Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96748 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Zahrah
"Peresepan secara berlebihan untuk mengobati pasien pediatrik sering dijumpai di rumah sakit di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola peresepan pada pasien pediatrik rawat jalan di Rumah Sakit X. Data diperoleh dari resep pasien pediatrik rawat jalan yang masuk ke apotek Rumah Sakit X pada periode Januari - Maret 2005. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif melalui teknik survey secara retrospetif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah resep yang mengandung lebih dari 4 obat sebanyak 60,1%; golongan obat yang paling sering diresepkan adalah antibiotik 20,7%; antibiotik yang paling sering di resepkan adalah amoksisilin 50,5%; resep yang mengandung racikan sebanyak 59,4%; racikan yang mengandung jumlah obat lebih dari 4 sebanyak 31,9%; golongan obat yang paling sering di resepkan dalam racikan adalah obat saluran nafas 27,6%; pola kombinasi obat yang paling sering ditulis dalam racikan adalah obat saluran nafas + antialergi + kortikosteroid. Kesimpulan: terdapat peresepan polifarmasi dengan sebagian besar resep mengandung racikan, obat yang paling sering diresepkan adalah amoksisilin, dan obat yang sering dikombinasikan dalam racikan adalah obat saluran nafas.

Over-prescribing in pediatric therapy has often occure in Indonesian?s Hospital. The objective of this study is to know the prescribing pattern of ambulatory pediatric patient at X Hospital. Data were collected from prescriptions of ambulatory pediatric patient, which received by X Hospital Pharmacy during January - March 2005. A descriptive method study by retrospective survey technique has been done.
The result display that prescription which contains more than 4 drugs as many as 61,1 %; the class of drug which often prescribed is antibiotic 20,7 %; amoxicillin is the most prescribed antibiotic 50,5 %; prescription which contains compounding drug as many as 59,4 %; compounding drug which contains more than 4 drugs as many as 31,9 %; the class of drug which often prescribed in compounding is respiratory system drugs 27,6 %; the most prescript combination in compounding is respiratory system drug + antialergic + corticosteroid. Conclusion: the pattern of pediatric prescription showed polypharmacy and it was dominated with compounding drugs, most often prescript drug is amoxicillin, and most often combinated drug in compounding is respiratory system drug.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Kinanthi Bekti
"Latar belakang penelitian ini adalah kenaikan tren kunjungan pasien JKN di rumah sakit Dewi Sri baik rawat jalan ataupun rawat inap. Kendali mutu dan kendali biaya sangat diperlukan untuk menjamin agar pelayanan kesehatan pada peserta JKN sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan dan diselenggarakan dengan efisien. Pilihan obat yang termasuk dalam pembayaran InaCBGs akan menjadi komponen penting, sehingga review terhadap penggunaan obat sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya obat. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, untuk melihat gambaran rata-rata jumlah item obat per resep, persentase peresepan obat generik, peresepan antibiotik, peresepan obat fornas, dan jumlah biaya obat terhadap faktor jenis kelamin pasien, usia pasien, jenis kelamin dokter, umur dokter dan jaminan kesehatan sesuai dengan data sekunder yang didapat melalui data rekam medis dan resep di farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan jumlah item obat per resep, persentase oobat generik, persentase obat antibiotik, persentase obat fornas, dan biaya obat diantara ketiga jenis jaminan kesehatan tersebut. Faktor yang paling berpengaruh terhadap persentase antibiotik di rawat jalan dan jumlah item obat per resep pada rawat jalan dan rawat inap adalah jenis kelamin dokter. Faktor yang paling berpengaruh pada persentase antibiotik di rawat inap, dan persentase generik, persentase fornas, dan biaya obat pada rawat jalan dan rawat inap adalah jaminan kesehatan. Sehingga perlu adanya kebijakan penggunaan obat generik, penggunaan obat fornas, dan jumlah item obat per resep ≤ 2 jenis obat di lingkungan rumah sakit.

The background of the present research was the increasing trend of JKN patients visits at Dewi Sri Hospital, for both outpatients and inpatients. Quality and cost controls are highly needed in securing that health services to JKN members be in conformity with the specified quality standard and implemented efficiently. The choice drugs included in InaCBGs payment would become a significant component, and thus a review of drug administration is greatly needed in attempt to enhance both health service quality and drug cost efficiency. The research used a cross-sectional study by a quantitative method, so as to find out the average number of drug items per prescription, percentage of generic drug prescription, antibiotic prescription, fornas drug prescription, and total cost of drugs on the factors of patient gender, patient age, physician gender age, physician age, and health assurance according to the secondary data obtained from both medical record data and prescription at pharmacy.
