Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Wisnuwardhani
"Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Salah satu pendukung dalam penyelenggaraan tugas KESDM adalah keberadaaan aset sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI). Namun selama ini di KESDM belum ada panduan dalam merencanakan maupun mengimplementasikan suatu solusi TI, sehingga masing-masing unit memikirkan sendiri solusi TI yang diperlukan. Hal ini berakibat pada keberagaman aplikasi, kerangka kerja, bahasa pemrograman, desain, dan tersebarnya ruang server dan basis data.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi arsitektur KESDM saat ini dan merekomendasikan rancangan arsitektur yang tepat untuk KESDM. Kerangka kerja yang digunakan adalah The Open Group of Architecture Framework (TOGAF). Data dikumpulkan melalui dokumen KESDM dan wawancara serta Focus Group Discussion (FGD) ke unit-unit di lingkungan KESDM.
Hasil dari penelitian ini di antaranya prinsip arsitektur KESDM yang meliputi prinsip bisnis, prinsip aplikasi, prinsip data, dan prinsip teknologi, serta pola solusi dan roadmap berdasarkan prinsip arsitektur dimaksud.

The Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) is a government institution that has the task of conducting affairs in the field of energy and mineral resources to assist the President in running the state government. One of the supporters of the task is the existence of information systems/information technology (IS/IT) assets. However, KESDM has no guidance to plan and implement an IT solution, so that each unit thinks IT solutions that are required by themselves. It causes variety in application, framework, programming languange, design, and dissemination of server room and database.
This study aims to map the architecture of MEMR now and recommend the architecture design that fit to MEMR. The framework used is The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Data were collected through documents of KESDM and also interviews and Focus Group Discussion (FGD) to units in the MEMR.
The results of the study are the architecture principles of KESDM that include business principles, application principles, data principles, and technology principles, as well as patterns of solutions and roadmaps based on architecture principles said.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif
"Saat ini perkembangan teknologi informasi telah mendorong perusahaan di berbagai bidang untuk memanfaatkan teknologi pada aktivitas bisnis perusahaan. Namun, risiko kegagalan yang tinggi sering terjadi disebabkan tidak adanya manajemen strategi yang diadopsi di organisasi. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut perusahaan harus memanfaatkan solusi SI/TI dalam aktivitas proses bisnis perusahaan dengan merancang Enterprise Architecture (EA) sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memanfaatkan solusi SI/TI untuk kepentingan bisnis sebagai pendukung proses bisnis perusahaan, dapat membantu perusahaan dalam membuat keputusan strategi dan peluang bisnis. PT Bumi Daya Plaza sebagai studi kasus dalam penelitian ini memiliki permasalahan pada pemanfataan solusi SI/TI dalam mendukung proses bisnis yang terjadi pada unit bisnis perusahaan PT Bumi Daya Plaza. Permasalahan tersebut disebabkan karena tidak adanya standar atau rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman dalam memilih dan mengimplementasikan sistem yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bisnis perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan perancangan EA sedemikian hingga rancangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk perencanaan solusi SI/TI yang strategis dalam mendukung bisnis proses bisnis PT Bumi Daya Plaza. Dalam usaha mengembangkan perancangan EA penulis melakukan perbandingan beberapa metodologi perancangan Enterprise Architecture. Metodologi yang terpilih yaitu TOGAF ADM sebagai framework untuk merancang enterprise architecture. Melalui TOGAF ADM dapat diketahui kondisi arsitektur saat ini, strategi penentuan arsitektur target, dan gap analysis. Hasil akhir dari perancangan Enterprise Architecture ini diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas proses bisnis perusahaan, sumber daya SI/TI yang dimiliki perusahaan, terutama layanan yang dimiliki perusahaan untuk mendukung aktivitas bisnis, sehingga bisa menciptakan kepuasan pelanggan service excellence kepada mitra bisnis sesuai visi dan misi perusahaan

