Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ampas tebu sebagai limbah pabrik gula merupakan salah satu bahan lignoselulosa yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi seperti bioetanol. Konversi bahan lignoselulosa menjadi bioetanol mendapat perhatian penting karena bioetanol dapat digunakan untuk mensubstitusi bahan bakar bensin untuk keperluan transportasi. Bahan lignoselulosa, termasuk dari ampas tebu terdiri atas tiga komponen utama, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol pada dasarnya terdiri atas perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa menjadi gula, fermentasi gula menjadi etanol, dan pemurnian etanol melalui proses distilasi dan dehidrasi. Biaya produksi etanol masih cukup tinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya penelitian dilakukan untuk memperbaiki proses produksi, mulai dari tahap perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa, fermentasi gula menjadi etanol sampai dengan tahap pemurnian etanol. Dengan memerhatikan potensi biomassa lignoselulosa, khususnya ampas tebu sebagai bahan dasar bioetanol, perlu dilakukan pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian dalam upaya pemanfaatan bahan tersebut. Potensi perolehan etanol dari ampas tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula di Indonesia mencapai 614.827 kL/tahun, sehingga berpeluang membantu upaya pemenuhan kebutuhan etanol untuk bahan bakar yang diperkirakan sekitar 1,10 juta kL. Namun demikian, masih cukup banyak hambatan dan kendala untuk produksi dan aplikasi bioetanol dari biomassa lignoselulosa, termasuk dari ampas tebu, terutama dalam hal penguasaan teknologi konversi biomassa ligoselulosa menjadi etanol dan biaya produksi yang masih tinggi. Diperlukan kebijakan pemerintah agar dapat mendorong pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku bioetanol, antara lain melalui penelitian dan pengembangan, pemberian insentif bagi pabrik gula yang memanfaatkan ampas tebu untuk bioetanol, dan subsidi harga etanol dari biomassa lignoselulosa."
630 JPPP 29:4 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Emil Simanjuntak
"Tebu (Saccharum Officinarum) merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan gula. Luas area yang ditanami tebu di Indonesia pada 2015 adalah 445.650 ha yang menghasilkan gula kristal putih sebanyak 2.497.997 ton. Selama menghasilkan gula, akan diperoleh ampas tebu sebagai hasil samping sebanyak 35-40% yang umumnya digunakan sebagai bahan bakar dan pupuk organik. Kadar air ampas tebu sekitar 50%. Kadar air ini dapat diturunkan melalui proses pengeringan sehingga dapat meningkatkan performa pembangkit. Pengeringan yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe rotari skala laboratorium dengan temperatur udara pengering 140, 160, 180, dan 200 C. Ampas tebu segar yang akan dikeringkan terlebih dahulu dicacah dengan ukuran sekitar 3 cm dengan massa yang sampel 100, 125 dan 150 gr. Selama proses pengeringan, massa sampel diukur setiap dua menit dan akan menghasilkan data rasio kelembaban, laju pengeringan dan perkiraan nilai kalor atas. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa laju pengeringan tercepat diperoleh dengan temperatur udara 200 C massa 100 gr. Model persamaan laju pengeringan yang terbaik adalah model polinomial full cubic. Dari sisi konsumsi energi, pengeringan akan efektif bila dilakukan hingga kadar air mencapai 10%"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu dan waktu vulkanisasi terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua. Karakterisik vulkanisasi kompon berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor perlakuan dan masing-masing diulang 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah variasi ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu (50 mesh, 100 mesh dan 150 mesh), faktor kedua adalah variasi waktu vulkanisasi (20 menit dan 40 menit). Hasil penelitian pengaruh ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu dan waktu vulkanisasi terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua, menunjukkan bahwa pengaruh ukuran partikel arang aktif ampas tebu dan waktu vulkanisasi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua, meliputi karakteristik waktu scorch (ts2), waktu matang optimum (t90), modulus torsi (t) dan laju vulkanisasi. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah kombinasi perlakuan P2W1 (ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu 150 mesh dan waktu vulkanisasi 20 menit dengan karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua meliputi waktu scorch 2,16 menit, waktu matang optimum 3,69 menit, modulus torsi 4,4 kg cm dan laju vulkanisasi 10,45 menit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu dan waktu vulkanisasi terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua. Karakterisik vulkanisasi kompon berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor perlakuan dan masing-masing diulang 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah variasi ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu (50 mesh, 100 mesh dan 150 mesh), faktor kedua adalah variasi waktu vulkanisasi (20 menit dan 40 menit). Hasil penelitian pengaruh ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu dan waktu vulkanisasi terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua, menunjukkan bahwa pengaruh ukuran partikel arang aktif ampas tebu dan waktu vulkanisasi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua, meliputi karakteristik waktu scorch (ts2), waktu matang optimum (t90), modulus torsi (t) dan laju vulkanisasi. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah kombinasi perlakuan P2W1 (ukuran partikel arang aktif dari ampas tebu 150 mesh dan waktu vulkanisasi 20 menit dengan karakteristik vulkanisasi kompon ban luar kendaraan bermotor roda dua meliputi waktu scorch 2,16 menit, waktu matang optimum 3,69 menit, modulus torsi 4,4 kg cm dan laju vulkanisasi 10,45 menit."
