Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Haryanto
"Memasuki milenium ke tiga, semakin sulit memisahkan mana pasar lokal dan pasar global Batasan fisik tiap negara dengan mudah ditembus oleh berbagai wahana perekonomian modern Industri perbankan sebagai bagian dari perekonomian modem menjadi salah satu target proses globalisasi ini. Perbankan asing yang nota bene memiliki serangkaian keunggulan mulai dari struktur modal, luasnya jaringan , teknologi, dan kualitas sumber daya manusia yang handal menjadi bagian tidak terpìsahkan dan peta persaingan perbankan di Indonesia.
Industri perbankan nasional memang masih belum 'sehat', terutama berawal dari likuidasi sejumlah bank medio 1997, hingga kemudian mnelan korban beberapa bank lainnya. Kondisi ini semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap performa bank lokal menururn tajam. Mereka sangat mengkhawatirkan keamanan dana yang mereka simpan di bank.
Sementara itu depresiasi rupiah yang tercatat paling rendah selama tiga dasawarsa terakhir, semakin membuat perekonomian nasional terpuruk. Para debitur mengalami kesulitan menjalankan kewajiban kreditnya, mereka harus membayar mahal barang penunjang produksi dan terbebani pula oleh bunga pinjaman dan bank yang mencekik leher. Kolektibilitas debitur kemudian mengalami penurunan dan timbulah berbagai ekses dan kredit bermasalah. Bagi bank, banyaknya kredit bermasalah berarti alcan mengelembungkan dana pencadangan untuk kredit beresiko tersebut. ini berarti akan membuat rasio kecukupan modal mereka sernakin kecil. Bagi debitur hal ini berarti akan seniakin sulit berproduksi dan mungkìn pula berdampak PHK masal bagi para karvawan atau buruhnya.
Bank X, sebagai salah satu bank yang selamat dari badai krisis, mencoba menyikapi kondisi sulit ini dengan tetap konsisten menjalankan manajemen bank dengan pnnsip-prinsip prudential banking. Berbagai strategi yang diterapkan, baik untuk sisi funding maupun lending senantiasa diarahkan untuk pelayanan segmen masyarakat yang dilayaninya. Sebagai bank kelas menengah yang lebih berorientasi retail, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dalam pelayanan nasabah, karena dalam ikiim persaingan perbanakan yang hiper kompetitif ini, terlambat mengantisipasi kebutuhan pelanggan berarti bencana besar bagi kelangsungan usaha.
Dengan berbagai keterbatasan sumber daya, bank X beruntung memiliki dukungan penuh dari kelompok usaha yang berbasiskan industri consumer goods, yang memiliki likuiditas relatif tinggi.
Pada tulisan ini penulis ingin membahas strategi yang dipakai oleh manajemen dalam rangka antisipasi krisis ekonomi yang masih belum menampakan akifir yang membahagiakan, khususnya bagi dunia perbanakan. Berbagai dorongan lingkungan baik segi makro, industri perbankan dianggap sebagai perceived information oleh manjemen yang alcan digunakan sebagai basis pengalokasian sumber daya serta kapabilitas internal perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Harry Santoso
"Krisis yang terjadi di Indonesia telah memberikan dampak negatif terhadap Perbankan Indonesia. Permulaan krisis pada perbankan dimulai dengan bergejolaknya nilai tukar rupiah dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika telah menimbulkan kesulitan likuiditas yang besar pada perbankan. Situasi tersebut kemudian diperberat oleh lemahnya kondisi intemal sektor perbankan, terutama sebagai dampak dari lemahnya manajemen, konsentrasi kredit yang berlebihan, moral hazard, terbatas dan kurang transparannya informasi kondisi keuangan bank, serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Kondisi perbankan kemudian menjadi semakin rawan setelah munculnya penarikan simpanan dan pemindahan dana antar bank secara besar-besaran akibat semakin merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, khususnya sejak adanya kebijaksanaan pemerintah mencabut izin usaha 16 bank pada awal November 1997.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan tidak dapat beroperasi secara normal. Pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian meningkat, keculmpan likuiditas dan permodalan perbankan menurun dengan drastis, dan ketergantungan perbankan kepada bantuan likuiditas dari Bank Indonesia semakin meningkat. Berbagai perkembangan ini mengakibatkan proses intermediasi oleh perbankan menjadi terganggu, hal ini memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mempercepat proses penyehatan sistem perbankan, pemerintah menempuh langkah-langkah reformasi di bidang perbankan yang lebih menyeluruh. Reformasi perbankan tersebut merupakan salah satu aspek penting dalam program restrukturisasi dan reformasi ekonomi yang didukung oleh IMF.