Nowdays, the development of information technology has encouraged companies in various fields to used technology in the business activities. However, failure often occurs due to the absence of strategic management adopted in the organization. To answer these challenges, companies must take advantage of IS/IT solutions in the company's business process activities by designing an Enterprise Architecture (EA) according to their needs. By utilizing IS / IT solutions for business interests as a support for the company's business processes, it can assist companies in making strategic decisions and business opportunities. PT Bumi Daya Plaza, as a case study in this research that have problems in the use of IS / IT solutions in supporting business processes that occur in the company's business unit. These problems are caused by the absence of standards or recommendations that can be used as guidelines in selecting and implementing systems that are suitable for the conditions and business needs of the company. To overcome this problem, this research was conducted by designing an Enterprise Architecture model, so the design can be used for planning strategic IS / IT solutions in supporting the business processes of PT Bumi Daya Plaza. To develop an EA model, the authors conducted a comparison of several Enterprise Architecture design methodologies. The methodology chosen is TOGAF ADM, as a framework for designing an enterprise architecture. Through the TOGAF ADM, it can be known the current architectural condition, the strategy for determining the target architecture, and the gap analysis. The result of designing the Enterprise Architecture is expected to optimize the company's business process activities, such as IS / IT resources owned by the company, especially the services owned by the company to support business activities, so that customer will be satisfied, and also create excellent services to business partners according to the company's vision and mission"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia , 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Tsani Yustisiawandana
"Enterprise architecture menjadi salah satu alat strategi paling penting dalam pengembangan teknologi informasi pada sebuah organisasi khususnya sektor publik seperti pemerintahan karena dapat meningkatkan performa pelayanan masyarakat dan mengurangi biaya dalam pelayanan publik. Pada RPJMD didapatkan bahwa indeks domain penilaian dari SPBE di Kabupaten Tasikmalaya adalah 2,0 dengan detail nilai terkecil ada pada domain tata kelola SPBE dan manajemen SPBE. Hal tersebut salah satunya dikarenakan belum adanya enterprise architecture sebagai landasan atau acuan implementasi layanan SPBE di Kabupaten Tasikmalaya. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode action research dengan pendekatan kualitatif untuk merumuskan enterprise architecture yang dapat meningkatkan indeks SPBE Kabupaten Tasikmalaya. Dalam perancangan enterprise architecture, penulis menggunakan kerangka kerja TOGAF dan arsitektur SPBE nasional sebagai acuan. Pada arsitektur bisnis, dilakukan simplifikasi dari tujuh sub-aktivitas menjadi dua sub-aktivitas baru, sementara terdapat tujuh perubahan besar dalam menghadapi isu strategis. Pada arsitektur data, teridentifikasi lima perubahan signifikan sebagai solusi bagi permasalahan data di Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Arsitektur aplikasi mencakup enam solusi signifikan untuk mengatasi masalah internal organisasi dan integrasinya dengan arsitektur SPBE nasional. Untuk arsitektur teknologi, ditambahkan dua teknologi baru guna mendukung proses bisnis, data, dan aplikasi. Pada domain arsitektur keamanan, dilakukan sembilan penambahan keamanan untuk melindungi organisasi dari serangan pada sistem informasi yang dimiliki. Perencanaan perubahan arsitektur disusun sesuai periode RPJMD selama lima tahun, yaitu dari 2026 hingga 2030.