JDPI 23 (2) Desember 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ahmad Maksum
"Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan penggunaan limbah biomassa dalam proses reduction roasting bijih besi nikel laterite Indonesia. Adapun motif di balik penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari bijih besi kadar rendah dan mendapatkan bio-reduktor baru yang akan menjadi alternatif pengganti batu bara di masa depan. Dalam penelitian ini diteliti tiga limbah biomassa sebagai agen pereduksi bijih besi nikel laterite dari Sorowako, yaitu: ampas tebu dari kabupaten Cirebon, cangkang sawit dari Palangkaraya - Kalimantan Tengah, dan sekam padi dari Kerawang - Jawa Barat. Adapun metode yang digunakan adalah reduction roasting dengan variasi parameter temperatur, rasio massa, dan waktu reduksi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan pola difraksi hasil X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), dan Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ampas tebu, cangkang sawit, dan sekam padi terbukti mampu digunakan sebagai agen pereduksi alternatif pengganti batu bara. Pada penelitian ini, ampas tebu hanya mampu menghasilkan fasa wustite dalam reduction roasting bijih besi nikel laterite, di mana hasil reduksi tertinggi diperoleh pada sampel dengan rasio massa 1:4 yang direduksi pada temperatur 1000°C selama 30 menit. Sementara itu, cangkang sawit mampu mereduksi bijih besi nikel laterite menjadi Fe metal, dimana parameter optimalnya adalah: rasio massa = 1:3, durasi waktu reduksi = 30 menit, dan temperatur reduksi 1000°C. Di samping itu, meskipun sekam padi hanya mampu mereduksi bijih besi sampai fasa magnetite (dimana hasil optimal diperoleh pada penambahan padi sebesar 20%), tetapi dari sekam padi berhasil diperoleh bio-silika amorf dengan tingkat kemurnian 99,99% dan specific surface area (luas permukaan spesifik) 192 m2/g.

In general, this study aims to explore the utilization of local biomass as renewable reducing agents in the reduction roasting of Indonesian nickel laterite iron ore. The motive behind this research is to increase the added value of low grade iron ore and to obtain reducing agents to substitute coal in the reduction process. In this study, the three of biomass which have potential to be used as reducing agents for coal substitutes in reducing nickel laterite iron ore from Sorowako, are: bagasse from Cirebon, palm shells from Palangkaraya - Central Kalimantan, and rice husk from Kerawang - Jawa Barat. The reduction method used is reduction roasting with various temperature, mass ratio, and reduction time. And the analysis is based on the diffraction pattern of X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), and Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS).
The results obtained in this study indicate that bagasse, palm kernel shells, and rice husks have been proven to be able to be used as an alternative reducing agent for coal substitution. In this study, bagasse was only able to produce the wustite phase in the reduction roasting of nickel laterite iron ore, where the highest reduction results were obtained in samples with a mass ratio of 1: 4 which was reduced at a temperature of 1000°C for 30 minutes. Meanwhile, palm kernel shells could reduce nickel laterite iron ore to Fe metal, where the optimal parameters were: mass ratio = 1: 3, reduction time duration = 30 minutes, and reduction temperature = 1000°C. In addition, although rice husk was only able to reduce iron ore to magnetite phase (where optimal results are obtained by adding rice by 20%), but from rice husk it was successfully obtained amorphous bio-silica with a purity level of 99.99% and specific surface area 192 m2/g."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2617
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Riris Puspitosari
"Gula merupakan komoditas pangan strategis yang ditargetkan mencapai swasembada pada 2019 meskipun terdapat banyak permasalahan pada industri gula nasional. Swasembada gula dapat terwujud apabila konsumsi gula dalam negeri dapat tercukupi dari produksi dalam negeri. Penelitian ini melakukan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi maupun produksi gula dalam negeri menuju swasembada gula 2019. Hasil estimasi dengan sistem persamaan simultan menunjukkan bahwa konsumsi gula kristal putih dalam negeri secara positif dipengaruhi oleh konsumsi tahun sebelumnya sedangkan produksi gula kristal putih dalam negeri secara positif dipengaruhi oleh luas lahan tebu dan secara negatif dipengaruhi oleh harga gula nasional tahun sebelumnya. Pada komoditas gula rafinasi, hasil estimasi dengan regresi linier berganda menunjukkan bahwa produksi gula rafinasi secara positif dipengaruhi oleh volume impor gula mentah dan kapasitas produksi maksimal pabrik gula rafinasi serta secara negatif dipengaruhi oleh harga gula mentah internasional dan nilai tukar Rupiah terhadap US$. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa target swasembada gula pada 2019 belum dapat terpenuhi. Meskipun demikian kebijakan peningkatan luas lahan, penetapan besaran HPP yang meningkat setiap tahunnya serta pengendalian harga gula perlu tetap dilakukan untuk meningkatkan produksi dan mengurangi impor.

