Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Adriawan Oktaviano
"ABSTRAK
Tujuan dari penulisan karya akhir ini adalah untuk mengetahui portofolio optimal atas saham-saham di negara-negara emerging market Asia Tenggara yang diwakili oleh indeks LQ45 untuk Indonesia, indeks FBM KLCI untuk Malaysia, indeks SET50 untuk
Thailand dan indeks PSEi untuk Filipina dengan menggunakan metode Mean-Variance
Markowitz. Selain itu penelitian ini juga menganalisa apakah melakukan diversifikasi
pada pasar saham di negara-negara emerging market Asia Tenggara dapat memberikan
manfaat bagi investor, terutama investor dari Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina
sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimal atas gabungan sahamsaham
di negara emerging market Asia Tenggara dapat menghasilkan portofolio yang
paling efisien dengan rasio Sharpe yang lebih besar daripada portofolio optimal di
Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina, oleh karena itu berinvestasi di negara-negara
emerging market Asia Tenggara dapat memberikan manfaat bagi investor dari Indonesia,
Malaysia, Thailand dan Filipina.

ABSTRACT
The purpose of this research is to define the optimum portfolio of stocks in Southeast
Asia emerging market countries by using LQ45 index from Indonesia, FBM KLCI index
from Malaysia, SET50 index from Thailand and PSEi index from Philippines. The
method that used to define the optimum portfolio is the Markowitz?s Mean-Variance. The
other purpose of this research is to analyze whether diversification in Southeast Asia
emerging market countries give benefit to the investor, especially investor from
Indonesia, Malaysia, Thailand and Philippines. The result shows that the optimum
portfolio of Southeast Asia emerging market countries generate the highest Sharpe Ratio,
thus diversification in Southeast Asia emerging market countries give benefit to investors
from Indonesia, Malaysia, Thailand and Philippines"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Laksmindra Isnandari
"Penelitian ini menguji kemampuan saham sebagai instrumen inflation hedge. Kerangka teori yang digunakan adalah Fisher Hypothesis. Objek penelitian ini merupakan saham industri di delapan negara Emerging Market Asia. Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah unexpected inflation yang dihasilkan dari pemodelan ARIMA. Dengan menggunakan data bulanan pada periode 2001-2014 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saham industri beverage building material commodity chemical construction and material electric utilities food and beverage tobacco dan utilities memiliki kemampuan sebagai instrumen inflation hedges memiliki kemampuan sebagai instrumen inflation hedge.

This study examined the capability of stocks as instruments for hedging against inflation. The theoretical framework used in this study is the Fisher Hypothesis. The objects of this study are the industry shares in eight Emerging Market Asian countries. Inflation used in this study is the unexpected inflation resulting from ARIMA modeling. By using monthly data in the period of 2001-2014 the results of this study indicate that stocks of beverage building material commodity chemical construction and material electric utilities food and beverage tobacco dan utilities have the capability as an inflation hedge instruments."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Satrio Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kontribusi risiko sistemik perbankan di masing- masing negara emerging market ASEAN untuk perbandingan mengenai kondisi negara tersebut pada saat krisis dan setelahnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan capital shortfall dengan metode marginal expected shortfall (MES). Kalkulasi kontribusi risiko sistemik dilakukan menggunakan market data pada periode observasi 2008- 2016. Hasilnya ditemukan bahwa pada periode krisis 2008 semua bank dan negara signifikan dan berkontribusi terhadap risiko sistemik dan MES dapat menjadi prediktor yang baik dalam mengukur risiko sistemik.

This study aims to measure the contribution of systemic banking risk in each ASEAN emerging market country for comparison on the condition of the country at the time of crisis and thereafter. The research was conducted by using capital shortfall approach with marginal expected shortfall (MES) method. Calculations of systemic risk contribution were conducted using market data during the 2008-2016-observation period. The results found that during the 2008 crisis period all banks and countries were significant and contributed to systemic risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samitra Rismadani
"

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan arah kausalitas nilai tukar dan indeks saham negara Emerging Market (EM) saat periode kebijakanQuantitative Easing(QE) dan Tapering Off(TO) oleh The Fed. Negara EMdalam penelitian ini dipilih berdasarkan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, yaitu China, India, Korea Selatan, Taiwan, Indonesia, Argentina, Brazil, Meksiko, Rusia dan Turki. Adapun dari hubungan perdagangan ini dapat dilihat apakah suatu negara memiliki ketergantungan ekonomi dengan negara lainnya (Park, 2018). Penelitian ini sendiri dilakukan dengan membandingkan arah kausalitas masing-masing variabel (indeks S&P 500, indeks saham dan nilai tukar negara EM) sebelum dan sesudah implementasi kebijakan QE dan TO (1 Januari 2008 - 31 Desember 2017). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji kausalitas Granger dan Vector Auto Regression(VAR). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa hubungan kausal sebagian besar negara cenderung mengalami perubahan arah saat periode QE ke TO. 