Enterprise architecture has become one of the most crucial strategic tools in the development of information technology within an organization, particularly in the public sector such as government, as it can enhance public service performance and reduce costs in public services. In the Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD), it was found that the assessment domain index of the Public Service Information System (SPBE) in Tasikmalaya Regency is 2.0, with the smallest values observed in the SPBE governance and management domains. This is partly due to the absence of enterprise architecture as a foundation or reference for implementing SPBE services in Tasikmalaya Regency. Therefore, this research employs the action research method with a qualitative approach to formulate an enterprise architecture that can enhance the SPBE index in Tasikmalaya Regency. In designing the enterprise architecture, the author utilizes the TOGAF framework and the national SPBE architecture as references. In the business architecture, a simplification is made, reducing seven sub-activities to two new sub-activities, while seven major changes are introduced to address strategic issues. In the data architecture, five significant changes are identified as solutions to data issues in the Local Government of Tasikmalaya Regency. The application architecture encompasses six significant solutions to address internal organizational problems and integrate with the national SPBE architecture. For technology architecture, two new technologies are added to support business processes, data, and applications. In the security architecture domain, nine security additions are implemented to protect the organization from information system attacks. The architectural change plan is structured according to the RPJMD period for five years, from 2026 to 2030.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Winarno
"PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi umum memiliki 48 Kantor Cabang, 40 Kantor Penjualan, yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. XYZ melalui rencana jangka panjang perusahaan tahun 2019-2023 telah menentukan visi misi perusahaan yang baru. Untuk mencapai visi misi tersebut perusahaan merubah model bisnis dari sebelumnya product focus dengan segmentasi pasar korporasi / ritel menjadi customer focus. Perubahan tersebut memerlukan proses transformasi perusahaan antara lain business focus, organization & governance, process, human capital, regulatory. Harapan manajemen terhadap unit Teknologi Informasi adalah melakukan perubahan Enterprise Architecture TI yang meliputi New IT System, Data Processing, Software, Hardware for IT-enabled capabilities. Dampak tidak adanya perubahan Enterprise Architecture TI ini diidentifikasi sebagai berikut: tidak selarasnya bisnis dengan TI, proses bisnis menjadi tidak efektif dan efisien, respon TI lambat dalam memenuhi kebutuhan bisnis, opportunity loss karena lambatnya dukungan TI terhadap bisnis, TI melanggar kepatuhan terhadap peraturan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab harapan tersebut dengan menghasilkan rancangan Enterprise Architecture TI agar selaras dengan perubahan model bisnis perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus descriptive dengan metode penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dari hasil wawancara dan sekunder dari tinjauan literatur, dokumen-dokumen perusahaan dan dokumen lain yang terkait. Metode pengolahan data menggunakan analisa tematik. Kerangka kerja yang digunakan pada penelitian ini adalah TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Hasil penelitian ini adalah rancangan Enterprise Architecture yang merupakan keluaran tiap fase pada kerangka kerja TOGAF yang menggambarkan arsitektur saat ini, arsitektur yang dinginkan serta peta jalan perencanaan implementasi yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi dan arsitektur teknologi.

PT. XYZ is a general insurance company, which was already has 48 branch offices and 40 representatives throughout Indonesia. The company's long-term plan for 2019-2023 has determined the new company's vision and mission. To achieve this vision and mission, the company changes its business model from the product focus with corporate / retail market segmentation to customer focus. These changes require a process transformation that includes business focus, organization, governance, processes, human capital, regulatory. Information Techology Group is expected to be able changes the Enterprise Architecture which includes New IT System, Data Processing, Software, Hardware for IT-enabled capabilities. The impact of the absence is identified as follows: business is not aligned with IT, business processes become ineffective and inefficient, IT response is slow to meet the business needs, opportunity loss, IT violates regulatory compliance. This study is aimed to design an Enterprise Architecture in line with the company's new strategic direction. This type of research is descriptive case study research with qualitative research methods. Sources of data used in this study are primary data from interviews and secondary data from literature reviews, company documents and other related documents. The data processing method uses thematic analysis. The framework used in this study is TOGAF (The Open Group Architecture Framework). The result of this research is the Enterprise Architecture design which is the output of each phase in the TOGAF framework which describes the current architecture, the desired architecture and the implementation planning roadmap which includes business architecture, information system architecture and technology architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi Larasati
"PT Geo Dipa Energi (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi/ geothermal di Indonesia. PT Geo Dipa Energi (Persero) dalam rencana jangka panjang perusahaan memiliki rencana strategis untuk melakukan transformasi perusahaan melalui digitalisasi dan juga meningkatkan efektivitas organisasi. Sejalan dengan rencana strategis tersebut dibutuhkan dukungan TI yang dapat memfasilitasi hal tersebut, sedangkan sesuai asessmen yang dilakukan terhadap tingkat kematangan tata kelola TI perusahaan nilai yang didapat masih cukup rendah dan tidak sesuai target BUMN. Salah satu kekurangan dari tata kelola TI PT Geo Dipa Energi (Persero) merupakan tidak memiliki enterprise architecture yang sesuai. Dampak dari tidak adanya Enterprise Architecture TI yaitu perusahaan dapat mengalami opportunity loss karena ketidaksesuaian solusi TI dan lambatnya dukungan TI. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab harapan tersebut dengan menghasilkan rancangan Enterprise Architecture yang selaras dengan tujuan strategis bisnis perusahaan. Penelitian ini merupapkan penelitian studi kasus descriptive dengan metode kualitatif. Data pada penelitian ini didapatkan dari data primer yang merupakan hasil wawancara dan data sekunder dari tinjauan literatur, dokumen perusahaan dan dokumen lain yang terkait. Pengolahan data dilakukan dengan metode analisa tematik. Kemudian kerangka kerja yang digunakan pada penelitian ini merupakan TOGAF (The Open Group Architecture Framework). Hasil penelitian ini didapatkan rancangan Enterprise Architecture yang merupakan keluaran tiap fase pada TOGAF ADM yang menggambarkan arsitektur saat ini, arsitektur yang dinginkan serta analisis kesenjangan yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi dan arsitektur teknologi.