Melalui hasil dari due diligence terhadap seluruh bank yang ada di Indonesia, temyata hanya. bank-bank kecil non devisa yang relatif bisa hidup lebih baik dibandingkan dengan bank devisa yang besar.
Untuk melihat dampak dari krisis yang berlangsung pada sektor perbankan, penulis akan melihat dan meneliti mengenai perkembangan perbank:an di masa krisis serta pengaruhnya terhadap kinerja Bank X sebagai salah satu bank non devisa, yang telah berdiri sejak tahun 1993 dan pada saat dilakukan due diligence, masuk dalam kategori A, yaitu bank-bank yang tetap beroperasi tanpa mengikuti rekapitalisasi. Bank-bank ini dinilai telah memenuhi persyaratan modal minimum yang ditetapkan Bank Indonesia dan dapat beroperasi tanpa bantuan modal Pemerintah.
Dampak dari perkembangan perbankan di masa krisis temyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja Bank X, dimana pada awalnya adalah Bank dengan kategori A Dengan berlanjutnya krisis tersebut, telah menyebabkan Bank X pada tahun 1999 harus menyetor kembali modalnya untuk masuk kembali dalam kategori A Definisi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah strategi yang dilakukan Bank X dalam menghadapi krisis yang teijadi di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dan ak:ibat yang timbul terhadap kineija Bank X dari perkembangan perbankan di masa krisis dan untuk mengetahui bagaimana strategi Bank X pada saat krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan hasilnya.
Metodologi Pengumpulan Data yang dipergunakan dalam penyusunan karya akhir ini adalah dengan melalui penelitian lapangan secara langsung di Bank X dan melalui telaah pustaka.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, strategi yang dilakukan Bank X pada saat krisis bisa dikatakan sangat baik dan tepat untuk dilaksanakan dalam menghadapi krisis yang terjadi, namun karena krisis yang terjadi berlangsung cukup lama dan menyentub hampir semua sektor perekonomian Indonesia dan sektor perbankan merupakan yang terkena pengaruh cukup besar, dengan situasi demikian maka basil yang diperoleh tidak dapat maksimal dan cukup memerlukan waktu dalam perbaikannya.
Untuk tetap dapat bersaing dalam perbankan di masa yang akan datang, Bank X, sebaiknya mulai merubah komposisi penerimaan terbesar mereka dari kredit menjadi Fee Base Income dengan segera merubah diri dari Bank Non Devisa menjadi Bank Devisa, dan pemberian kredit yang diberikan oleh Bank X sebaiknya lebih diarahkan kepada sektor retail, dimana terbukti pada saat terjadinya krisis, penunggakan pembayaran bunga dan pinjaman terbesar dilakukan oleh sektor corporate.
Untuk dapat bersaing di masa datang, Bank X sebaiknya meningkatkan permodalannya untuk memperluas bidang usahanya atau melakukan merger dengan bank lain yang mempunyai pengalaman di bidang retail.
Kerangka penulisan karya akhir ini akan dibagi dalam lima (5) bab, yaitu : Pendahuluan, T elaah Pustaka, Bank X, Analisis dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradi Wigianto Saheman
"Pertumbuhan industri perbankan tidak terlepas dari kondisi eksternal yang terkadang berkembang ke suatu kondisi yang tidak diinginkan. Krisis finansial global yang terjadi pada semester tahun 2008 telah mempengaruhi laju pertumbuhan industri perbankan nasional. Di tengah krisis yang menerpa perbankan nasional, BTN berhasil tumbuh. Dengan visi menjadi bank pembiayaan perumahan terbaik, BTN fokus pada sektor KPR. Tesis ini menunjukkan bahwa kolaborasi penerapan formulasi strategi secara teoritis dan best practice akan menghasilkan suatu struktur kuat secara fundamental hingga tetap dapat tumbuh dan berkembang dalam segala kondisi. Hasil penelitian ini memberikan gambaran uraian proses formulasi strategi pada divisi kredit bank BTN.