Based on the research findings, there were some significant differences in the number of drug items per prescription, percentage of generic drugs, percentage of antibiotic, percentage of fornas drugs, and drug costs between the three health assurances. The most influential factor on percentage of antibiotic and the number of drug items per prescription in both outpatient and inpatient was physician gender. The most influential factor on percentage of antibiotic in inpatient, and percentage of generic, percentage of fornas, and drug cost in both outpatient and inpatient was health assurance Thus, a policy on the use of generic drugs, the use of fornas drugs, and number of drug items per prescription by ≤ 2 types of drugs is needed at the hospital
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shellinna Kurniawati
"Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat dimana di dalamnya terdapat Instalasi Farmasi (IF) sebagai sebuah unit yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh, terutama paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ lain seperti tulang, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak. Indonesia adalah salah satu negara dengan beban TB tertinggi di dunia dengan prevalensi sekitar 214 kasus per 100.000 penduduk. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran, pencegahan, diagnosis dini, pengobatan, dan pemantauan TB melalui program-program yang lebih efektif. Oleh sebab itu, dilakukan analisis terhadap pola peresepan obat pasien tuberkulosis sensitif obat (TB SO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) periode Januari – Maret 2023. Dari 107 pasien TB SO, terdapat 57 pasien laki-laki dan 52 pasien perempuan. Berdasarkan kategori usia, terdapat 18 pasien anak dan 91 pasien dewasa. Jumlah minimum obat sebagai titik pemesanan kembali untuk paket OAT kategori I pasien dewasa 4 KDT adalah 404 tablet dan 2 KDT saat stok tersisa 705 tablet. Sedangkan stok minimum untuk paket OAT anak 3 KDT adalah 38 tablet dan 2 KDT sebanyak 127 tablet. Jumlah maksimum obat untuk paket OAT kategori I pasien dewasa 4 KDT adalah saat stok mencapai 6.455 tablet dan 2 KDT saat stok mencapai 11.277 tablet. Sedangkan stok maksimum untuk paket OAT anak 3 KDT adalah 606 tablet dan 2 KDT sebanyak 2.027 tablet.

Hospital is a health service institution that provides complete individual health services including inpatient, outpatient, and emergency services with a pharmacy installation as a unit that organizes all pharmaceutical service at the hospital. Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which attacks organs, especially the lungs, and also other organs such as bones, lymph nodes, kidneys, and brain. Indonesia is one of the countries with the highest TB patients in the world with a prevalence of around 214 cases per 100,000 population. The government continues to increase awareness, prevention, early diagnosis, treatment, and monitoring of TB through more effective programs. Thus, an analysis was carried out on the pattern of drug prescribing in patients with sensitive drug-susceptible tuberculosis (TB SO) at the University of Indonesia Hospital during January - March 2023. Of the 107 TB SO patients, there were 57 male patients and 52 female patients. Based on age, there were 18 pediatric patients and 91 adult patients. The minimum number of drugs as the reorder point for category I OAT for adult patients with 4 KDT is 404 tablets and 2 KDT is 705 tablets. Meanwhile, the minimum stock for OAT packages for children with 3 KDT is 38 tablets and 2 KDT is 127 tablets. The maximum number of drugs for category I OAT packages for adult patients 4 KDT is 6,455 tablets and 2 KDT is 11,277 tablets. Meanwhile, OAT packages for 3 KDT children is 606 tablets and 2 KDT is 2,027 tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hibban Arasy
"RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) adalah rumah sakit pendidikan kelas B yang terletak di kampus Universitas Indonesia. Dibangun pada tahun 2009 dan beroperasi sejak 2018, RS UI memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan kelas dunia pada tahun 2030. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan penaggung jawab Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI, masih ditemukannya obat maupun BMPH yang mengalami dead stock atau tidak ada transaksi selama 3 bulan berturut-turut Depo Farmasi Rawat jalan. Masalah ini berpotensi menurunkan efisien kerja antar depo farmasi yang ada di RSUI karena akan ada beban kerja tambahan dan waktu tunggu apabila harus melakukan order tranfer barang antar depo farmasi. Dead stock obat dan BMHP yang ada di Depo Rawat Jalan seharusnya dapat di distribusikan lebih efisien ke depo farmasi lain yang membutuhkannya melalui gudang farmasi RSUI. Laporan ini akan berfokus terhadap tahapan analisis dan pembaharuan kategori Dead Stock terhadap obat dan BMHP yang digunakan di Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan januari sampai dengan maret 2023.