PT Geo Dipa Energi (Persero) is a state-owned company engaged in the field of geothermal power plants in Indonesia. PT Geo Dipa Energi (Persero) in its long term plan has a strategic plan to transform the company through digitalization and also increase organizational effectiveness. In line with this strategic plan, IT support is needed to facilitate this, while according to the assessment conducted on the maturity level of IT governance, the company value obtained is still quite low and does not meet the target of SOEs. One of the drawbacks of PT Geo Dipa Energi's (Persero) IT governance is not having an appropriate enterprise architecture. The impact of the absence of an IT Enterprise Architecture is that companies may experience opportunity loss due to incompatibility of IT solutions and slow IT support. This research was conducted to answer these expectations by producing an Enterprise Architecture design that is aligned with the company's business strategy objectives. This research is a descriptive case study research with qualitative methods. The data in this study were obtained from primary data which is the result of interviews and secondary data from purification of literature, company documents and other related documents. Data processing is done by thematic analysis method. Then the framework used in this study is TOGAF (The Open Group Architecture Framework). The results of this study obtain the Enterprise Architecture design which is the output of each phase in TOGAF ADM which describes the current architecture, desired architecture and tension analysis which includes business architecture, information system architecture and technology architecture. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Adi Widiyanto
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia meningkat 2,1 pada tahun 2015. Hal ini disertai dengan meningkatnya nilai aset. Saat ini nilai aset PLN mencapai Rp 1.115 Triliun pada awal tahun 2016. Pemangku kepentingan menyatakan untuk meningkatkan kinerja manajemen aset. Implementasi manajemen aset di unit-unit PLN teridentifikasi bermasalah. Permasalahan tersebut diantaranya integritas data, lamanya proses akuisisi dan penghapusan aset, sistem informasi yang silo-silo. Kehadiran teknologi informasi di Unit Distribusi Jakarta yang tidak cukup memberi dukungan pada strategi bisnis perusahaan. Perancangan enterprise architecture EA sistem manajemen aset merupakan salah satu solusi dalam membantu menyelaraskan antara strategi bisnis dengan strategi teknologi informasi pada unit Distribusi Jakarta. Kerangka kerja TOGAF menjadi pilihan dalam membuat perancangan EA sistem manajemen aset. TOGAF memiliki 2 siklus iteratif Architecture Contect dan Architecture Delivery dan 5 tahap Tahapan awal, tahapan arsitektur visi, tahapan arsitektur bisnis, tahapan arsitektur sistem informasi, tahapan arsitektur teknologi untuk menghasilkan sebuah penelitian studi kasus sebuah rancangan EA.
Perancangan dibangun menggunakan instrumen data perusahaan. Data tersebut menghasilkan 3 lapisan yakni bisnis, informasi data-sistem dan teknologi. Keluaran dari 5 tahapan TOGAF berupa dokumentasi EA seperti 6 text Prinsip arsitektur, tujuan arsitektur, visi misi, prinsip data, prinsip aplikasi, prinsip teknologi , 5 matrik matrik pemangku kepentingan, matrik interaksi bisnis, matrik fungsi data, matrik data aplikasi, matrik teknologi aplikasi , 2 katalog Katalog data dan katalog sistem informasi dan 6 diagram Diagram value chain, diagram model bisnis, diagram konsep solusi, diagram dekomposisi organisasi, diagram logika data, diagram use case . Perancangan EA sistem manajemen aset dapat memberikan dukungan dalam keselarasan antara strategi bisnis dan strategi teknologi informasi yang pada akhirnya memberi kontribusi berupa tercapainya target perusahaan seperti kepuasan pelanggan, peningkatan penjualan dan lain sebagainya.

