Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulan Kinanthi Bekti
"Latar belakang penelitian ini adalah kenaikan tren kunjungan pasien JKN di rumah sakit Dewi Sri baik rawat jalan ataupun rawat inap. Kendali mutu dan kendali biaya sangat diperlukan untuk menjamin agar pelayanan kesehatan pada peserta JKN sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan dan diselenggarakan dengan efisien. Pilihan obat yang termasuk dalam pembayaran InaCBGs akan menjadi komponen penting, sehingga review terhadap penggunaan obat sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya obat. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, untuk melihat gambaran rata-rata jumlah item obat per resep, persentase peresepan obat generik, peresepan antibiotik, peresepan obat fornas, dan jumlah biaya obat terhadap faktor jenis kelamin pasien, usia pasien, jenis kelamin dokter, umur dokter dan jaminan kesehatan sesuai dengan data sekunder yang didapat melalui data rekam medis dan resep di farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan jumlah item obat per resep, persentase oobat generik, persentase obat antibiotik, persentase obat fornas, dan biaya obat diantara ketiga jenis jaminan kesehatan tersebut. Faktor yang paling berpengaruh terhadap persentase antibiotik di rawat jalan dan jumlah item obat per resep pada rawat jalan dan rawat inap adalah jenis kelamin dokter. Faktor yang paling berpengaruh pada persentase antibiotik di rawat inap, dan persentase generik, persentase fornas, dan biaya obat pada rawat jalan dan rawat inap adalah jaminan kesehatan. Sehingga perlu adanya kebijakan penggunaan obat generik, penggunaan obat fornas, dan jumlah item obat per resep ≤ 2 jenis obat di lingkungan rumah sakit.

The background of the present research was the increasing trend of JKN patients visits at Dewi Sri Hospital, for both outpatients and inpatients. Quality and cost controls are highly needed in securing that health services to JKN members be in conformity with the specified quality standard and implemented efficiently. The choice drugs included in InaCBGs payment would become a significant component, and thus a review of drug administration is greatly needed in attempt to enhance both health service quality and drug cost efficiency. The research used a cross-sectional study by a quantitative method, so as to find out the average number of drug items per prescription, percentage of generic drug prescription, antibiotic prescription, fornas drug prescription, and total cost of drugs on the factors of patient gender, patient age, physician gender age, physician age, and health assurance according to the secondary data obtained from both medical record data and prescription at pharmacy.
Based on the research findings, there were some significant differences in the number of drug items per prescription, percentage of generic drugs, percentage of antibiotic, percentage of fornas drugs, and drug costs between the three health assurances. The most influential factor on percentage of antibiotic and the number of drug items per prescription in both outpatient and inpatient was physician gender. The most influential factor on percentage of antibiotic in inpatient, and percentage of generic, percentage of fornas, and drug cost in both outpatient and inpatient was health assurance Thus, a policy on the use of generic drugs, the use of fornas drugs, and number of drug items per prescription by ≤ 2 types of drugs is needed at the hospital
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Malahayati
"Investasi yang ditanamkan untuk fasilitas rawat inap kelas I dan VIP (segmen kelas atas) cukup besar, sehingga bila utilisasinya rendah ditambah dengan tidak tercapainya target pendapatan dari segmen ini maka rurnah sakit tidak dapat melaksanakan kebijakan subsidi silang secara optimal kepada kelas rawatan yang lebih rendah, terlebih bila pendapatan dari kelas rawatan yang lebih rendah juga tidak tercapai. Rumah Sakit perlu memprioritaskan peningkatan utilisasi dan pendapatan dari kelas rawat inap ini sehingga dapat membantu menutupi pendapatan ruang rawat inap secara keseluruhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh infomasi besarnya pasar potensial produk pelayanan rawat inap kelas I dan VIP di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang yang merupakan salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kabupaten Karawang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey dan telaah data dan datanya dianalisa secara kualitataif.
Untuk memperoleh informasi besarnya pasar potensial yang akan akan menyerap pengembangan dan peningkatan utilisasi produk pelayanan rawat inap segmen atas ini, peneliti melakukan analisa terhadap hal-hal yang mempengaruhi besarnya pasar potensial tersebut yaitu :
1. Analisa hasil penjualan seperti karakteristik demogragik, geografik dan psikografik dari pasien yang telah menjalani rawat inap (penetrated market) serta menilai daerah potensial dari penetrated market tersebut.
2. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan seperti keadaan umum masyarakat Kabupaten Karawang yang diproleh melalui gambaran geodemografiknya, menganalisa minat dan daya beli masyarakat terhadap produk pelayanan rawat inap segmen atas.
3. Analisa akses terhadap lokasi rumah sakit dari wilayah/ kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang untuk menentukan daerah potensialnya.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pangsa pasar untuk produk pelayanan rawat inap segmen atas di Kabupaten Karawang masih cukup besar sehingga dengan strategi pemasaran yang tepat, program rumah sakit untuk meningkatkan utlisasi dan pendapatan dari segmen ini dapat direalisasikan. Dari penelitian ini pula diperoleh informasi bahwa pasar potensial untuk produk pelayanan rawat inap kelas I dan VIP ini adalah konsumen yang bertempat tinggal dalam radius 10 - 15 km dari lokasi rumah sakit, merupakan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertinggi , berpendidikan tinggi serta bekerja pada sektor perdagangan dan industri.
Hasil penelitian dan saran- saran yang diajukan diharapkan dapat memberi masukan bagi RS. Dewi Sri Karawang untuk meningkatkan utilisasai dan pendapatan dari rawat inap kelas I dan VIP.