Banking Industry growth is always affected by external factors which sometime lead to an unwanted situation. Global financial crisis in 2008 has affected the growth rate of national banking industry. In this period of had time, Bank BTN was able to grow With a vision to become a the best housing credit bank, BTN decide to focus in housing credit sector. This thesis will show that a collaboration between theoretical and best practice strategic formulation will form a fundamentally strong structure that enable BTN to keep growing and expanding. The result of this study will give a clear picture on BTN credit division?s strategy formulation process."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28209
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hadi
"ABSTRAK
Sektor industri spinning merupakan sektor industri TPT yang perkembangannya sangat cepat diantara sektor-sektor lainnya dalam industri TPT modem Indonesia. Perkembangan sektor industri spinning ini selain dipacu oleh upaya-upaya pemerintah dalam menggalakkan pemakaian sumber-sumber bahan baku dalam negeri, khususnya petrolium yang pada 1970-an melimpah, juga didorong oleh peningkatan investasi, khususnya investasi asing yang dirangsang oleh berbagai insentif dan kemudahan yang disediakan pemerintah Indonesia. Karena itu tidak mengherankan mesin spinning yang pada 1994 barn ada terpasang 642.962 spindle meningkat menjadi 7.253.281 spindle pada 1998. Dalam struktur industri spinning dunia yang memiliki total kapasitas mesin sebanyak 166.883 juta spindle, industri spinning nasional merupakan terbesar ke-5.
Perkembangan tersebut merupakan salah satu alasan didirikannya PT.X yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan produk benang berkualitas dan juga secara umum menghasilkan keuntungan yang sebesar-besamya bagi perusahaan. PT.X didirikan pada bulan Oktober tahun 1989 dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Pada awal masa pembangunan terjadi kebakaran yang mengakibatkan sebagian mesin terpaksa diimpor kembali sehingga total biaya proyek menjadi meningkat.
PT.X pertama kali mendapatkan kredit pada tahun 1990 dan digunakan untuk investasi pembelian mesin-mesin yang diimpor dari Jerman. Mesin-mesin tersebut merupakan mesin-mesin barn yang memiliki kualitas terbaik yang pada saat itu belum ada yang memilikinya di Indonesia, sehingga pada awal operasinya PT. X merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki keunggulan dalam hal teknologi mesmnya Namun demikian keunggulan teknologi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh perusahaan karena kebijakan manajemen yang kaku sehingga penggunaan mesin hanya dikhususkan pada satu produk saja.
Pasar utama dari produk yang dihasilkan oleh PT. X adalah pasar lokal. Kegiatan ekspor juga telah dilakukan oleh PT. X akan tetapi tidak berlangsung lama karena adanya hambatan kuota. Yang rutin dilakukan adalah kegiatan trading, akan tetapi dengan melakukan kegiatan trading seperti ini hambatan yang diperoleh adalah harga jual menjadi sangat rendah.
Pada saat krisis ekonomi mulai terjadi, hutang perusahaan semakin meningkat. Behan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan mengalami peningkatan akibat jatuhnya nilai mata uang rupiah. Selain itu krisis juga menyebabkan harga bahan baku semakin meningkat sehingga perusahaan telah sampai kepada tahap harga jual berada dibawah biaya produksi. Namun demikian dengan adanya kondisi tersebut pihak manajemen belum mengadakan perubahan berarti sehingga pada tahun 1998 diputuskan untuk mengganti seluruhjajaran manajemen yang ada.
Dengan manajemen yang baru misi perusahaan difokuskan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan modal kerja yang dianggap nol hal pertama yang telah dilakukan perusahaan adalah mulai melakukan kontrak-kontrak maklun ( dimana perusahaan hanya menerima upah jasa untuk menghasilkan benang dengan bahan baku disediakan oleh pihak pemesan) yang dibuat dalam nilai mata uang US$ baik untuk Iokal maupun untuk asing. mulai menghasilkan benang dengan menggunakan serat sintetik selain menggunakan kapas atau wol. Dari langkah-langkah yang dilakukan perusahaan tersebut mulai memberikan hasil yang baik bagi perusahaan dimana kebutuhan akan biaya operasional maupun beban bunga dapat dipenuhi.
