diberbagai media maupun seminar belakangan ini. CRIA merupakan suatu proses yang memfokuskan pada pandangan jangka panjang, yaitu memberi perhatian lebih banyak ke lifetime value pelanggan dan pada value transaksi. Perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba dalarn menerapkan konsep ini, salah satu dari mereka adalah PT. Merpati Nusantara Airline (MNA). Maskapai penerbangan domestik milik negara ini baru saja menerapkan konsep CRM di dalam perusahaannya. Dengan menganalisa performa CRM yang ada, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana cara efektif pengaplikasian konsep tersebut di dalam tubuh MNA.
Tingkat persaingan di industri penerbangan domestik saat ini semakin ketat, saat ini belasan maskapai telah beroperasi memperebutkan pangsa pasar penerbangan domestik. Dalam menghadapi persaingan ini MNA harus menerapkan strategi agresif melaiui pengaplikasian CRM, guna mengakuisisi pelanggan baru.
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode analisa kuantitatif. Adapun data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari MNA maupun survey, serta data sekunder dari literatur dan sumber-sumber lainnya. Survey perlu dilakukan untuk mengumpulkan data pendukung dalam menganalisa karakteristik pengguna jasa penerbangan Merpati. Survey dilakukan pada 150 pelaku bisnis di Jakarta, yang pernah menggunakan jasa penerbangan Merpati.
Dari analisa yang dilakukan ditemukan bahwa kendati hasilnya belum terlihat, namun pelaksanaan CRM di MNA tetap mendapat dukungan penuh dari manajemen, Hasil analisa juga menunjukkan dua faktor utama yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pengaplikasian CRM di MNA yaitu masih minimnya database pelanggan yang dimiliki, dan sumber daya manusia yang kurang mendukung. Database pelanggan merupakan faktor penting dalam pengaplikasian CRM, tanpa database yang balk akan sulit menyusun strategi marketing sesuai dengan karakter tiap pelanggan. Hasil survey demografi yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya 25.3% dan responden yang menjadikan Merpati sebagai pilihan pertama dalam melakukan penerbangan domestik. Dan 63.2% dari mereka adalah pegawai BUMN, yang 81.6% keputusan penerbangannya dilakukan oleh perusahaan.
Karya tulis ini memuat bagaimana cara yang paling efektif bagi MNA dalam membangun database pelanggannya, mulai dari struktur database yang seharusnya terdiri dari existing customer dan prospect, sampai bagaimana cara mendapatkan data pelanggan tersebut. Selain itu dituliskan juga strategi yang dapat dilakukan oleh MNA dalam upayanya mengakuisisi pelanggan loyal yang baru. Seperti menunjuk pegawal/petugas khusus untuk menyebarkan forrnula MEE serta mengumpulkan data prospect dari internet. Saran-saran yang diberikan dalam karya tulis ini merupakan alternatif paling relevan dan actionable bagi MNA, mengingat keterbatasan sumber daya yang dialokasikan untuk program ini. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aprillika
"Penelitian ini disusun untuk menganalisis peristiwa tidak diangkutnya penumpang dengan alasan melebihi kapasitas pesawat udara sebagai tindakan wanprestasi dan sebagai perbuatan melawan hukum serta menganalisis pengaturan dan pelaksanaan tanggung jawab pengangkut udara atas tidak diangkutnya penumpang dengan alasan melebihi kapasitas pesawat udara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah peristiwa tidak diangkutnya penumpang dengan alasan melebihi kapasitas pesawat udara dapat digolongkan sebagai tindakan wanprestasi dan sebagai perbuatan melawan hukum serta pengangkut udara dianggap selalu bertanggung jawab untuk memberi ganti rugi apabila terjadi peristiwa tidak diangkutnya penumpang dengan alasan melebihi kapasitas pesawat udara.
Dibutuhkan suatu definisi dan pengaturan yang lebih jelas mengenai peristiwa tidak diangkutnya penumpang dengan alasan melebihi kapasitas pesawat udara sehingga kepastian hukum bagi penumpang dapat lebih terjamin.

This research is analyzing denied boarding passanger as a failure to perform and as a tort and also analyzing the regulations and practices of the responsibility of airline of denied boarding passanger. This research is qualitative decriptive interpretative.
The result of this research are denied boarding passanger can be classified as a failure to perform and can be classified as a tort. In addition, airline always be responsible to give compensation if there is denied boarding passanger.
The researcher suggest that needs a definition and regulation more clearly about denied boarding passanger so the passanger can be more protected.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>