Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yayat Suryati
"Pemulangan dini postpartum ialah memulangkan pasien dalam 48 jam atau kurang setelah pasien melahirkan pervaginam tanpa ada penyulit. Program pemulangan dini merupakan salah satu komponen dalam family centered maternity care, dimana keluarga turut aktif dalam perawatan ibu dan bayi baru lahir. Pengalaman ibu postpartum primipara dengan pemulangan dini akan bervariasi. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman ibu postpartum primipara yang mengalami pemulangan dini dari rumah sakit. Sebanyak lima partisipan yang ikut serta dalam penelitian ini. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tehnik pengambilan data dengan cara wawancara mendalam dengan alat bantu tape recorder.
Hasil penelitian didapatkan empat tema yaitu 1) berbagai persepsi ibu post partum primipara tentang pemulangan dini yaitu senang bisa berkumpul dengan keluarga, baik bila dilakukan dengan seksama, penting dilakukan karena tindakan di rumah sakit kurang memenuhi kebutuhan, 2) makna pemulangan dini yaitu ada kebebasan untuk merawat bayi, lebih bebas memenuhi kebutuhan pribadi ibu, praktis dan ekonomis, 3) kebutuhan ibu saat pemulangan dini yaitu bantuan dari keluarga, kunjungan rumah dari perawat, tindakan kepeawatan melibatkan suami atau keluarga, 4) harapan ibu terhadap pelayanan di rumah sakit yaitu ada pembekalan informasi, ada pemeriksaan kesiapan ibu dan bayi.
Kesimpulan penelitian ini adalah pemulangan dini itu baik, dan penting namun ibu dan keluarga harus diberi informasi dengan jelas sesuai dengan kebutuhan ibu dan melakukan kunjungan rumah. Saran bagi setiap institusi yang menerapkan program pemulangan dini pada ibu postpartum harus menyiapkan program atau protokol pemulangan dini postpartum, dan perawat harus mengevaluasi kemampuan ibu dalam merawat diri dan baynya.

Early postpartum discharge is return patient in 48 hour or less after vaginal delivery without complication. Early discharge program is one of the component in family centered maternity care, which is participating family in mother and newborn baby care. Experience mother of primipara with early discharge will vary. Purpose of this research was getting described of experience of mother with postpartum primipara who is early discharge of hospital. Five of participants were involved in this research. Research method used qualitative with approach of phenomenology by technics in-depth interview and field note with assisting a tape recorder.
Research result was gotten four themes, such as:1) various perceptions of mothers with post parturn primipara concerning early dischaerge were glad to shake together with family, it was good to be done carefully, it was important to be done because of hospital service did not fulfill requirement, 2) meaning of early discharge was the existence of freedom for baby care, more freely to fulfill requirement of mother person, practical and economic, 3) mother requirement at the time of early Discharge was helping from family, home visit from nurse, service which participated husband or family, 4) mother wishing of service at hospital was the existence of information purchasing.
This research conclusion indicated that early discharge was good, and important but family and mother have to give by information clearly as according to requirement of mother and doing conduct home. It was suggested for each institution which used early postpartum discharge program to prepare program or guidance of early postpartum discharge, and nurse at hospital must concern on executing program or guidance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Nurlaela
"ABSTRAK
Tindakan induksi persalinan dapat menimbulkan dampak fisik dan psikologis yang dipersepsikan berbeda oleh setiap klien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi pengalaman primipara yang dilakukan induksi di rumah sakit Islam Pekajangan Pekalongan Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengekplorasi secara mendalam pengalaman primipara melahirkan yang dilakukan induksi persalinan. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan lima partisipan primipara. Ibu yang menjadi partisipan sudah diidentifikasi mempunyai pengalaman melahirkan yang dilakukan induksi, sehat fisik dan mental, dan mampu menceritakan pengalamannya. Pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam. Metode yang digunakan untuk analisa data yaitu metode Colaizzi’s. Setelah data dianalisa, peneliti mendapat 4 thema: (1) berbagai persepsi ibu primi tentang induksi persalinan, (2) berbagai respon pertama kali ibu primi saat dilakukan induksi, (3) kebutuhan ibu primi yang melahirkan saat dilakukan induksi, (4) dukungan yang diberikan petugas kesehatan pada ibu yang dilakukan induksi.
