Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edy Karyanta
"ABSTRAK
Produk pangan Indonesia yang melimpah sangat dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat dan tujuan ekspor. Pendistribusian hasil pangan memerlukan waktu
yang cukup lama. Sering dijumpai produk pangan telah rusak atau membusuk
setelah sampai di tujuan. Pengawetan makanan secara konvensional belum
mampu mengatasi hal tersebut. Bahan pengawet makanan juga bercampur dan
masih berada dalam produk pangan tersebut. Pengawetan bahan pangan dengan teknik iradiasi diharapkan dapat mengatasi masalah pengawetan makanan yang lebih baik. Indonesia telah bergegas menerapkan teknologi iradiator gamma dengan langkah awal membuat suatu desain fasilitas iradiator gamma. Suatu hal penting dalam desain pengoperasian fasilitas iradiator adalah bagaimana membuat dosis radiasi pada produk secara seragam. Apabila produk menerima dosis radiasi rendah maka tujuan iradiasi tidak akan tercapai dan apabila produk menerima dosis radiasi lebih tinggi dapat mengakibatkan kerusakan produk. Keseragaman dosis radiasi disebut Dose Uniformity Ratio (DUR) yang merupakan perbandingan dosis serap maksimum dibanding dosis serap minimum yang diterima oleh produk di dalam wadah produk iradiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai DUR pada fasilitas iradiator gamma ?merah putih? berkapasitas 300 kCi yang sedang dibangun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan nilai DUR pada proses iradiasi dengan pengosongan produk bagian tengah.

ABSTRACT
Indonesia abundant food products is needed by the whole community and for
export purposes. Distribution of food products requires quite a long time. Often some food products has been damaged or decayed after arriving at the
destination. Conventional food preservation has not been able to overcome it.
Food preservatives are also mixed and still be in the food product. Preserving
food with irradiation techniques are expected to solve the problem better food
preservation. Indonesia should immediately implement the gamma irradiator
technology with the first step to create a design of gamma irradiators facility. An important point in the operation design of the irradiators facility is how to make the radiation dose on the product uniformly. Irradiation purpose can not be achieved if the product receives a lower radiation dose and the product will be damaged if it receives a higher radiation dose. The uniformity of the radiation dose is called Dose Uniformity Ratio (DUR), which is a comparison of absorbed dose received by the product in a container product that maximum rather than the minimum absorbed dose. This study aims to estimate the value of DUR in gamma irradiators facility with a capacity of 300 kCi. Results of this study are expected to be used for operational design considerations on gamma irradiator "merah putih" are being built in Indonesia. The results showed DUR better with irradiation by emptying the product in the central part of the container products"
2016
T46177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Irradiator yang dikaji adalah tipe kolam menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 (Co-60) bentuk batang pensil yang tersusun sebagai rak papan pipih. Iradiator di desain untuk aktivitas 2 MCi. Namun untuk analisis keselamatan, aktivitas yang dipertimbangkan adalah 1,5 kali atau 3 MCi. Apabila iradiator sedang tidak beroperasi sumber radiasi tersimpan dan terendam dalam dasar kolam air yang mempunyai ukuran panjang 360 cm, lebar 280 cm dan kedalaman 600 cm. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pada kedalaman berapa radiasi ,menggunakan program MCNP6. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pada kedalaman 163 cm dosis radiasi di dalam air kolam sudah mendekati nol uSv/jam. Dapat disimpulkan bahwa jika pada saat iradiator tidak beroperasi dan sumber radiasi berada di dasar kolam, maka paparan yang dihasilkan di atas kolam masih dalam batas aman bagi operator sesuai dengan ketentuan keselamatan BAPETEN."
PRIMA 11:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Iradiator gamma buatan Institute of Isotop Co. Ltd. Hungaria merupakan jenis panorama kategori IV yang dapat beroperasi secara kontinyu dan batch. Kapasitas maksimum sumber gamma pada iradiator ini adalah 2 MCi. Kolam penyimpan sumber berukuran lebar 2,8 m, panjang 3,6 m dan tinggi 1 m. Jarak antara permukaan air kolam dan rak sumber menentukan fungsi air sebagai perisai radiasi. Konsep jarak ini digunakan untuk mengevaluasi keselamatan radiasi kolam iradiator. Pasal 8 dari SSG-8 IAEA digunakan sebagai referensi untuk analisis ini. Penentuan faktor build-up air menggunakan persamaan Taylor. Perhitungan laju dosis di atas kolam dilakukan untuk masing-masing tingkat permukaan air, yaitu pada tingkat air normal, dan untuk setiap 0,3 m penurunan permukaan air hingga penurunan sampai 1,5 m. Pada tingkat air normal sampai penurunan permukaan air 1,2 m, hasil perhitungan menunjukkan laju dosis sangat aman. Keadaan laju dosis radiasi mencapai tingkat tidak aman ketika penurunan tingkat air lebih dari 1,2 m. Hasil evaluasi ini memberikan gambaran bahwa desain kolam iradiator buatan izotop tersebut dapat memenuhi rekomendasi IAEA. Berdasarkan rekomendasi ini pada operasi normal iradiator gamma kategori IV, proses make up air harus dilakukan ketika permukaan air berada di batas normal bawah, sehingga kejadian tidak aman tidak terjadi."