This study was conducted to know the causality change of Emerging Market (EM) capital market and United States (US) capital market in the periods of the Quantitative Easing (QE) and Tapering Off (TO) policies by the Fed. The EM countries in this study were selected based on trade relations with the US, those are China, India, South Korea, Taiwan, Indonesia, Argentina, Brazil, Mexico, Russia and Turkey. From this trade relationship, it can be seen whether a country has an economic interdependence with other countries (Park, 2018). The study itself was conducted by comparing the causal direction of each variable (S & P 500 index, EM’s stock index and exchange rate) before and after the implementation of QE and TO policy (January 1st, 2008 - December 31st, 2017). The method used in this study is by using Granger causality test and Vector Auto Regression (VAR) model. The results of this study found that the causal relationships of most countries was changed during the period of QE to TO.

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salastin Afriliyati
"Tesis ini membahas analisis Value at Risk dan Expected Shortfall menggunakan model volatilitas GARCH terhadap indeks saham dan nilai tukar local currency terhadap US dollar pada delapan negara emerging market Asia. Periode perkiraan penilaian risiko antara 01 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2009 dan periode validasi out of sample 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Maret 2014. Penilaian model menggunakan back testing terhadap data in sample dan out of sample.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengukuran volatilitas return indeks saham dan nilai tukar dengan model GARCH dianggap tepat. Perkiraan risiko kerugian indeks saham menggunakan Value at Risk berdasarkan model volatilitas GARCH dapat digunakan pada confidence level 95%, sementara Expected Shortfall dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran risiko pada confidence level 99%. Sedangkan untuk memperkirakan risiko kerugian nilai tukar dapat menggunakan Expected Shortfall pada confidence level 99%.

This thesis describes the analysis of Value at Risk and Expected Shortfall using GARCH volatility models of the stock indices and exchange rate of local currency against the U.S. dollar in eight Asian emerging market countries. The estimation period of risk measurement is between January 1, 1997 until December 31, 2009 and out of sample validation period is January 1, 2010 until March 31, 2014. Assessment model using back testing in sample and out of sample data.
The analysis showed that the measurement of return volatility of stock indices and exchange rates by the GARCH model is appropriate. Estimating loss using Value at Risk based on GARCH volatility models of stock indices is appropiate to be applied at 95% confidence level, while the Expected Shortfall can be used as an alternative of risk measurement at the 99% confidence level. Whereas estimating the risk of exchange rate losses can use the Expected Shortfall at 99% confidence level.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Widyatantri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode optimasi mean-variance Markowitz (1952) dengan menetapkan konstrain durasi untuk portofolio investasi yang terdiri dari indeks obligasi Pemerintah negara-negara emerging market Asia dalam mata uang lokal. Adapun data return historis yang digunakan berasal dari indeks obligasi (bond index) harian negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines dan Korea dari index provider (dengan ijin) untuk periode tahun 2010-2019. Penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi komposisi portofolio yang dihasilkan dari proses optimasi tersebut memberikan Sharpe ratio tertinggi untuk data indeks obligasi harian periode bulan Januari sampai dengan Juni 2020 (out-of-sample) dibandingkan dengan beberapa strategi tanpa konstrain durasi, seperti capitalization-weighted dan equally-weighted, maupun beberapa strategi lainnya dengan konstrain durasi. Dari hasil pemantauan kinerja akhir bulan pada periode Januari sampai dengan Juni 2020, kinerja Sharpe ratio dengan strategi optimal tersebut mulai mengalami peningkatan setelah volatilitas pergerakan pasar akibat kekhawatiran terhadap dampak pandemi COVID-19 mencapai puncaknya sekitar bulan Maret 2020. Strategi optimasi yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi investor institusi yang konservatif dalam menetapkan alokasi aset sebagai kebijakan investasi (investment policy) dalam jangka panjang untuk mendapatkan eksposur di emerging market Asia sebelum menambah eksposur ke asset class lainnya seperti obligasi korporasi dan saham di emerging market Asia.