Kesimpulan penelitian ini bahwa dari lima partisipan didominasi perasaan pasrah, bingung, panik dan tegang serta perlunya pemenuhan kebutuhan spiritual dan kebutuhan pendampingan. Beberapa partisipan dalam penelitian ini merasakan kepuasan terhadap dukungan perawatan yang dilakukan petugas kesehatan diantaranya oleh perawat. Namun beberapa partisipan lainnya dalam penelitian ini menyatakan kurang puas pada dukungan yang diberikan petugas. Kebutuhan spiritual didapat dari suami atau keluarga. Tenaga kesehatan perlu memenuhi kebutuhan spiritual klien. Penjelasan yang lengkap tentang induksi persalinan harus dilakukan untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

ABSTRACT
The background of maternal mortality in Indonesia was still high and one of the causes is distocia. The purpose of this research was to explore deeply an experience the women’s induction of labor. A qualitative research used phenomenological approach. The sample in this research consists of five participants with different characteristics. The women who became participants were identified that they had on experience of induction of labor, identified good physic and mental, and capable to explain their experiences. Data collection utilized in-dept interviews. The research becomes an instrument of data collection. Colaizzi’s methode was used for data analysis, so researcher found fourth themes: (1) many perceptions from primi mothers about birth induction (2) many respons from primi mothers when they got induction for the first time (3) the need of primi mothers who have birth when induction is conducted (4) support from medics for the mothers who have induction.
Conclusion of this research, the experience of each participant was dominated with confusing, panic, and nervous. Beside the mothers need fulfillment of spiritual need and assistance. Some of participants in this research feel satisfied for the medical support done by medics, includes the nurse. However, some of participans in this research feel not satisfied for the support that is given by the medics. It is caused by the minimum frequency of meeting with the officer who gives assistance to the participant who is having birth with first inductions. Fulfillment of spiritual need comes frome husband and family of participants. The support from medics who gives assistance have not entirely satisfied the participants need."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Rooslanda Putri Venesha
"Lamanya waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap di RSUD KiSA Kota Depok mengakibatkan lamanya perpindahan pasien dari IGD yang diindikasi perlu rawat inap, serta lamanya proses pulang dapat meningkatkan infeksi nosokomial. Hal ini merupakan alasan pentingnya pemantauan proses pemulangan pasien yang selama ini belum pernah dilakukan, dan perlunya ditentukan target waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap. Tujuan penelitian adalah mengetahui implementasi Lean Six Sigma pada proses pasien pulang rawat inap dalam upaya perbaikan mutu pelayanan rawat inap di RSUD KiSA, dengan tahapan Define, Measure, Analyze, Improve dan Control berfokus pada penurunan aktivitas non value added serta pemborosan dengan meningkatkan aktivitas value added. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain action research, menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, serta implementasi perbaikan proses pemulangan pasien rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan pendekatan Lean Six Sigma dapat diidentifikasi pemborosan tertinggi adalah waste waiting dan selanjutnya dilakukan upaya perbaikan waktu tunggu pelayanan pasien pulang rawat inap berfokus pada pengurangan kegiatan pemborosan. Kondisi awal proses pemulangan pasien diketahui ratio VA hanya 23,9% dan ratio NVA sebesar 76,1% dengan Lead Time 315,08 menit. Sehingga terjadi penurunan Lead Time menjadi 192,50 menit dengan peningkatan rasio VA menjadi 30,6%. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya penetapan alur proses pemulangan pasien serta dilakukan pemantauan waktu tunggu melalui indikator mutu unit rawat inap. Proses evaluasi dilakukan untuk menilai mutu layanan yang diberikan sudah memberikan manfaat bagi pasien dan operasional pelayanan rumah sakit.