Strategi jangka pendek yang dilakukan oleh para pelaku industri saat ini adalah bagaimana mereka dapat terns survive. Kondisi negara yang masih sulit menciptakan banyak hambatan pada industri spinning yang juga semakin meningkatkan persaingan didalam industri spinning.
Restrukturisasi usaha dan upaya efisiensi dengan melakukan konsolidasi usaha, perampingan usaha baik dalam bentuk penggabungan perusahaan di dalam satu grup maupun penciutan struktur organisasi adalah salah satu kemungkinan upaya perusahaan untuk mengurangi bebannya dan mendapatkan skala ekonomis.
Selain itu peluang untuk melakukan aliansi strategis dengan buyer maupun dengan supplier akan mampu membantu perusahaan untuk mendapatkan efisiensi usaha. Hubungan baik dengan buyer dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan pesanan yang diterima oleh PT.X yang berarti merupakan kepastian pendapatan bagi perusahaan. Sedangkan hubungan baik dengan pemasok, untuk mendapatkan kepastian akan penerimaaan bahan baku akan membuat proses produksi dapat betjalan lancar sesuai dengan jadwal, sehingga pengiriman barang kepada buyer tidak akan terlambat.
Namun hal ini juga harus didukung oleh pemerintah dalam hal menciptakan kondisi sosial politik dan keamanan yang kondusif bagi dunia usaha pada umumnya. Selain itu dukungan dalam memfasilitasi proses restrukturisasi, pengembangan infrastruktur penunjang (keuangan, litbang, jasa perdagangan), pemberiand fasilitas trade financing sesuai kapasitas industri benang. Dengan adanya dukungan pemerintah akan memudahkan perusahaan untuk mengatasi situasi sulit saat ini."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Binsar Hatorangan
"ABSTRAK
Kondisi krisis moneter yang ditandai dengan tingkat inflasi yang tinggi,
tingginya suku bunga perbankan, nilai tukar rupiah yang melemah, ketatnya likuiditas
keuangan menyebabkan kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi terganggu.
Periodisasi krisis dimulai pada awal 1998 yang momentum krisisnya terasa pada
tahun 1999 yang ditandai oleh menurunnya secara drastis tingkat pencapaian
keuntungan dan permodalan sebagian besar bank. Kondisi ini terus terjadi hingga
tingkat pencapaian keuntungan dan bertambahnya modal (equity) mulai merangkak
naik lagi pada tahun 2000 dan 2001.
Kondisi ini membuat suasana persaingan antar bank menjadi semakin ketat
terutama dalam hal menggalang pengumpulan dar in pihak ketiga dan juga semakin
bertanibahnya kredit macet.yang dialami bank-bank.
Keadaan yang suilt tadi membuat sebuah bank harus memforrnulasikan
kembali strategi usahanya agar dapat bertahan melewati masa krìsis. Strategi pada
dasarnya merupakan rencana inisiatif strategis yang menguraikan arah dan pola
keputusan yang diambil tentang bagaimana perusahan akan mewujudkan Jsi dan
vlsi agar dapat mengaiokasikan surnber daya yang dimiliki seoptinial mungkin. Hal
ini diupayakan agar meningkatkan kualltas pengelolaan dan pengembangan usaba
yang mengarah pada penciptaan kapabilitas daya saing pasar jangka panjang
(sustainable competitive advantage).
Definisi strategi menurut Hill dan Jones adalah pola Spesifik dari keputusan
keputusan dan tindakan-tindakan yang dilakukan para manajer untuk mencapai tujuan
perusahaan. Proses perencanaan strategis dapat dibagi menjadi 5 langkah utama
yaitu:
- Memilih misi dan tujuan perusahaan
- Menganalisa eksternal perusabaan untuk rnengetahui peluang dan ancaman
- Menganalisa internai perusahin untuk rnengetahui kekuatan dan kelemahan
- Memilìh strategi yang dapat megembangkan organisasi
- Menginiplementasikan strategi yang telah dipilih.
Melakukan analisa terhadap eksternal dan internal perusahaan lalu memilih strategi
yang tepat biasanya disebut sebagai strategy formulation., sedangkan merancang
struktur dan sistem organisasi biasanya disebut strategy implementation.