This study applies Markowitzs mean-variance optimization method (1952) by setting duration constraint for investment portfolio consisting of Asian emerging market local currency government bond indexes. The historical return data used in this study are obtained from daily bond indexes of Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines, and Korea provided by an index provider (with permission) for the period of 2010-2019. This study shows that the portfolio composition strategy resulting from the optimization provides the highest Sharpe ratio for the period of January to June 2020 (out-of-sample) compared to several other strategies without any duration constraint, such as capitalization-weighted and equally-weighted, as well as other strategies with duration constraint. End-of-month performance monitoring between January 2020 and June 2020 indicates that the Sharpe ratio of the optimal strategy began to increase after market volatility due to COVID-19 pandemic anxieties which peaked around March 2020. The optimization strategy in this study would be an alternative strategy for conservative institutional investors to perform asset allocation as a long-term investment policy to have exposure to Asian emerging market before adding other asset classes, such as Asian emerging market corporate bonds and stocks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Wiranto
"Dengan menggunakan regresi data panel 14 negara yang terdaftar di indeks MSCI Emerging Market (2016) dan periode 2002-2014, skripsi ini menunjukkan bahwa dalam memprediksi return ekspektasi pasar saham satu tahun kedepan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV mempunyai kekuatan prediktor yang signifikan lebih baik daripada pertumbuhan kuartal lainnya termasuk pertumbuhan secara annual yang ditemukan lemah. Pertumbuhan ekonomi kuartal I mempunyai kekuatan prediktor yang lebih lemah, tetapi menariknya pertumbuhan ekonomi kuartal lainnya tidak memilikki kekuatan prediktor yang berarti. Walaupun demikian, nilai Adj. R-Square yang relatif rendah dengan nilai maximum hanya 11.07% menunjukkan bahwa kekuatan prediktor dari variabel makroekonomi yang digunakan dalam skripsi ini tetap tidak terlalu kuat.

By using panel data regression with 14 emerging countries listed in MSCI Emerging Market Index (2016) over the period 2002-2014, this paper shows that fourth quarter economic growth is a far better predictor of one-year-ahead stock market?s expected return than economic growth during the rest of the year, including annual economic growth which this paper found to be a very weak predictor. First quarter economic growth has smaller predictive power but for the rest of the year, this predictive power does not exist. However, low Adj R-Square (with a maximum of only 11.07%) suggest that the macroeconomic variables used in this paper are still not strong predictor of one-year-ahead stock market?s expected return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Nadiyah Amany
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari kegiatan internasionalisasi terhadap kinerja perusahaan di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Penelitian ini juga ingin melihat apakah home country uncertainty dan wilayah ekspansi dapat memperkuat hubungan internasionalisasi dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode unbalanced data panel generalized leat square (GLS) dengan data tahunan selama 9 tahun, yaitu pada 2009-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan internasionalisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Home country uncertainty yaitu risiko politik dan tingkat korupsi sebagai variabel independen memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap kinerja perusahaan. Sementara sebagai variabel moderasi keduanya memiliki pengaruh signifikan yang berkebalikan, risiko politik berpengaruh negatif sementara tingkat korupsi berpengaruh positif. Sebagai variabel moderasi, wilayah ekspansi regional hanya signifikan mempengaruhi tingkat korupsi, sementara wilayah non regional signifikan mempengaruhi baik tingkat korupsi maupun risiko politik.


This study aims to determine the influence of internationalization activities on the performance of firms in Indonesia, Philippines, and Malaysia. This study also determines whether home country uncertainty and region of expansion strengthen the relations between internationalization and firm performance. This study uses the generalized least square (GLS) unbalanced panel data with annual data for 9 years (2009-2017). The result shows that there is a positive and significant influence of internationalization on firm performance. Home country uncertainty (political risk and level of corruption) as independent variables has positive and significant effect on firm performance. While as moderating variables, both political risk and level of corruption have different significant influence, political risk gives negative effect to firm performance whereas level of corruption gives positive effect to firm performance. As moderating variable, regional expansion only gives significant influence to level of corruption whereas non-regional expansion gives significant effect on both level of corruption and political risk.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqilah Khairunisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko bank terhadap perubahan jumlah pinjaman antar bank, tingkat suku bunga pinjaman antar bank, serta imbal hasil saham bank. Sumber data yang digunakan berasal dari industri perbankan di lima negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Penelitian ini menggunakan metode panel dengan data tahunan selama 10 tahun yaitu pada periode 2008-2019. Metode regresi menggunakan regresi panel dengan random effect dan pooled least squares. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko bank mempengaruhi tingkat pinjaman antar bank, tingkat suku bunga pinjaman antar bank, dan tingkat imbal hasil saham bank. Hal tersebut menunjukan bahwa pasar uang dan pasar saham dapat berperan dalam membangun sistem perbankan yang sehat melalui efek disiplin pasar.