The long waiting time for inpatient discharge services at the KiSA Hospital in Depok City results in a long transfer of patients from the emergency room who are indicated to need hospitalization, and the length of the discharge process can increase nosocomial infections. This is the reason for the importance of monitoring the patient discharge process which has never been done before, and the need to set a target waiting time for the inpatient discharge process. The research objective was to determine the implementation of Lean Six Sigma in the process of inpatient discharge in an effort to improve the quality of inpatient services at KiSA Hospital, with the Define, Measure, Analyze, Improve and Control stages focusing on reducing non-value added activities and waste by increasing value added activities. This study used a qualitative approach with an action research design, using in-depth interviews, observation and document review, as well as implementation of improvements to the process of inpatient discharge. The results showed that after the Lean Six Sigma approach was carried out, it was identified that the highest waste was waste waiting and further efforts were made to improve the waiting time for inpatient services focusing on reducing wasteful activities. The initial condition of the patient's discharge process is that the VA ratio is only 23.9% and the NVA ratio is 76.1% with a lead time of 315.08 minutes. So that there is a decrease in Lead Time to 192.50 minutes with an increase in the VA ratio to 30.6%. The recommendation from this study is the need to determine the flow of the patient discharge process and monitor waiting time through inpatient unit quality indicators. The evaluation process is carried out to assess the quality of services provided that have benefited patients and hospital service operations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Marzuki Prihantoro
"Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas yang diselenggarakan oleh panti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan adalah kecil daya tampung panti dengan jumlah penyandang disabilitas yang ada. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa input pelayanan rehabilitasi sosial berupa klien, sumber daya manusia, sarana prasarana, budaya, teori/metode dan umpan balik relatif sudah terpenuhi. Konversi operasi didukung komponen struktural dan proses fungsional terlaksana namun belum optimal. Output pelayanan rehabilitasi sosial, beberapa klien sudah mandiri baik bekerja secara mandiri maupun bekerja di perusahaan. Faktor pendukung berupa kelembagaan, personil, sarana dan prasarana, pembiayaan. Sedangkan faktor penghambat berasal dari klien dan sistem sosial.

Social rehabilitation services for disability-based organized home has advantages and disadvantages. One drawback is the small capacity of the home with the existing number of persons with disabilities. Results of this study revealed that the social rehabilitation input in the form of client services, human resources, infrastructure, culture, theory / methods and relative feedback has been fulfilled. Conversion operations are supported structural components and functional processes implemented but not optimal. Output social rehabilitation services, some clients have good self to work independently as well as working in the company. Factors such as institutional support, personnel, facilities and infrastructure, financing. While the limiting factor from the client and the social system."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urip Rahayu
"ABSTRAK
Vital Exhaustion (VE) dikarakteristikkan oleh perasaan kelelahan, peningkatan irritabilitas, dan perasaan demoralisasi. VE merupakan prediktor terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Secara ekplisit disebutkan dalam penelitian sebelumnya bahwa kualitas tidur, beban kerja, konflik keluarga, status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya VE. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor ? faktor yang berhubungan dengan VE pada pasien PJK di RSU Cibabat Cimahi dan RS. Rajawali Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien PJK. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang ditentukan dengan cara non probability sampling yaitu concecutive. Kualitas tidur dikaji oleh Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), beban kerja dikaji NASA Task Load Index, vital exhaustion dikaji oleh Maastricht Questioneri, dan usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, konflik keluarga dan status perkawinan dikaji dengan kuesioner standar data demografi. Faktor - faktor yang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur, beban kerja dan konflik keluarga (p<0,05). Sedangkan pada analisis regresi logistik berganda menunjukan faktor yang berhubungan dengan VE adalah kualitas tidur dan konflik keluarga. Pasien PJK yang kualitas tidurnya buruk berpeluang mengalami vital exhaustion 6,729 kali (95% CI : 1,360 -33,283 ) dibandingkan kualitas tidurnya baik setelah dikontrol dengan konflik keluarga. Pasien PJK dengan konflik keluarga berpeluang mengalami vital exhaustion 5,426 kali (95% CI : 1,116 ? 26,372) dibandingkan tidak mempunyai konflik keluarga setelah dikontrol dengan variabel kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk pada pasien PJK dapat disebabkan oleh dipsnoe, distritmia dan batuk. Selanjutnya, peneliti menyarankan untuk dibuat kebijakan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas tidur dengan cara tidak melakukan tindakan non urgen pada saat jam tidur pasien dan menganjurkan untuk mempertahankan kualitas tidur. Pada pasien rawat jalan dengan mengendalikan/menghindari terjadinya konflik keluarga.