PRIMA 11:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhayati
"Proses sterilisasi secara basah dilakukan pada Autoclave dcngan kondisi Operasi yailu pada suhu 121 °C, tekanan 15 psig, dan lamanya stcrilisasi I5 menit. Sedangkan proses slerilisasi irradiasi sinar gamma dilakukan di PT Indogamma dengan dosis 1-3 kGray, 3-5 kGray, 5-7 kGray, 7-9 kGray.
Proses sterilisasi panas secara basah dilakukan 2 tahap percobaan yang berbeda yaitu sterilisasi pada produk akhir dan produk ruahan. Sedangkan pada percobaan sterilisasi irradiasi sinar gamma dilakukan hanya pada produk akhir.
Hasil percobaan sterilisasi tahu secara basah dan radiasi sinar gamma berdasarkan pcrtumbuhan bilangan cemaran mikroba dan perubahan Hsik tahu pada setiap umur simpan yang berbeda. Kandungan cemaran mikroba pada tahu yang telah disterilkan berkurang bahkan tidak mengandung cemaran sampai pada pengenceran I dan umur simpan tahu relatif lebih Iama dibandingkan dengan tahu yang lidak disterilisasikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Indonesian Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 193-197
Dental panoramic radiograph in Indonesia has been widely used. Modern diagnostic imaging equjpment with minimum radiation is still very limited. One of the condition in nuclear safety law, UU 10/1997, is an optimation of all radiation sources with DRL through skin dose measurements. In Indonesia, the National DRL has nol established yet, and there were no reports on the study of panoramic skin dose in
lndonesia. The aim of this preliminary study was to obtain a panoramic skin dose radiation as reference to establish DRL in Indonesia. Panoramic radiograph of sixteen female and fifteen mate patients, aged 4-48 years, were taken using the standard conventional method, with TLD chips attached in location groups. The chips were then read with the detector and integrator of BATAN, in high and low temperature condition at the same time. It was revealed that behind the right and left ear were the regions with highest radiation dose received, followed by the back of the neck, left jaw, right jaw, and chin. The result of this study has shown the importance of DRL in Indonesia since the use of modern diagnostic imaging equipment that limits the radiation dose to the minimum level is still very limited."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahdi Ramadhan
"ABSTRAK
Tahapan pasien spesifik QA bertujuan untuk menjamin kualitas parameter-parameter penyinaran sesuai dengan perencanaan terapi, verifikasi dilakukan sebelum dan saat penyinaran dilakukan. Riset menunjukkan terdapat 9 dari 17 kasus tidak dapat mendeteksi kesalahan saat verifikasi pre-treatment namun terdeteksi saat verifikasi treatment. Oleh karena itu, dibutuhkan dosimetri In-vivo yang cepat dan mudah digunakan. Penelitian dilakukan menggunakan pesawat Varian Unique milik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan detektor a-Si 1000 Electronic Portal imaging Device(EPID). Dosimetri In-vivo dibuat berdasarkan informasi citra EPID yang diolah menggunakan algoritma rasio korelasi. teknik pengambilan citra adalah continuous acquisition. proses pembuatan dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap commissioning sebagai pengambilan data set karakter EPID dan tahap pengujian dosimetri, selain itu dilakukan pengecekan karakter EPID dengan variasi MU dan laju dosis. Pengujian dosimetri menggunakan fantom homogen tipe slab ketebalan 5 cm dengan variasi lapangan 5×5,10×10,15×15,dan 20×20 cm2 dan fantom inhomogen tipe Rando female. Pada teknik IMRT dilakukan pengujian pada satu kasus pasien yang dipindahkan medianya ke fantom homogen tipe slab. Analisis dilakukan pada profile sebelum kalkulasi dan setelah kalkulasi ,yaitu full width half maximum (FWHM), beam symmetry, dan beam flatness. Kedua citra juga dibandingkan menggunakan gamma indeks 3%/3mm dan 2%/2mm. Dihasilkan citra distribusi dosis dosimetri dengan passing-rate > 95% untuk kriteria 3%/3mm dan > 80% untuk kriteria 2%/2mm pada kasus fantom homogen dan 84.464 % untuk kriteria 5%/3mm pada fantom Rando female dengan kesesuaian profil FWHM, beam symmetry, dan beam flatness memiliki rata-rata deviasi ≤ 2%.