The research aims to investigate the impact of bank risk on the rate change in interbank borrowing, interbank borrowing interest rates, and stock return. The data sources that used on this research are come from banking industry in five countries across South East Asia such as Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, and Philippine. This study uses a panel method with annual data for 10 years, within the period of 2008-2019. This paper employes panel regression technique with random effect modeland pooled least squares model. Researchs finding suggests that bank risk and performance influenced interbank borrowing, interbank borrowing rate and banks stock return. These findings imply that improving both the interbank market and the stock market may play a role in establishing a sound banking system through market discipline effects. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiani Rachmasyaputri
"Penelitian ini menunjukkan dampak Covid-19 terhadap perubahan sumber dan pola dari efek spillover antar negara melalui pasar obligasi pemerintah denominasi lokal di kawasan berkembang Asia Timur. Pengujian dilakukan menggunakan kerangka kerja Generalized Vector Autoregressive (GVAR) variance decomposition yang dikembangkan oleh Diebold-Yilmaz 2012. Kerangka kerja ini menunjukkan dampak statis (indeks rata-rata) dan dinamis (indeks dari waktu ke waktu) untuk mengukur intensitas dan arah guncangan spillover dari satu negara ke negara lain. Data yang digunakan adalah data yield dan volatilitas harian obligasi pemerintah denominasi lokal tenor 10 tahun. Total Spillover Indeks (TSI) statis pada periode Covid-19 lebih tinggi dibandingkan pada periode keseluruhan (normal). Peningkatan TSI terjadi pada level yield dan level volatilitas. Hasil pengujian terhadap sumber efek spillover selama periode normal menunjukkan bahwa efek spillover pada level yield berasal dari tekanan dalam negeri. Sebaliknya, efek spillover yang berasal dari negara lain (regional) memiliki peran yang signifikan pada periode Covid-19. Kondisi ini menunjukkan adanya perubahan sumber efek spillover, dari faktor domestik menjadi faktor regional pada periode Covid-19. Pada level volatilitas, tidak terdapat perubahan sumber efek spillover pada kedua periode. Faktor domestik masih mendominasi sumber efek volatilitas spillover. Pola efek spillover yang terjadi ditunjukkan pada TSI dinamis (dari waktu ke waktu). Pada level yield mencapai titik tertinggi pada periode Covid-19, khusunya kuartal pertama 2020 menunjukkan titik tertinggi dari pola efek spillover antar negara. Pola efek spillover pada level volatilitas mencapai titik tertinggi di akhir tahun 2019, lalu mengalami penurunan di tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pola efek spillover pada kedua level tersebut. China merupakan pusat penyebaran Covid-19, secara fisik maupun di pasar keuangan, dan memiliki pangsa pasar obligasi yang besar. Namun, China bukan merupakan penggerak pada pasar kawasan Asia Timur. Hong Kong dan Thailand, merupakan negara yang memberikan dampak di pasar kawasan Asia Timur dalam periode 10 tahun dan periode Covid-19. Kedua pasar tersebut juga menunjukkan stabilitas pasar yang kuat. Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang rentan pada kedua periode tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Covid-19 berdampak pada perubahan sumber dan pola dari efek spillover yang terjadi melalui pasar obligasi pemerintah denominasi lokal. Temuan ini bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di tingkat kawasan guna mencapai stabilitas pasar keuangan.

This paper showed evidence of the effect of covid-19 on changes in the source and time-varying pattern of spillover across the country through the local-currency government bond market in emerging East Asia. We employed the Generalized Vector Autoregressive (GVAR) decomposition framework developed by Diebold-Yilmaz 2012, which performed both static (average index) and dynamic (time-varying index) impacts to quantify the intensity and direction of spillover shock from one country to another. We used the daily yield and volatility of a 10-year local-currency government bond market. The static Total Spillover Index in the Covid-19 period was higher than the entire sample period. TSI increased both in yield and volatility levels. Over 10-years, the yield spillover effects come from the own-stressed country. However, yield spillover effects emanating from other countries have significant roles in the Covid-19 period. It indicated that domestic factors turn to regional factors that explained shock transmission across-country in the Covid-19 period. This result showed that the source of spillovers changed. Otherwise, the volatility spillover effect did not change. It was emanating from the own-stressed country in both periods. The dynamics Total Spillover Index reached the highest point in the Covid-19 period. In particular, the first quarter of 2020 showed the peak point of spillover effect across the country. The volatility spillover achieved the spike last December 2019 but decreased over the Covid-19 period. Our result showed that the spillover pattern has changed in both levels. Although China was a physical Covid-19 contagion center and remained home to the largest bond market in the region, China was not a driver in the East Asia bond market. Hong Kong and Thailand showed their impact on East Asia within 10-years and the covid-19 period, respectively. Both countries have strong market stability. Indonesia dan Malaysia showed the most vulnerable countries in both periods. Our result reflected the effects of Covid-19 on changes in the source and time-varying pattern of cross-country spillover through the local-currency government bond market in the East Asia region. Our findings matter to regional government policies seeking to achieve strong market stability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>