Electricity demand in Indonesia increased 2.1 in 2015. This is accompanied by an increase in asset value. Currently, PLN 39 s asset value reaches 1,115 Trillion IDR at the beginning of 2016. Stakeholders stated to improve asset management performance. Implementation of asset management in PLN units identified problematic. These problems include data integrity, length of the acquisition process and asset removal, silo information system. The presence of information technology in the Jakarta Distribution Unit is not enough to support the company 39 s business strategy. The design of enterprise architecture EA asset management system is one solution in helping to align business strategy with information technology strategy at Jakarta Distribution unit. The TOGAF framework becomes an option in making the EA asset management system design. TOGAF has 2 iterative cycles Architecture Content and Architecture Delivery and 5 stages initial stages, phases of vision architecture, business architecture stages, information system architecture stages, technology architecture stages to produce a case study of an EA design.
The design is built using corporate data instruments. The data generate 3 layers of business, information data systems and technology. The output of the 5 TOGAF stages is EA documentation such as 6 text Architecture Principle, architectural purpose, mission vision, data principle, application principle, technology principle , 5 matrices matrix stakeholders, business interaction matrix, data function matrix, application data matrix, Matrix of application technology , 2 catalogs Catalog data and information system catalog and 6 diagrams Value chain diagram, business model diagram, concept concept diagram, organizational decomposition diagram, data logic diagram, use case diagram . EA 39 s asset management system design can provide support in alignment between business strategy and information technology strategy that ultimately contributes to the achievement of corporate targets such as customer satisfaction, sales increase etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranti Sitoresmi
"Arsitektur didesain oleh arsitek untuk memenuhi sebuh fungsi yang diharapkan, namun pada akhirnya bagaimana objek arsitektur itu digunakan ditentukan oleh penggunanya; dimana mungkin saja sama seperti yang diharapkan ataupun tidak sama sekali. Untuk menganalisis bagaimana objek arsitektur „menyampaikan‟ baik itu fungsi fisik ataupun simbolis, diperlukan pemahaman untuk melihat objek tersebut sebagai sinyal dan melihat arsitektur sebagai sebuah sistem tanda melalui sebuah analisis semiologi. Analisis tersebut akan coba diaplikasikan pada Margo City, sebuah pusat perbelanjaan di Margonda Depok yang dikenal sebagai ikon Margonda, untuk memahami bagaimana sebuah bangunan mengkomunikasikan fungsinya pada pengguna melalui bentuk.

There is a phenomenon in architecture that even though an architect designs an architectural object with an intended function, the user would use it the way they perceive about the object, which maybe either exactly the same intended function or anything else. To analyze how the architectural object delivers the function ─ both physical and symbolical, there is a need to see it as a signal and to see architecture as a system of sign through the analysis of semiology. The analysis would be applied to Margo City, a shopping mall in Margonda Depok which is known as an icon of Margonda, to understand how the building communicate the function to the users through the forms."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Marlina
"Instansi XYZ mengimplementasikan Enterprise Architecture EA untuk memperkecil kesenjangan antara harapan bisnis dan kemampuan sistem informasi dalam memberikan dukungan terhadap bisnis. Pada gilirannya, EA membantu mengurangi kompleksitas, meningkatkan keselarasan pengelolaan sumber daya sistem informasi dengan kebutuhan bisnis, serta meningkatkan integrasi sistem informasi dengan bisnis.Sebagai inisiatif yang baru berjalan, serta mengingat kompleksitas bisnis dan TI di Instansi XYZ, perlu dilakukan pengukuran terhadap pengelolaan EA yang telah berjalan untuk menemukan arah pengelolaan EA ke depan. Namun sampai saat ini masih jarang penelitian yang dilakukan terkait pengukuran kematangan EA, khususnya di sektor publik dan pemerintahan. Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap tingkat kematangan EA di Instansi XYZ menggunakan model pengukuran Enterprise Architecture Maturity Model EAMM yang merupakan framework pengukuran tingkat kematangan EA untuk sektor pemerintahan.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan analisis tematik, menggunakan data yang didapatkan melalui studi literatur, wawancara, dan observasi.Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan EA di Instansi XYZ dapat diukur menggunakan EAMM. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan tingkat kematangan EA di Instansi XYZ adalah level 3, Well-Defined Program skala tingkat kematangan EA berdasarkan EAMM adalah level 0 - level 5 . Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan untuk pengelolaan EA di Instansi XYZ agar dapat meningkatkan tingkat kematangan ke level 4 Managed Program . Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat membantu penelitian sejenis ke depan.