ABSTRACT
The purpose of patients specific QA stage is to ensure the quality of radiation parameters in accordance with therapeutic planning, verification is carried out pre- and during treatment. Research shows that 9 out of 17 cases cannot detect errors when verifying pretreatment but are detected verification during treatment. Therefore, fast and easy In-vivo dosimetry is needed to solve that problem. The study was using a Varian Unique Linear Accelerator (Linac) at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) with a-Si 1000 Electronic Portal Imaging (EPID). The aim of this study is to development and validation 2-D EPID In-vivo Dosimetry (IVD) based on correlation ratio algorithm. The image was taking by continuous acquisition technique. The manufacturing process is divided into two stages, namely the commissioning stage as data characteristic of EPID image and calculation stage. In addition, it also checks the EPID character of increasing MU and dose rate. The validation dosimetry was test using a 5 cm homogeneous slab phantom with variations of field are 5×5,10×10,15×15,20×20 cm2 and one cases using inhomogeneous phantom, that is female Rando phantom. The IMRT technique was tested in one of the patient cases who was transferred to a homogeneous slab phantom with the thickness is 10 cm. Analysis is carried out on the profile before calculation and after calculation, that is full width half maximum (FWHM), beam symmetry, and beam flatness, the images was also compare with gamma index 3%/3mm and 2%/2mm. The result is the doses distribution image produced by dosimetry have passing-rate > 95% for criteria 3%/3mm and > 80% for criteria 2%/2mm on homogeneous phantom cases and 84.464% for criteria 5%/3mm on female Rando phantom with profile suitability in FWHM, beam symmetry, and beam flatness parameters has an average deviation ≤ 2%."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa’u Farhatin
"Distribusi dosis yang optimal dalam treatment planning system (TPS) sangat penting sebelum diterapkan pada pasien radioterapi. Namun, TPS masih menggunakan metode optimisasi yang memakan waktu dan bergantung pada pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model estimasi dosis otomatis, support vector regression (SVR), dan membandingkannya dengan dosis pasien kanker paru hasil perencanaan klinik. Enam puluh pasien yang terapi dengan teknik intensity modulated radiation therapy (IMRT) digunakan dalam penelitian ini. Distribusi dosis target dievaluasi berdasarkan nilai conformity index (CI), homogenitas dosis dievaluasi dengan homogeneity index (HI), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum digunakan untuk mengevaluasi organ at risk (paru kanan, paru kiri, jantung, dan spinal cord). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Nilai p < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kedua dataset. Rata-rata CI model SVR dan klinik masing-masing adalah dan Rata-rata HI untuk SVR dan klinik adalah dan . Uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kedua hasil. Dosis maximum paru kanan menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik (p=0,032), sedangkan dosis rata-rata dan dosis maximum OAR lain tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua strategi tersebut, kecuali pada dosis maximum paru kanan. Model tersebut dapat diimplementasikan secara klinik untuk menghasilkan distribusi dosis yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memastikan rencana idealis yang digunakan

Optimal dose distribution in the treatment planning system (TPS) is crucial before being applied to radiotherapy patients. However, TPS still uses optimization methods that are time-consuming and user-dependent. This study aimed to evaluate the automatic dose estimation model, support vector regression (SVR), and compare it with the clinically planned dose of lung cancer patients. Sixty patients treated with intensity-modulated radiation therapy (IMRT) were used as the objects in this study. The target dose distribution was evaluated based on the conformity index (CI), and dose homogeneity was evaluated with the homogeneity index (HI), while the mean and maximum doses were used to evaluate organs at risk (right lung, left lung, heart, and spinal cord). Statistical analysis was performed using the Wilcoxon test. A p-value of <0,05 indicates a significant difference between the two datasets. The mean CI of the SVR and clinical are and The mean HI for SVR and clinical was adalah and 0,083±0,030. the Wilcoxon test showed no statistically significant difference between the two results. The maximum right lung dose showed a statistically significant difference (p=0,032), while the mean dose and maximum dose of other OARs did not show a statistically significant difference. The results of the study showed no significant difference between the two strategies, except for the maximum right lung dose. The model can be implemented clinically to produce a dose distribution that can be used as a reference to ensure the idealistic plan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desrosier, Norman W.
Jakarta: UI-Press, 1988
664.028 DES t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>