ABSTRACT
Vital Exhaustion (VE) is a state characterized by unusual fatique, irritability and, demoralization. It is a predictor of Coronary Heart Disease (CHD). Previous study found quality of sleep, workload, family conflict, economic status, age, gender, educational level, and marital status related with vital exhaustion. This study was a descriptive correlational with cross-sectional design that aims to examine the relationship between factors and vital exhaustion at Cibabat Cimahi General Hospital and Rajawali Bandung Hospital. The population were all patients with CHD. The sample size and was 40 patients, was collected by using a concecutive non probability sampling technic.The quality of sleep was assessed by Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), whereas the workload were assessed by NASA Task Load Index, and vital exhaustion was assessed by Maastricht Questioneries. In addition the age, gender, education level, family conflict , marital status were assessed by demografic questionnaries. Factors that related to a vital exhaustion were quality of sleep, workload, and family conflict (p<0,05). While, The regression logistic multiple showed that factors related to vital exhaustion are the quality of sleep and family conflict. CHD patient with poor sleep had a greater risk vital exhaustion than good sleep after adjusting family conflict RR 6,729 (95% CI : 1,360 -33,283 ) and CHD patient with family conflict had a greater risk vital exhaustion than without family conflict after adjusting quality of sleep RR 5,426 (95% CI : 1,116 ? 26,372). The causal factors of sleep disturbance which affected CHD were dipsnea, dysrythmia and cough. Futhermore, the recommendation for policy maker in the hospital lead to the need of making a regulation to maintain the quality of sleep of the patients. Also, a policy to prevent family conflict to outpatient clients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tetti Solehati
"ABSTRAK
Ibu post seksio sesarea mengalami nyeri akibat trauma pembedahan dan afterpain, sehingga menimbulkan kecemasan. Penyebab ini tidak dapat dihilangkan, namun sensasi nyeri dan kecemasan dapat dikurangi dengan manajemen nyeri dan kecemasan baik secara farmakologi dan atau nonfarmakologi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tehnik Benson relaksasi terhadap intensitas nyeri dan kecemasan klien post seksio sesarea. Desain penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre test dan post test.
Penelitian dilakukan di RS Cibabat Cimahi sebagai kelompok intervensi dan RS Sartika Asih Bandung sebagai kelompok kontrol. Sampel pada masing- masing kelompok adalah 30 ibu post seksio sesarea dengan quota sampling berdasarkan kriteria. Tehnik Benson relaksasi merupakan penggabungan antara relaksasi dengan suatu faktor keyakinan filosofis atau agama yang dianut. Fokus dari relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang memiliki makna menenangkan bagi klien itu sendiri, diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah. Benson relaksasi ini diberikan selama 4 hari tiap 12 jam dalam 10 menit. Intensitas nyeri (menggunakan skala VAS) dan kecemasan(menggunakan modifikasi skala HARS-Zung) diukur sebelum dan setelah intervensi selama 4 hari post seksio sesarea.
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata nyeri sebelum intervensi pada kelompok kontrol adalah 4,43 cm menurun menjadi 3,51 cm, sedangkan pada kelompok intervensi 4,97 cm menurun menjadi 2,63 cm. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa rata-rata kecemasan sebelum intervensi pada kelompok kontrol adalah 15,98 menurun menjadi 15,29, sedangkan pada kelompok intervensi 16,47 menurun 14,57 menjadi. Penelitian ini menemukan perbedaan yang bermakna penurunan rata-rata intensitas nyeri dan kecemasan sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi, juga antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p= 0.00).
Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan agar institusi pelayanan kesehatan terutama bagian maternitas dapat menggunakan tehnik Benson relaksasi sebagai salah satu standar operasional prosedur managemen nyeri nonfarmakologi pada ibu post seksio sesarea.

ABSTRACT
Client with post cesarean section is suffered of pain due to operative trauma and after pain. Anxiety is also appear among them. The cause of pain can not be eliminated. However, the sensation of the pain and anxiety state can be reduced by pain and anxiety management. The pain and anxiety management is not only pharmacological remedy but also non pharmacological treatment. The aim of the study is to identify the effect of Benson Relaxation technique on pain intensity and anxiety among client with post cesarean section. Design of the study is quasi experiment with pre and post test design.