Sugar is a strategic food commodity which is targeted to reach self-sufficiency in 2019 although there are many problems in the Indonesian sugar industry. Sugar self-sufficiency can be realized if domestic sugar production is able to fulfill domestic sugar demand. This study analyzes the factors that influence consumption and production of Indonesian sugar and their implications for the 2019 sugar self-sufficiency target. For white sugar, the estimation using the simultaneous equation system resulted that domestic consumption for white sugar was positively affected by previous year's consumption and domestic production of white sugar was positively affected by sugarcane area and negatively affected by the national sugar price in the previous year. For refined sugar, the estimation using multiple linear regression showed that domestic production for refined sugar is positively affected by the maximum production capacity of refined sugar mills and volume of import raw sugar. Production of refined sugar mills negatively affected by the Rupiah/US$ exchange rate. The consumption for refined sugar is positively affected by the number of population. The projection shows that the sugar self-sufficiency target in 2019 has not been fulfilled. Nonetheless, the policy of increasing land area, determining the amount of HPP that increases every year and controlling the price of sugar need to be done to increase production and reduce imports."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T55231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembuatan pulp bukan kayu umumnya dilakukan dengan proses soda, walaupun proses tersebut kurang ramah lingkungan tetapi sangat selektif proses delignifikasinya. Proses organosolv yang dikombinasikan dengan penambahan NaOH dapat menghasilkan rendemen lebih tinggi, kualitas pulp baik, ramah lingkungan dan lindi hitamnya dapat didaur ulang sebagai bahan pemasak. Penelitian terhadap ethanol hasil daur ulang lindi hitam organosolv dengan destilasi satu tingkat pada suhu dibawah 80 oC, dapat menghasilkan ethanol 53 - 73 % (v/v) , pH 3,8 - 4,1 dan memiliki sifat bakar yang sama dengan ethanol standar . Ethanol daur ulang digunakan kembali pada proses pembuatan pulp organosolv serat kenaI dengan variasi penambahan ethanol standar 25 %, 50 % dan penambahan NaOH 6% dan 9%. Pulping dilakukan pad a suhu 175 oC , ratio 1 : 10 selama 3,5 jam dalam digester yang berputar., dapat menghasilkan rendemen pulp kenaf organosolv 69 - 78 % dengan bilangan Kappa 20 - 25, hasilnya sama dengan menggunakan ethanol standar. Pulp kenaf organosolv dilakukan pemutihan dengan tahapan DEDEP yang menghasilkan pulp dengan derajat putih 63 - 73 %GE, viskositas 12 cp dan memiliki sifat fisik pulp sebanding dengan pulp organosolv standar .."
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayip Farouk
"Untuk berkontribusi dalam pengembangan energi terbarukan, penelitian ini bertujuan untuk menemukan keputusan yang tepatdari pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS sebagai salah satu bahan yang potensial di Indonesia.Produk akhir dari pemanfaatan TKKS pada penelitian ini adalah Etanol, Furfural, dan Listrik. Multi-objektif yang akan di lakukan pada penelitian ini adalah NPV maksimum dan CO2 minimun yang akan diukur dengan Kurva Pareto. Penelitian sebelumnya sudah melakukan optimasi namun NPV yang dihasilkan masih belum ekonomis, salah satunya dikarenakan biaya kapital dari pemasangan sistem gugus tenaga surya yang masih mahal. Oleh karena itu, pada penelitian ini pengembangan yang akan penulis lakukan adalah dengan mengganti sumber kukus dengan bahan bakar gas alam. Sehingga mampu mengurangi biaya kapital dan diharapkan bisa memperbaiki NPV agar lebih ekonomis. Pada penelitian ini, diperoleh suhu operasi yang optimum pada unit praperlakuan sebesar 180o C, dan juga split fraksi 0.25 TKKS masuk kedalam unit hidrolisis. Pada kondisi ini, diperoleh NPV sebesar 43.6 juta dan emisi sebesar 9.237 juta kgCO2 Ekuivalen.

