Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia G. Partakusuma
"Rumah Sakit sebagai sebuah institusi perlu menerapkan good corporate governance dan good clinical governance dalam meningkatkan mutu pelayanannya secara berkesinambungan. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pemerintah menyadari perlunya keleluasaan praktik berbisnis yang sehat di berbagai instansinya, sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 (PP 23/2005) mengenai Pengelolaan Keuangan BLU dan mengijinkan penerapannya dapat dilaksanakan di berbagai instansi pemerintah termasuk Rumah Sakit. Tujuan: Mengevaluasi tata kelola pada 4 (empat) Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali. Hasil penelitian: Terdapat perbedaan implementasi pada ke 4 (empat) RS Vertikal tipe A di Jawa dan Bali yang diteliti. Perbedaan tersebut adalah perbedaan pencapaian kelengkapan persyaratan dokumen tata kelola serta perbedaan pada 4 (empat) unsur tata kelola BLU sesuai PP 23/2005 yang meliputi 12 (dua belas) faktor terkait peningkatan mutu pelayanan menurut skema Donabedian1.a dan Glickman2.a, yaitu budaya korporat, penetapan BLU, hospital by laws, Renstra & RBA, pengembangan layanan, pengadaan barang dan jasa, standar pelayanan, penetapan tarif, pejabat pengelola, penetapan remunerasi, kepegawaian, pembinaan dan pengawasan. Diskusi: Perlunya peningkatan pemahaman pejabat pengelola satuan kerja, peningkatan kualitas pembinaan dan pengawasan, pembentukan pengelola khusus BLU di Kemenkes, pembentukan tim terpadu yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Diperlukan juga perubahan budaya organisasi, seleksi dan evaluasi RS BLU, pemenuhan syarat kelembagaan BLU, reward and punishment, peraturan yang jelas, rencana strategis dan rencana bisnis anggaran yang sesuai. Kebijakan publik yang tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuannya."
Depok: Pusat kajian administrasi kebijakan kesehatan (FKM_UI), 2014
351 JARSI 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Gardenia Partakusuma
"Rumah Sakit sebagai sebuah institusi perlu menerapkan good corporate governance dan good clinical governance dalam meningkatkan mutu pelayanannya secara berkesinambungan. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pemerintah menyadari perlunya keleluasaan praktik berbisnis yang sehat di berbagai instansinya, sehingga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 (PP 23/2005) mengenai Pengelolaan Keuangan BLU dan mengijinkan penerapannya dapat dilaksanakan di berbagai instansi pemerintah termasuk Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi tata kelola pada 4 (empat) Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali.
Terdapat perbedaan implementasi pada ke 4 (empat) RS Vertikal tipe A di Jawa dan Bali yang diteliti. Perbedaan tersebut adalah perbedaan pencapaian kelengkapan persyaratan dokumen tata kelola serta perbedaan pada 4 (empat) unsur tata kelola BLU sesuai PP 23/2005 yang meliputi 12 (dua belas) faktor terkait peningkatan mutu pelayanan menurut skema Donabedian dan Glickman, yaitu budaya korporat, penetapan BLU, hospital by laws, Renstra & RBA, pengembangan layanan, pengadaan barang & jasa, standar pelayanan, penetapan tarif, pejabat pengelola, penetapan remunerasi, kepegawaian, pembinaan & pengawasan.
Perlunya peningkatan pemahaman pejabat pengelola satuan kerja, peningkatan kualitas pembinaan dan pengawasan, pembentukan pengelola khusus BLU di Kementerian Kesehatan, pembentukan tim terpadu yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Diperlukan juga perubahan budaya organisasi, seleksi & evaluasi RS BLU, pemenuhan syarat kelembagaan BLU, reward & punishment, peraturan yang jelas, rencana strategis & rencana bisnis anggaran yang sesuai. Kebijakan publik yang tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuannya.

A hospital as an institution needs to implement good corporate governance and good clinical governance to improve service quality continuously. Public Service Agency (BLU) is a government agency established in order to provide services to the community in the form of supply of goods and/or services being sold without profit and doing activities based on the principles of efficiency and productivity. The government realized the needs for flexibility in healthy business practices of various institution, so it has issued Government Regulation No. 23, 2005 (PP 23/2005) of the Financial Management BLU and allow its application to be implemented in a variety of government agencies including the hospitals. The purpose of this research is to evaluate governance at four (4) type A vertical hospitals in Java and Bali.