Dalam upayanya bertahan hidup, Bank X memformulasikan kembali strategi
usahanya pada tingkat korporasi dengan meinposisikan din sebagal retail bank
dengan argumentasi kompetensi pokok (core competence) aktivasi sumber daya
inanusia dengan keunggulan sumber daya manusia sebagal keunggulan kompetitifnya
(competitive advantage) dimana hal ini sesuai dengan misi Bank X.
Sementara itu rancang ulang strategy implementation berupa desain ulang
struktur dan sistem organisasi dilakukan dengan membuat struktur generic yang dapat
diaplikasikan pada berbagai wiiayah keija serta efisiensi pengbapusan stn.iktur
fungsional Back Office melalul program Branch Operation Work out (BOWO).
Pada level strategic business unit (SBU) atau tingkat strategi fungsional
dengan cara diferensiasi dengan broadline strategy untuk produk dan multi channel
delivery strategy untuk jasa layanan. Dalam pelaksanaan multi channel delivery
strategy digunalcan strategi manajemen relationship (relationship management
strategy) dengan membentuk dan mengoptimalkan fi.ingsi Business Officer (BO) path
divisi Individual Banking dimana para RO mengelola akun nasabah yang memiliki
potensi volume kapitalisasi dana dan volume transaksi yang tinggi.
Upaya pemeliharaan akun ini menimbulkan hubungan yang balk dengan
nasabah sehingga tercipta bentuk kerjasama clengan koasep share of wallet yang
menciptakan nilai tambah yang saling menguntungkan antara bank dengan riasabah
Keuntungan bagi bank adalah stabilitas pengumpulan dana dan segi funding yang
sangat berguna dimasa sulit karena hubungan yang terjadi membuat nasabah bertahan
menempatkan dana pada Bank X. Disamping itu konsep share of wallet juga
meningkatkan volume transaksi yang pada akhimya memberikan pemasukan fee base
yang sangat berharga dimisa interest income sulit didapatkan.
Aktivasi strategi-strategi ¡ni ternyata manipu membuat Bank X ?lolos? dan
masa sulit periode 1999-2000 dan mencapai target-target indikatif pemerintah
sehingga bisa dtharapkan menjadi salah satu peserta bank rekapitalisasi yang survive.
"
2002
T5507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otto
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Dampak krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu bertahan terhadap fluktuasi kurs yang begitu dahsyat sampal mencapai Rp. 15.000,- per US$ bahkan pernah mencapal Rp. 17.000,- per US$ dan suku bunga yang melambung hingga 70 %. Dunia usaha yang paling menderita adalah bisnis perbankan yang diawali dengan dilikuidasinya 16 bank pada Bulan Nopember 1997. Fluktuasi kurs , suku bunga yang tinggi, kebutuhan Iikuiditas serta penurunan demand masyarakat akibat turunnya daya beli membuat banyak bank mengalami mismatch sehingga harus membayar mahal untuk tetap bisa bertahan. Kesulitan semakin bertambah bagi perbankan karena disatu pihak tidak ada industri yang mampu bertahan dengan tingkat bunga dan kurs yang begitu tinggi sementara itu bank harus membayar bunga kepada pihak ketiga yang menitipkan uang balk berupa tabungan maupun pinjaman kepada bank yang bersangkutan.
Permasalahan perbankan Indonesia yang meledak saat terjadinya krisis ekonomi ini sesungguhnya sudah diperkirakan akan menjadi oleh banyak pengamat ekonomi dan perbankan Kredit macet, pelanggaran BMPK, penyalahgunaan kredit likuiditas Bank Indonesia dan pelanggaran melalui produk perbankan serta teknik pembukuan untuk menampilkan kondisi keuangan yang seolah - olah memiliki tingkat kesehatan bank yang baik ditambah pengawasan dan otoritas moneter yang lemah telah menjadikan nasabah perbankan semakin kompleks. Kondisi politik yang tidak stabil kerusuhan - kerusuhan yang terjadi seperti demonstrasi, perkeIahian, penjarahan dan perusakan serta pembakaran membuat banyak perusahaan yang menjadi korban sehingga berakibat banyaknya hutang yang tidak terbayar oleh nasabah (korban). Keadaan ini menambah kesulitan bagi perbankan dimana hal ini akan berakibat membengkaknya nilai kredit macet.