The study was conducted at Cibabat hospital Cimahi as intervention group and Sartika Asih hospital as control group. The sample of each group is 30 of postcesarean section women with quota sampling based on criterion. The Benson relaxation technique is mix between relaxation and faith philosophical factor or religion. The focus of this relaxation is at certain world that has a meaning in order to make it calm for the client. This technique is saying several times with regular rhythm of surrender feeling. The Benson relaxation was given along 4 days every 12 hours for 10 minutes. The visual analog scale (VAS) is used to measure the pain intensity and HARS-Zung modification is used to measure the anxiety. Those instruments were applied before and after intervention along 4 days postcesarean section.
The result of the study showed that the mean of pain before intervention at control group was 4,43 cm. It was decreased to 3,51 cm. Meanwhile, the intervention group was 4,97 cm. It was decreased to 2,63 cm. In the study also found that the mean of anxiety before intervention at control group was 15,98. it was decreased to 15,29, but at intervention group was 16,47. It was decreased to 14,57. The study found the significant comparing of pain intensity and anxiety state before and after intervention at control and intervention group (p = 0,000). Thus, the Benson relaxation can reduce the pain intensity and anxiety state among client with cesarean section.
The researcher recommend for health services institution especially maternity department can use the Benson relaxation technique as a standard operational procedure of non pharmacological pain management among client with post cesarean section."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Setiawan
"Konflik telah menjadi bagian keseharian dalam sebuah organisasi. Manajer merupakan sosok strategis dalam memanfaatkan konflik secara fungsional guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pandangan interaksionistik manajer menjadikan konflik sebagai wahana untuk menciptakan situasi dinamis dalam organisasi kerjanya. Penelitian bertujuan mencoba melihat bagaimana hubungan antara model penatalaksanaan konflik kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode korelasional dengan sampel penelitian secara total sampling pada seluruh perawat yang bertugas di instalasi rawat inap yang berjumlah 96 orang. Derajat kesalahan yang dipergunakan adalah 0.05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara model penatalaksanaan konflik kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana (0.0001), Model penatalaksanaan konflik kolaboratif menyebabkan kepuasan kerja tertinggi dibandingkan model penatalaksanaan konflik kompromi dan otoritatif Analisis statistik terhadap variabel confounding memperoleh hasil bahwa karakteristik perawat pelaksana tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap kepuasan kerja, yaitu usia (r = 0.083), jenis kelamin (0.491), pendidikan (0.333), status perkawinan (0.297), status kepegawaian (0.582), dan masa kerja (r = 0.192). Karakteristik perawat pelaksana jugs diujikan secara statistik terhadap persepsi penatalaksanaan konflik kepala ruangan. Masa kerja memberikan kesimpulan adanya hubungan yang signifikan dengan persepsi penatalaksanaan konflik kepala ruangan (0.046). Sementara variabel lainnya tidak memberikan hubungan yang bermakna, yaitu usia (0.065), jenis kelamin (0.927), pendidikan (0.618), status perkawinan (0.343), dan status kepegawaian (0.477). Guna meningkatkan kepuasan kerja karyawan, upaya-upaya manajemen sumber daya manusia memerlukan perhatian khusus. Perlu peningkatan pengetahuan, sikap dan kompetensi kepemimpinan pada setiap tingkatan manajerial. Secara metodologis penelitian ini dapat dijadikan data dasar guna penelitian terkait dengan kepuasan kerja. Secara teoritis penelitian ini telah memperkuat teori pentingnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan kepuasan kerja dan iklim kerja yang kondusif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T8758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Yudiana
"Pembentukan kualitas sumber daya manusia berawal dari masa prenatal (Barker, 1994, dalam Hardinsyah, dick., 2000). Masa prenatal merupakan masa yang akan menentukan kehidupan generasi yang akan datang, salah satu gangguan pertumbuhan prenatal akan mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Prevalensi BBLR di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 13% (Dep.Kes.R1, 2002). Prevalensi BBLR di RSU Cibabat Cirnahi tahun 2005 sebesar 18,78%, untuk itu perlu dikaji faktor-faktor apa yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi BBLR, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006.