RSUI (Rumah Sakit Universitas Indonesia) is a class B educational hospital located on the campus of Universitas Indonesia. Established in 2009 and operational since 2018, RSUI has a vision to become a world-class educational hospital by 2030. Based on observations and interviews with the the person on charge of the Outpatient Pharmacy Depot at RSUI, it has been found that there are still drugs and BMPH (Disposable Medical Supplies) experience dead stock, meaning no transactions have occurred for three consecutive months at the Outpatient Pharmacy Depot. This issue has the potential to decrease the efficiency of inter-pharmacy depot operations at RSUI, as it would lead to additional workload and waiting time if orders for inter-pharmacy tranfers are required. The dead stock of medicines and BMPH at the Outpatient Pharmacy Depot should ideally be distributed more efficiently to other pharmacy depots in need through the RSUI pharmacy warehouse. This report will focus on the analysis and updating of the Dead Stock category for drugs and BMPH used in the Outpatient Department of Rumah Sakit Universitas Indonesia from January to March 2023."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekti Prameswari Susilo
"Interaksi obat terjadi apabila efek dari suatu obat berubah dengan adanya obat lain, obat herbal, makanan, minuman, atau zat kimia lainnya. Apabila pasien mengonsumsi dua atau lebih obat secara bersamaan mempunyai potensi untuk terjadinya interaksi obat, baik menghasilkan respon peningkatan atau penurunan konsentrasi obat di dalam darah. Semakin banyak obat yang dikonsumsi oleh pasien, maka semakin besar kemungkinan terjadinya reaksi yang merugikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan (depo farmasi 24 jam) RSAB Harapan Kita selama 14 hari periode Bulan April 2022.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data penelitian diperoleh dari resep obat pada tanggal 1 April - 18 April 2022 yang diterima oleh depo farmasi 24 jam RSAB Harapan Kita baik pasien golongan BPJS maupun pasien non-BPJS. Interaksi obat-obat per lembar resep dianalisis menggunakan software Lexicomp. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa interaksi obat ditemukan pada 50% lembar resep BPJS dan 36% lembar resep non-BPJS pada pasien rawat jalan di depo farmasi 24 jam RSAB Harapan Kita. Sebagian besar kejadian interaksi antar obat yang terjadi baik pada resep BPJS maupun Non-BPJS tergolong tidak berisiko tinggi (risk rating C).

Drug interactions occur when the effect of a drug changes with the presence of other drugs, herbal medicines, food, drinks, or other chemical substances. If a patient takes two or more drugs simultaneously, there is the potential for drug interactions to occur, either resulting in a response of increasing or decreasing the concentration of the drug in the blood. The more drugs consumed by the patient, the greater the possibility of adverse reactions. Therefore, this study aims to determine drug interactions in prescribing outpatients (24-hour pharmacy depot) at RSAB Harapan Kita for the 14-day period in April 2022.
This research is a descriptive observational study with retrospective data collection. Research data were obtained from drug prescriptions on April 1 - April 18 2022 which were received by the 24-hour pharmacy depot at RSAB Harapan Kita, both BPJS class patients and non-BPJS patients. Drug-drug interactions per prescription sheet were analyzed using Lexicomp software. Based on the results of the research that has been done, it can be concluded that drug interactions were found in 50% of BPJS prescription sheets and 36% of non-BPJS prescription sheets for outpatients at the 24-hour pharmacy depot at Harapan Kita Hospital. Most of the interactions between drugs that occurred in both BPJS and Non-BPJS prescriptions were classified as not having high risk (risk rating C).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Permana Sari
"Obat antidiabetik oral telah digunakan selama 40 tahun terakhir untuk mengontrol kadar glukosa darah. Pada pasien diabetes melitus tipe 2 umumnya disertai dengan beberapa penyakit menahun, sehingga dalam terapi diabetes biasanya dikombinasikan dengan obat-obat lain. Hal ini meningkatkan terjadinya interaksi obat yang merugikan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi obat di Rumah Sakit X Depok. Data diambil dari 307 resep obat antidiabetik oral selama bulan Januari 2005-Mei 2006. Obat golongan sulfonilurea yang paling banyak diresepkan adalah glimepirid (45,89%). Sebanyak 41,69% resep obat antidiabetik oral memiliki interaksi. Dengan menggunakan uji stastistik Kai Kuadrat diketahui adanya hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep yang mengandung obat antidiabetik oral dengan jumlah interaksi obat yang teridentifikasi.