Bank lndonesia yang telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencari solusi penyelesaian masalah perbankan juga belum menunjukkan hasil walaupun telah dibantu dengan dibentuknya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Oleh karena itu setiap perbankan diharapkan juga melakukan usaha lain untuk dapat mempertahankan perusahaan nya agar dapat melewati masa krisis yang berkepanjangan ini.
Penulis memilih Bank 'X' sebagai acuan dalam karya akhir ini disebabkan selama pengamatan penulis di media masa Bank ini belum pernah terdengar suara sumbang terhadap manajemen pengelolaan Bank ini. Dugaan penulis mungkin Bank ini mempunyai kiat tersendiri dalain menghadapi krisis yang berkepanjangan sehingga mampu bertahan. Jika dugaan penulis benar, maka sangat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca untuk memperoleh bekal dan pengalaman dari Bank 'X' ini dalam mencermati dan menyiasatl sualu gejala krisis khususnya bagi bisnis perbankan dikemudian hari.
Penulis melakukan penelitian dalam penulisan ini melalui usaha memperoleh data dan informasi mengensi kondisi Bank 'X' ¡ni dengail cara wawancara langsung kepada petugas bagian tereasury serta akuntansi dan didukung oleh pengetahuan serta media informasi lain seperli koran, makalah, buku-buku serta peraturan - peraturan yang berkaitan dragan pokok penulisan.
Dalam penulisan ¡ni pcnulis menyadari adanya kekurangan khususnya dalam analisa baik laporan keuangan maupun analisa GAP dan Durasi serta evaluasi kualitas manajemen kredit dan Bank 'X' ini. hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam mendapatkan data yang Iebih detail karena adanya peraturan mengenai kerahasiaan Bank, Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin memberikan analisa yang lebih akurat seperti dari hasil evaluasi keuangan dan tingkat kesehatan Bank 'X' menunjukkan bahwa bank ini cukup likuid dan solid, namun setelah dilakukan analisa GAP ternyata menunjukkan indikasi bahwa sesungguhnya Bank 'X' ¡ni memiliki tingkat likuiditas yang rapuh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Suadi
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan kondisi politik yang stabil membuat Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Meningkatnya Iaju perekenomian ini diikuti dengan berkembangnya industri bank ditunjang dengan sederetan paket deregulasi perbankan, seperti kemudahan untuk membuka bank, kemudahan membuka kantor cabang, perwakilan cabang bagi batik-bank asing mendorong meningkatnya jumlah bank di Indonesia. Jumlah besar ini tidak disertai oleh kualitas memadai.
Dengan adanya krisis moneter di Asia, yang dimulai dengan Thailand dan akhirnya timbul di Indonesia pada pertengahan talhm 1997, maka dalam wa.ktu 6 bulan terjadi penurunan nila · mata uang sebesar ± 80% terhadap dollar yang menyebabkan perubahan drastis terhadap kondisi per konomian Indonesia, yang sebelumnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Melihat perubahan strategi pemasaran dari strategi korporasi ke strategi retail yang dilakukan oleh Bank X sebelum waktu krisis mo eter, dimana manajemen melakukan banyak perubahan dalam perusahaan untu.K: engkomodasi perubahan tersebut. Perlu diteliti apakah perubahan tersebut telah cukup memadai untuk menyiasati kmidisi krisis saat ini ataukah Bank X harus melakukan penajaman atas strategi yang telah dilakukan.
Tulisan ini bertujuan untuk menemukan strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan yang sedang mempertahankan dirinya dari pengaruh krisis narnun tetap meningkatkan unjuk kerja produknya untuk memanfaatkan peluang yang ada dikondisi krisis tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Soedjati Djiwandono
Jakarta: LP3ES, 2001
332.1 SOE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Ubed Midchal
"Krisis Ekonomi Asia. Pada pertengahan 1997 perekonomian global (terutama kawasan Asia) mulai tidak stabil. Mata uangnya melemah terhadap USD, sehingga banyak perusahaan jatuh dan bank dilikuidasi. Pemicunya laju sektor finansial yang melebihi sektor riil (menurut Association of Muslim Scientist) serta perdagangan uang para fund manager.