For doing some contribution in development of renewable energy, this study has an objective to find an optimum decision for Empty Fruit Bunch EFB utilization as one of potential raw material in Indonesia. The final products from EFB utilization in this study are ethanol, furfural, and electricity. Multi Objective that will optimize in this study are NPV maximum and CO minimum that will measure with Pareto Curve. The recent study has done the optimizing but the NPV still not economic. It s happen because the capital cost from CSP utilization as a steam generation still expensive. In this study, natural gas will use as a fuel for steam generation, so that can decrease the capital cost and can make the NPV become economic. In this study, the optimum operation temperature was obtained in 180o C and split fraction in 0.25 EFB into hidrolisis reactor unit. In this condition, the result for NPV is 43,6 million and emission 9.237 million kgCO2 equivalent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"Pada penelitian ini, limbah cair tahu dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi nata. Ke dalam limbah cair tahu tersebut ditambahkan sukrosa (gula pasir) 10%, 12,5% atau 15% serta sumber nitrogen dalam bentuk NH4H2PO4 dengan konsentrasi 0,1%, 0,3% atau 0,5%. Biakan yang digunakan adalah Acetobacter xylinum P1007 dan jumlah starter yang diinokulasikan adalah 10% (VN). Fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 14 hari.
Hasil pengukuran setelah pemanenan menunjukkan bahwa ketebalan rerata nata terendah yaitu 0,576 cm diperoleh dari perlakuan 10% sukrosa dan 0,1% NH4H2PO4. Ketebalan rerata nata terbesar yaitu 0,927 cm diperoleh dari perlakuan 15% sukrosa dan 0,3% NH4H2PO4. Pengujian secara statisitik terhadap data rerata ketebalan nata pada kesembilan perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurachman
"Salah satu tahap yang penting dalam perancangan pabrik adalah perhitungan keekonomian yang biasanya dilakukan dengan menggunakan aplikasi simulasi proses. Beberapa penelitian terdahulu, memanfaatkan SuperPro Designer sebagai simulasi proses, namun belum banyak yang menggunakannya pada proses produksi bioethanol berbahan baku tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pada simulasi ini, dilakukan empat skenario proses: (1) SHF-Adsorpsi; (2) SHF-Permeasi Uap; (3) SSF-Adsorpsi; dan SSF-Permeasi Uap, dimodelkan menggunakan SuperPro Designer yang memfasilitasi komposisi bahan baku dan produk, ukuran unit operasi, konsumsi utilitas, estimasi modal dan biaya operasional serta pendapatan dari produk dan coproduk. Pemodelan didasarkan pada data yang diperoleh dari produsen ethanol, penyedia jasa teknologi, manufaktur peralatan dan jasa engineering untuk industri. Dari hasil analisis ekonomi hasil simulasi, skenario SSF-Permeasi Uap yang paling rendah biaya produksinya dan dapat dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan analisis sensitivitas pada skenario tersebut, fluktuasi harga jual bioethanol, harga tepung TKKS dan harga produksi enzim akan mempengaruhi nilai keekonomiannya.

One of the important steps in plant design is economic analysis that usually done by using simulator process application. Many research reports have used SuperPro Designer as simulator, but only a few used it in bioethanol production simulation process for Empty Fruit Bunches (EFB) as feedstock. In this simulation, four scenario process models: (1) SHF-Adsorption; (2) SHF-Vapor Permeation; (3) SSF-Adsorpstion; and (4) SSF-Vapor Permeation for ethanol production from EFB were developed using SuperPro Designer software that handle the composition of raw materials and product, sizing of unit operations, utility consumption, estimation of capital and operating costs and the revenues from products and coproducts. The models were based on data gathered from ethanol producers, technology suppliers, equipment manufacturers, and engineering working in the industry. Based on economic analysis, scenario model SSFVapor Permeation provided cost effective and can be developed in Indonesia. It was suggested through sensitivity analysis that, deviation bioethanol selling price, EFB powder price and enzime production cost were necessary for bioethanol production value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>