Oral antidiabetic agents are used for 40 years ago to controlled blood glucose level. Commonly in type II diabetic patients followed with a lot of chronic disease, so that in diabetes therapy typically combined with other medications. The combined with other medications and interaction between drugs, may result in having possible detrimental effect on the patient. This study was conducted to described prescription and the drug interaction problem of oral antidiabetic agents. Data were collected form 307 recipes of oral antidiabetic agents admitted during the study period of Desember 2005- Mei 2006. A sulfonilurea, glimepiride was found to be mostly prescribed (45.89%). In this study, 41.69% recipes proofed to have drug interactions. The analysis by using Chi Square statistic analysis there were a significant relationship between the number of drugs on the recipes content oral antidiabetic agents and the number of interactions were identified."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S33056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Tingginya tingkat infeksi nosokomial di ICU menyebabkan penggunaan antibiotik ICU cenderung lebih tinggi dari ruang rawat yang lain. Penggunaan antibiotik ini sering kali tidak menunggu hasil uji kepekaan bakteri. Hal ini menyebabkan resistensi terhadap antibiotika semakin cepat terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis antibiotik yang banyak digunakan di ICU RSCM dan mengetahui jumlah penggunaan antibiotik berdasarkan perhitungan Defined Daily Dose (DDD) WHO di ICU RSCM periode Januari hingga Maret 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan rekam medis pasien. Dari 167 rekam medis yang diikutkan dalam penelitian ini, tiga antibiotik dengan frekuensi pemakaian terbanyak adalah meropenem (15.31%), seftriakson (14.43%), dan fosfomisin (11.57%). Hasil penilaian kuantitas penggunaan antibiotik berdasarkan metode DDD menunjukkan tiga antibiotik dengan DDD tertinggi adalah meropenem (433.51 DDD/1000 hari rawat), dilanjutkan dengan seftriakson (268.04 DDD/1000 hari rawat dan amikasin (180.41 DDD/1000 hari rawat). Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan kuantitas penggunaan antibiotik rumah sakit lain, The high incidence nosocomial infection in Intensive Care Unit could increase the antibiotics administration. Furthermore, the administration of antibiotics often not based on the results of bacterial susceptibility test. This phenomenon cause the high level of bacterial resistance in ICU. The aim of this study was to determine the most frequent antibiotics used in ICU and to evaluate antibiotic consumption quantitatively using ACT/DDD method in ICU RSCM. This research is a descriptive-observasional study using medical record of the patient. From 167 medical records, three antibiotics with the highest frequency administration were meropenem (15.31%), ceftriaxone (14.43%), dan fosfomycin (11.57%). By using DDD method, three antibiotics with the highest DDD were meropenem (433.51 DDD/1000 bed days), ceftriaxone (268.04 DDD/1000 bed days), and amikacin (180.41 DDD/1000 bed days). This result is quite high when compared with antibiotic consumpsion in another hosp]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Nirmalasari
"Obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS) digunakan secara luas sebagai analgesik dan anti inflamasi. Obat golongan anti inflamasi non steroid sangat umum diresepkan, terutama pada pasien usia lanjut. Resiko mengalami efek yang tidak diinginkan dari penggunaan AINS umumnya terjadi pada pasien usia lanjut. Secara teori toksisitas AINS kemungkinan dapat meningkat dengan adanya pemakaian bersama sehingga menimbulkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi obat AINS di Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif-analitis dan retrospektif. Data diambil dari 156 resep obat AINS pada pasien rawat jalan selama bulan Juni-Agustus 2006. Dari sejumlah resep tersebut ditemukan adanya 58 resep yang mengalami interaksi obat, dimana 38 resep memiliki sedikit interaksi obat, 18 resep kategori sedang dan 4 resep memiliki banyak potensi interaksi obat. Dengan menggunakan uji Kai Kuadrat diketahui hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep yang mengandung AINS dengan jumlah interaksi obat yang teridentifikasi.
Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are widely used for their analgesic and anti-inflammatory effects. Nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) are very commonly prescribed, especially in the geriatric patients who have emerged as one of the most striking risk factors commonly associated with NSAIDs therapy. From a theoretical point of view the toxicity of NSAIDs may be increased by coadministration with interacting drugs. The objectives of this study were to identify prescription and the prevalence of drug interaction of NSAIDs at the hospital Prikasih in South Jakarta. The method of this study was survey method in analytical-descriptive retrospective. Data were collected from 156 outpatient recipes of NSAIDs admitted during the study period of Juni- Agustus 2006. From the recipes were identified 58 recipes have potency of drug interaction where 36 recipes have a few potency of drug interaction, 18 recipes in medium category, and 4 recipes have many potency of drug interaction. By using Chi Square test it was concluded that were a significant correlation between the number of drugs on the recipes content NSAIDs and the number of interaction were identified."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Dian Framesya
"Terjadinya pandemi Covid-19 mempengaruhi perubahan dalam penggunaan obat pada fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan pola penggunaan obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020-2022. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan mengumpulkan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaian penggunaan obat dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat II. Sampel penelitian adalah rekapitulasi penggunaan obat pasien rawat jalan pada tahun 2020-2022. Kriteria inklusi dari penelitian adalah data penggunaan obat pasien dewasa (lebih atau sama dengan 18 tahun) dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel penelitian pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah 12.684 data, 33.907 data, dan 66.654 data penggunaan obat. Jenis obat yang banyak diresepkan pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah n-asetilsistein(10,31%), n-asetilsistein(7,42%), dan parasetamol (3,77%). Pasien yang banyak mendapat peresepan obat selama setiap tahunnya pada tahun 2020-2022 adalah pasien perempuan dengan kategori umur 25-35 tahun. Penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut bernilai 154059,33 DDD dan 122,23 DDD/1000 pasien/hari; 472383,95 DDD dan 199,41 DDD/1000 pasien/hari; 847365,77 DDD dan 243, 58 DDD/1000 pasien/hari. Obat yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut berjumlah 67 obat, 60 obat, dan 73 obat. Kesesuaian penggunaan obat dengan Formulariun Nasional pada tahun 2020 hingga 2022 adalah 70,37%;72,10%;71,57%.

The occurrence of the Covid-19 pandemic affects changes in the use of drugs in health facilities. This study aims to evaluate changes in drug use patterns at the University of Indonesia Hospital in 2020-2022. The design of this study was cross-sectional by collecting data retrospectively. The study was conducted quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively by looking at the 90% DU profile and the suitability of drug use with the National Formulary for Level II Health Facilities. The research sample was a recapitulation of outpatient drug use in 2020-2022. The inclusion criteria of the study were data on the use of adult patient drugs (more or equal to 18 years) and drugs that had ATC codes and DDD values. The number of research samples in 2020 to 2022 were 12,684 data, 33,907 data, and 66,654 drug use data, respectively. The types of drugs that were widely prescribed from 2020 to 2022 were n-acetylcysteine (10.31%), n-acetylcysteine (7.42%), and paracetamol (3.77%), respectively. Patients who received many drug prescriptions during each year in 2020-2022 were female patients with an age category of 25-35 years. Drug use for outpatients at Universitas Indonesia Hospital from 2020 to 2022 was 154059.33 DDD and 122.23 DDD/1000 patients/day; 472383.95 DDD and 199.41 DDD/1000 patients/day; 847365.77 DDD and 243, 58 DDD/1000 patients/day, respectively. The drugs that make up the 90% DU segment in 2020 to 2022 are 67 drugs, 60 drugs, and 73 drugs, respectively. The conformity of drug use with the National Formulary in 2020 to 2022 was 70.37%; 72.10%; 71.57%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Eninta Kartagena
"Pasien yang diberikan terapi antipsikosis dapat mengalami efek samping sehingga diperlukan kombinasi obat. Kombinasi obat dapat menimbulkan risiko terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan ataupun merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan dan masalah interaksi pada peresepan golongan antipsikotik di Apotek X, Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan metode potong lintang. Analisis menggunakan aplikasi Micromedex dan uji Kai Kuadrat. Data diambil dari 436 lembar resep antipsikosis selama bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Sebanyak 340 lembar resep 77,98 antipsikosis memiliki interaksi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan banyaknya interaksi yang terjadi. Haloperidol merupakan obat golongan antipsikosis yang paling banyak diresepkan dengan 156 lembar resep 30,29.

Patient who are given antipsychotic therapy may have side effects so that combination therapy may be required. Combination of drugs may cause the risk of drug interaction. Drug interaction may occur undesirable or harm effect. This study aim to determine the description of drug prescribing and drug interaction problem in the antipsychotic prescribing at Apotek X, East Jakarta. This study is descriptive analytical research based on the cross sectional method. Analysis using Micromedex application and Chi Square test. Data were taken from 436 antipsychotic prescription during the January February 2017. A total of 340 prescriptions 77,98 proofed to have drug interaction. This study concluded there is significant relationship between the total of drug prescribed with total of interaction. Haloperidol is the most widely prescribed antipsychotic drug with 156 30,29 prescription."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>