Krisis Ekonomi Indonesia akibat ketimpangan strukturnya (didominasi pelaku ekonomi minoritas), yang rawan gejolak internal/eksternal. Semula fundamental ekonomi kuat (PDB 7,6 %, 1996). Sejak Juli 1997 terpuruk : pertumbuhan 4,7% dan rupìah terus melemah dan Rp 2.430 menjadi Rp 10.000 per USD (Desember 1997). Karenanya BI menaìkkan SBI sarnpai 30% (Agustus 1997), 45 % (Januari-Maret 1998) dan 50% (Aprìl 1998). Tahun 1998 perekonomian kian buram (pertumbuhan -5%, inflasi 17%). Aktivitas dunia usaha menurun, bank menghadapi kredit macet dan dilikuidasi, sehingga membebani perekonomian nasional.
Krisis ekonomi mengimbas Bank Muamalat Indonesia (BMI) : pertumbuhan pembiayaan sektor riil turun dari 48,59 % (September 1997) menjadi 47.11% (Desember); penempatan surat berharga kian rugi, penempatan valas rugi Rp 149 M (fluktuasi USD); margin dan bagi hasil turun. Namun berkat deposan setia, layanan dan pengawasan penyaluran dana, tabungan naik 19,8 %, pembiayaan 47% dan Laba 133%, dikarenakan BMI adalah bank Syariah Islam (tidak menerapkan bunga/riba). Riba sangat dilarang Islam, dalam AI Quran (Al baqarah 275 -276, 2 78-279, Ar Rum 39, Ali lmran 130, An Nisaa 160-161) dan Hadist (sabda Rasulullah SAW, harta seorang muslim memiliki kehormatan besar, sejajar dengan kehormatan Baitullah al Haram di bulan Dulhijah pada hari An Nahar).
BMI didirikan tahun 1992 dengan modal Rp 500 milyar, Pemilik saham mayoritasnya H. Mohamad Hasan (24%) dan KH. Hasan Basri (19%). Jaringannya mencakup 37 kantor dengan SDM mayoritas sarjana (60%). Visinya adalah menjadi bank terbaik di kelasnya : Sehat (ketentuan BI dan syariah) profitable, sahamnya diminati umat Islam. jaringan luas/global. tempat berkarir dan beribadah. Misi : menunjang perekonomian Indonesia, berperan bagi umat lslam. meningkatkan kualitas kerja. Strategi dasar : pembiayaan selektif(usaha kecil) melalui lembaga Syariah. tanpa mengabaikan usaha menengah dan besar; meningkatkan mutu bulanan.produk. profesionalisme SDM, Teknologì informasi dan pengawasan perusahaan.
Strategi bersaing BMI : menjaga hubungan dengan nasabah; kerjasama dengan BPRS (pembiayaan 1.3KM) dan bank (pembiayaan skala besar); peningkatan mutu SDM, penerapan teknologi dan jaringan di dalam/luar negeri; pengendalian intern, sosialisasi produk bank Syariah (Al Wadiah, Al Qardhul ¡-Jasan, Al Mudharabah/Al Qiradh, Al MusyarakahiAl Syirkah, A! Bai ?u Bithaman Ajil, Al Murabaha dll.)
Kinerja BMI 1997 : sehat (modal, kualitas akiifa produktif, manajemen, rentabiljtas dan Iikuiditasnya), CAR jauh di atas batas minimum BI, LDR jauh di bawah batas maksimum BI. ROE dan ROA meningkat dua kali lipat, Likuiditas 8,1 % (di atas giro wajib minimum 5%). Namun NOP di atas batas maksimum BI (akibat transaksi valas antar bank). Kondisi Keuangan : aktiva meningkat 14,2 % (pembiayaan naik 47 %) sehingga pertumbuhan positif, kewajiban rneningkat 17% dan ekuitasnya 18,5 % dan total aset. Kinerja operasional : beban Operasional naik 11 ,6%. pendapatan naik 17,5%, laba bersih naik 133%, imbalan bonus dan bagi hasil naik 15%. dana terhimpun naik 16,9 %. Pembiayaan sehat (95% lancar) : bidang Perdagangan industri, jasa dan konstruksi.