The result of this study in four (4) type A vertical hospitals in Java and Bali showed that there are differences in the implementation. These include differences in achievement of the completeness document on good corporate governance as well as governance requirements documents as well as differences in the 4 (four) elements of governance from PP 23/2005 that includes 12 (twelve) related factors of Donabedian and Glickman’s scheme which are corporate culture, BLU establishment, hospital by laws, strategic planning & business plan budget, service development, procurement of goods and services, service standards, tariffs, management officer, remuneration, staffing, training and supervision.
This research suggested the need for improved understanding of work force management officer, the quality of guidance and supervision, the establishment of specialized managers in BLU in Ministry of Health, the establishment of an integrated team involving all stakeholders. Improvements needed in change organizational culture, BLU’s hospital selection & evaluation, BLU's institutional requirements, reward & punishment system, clear rules and strategic plan & business plan budget. Appropriate public policy to determine the success of a country in achieving its objectives is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Suarez Pratiwi
"Penelitian ini membahas dan mengulas tentang rencana strategis RS Mitra Keluarga Depok periode 2023-2027 dan menggunakan pendekatan Balance Scorecard sebagai pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan layanan selama periode waktu tersebut untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Rencana strategis ini dilakukan dengan melihat dampak rumah sakit terhadap empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode telaah literatur, wawancara, consensus decision making group (CDMG) dan telaah data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu input stage dengan melakukan analisis situasi berdasarkan faktor internal dan eksternal rumah sakit, matching stage untuk menentukan posisi agar rumah sakit mengetahui strategi apa yang harus dilakukan menggunakan matriks IE dan matriks TOWS, decision stage untuk menentukan strategi prioritas dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) serta implementasi dengan menyusun pedoman penerapan menggunakan pendekatan Balance Scorecard. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa terdapat beberapa faktor internal yang menjadi kekuatan bagi RS Mitra Keluarga Depok seperti visi misi dan pemasaran sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan rumah sakit adalah sumber daya manusia. Salah satu contoh faktor eksternal yang menjadi peluang bagi rumah sakit adalah geografi sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi rumah sakit adalah teknologi. Posisi strategi RS Mitra Keluarga Depok berada pada sel V dalam matriks IE yang berartikan Hold and Maintain. Oleh karena itu, rumah sakit dalam lima tahun kedepan memfokuskan pengembangannya dengan penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar dengan tersusunnya empat prioritas strategi yaitu: 1) pengembangan layanan unggulan (prostate and stone center), 2) penetrasi pasar dengan meningkatkan upaya-upaya pemasaran serta bekerja sama dengan komunitas, 3) mendorong semangat karyawan untuk selalu meningkatkan pelayanan prima, dan 4) mengembangkan budaya tata kelola yang baik dan meningkatkan inovasi terkait pelayanan digitalisasi Selain itu tersusun juga key performance indicator RS Mitra Keluarga Depok sebagai langkah-langkah untuk memenuhi pencapaian sasaran strategi.

This research discusses the strategic planning of Mitra Keluarga Depok Hospital 2023-2027 in identifying the strength, weaknesses, opportunities, and threat factors with the Balance Scorecard approach so it can be put to use as guidance in planning, implementing, and controlling service from 2023 through 2027. This strategic plan is carried out by looking at the hospital’s impact from four perspectives: finance, customer, internal business process, and learning and growth. This qualitative research uses several methods such as literature review, interviews, Consensus Decision Making Group (CDMG), and secondary data analysis. This qualitative research uses a literature review, interviews, group consensus decision-making (CDMG) methods, and secondary data analysis. This research was conducted in four stages, namely the input stage by conducting a situation analysis based on the hospital's internal and external factors, the matching stage to determine the position so that the hospital knows what strategy to do using the IE matrix, and the TOWS matrix, the decision stage to determine strategic priorities with Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) as well as implementation by compiling implementation guidelines using the Balanced Scorecard approach.The study results showed that several internal factors became strengths for Mitra Keluarga Depok Hospital, such as vision, mission, and marketing. In contrast, the internal factors that became the weakness of the hospital were human resources. An example of an external factor that becomes an opportunity for a hospital is geography, while an external factor that becomes a threat to a hospital is technology. The strategic position of Mitra Keluarga Depok Hospital is in cell V in the IE matrix, which means Hold and Maintains. Therefore, the hospital in the next five years, focuses its development on market penetration, product development, and market development by compiling four strategic priorities, namely: 1) developing center of excellence (prostate and stone center), 2) market penetration by increasing marketing efforts as well as working with the community, 3) encouraging employee enthusiasm to improve excellent service continuously, and 4) developing a culture of good governance and increasing innovation related to digitalization services. In addition, key performance indicators for Mitra Keluarga Depok Hospital were also prepared as steps to fulfill the achievements strategy goal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Budy Astuti
"RSCM adalah rumah sakit rujukan nasional, tersier, pelayanan sub spesialis dan sub spesialis luas. Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A menjadi sentral pelayanan rawat inap dengan 660 tempat tidur dari total 1033 kapasitas RSCM. Pasien yang dirawat di Gedung A 90 menggunakan alat kesehatan medis. Sistem manajemen Pemeliharaan alat medis penting untuk penyediaan alat medis yang siap pakai, laik pakai, dan aman. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan bagaimana perancanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemeliharaan. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalan, Forum Grup Diskusi FGD, telaah dokumen dan observasi. Hasil dari penelitian ini bahwa pendanaan, pemenuhan suku cadang, sarana dan prasarana, kebijakan dan system informasi berpengaruh dalam pelaksanaan system manajemenpemeliharaan alat medis.