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan BBLR. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor ibu (umur ibu, paritas, berat badan bulan pertarna hatnil, jarak kelahiran, peningkatan berat badan ibu selarna hamil, tinggi badan ibu, IMT ibu bulara pertama hamil); faktor janin (jenis keIamin bayi); faktor sosio ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu); dan faktor pelayanan kesehatan (pelayartan antenatal).
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 September sarnpai 30 Desember 2006, pada ibu yang inelahirkau BBLR Jan BBLN di RSU Cibabat Dengan meenggunakan rancangan penelitian ka,sus-kontroi. Kasus adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gr, sedangkan kontrol adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih atau sama dengan 2500 gr.
Sampel sebanyak 340 orang, dengan jumlah sampel kasus 85 orang dan sampel kontrol 255 orang. Pengurnpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik, wawancara dan pengukuran. Data dianalisis dengan tahapan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran (0R=1,75), 13B ibu bulan pertama hamil (OR=2,44), peningkatan BB ibu seIama hamil (OR-2,94), tinggi badan ibu (OR=7,71), penyakit ibu selama hamil jenis kelamin bayi (0R=1,80), pendidikan ibu (0R=2, 14), dan pelayanan antenatal (OR=3,43)dengan BBLR. Dan hasil analisis multivariat, variabel yang dorninan yang berhubungan dengan BBLR adalah tinggi badan ibu dengan OR=7,694.
Program-program yang rnenunjang kesehatan ibu hamil sangat diperlukan. Program ini tidak hanya ditujukan bagi ibu hamil tapi juga,bagi rernaja putri dan wanita usia subur. Untuk menunjang pelaksanaan program ini perlu adanya kerjasama yang balk antara Departemen Kesehatan RI, fasilitas kesehatan dan masyarakat.

Development of human resource quality depends on prenatal period (Barker, 1994 in Hardiansyah, et.al , 2000). Prenatal period are to decide after generation livelihood, failure to growth during this period as simply reflected by low birth weight (LBW).
Prevalence of LBW in Indonesia is quite high, that is 13% (MOH RI, 2002). Prevalence of LBW in Hospital Cibabat Cimahi 2005, that is 18,78%. These evidences need to be elaborated as to find factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2006. The objective of this study is prevalence LBW, and to investigate factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2096.
Among others, factors under investigation include mothers factors (age, parity, interval parity, weight pre pregnancy, weight gain during pregnancy, height, BMI, infection); foetus factors (gender); sosio economic faktors (education, worked); health care factors (antenatal care).
This study was conducted during period of 1 September-30 Desember 2006, among mothers who delivered LBW infants and normal infants in Hospital Cibahat Cimahi. Using cases-control design. Cases are LBW (<2500 grains) newborn infants, and controls are normal birth weight (>=2500 grams) newborn infants.
Number of sample was 340, where cases was 85 and controls 255 newborn infants. Data were collected by documentation study throught medical record, interview, and measurer. Data were then analyzed univariately, bivariately, multivariately.
Bivariate analysis showed that there is relationship between interval parity (OR=1,75), weight pre pregnancy (OR=2,44), weight gain during pregnancy (OR=2,94), height (OR=7,71), infection (OR--4,60), gender (OR=1,80), education (0R=2,14), antenatal care (OR=3,43) and BBLR. The multivariat analysis, with height as the most dominant factor OR=7,694.
Programs that supported the health of pregnant mother are considered necessary. The program is not solely targeted to the pregnant mothers, but also to the adolescent girls and other women at reproductive age. To implement such program, collaboration with other institutions, such as the ministry of health, health facilities and the community itself, is urgently needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T33918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Zaenal Mustofa
"Penderita pneumonia yang dirawat di Rumah Sakit Cibabat Cimahi selama periode 2000-2003 sebanyak 1.559 orang, 120 orang diantaranya meninggal dunia CFR=7,71%, sedangkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama periode yang sama telah merawat sebanyak 1.792 orang, 112 orang diantaranya meninggal dunia CFR=6,63%.