XYZ Institution implemented Enterprise Architecture EA to minimize gap between business expectations and Information System capabilities to support business. In the long run, EA helps to reduce the complexity, to increase the alignment between Information System resources management and business needs, and also to increase Information System integration with business. As newly adopted initiative, and considering the business and Information System complexity in XYZ Institution, it is necessary to measure the maturity of the EA currently developed, and to determine the EA future development direction. Until now, EA maturity measurement research is rarely conducted, especially in the goverment and public sectors. Thus, in this research, EA management maturity level in XYZ Institution will be measured using Enterprise Architecture Maturity Model EAAM , a maturity assessment framework suitable for measuring EA maturity level in the goverment sector.
This research will be done qualitatively using thematic analysis, using data gathered from literature study, interviews, and observations.The result of this study indicates that EA implementation at XYZ institution can be measured using EAMM. Based on the research, it is concluded that XYZ Institution reached EA Maturity Level 3 Well Defined Program , based on the EAMM range that span from Level 0 to Level 5. This research aims to provide feedbacks to the EA development of XYZ Institution to improve its EA Maturity level to level 4 Managed Program , and also provides guidance to other similar researches.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanović, Sabina
"This innovative study of memorial architecture investigates how design can translate memories of human loss into tangible structures, creating spaces for remembering. Using approaches from history, psychology, anthropology and sociology, Sabina Tanović explores purposes behind creating contemporary memorials in a given location, their translation into architectural concepts, their materialisation in the face of social and political challenges, and their influence on the transmission of memory. Covering the period from the First World War to the present, she looks at memorials such as the Holocaust museums in Mechelen and Drancy, as well as memorials for the victims of terrorist attacks, to unravel the private and public role of memorial architecture and the possibilities of architecture as a form of agency in remembering and dealing with a difficult past. The result is a distinctive contribution to the literature on history and memory, and on architecture as a link to the past."
Cambridge: Cambridge University Press, 2019
e20520687
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Meydina Putri
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh kebudayaan pada pembentukan pola ruang rumah tinggal yang telah pindah keluar daerah asalnya. Pembahasan dilihat melalui perspektif arsitektur interior yang menitikberatkan pada pengaturan pola tatanan ruang dalam rumah. Pola tersebut ditinjau berdasarkan tingkatan intervensi penghuni terhadap rumahnya, organisasi ruang, tata letak elemen interior, dan pemanfaatan ruang. Studi kasus dilakukan pada dua rumah orang Betawi yang berada di Cimahi, Jawa Barat.
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa keduanya masih mencerminkan pola kebudayaan dari daerah asal mereka, meskipun lokasinya sudah berada di luar daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam subconscious mind penghuni masih tertanam pola ruang tertentu yang berasal dari kebudayaan asal dan terus terbawa sehingga mereka cenderung membentuk rumahnya sesuai dengan pola tadi.

This study discusses the influence of culture on the configuration of house’s spatial pattern that had moved outside its origin place. This discussion is observed from the interior architecture perspective that focuses on the arrangement of space order pattern in the house. The pattern review based on the level of residents’ intervention toward their house, the space organization, the layout of the interior elements, and the space utilization. The case study was carried out in two Betawis’ houses in Cimahi, West Java.
The result showed that both of them are still representing its origin pattern, although the location is not in its origin place anymore. It indicates that the specific pattern which comes from its origin culture is still embedded and involved in the residents’ subconscious mind, so that they will configure their house accordance with that pattern.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>