RSCM is a national, tertiary referral hospital, sub specialist and sub specialist services. The integrated inpatient unit building a becomes the center of inpatient services with 660 beds out of a total of 1033 rscm capacity. 90 Patients treated in integrated inpatient unit Building A RSCM use medical equipment. Health Management system maintenance of medical devices is important to provide ready made, wearable, and safe medical equipment. The purpose is to know the factors that influence and how the planning, implementation, monitoring and evaluation of maintenance. Using qualitative research methods with in depth interviews, focus grup disscusion, document the review and observation. The results of this study that funding, fulfillment of spare parts, facilities and infrastructure, policies and information systems have an effect on the implementation of medical equipment maintenance management system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinahaq
"Tesis ini membahas bagaimana penyusunan SPO di departemen PT Medikaloka Hermina Tbk dan persepsi pengguna SPO di RS Hermina Kemayoran. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlunya menstandarkan atau membakukan panduan penyusunan SPO di departemen PT Medikaloka Tbk sesuai prinsip penyusunan SPO agar terdapat acuan bagi tim penyusun di departemen menghasilkan SPO sesuai dengan prinsip penyusunan SPO yaitu efisiensi dan efektifitas, berorientasi pada pelanggan, kejelasan dan kemudahan, keselarasan, keterukuran dan dinaamis; mengembangkan Document Management System yang sudah ada (Alfresco) agar lebih informatif dalam menyajikan informasi dan data produk SPO yang berlaku yang selalu diperbarui.

The focus of this study is how the preparation of SPO in PT Medikaloka Hermina Tbk's department and the perception of SPO users in Rumah Sakit Hermina Kemayoran. This research is quantitative descriptive interpretative. The researcher suggest that it is necessary to standardize the preparation of SPO in the department of PT Medikaloka Tbk according to the principles of preparation of SPO so that there is a reference for the drafting team in the department to produce SPO in accordance with the principles of preparation of SPO such as efficiency and effectiveness, customer-oriented, clarity and ease, harmony, measure and dynamism ; developing an existing Document Management System (Alfresco) to be more informative in presenting information and data on applicable SPO products that are always updated. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Erlina
"Identifikasi self efficacy mobilisasi pasien selama perawatan di rumah sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal penting yang harus dilakukan perawat untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi pasien sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan mengindari efek negatif immobilisasi. Instrumen pengkajian untuk mengidentifikasi self-efficacy mobilisasi dan bagaimana perannya terhadap kemampuan mobilisasi pasien sampai saat ini belum didapatkan.
Penelitian bertujuan mengembangkan instrumen self-efficacy mobilisasi yang terbakukan dan menemukan model teoritis tentang peran self-efficacy sebagai mediator terhadap kemampuan mobilisasi pasien.
Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pengembangan instrumen dan analisis model teoritis. Alur penelitian dilakukan dengan study kualitatif pada 10 pasien, uji validitas konten oleh 8 pakar dan uji keterbacaan pada 5 pasien, uji konstruk dengan confirmatory factor analysis CFA serta analisa model teoritis dengan structural equetion modeling SEM pada 306 pasien.
Hasil penelitian tersusun instrumen self-efficacy mobilisasi yang terdiri dari 17 item yang terbakukan dan diperoleh model teoritis yang sesuai tentang peran self-efficacy mobilisasi sebagai mediator. Self-efficacy menjadi bagian penting bagi perawat dan tim kesehatan lain dalam upaya mempercepat penyembuhan pasien melalui peningkatan kemampuan mobilisasi pasien.