Tingginya CFR penderita pneumonia di kedua rumah sakit tersebut menarik penulis untuk mengadakan penelitian, terutama pada balita yang cukup banyak penderitanya. Studi awal diketahui bahwa pada penderita pneumonia yang tidak meninggal di Rumah Sakit Cibabat terdapat sebanyak 36,5% memiliki gejala tambahan yang tidak lain sebagai penyakit penyerta pneumonia. Bagaimana dengan balita yang meninggal dunia?. Untuk itu penelitian yang penulis lakukan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyakit penyerta terhadap kematian balita akibat pneumonia di Rumah Sakit Cibabat Cimahi dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kasus kontrol, dengan jumlah sampel sebanyak 170 balita, yang terdiri 85 balita sebagai kasus dan 85 balita sebagai kontrol. Variabelvariabel yang diteliti adalah kematian balita penderita pneumonia sebagai variabel terikat, sedangkan sebagai variabel bebas adalah penyakit penyerta, sianosis, umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, status rujukan, kelas perawatan, dan lokasi tempat tinggal. Seluruh variabel yang diteliti bersumber dari data rekam medik di kedua rmah sakit tersebut sejak Januari 2000 sampai bulan Juni 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penyakit penyerta terhadap kematian balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Cibabat Cimahi dan Rumah Sakit Masan Sadikin Bandung. Balita penderita pneumonia disertai penyakit penyerta berisiko 3,38 kali dibandingkan dengan balita tanpa disertai penyakit penyerta. (p=0,00, OR=3,38, 95%CI=1,68--6,85). Ada pengaruh sianosis terhadap kematian balita akibat pneumonia, balita penderita pneumonia dengan gejala umum sianosis berisiko 7,42 kali meninggal dunia akibat dibandingkan balita tanpa gejala umum sianosis. (p=0,00, OR=7,42 95%CI=2,97-19,13).
Melihat hasil penelitian diatas disarankan dalam menangani balita penderita pneumonia di Rumah Sakit agar lebih mewaspadai adanya penyakit penyerta dan gejala umum sianosis.
Daftar Kepustakaan : 57 (1991-2004)

South-East Asia Region World Health Organization (SEARO-WHO) reported that communicable diseases have caused 40% of 10.5 million of deaths among children under-five year olds in the world. In the 6 SEARO-countries, including Indonesia, it was estimated that about 9 of 10 deaths were caused by pneumonia, diarrhea, measles and malnutrition.
Based on an extrapolation of a result of Household Health Survey in 1992, the mortality rate of pneumonia among under-five children in Indonesia is about 6 per 1,000 under-five children. Therefore it is estimated that among under-five children, 150.000 deaths occur every year due to pneumonia. It means that pneumonia has significantly contributes on death among children, especially in the under-five group.
Cibabat Hospital in Cimahi has treated about 1,559 pneumonia cases during the period of 2000-2003, and among all those cases, 120 patient died (CFR=7.71%). Hasan Sadikin General Hospital in Bandung during the same period has managed 1,792 pneumonia cases with 112 deaths among the treated cases (CFR 6,63%).
There are several factors influencing pneumonia caused mortality, such as a) age (< 2 months), b) socio-economic status, c) malnutrition, d) low birth weight, e) low mother education, f) low health care coverage, g) high house density, h) inadequate immunization, i) contracting chronic diseases.
The objective of this study was to know the effect of underlying diseases on under-five child mortality due to pneumonia in Cibabat Hospital in Cimahi and in Hasan Sadikin General Hospital in Bandung.
The study results showed that there was an effect of underlying diseases on the under-five child mortality caused by pneumonia in both hospitals. An under-five pneumonia case with underlying disease(s) was 3.38 times more likely to cause death as compared to under-five pneumonia case without underlying disease(s). It was also found that cyanosis, as one of the common signs of emergency in pneumonia, also increased the risk of death. A pneumonia case with cyanosis was 7,42 times at risk to cause death than the case without cyanosis.
Based on our study, it is recommended that the medical staffs in the hospitals to be aware of the existing underlying diseases and to conduct integrated case management The medical staffs, as well as the mothers are also suggested to pay attention on the sign of cyanosis. This sign is actually not so difficult to be recognized, although it was frequently ignored. This common sign of cyanosis is important in pneumonia treatment in the field, using several case management approaches, including oxygenation.
The Ministry of Health and its relevant structures are also encouraged to establish the Integrated Management Program of the Under-five Child Sickness, especially related to pneumonia, by providing sufficient health) medical facilities (such as oxygen contractor) in the community health centers and the hospitals.
References: 57 (1991 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>