Prospek bank syariah di Indonesia baik yakni penduduk mayoritas Islam, banyak yang menghindari riba, mengerti bank syariah; alternatif mengatasi krisis ekonomi: banyak lembaga dapat dimobilisasi (universitas, sekolah. masjid, pesantren, BAZ1S), belum ada penampung zakat. infaq dan shadaqah yang modern dan efektif; pangsa pasar baru 0.07 % (BMI dan 77 BPRS). Tantangan BMI : bank syariah baru (UU No 10, 1998) dan bank asing: bunga tabungan bank tinggi 20 - 25% (bagi hasil BMI 4-5%); kurang sosialisasi, modal dan SDM.
Manajemen Strategik adalah sain dan seni perumusan, penerapan dan evaluasi alternatif strategi yang terkait Lingkungan Ekstemal (Remote, Industry dan Operating Environment). Formulasinya, pertama The input Stage : merinci faktor internal-eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yang terkait BMI untuk dianalisa dengan IFE-EFE Matrix.
Kedua, The Matching Stage, menggunakan TOWS, SPACE, JE Matrix dan GSM. Faktor internal dan eksternal dicocokkan untuk pemilihan strategi. BMI pada JE Matrix terletak di area II (Growth and build). Strateginya: intensive (market penetration, market development dan product development) atau integrative (backward, forward dan horizontal integration). Pada SPACE Matrix posisinya di kuadran Aggressive, sesuai kuadran I GSM.
Terakhir The Decision Stage, dengan QSPM menguji 5 alternatif strategi terbaik dan TOWS Matrix. Nilai tertinggi Memperbanyak cabang/jaringan 5,27. Strategi ini yang disarankan bagi BMI. Pendirian cabang baru akan menarik nasabah. Kerjasama dengan bank syariah/lnvestor negara lain akan mengatasi keterbatasan modal. Dapat juga memanfaatkan lembaga Syariah sebagai kantor cabang atau menerapkan bank keliling agar menjangkau pedesaan. Strategi ini harus didukung: peningkatan SDM, optimalisasi Dewan Pengembangan Perbankan Syarjah Nasional, riset pasar/pesaing, promosi dan menyentuh UKM dan Koperasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wulandari Sitoresmi
"Pada masa krisis persaingan majalah wanita bukan semakin melemah melainkan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan bermunculan majalah-majalah wanita baru, baik majalah wanita terbitan dalam negeri maupun yang berlisensi asing, sehingga untuk memenangkan persaingan yang ada perlu adanya suatu strategi pemasaran yang kuat.
Untuk mengantisipasi persaingan yang ada suatu perusahaan perlu mengetahui apa dan siapa pesaing-pesaing yang dihadapi. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran apa yang kiranya perlu dilakukan untuk menghadapi persaingan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi pemasaran yang tepat menjadi sangat penting. Pasar sasaran dan bauran pemasaran yang terdiri dari 4 kelompok (produk, tempat, promosi, dan harga) menjadi aspek yang sangat penting dalam menentukan strategi pemasaran. Dengan mengetahui pasar sasaran dan bauran pemasaran yang jelas, akan memungkinkan majalah Femina untuk menentukan strategi dalam menghadapi persaingan. Apabila pasar sasaran dan bauran pemasaran jelas maka segmentasi, targeting, dan positioning majalah Femina akan sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dimana data diperoleh melalui survey dengan membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan. Data kuantitatif kemudian disusun untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan strategi pemasaran majalah Femina untuk menghadapi persaingan.
Sebagai salah satu majalah wanita terbesar di Indonesia, majalah Femina selalu berusaha untuk melakukan pengembangan produk, serta pengembangan dalam bidang pemasaran terutama promosinya. Hal tersebut dilakukan mengingat persaingan yang ada semakin ketat, terutama dengan majalah berlisensi asing.
Dari hasil penelitian didapat bahwa kekuatan majalah Femina terletak pada rubrik dan citra. Sedangkan dari hasil analisa dengan menggunakan BCG matriks didapatkan bahwa majalah Femina berada pada posisi Cash Cows, sehingga strategi yang cocok bagi majalah Femina adalah bertahan atau mempertahankan pangsa pasar majalah tersebut dan menumbuhkan atau mendapatkan kembali loyalitas pembacanya sehingga dapat terus memberikan arus kas yang positif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>