Identifying the self efficacy of patient for mobilization during hospitalization and influencing factors are important for nurses in accelerating healing and avoiding the negative effects of immobilization.The assessment instrument for this purpose and how its role to the patient 39 s mobilization capability has not yet to established.
The purpose of this study is aimed to develop a standardized self efficacy for mobilization instrument and finding a theoretical model of the role of self efficacy as a mediator of patient mobilization abilities. This research has two stages. The first is the development of the instrument and the second is the theoretical model analysis.
The research was conducted with qualitative study on 10 patients. Content validity test by 8 experts and legibility test in 5 patients. Construct test with confirmatory factor analysis CFA and theoretical model analysis with structural equation modeling SEM in 306 patients.
The results of the study was found a self efficacy for mobilization instrument volving consist of 17 standardized items and obtained the appropriate theoretical model of the role of self efficacy for mobilization as mediators. Self efficacy as an important for nurses and other health teams in an effort to accelerate healing process of patients through performing early patient mobilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
D2363
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwitasari Restuning Ayu
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
TA1798
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Mohamad Akib Rahman
"ABSTRAK
Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiologi Rumah Sakit sebagai subsistem dari pelayanan medis di rumah sakit, secara khusus berfungsi memberikan pelayanan pencegahan, pengobatan, peningkatan dan pemulihan. Melalui Pemeriksaan Radiologi yang optimal diharapkan akan mampu mempersingkat lama perawatan, mempertajam diagnosa dini, yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pelayanan rumah sakit.
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu pemeriksaan Radiologi yang efektif, efisien, optimal dan aman dari bahaya radiasi, masih banyak kendala yang harus diatasi terutama aspek dasar hukum penggunaan radiasi, perizinan, organisasi dan tata laksana serta aspek Pengawasan Proteksi Radiasi yang sangat prinsipil.
Ada dua model penatalaksanaan pemeriksaan radiologi rumah sakit yaitu yang mempunyai model sentralisasi dan model desentralisasi, masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dilakukan penelitian yang menggunakan metodologi deskriptif kualitatif dari 12 rumah sakit sebagai sampel yang dipilih secara purposive, dengan tujuan didapatkan gambaran kebaikan dan kekurangan dad masingmasing model tersebut.
Hasil yang didapatkan ialah rumah sakit jangan terlalu terpaku pada salah satu model tetapi mencari pola yang paling cocok dan sesuai dengan kondisi dan situasi rumah sakitnya bila perlu memodifikasi antar model. Disamping itu yang terpenting adalah kesiapan manajemen atas dalam meramalkan jumlah pasien dan macam penyakit yang akan menjadi pelanggannya, karena sangat berpengaruh dalam perencanaan alat dan fasilifas sesuai jenis pemeriksaan dan mengikutsertakan mereka dalam pertemuan dengan para klinisi.
Sangat diharapkan dari Departemen Kesehatan adanya standar pelayanan yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi Model Penatalaksanaan Pemeriksaan Rumah Sakit sebagai subsistem dalam sistem pelayanan paripurna suatu rumah sakit.
Daftar Pustaka : 38 (1972 - 1997)

ABSTRACT
Evaluation of Management Hospital Radiology Examination Models Management of Hospital Radiology Examination as a subsystem of hospital medical services, is especially functioned to a preventive, curative, promotive, and rehabilitave medical care. It will shorten a treatment period and sharpen an early diagnosis through an optimal examination. These improvements play an important role to success of hospital.
To achieve such an expected goal, such as an effective, efficient, and optimal radiology examination free from radiation risk, we must solve many existing problems and constraints; there are law aspect of radiation uses, permits and Radition Protection Control Impacts.
There are two of radiology examination management models. First, iscalled centralization and the other one is named decentralization model along with strengths and weaknesses following them.
This research was completed by using a qualitative-descriptive method consisting of 12 (twelve) hospitals as samples which are purposively selected. Such a research is aimed to identify out their strengths and weaknesses.
The results suggest that hospitals should not only focus on one model. It is better for them to search for the most suitable and proper one, if necessary by modifying the both models. Besides, the most important thing to note is the top management readiness. They should prepare to estimate number of patients and kind of diseases. This is required due to a capability of planning relevant radiology equipment and facilities and well technicians and other skilled persons involved.
Department of Health is expected to issue a more suitable and proper standard for situation and condition of The Models of Management Hospital Radiology Examination a subsystem in hospital medical services.References : 38 (1972 - 1997)"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Darmanto Djojodibroto
Jakarta: Hipokrates, 1997
362.173 DAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>