Big investment has been put into providing In Patient Departement facilities for first and VIP class aimed for upper class segment In the case of low utilization of this facility, and or the target income from this segment cannot be reched. The hospital need to put the priority on increasing utilization and income from this first and VIP class In Patient Departement to cover the income from In Patient Departement facility overall.
The research aimed to have information on potential market of first and VIP class In Patent Departement facilities, conducted at Dewi Sri Hospital - a private hospital in Karawang Regency. This descriptive research use method of survey and data prediction, then the data is qualitatively analyzed.
The analyses were on :
1. The influencing aspects of potential market, such as characteristic on demographic, geographic and psycographic aspect from penetrated market, and then judgment on potential market area from this penetrated market.
2. Factors influencing the market based on general condition of people in Karawang Regency, which coming from geo-demographic view, analyzing interest and capability to buy this upper class segment In Patient Departement Services.
3. Acses to hospital compare to surrounding area I districts to determine potential market for the hospital.
As the result, it was found that the market for upper class segment In Patient Departement market still widely open, and by using a proper marketing strategy, the hospital program to increase utilization and income from this segment will be able to reach. It was found also that potential customer which live within radius fifteen kilometers from the hospital has highest income in the regency, with high education and work in industry and trade sector.
The research result and suggestions can be use as an input for Dewi Sri Hospital to increase utilization and income from first and VIP class In Patient Departement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheasandra Nur Azzahra
"Penderita penyakit kronis memakan biaya yang sangat banyak disebabkan oleh pengobatannya yang berlangsung lama. Namun, dengan adanya program pemerintah yaitu BPJS Kesehatan, sangat membantu masyarakat untuk meringankan biaya pengobatannya. BPJS Kesehatan menanggung semua penyakit yang tertuang dalam regulasi JKN-KIS, termasuk penyakit kronis. Tingginya peresepan obat kronis BPJS di Rumah Sakit Universitas Indonesia perlu menjadi perhatian khusus bagi Instalasi Farmasi RS UI dalam perencanaan dan pengadaan obat kronis sehingga dapat meminimalisir terjadinya kekosongan obat. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian jumlah pengadaan dan peresepan obat kronis BPJS di farmasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia selama enam bulan terakhir yaitu pada periode Bulan Juni hingga November tahun 2022. Pembuatan tugas khusus ini diawali dengan melakukan penarikan data pengadaan dan peresepan obat krnosis BPJS pada periode Juni hingga November 2022 kemudian diolah menggunakan fitur PivotTable pada Microsoft Excel. Berdasarkan hasil pengolahan, diketahui bahwa selama enam bulan terakhir yaitu dari Bulan Juni hingga November tahun 2022, Rumah Sakit Universitas Indonesia telah mengadakan 129 item obat kronis sebanyak 681 kali. Sebanyak 96% obat kronis BPJS yang diadakan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Juni hingga November 2022 telah memenuhi kebutuhan minimal peresepan obat untuk pasien kronis di depo farmasi rawat jalan dan sebanyak 67% item obat yang diadakan masih perlu dilakukan optimalisasi baik dalam pengadaan maupun peresepannya.

People with chronic diseases incur significant expenses due to the prolonged duration of their treatments. However, with the existence of the government program BPJS Kesehatan (Indonesia's National Health Insurance), it greatly assists the public in alleviating the cost of their medical treatments. BPJS Kesehatan covers all diseases listed in the JKN-KIS regulations, including chronic diseases. The high prescription rate of chronic medications covered by BPJS at the University of Indonesia Hospital (Rumah Sakit Universitas Indonesia) needs special attention from the Pharmacy Installation to plan and procure chronic medications effectively, thus minimizing drug shortages. The specific task aims to determine the appropriateness of the quantity of procurement and prescription of BPJS-covered chronic medications at the outpatient pharmacy of the University of Indonesia Hospital during the last six months, specifically from June to November 2022. This task begins by collecting data on the procurement and prescription of BPJS-covered chronic medications during the specified period and processing it using the PivotTable feature in Microsoft Excel. Based on the results, it is found that during the last six months, from June to November 2022, the University of Indonesia Hospital procured 129 different items of chronic medications, amounting to 681 times. Approximately 96% of the BPJS-covered chronic medications procured by the hospital during this period have met the minimum prescription requirements for chronic patients in the outpatient pharmacy, while approximately 67% of the procured items still require optimization, both in terms of procurement and prescription."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Zahrah
"Peresepan secara berlebihan untuk mengobati pasien pediatrik sering dijumpai di rumah sakit di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola peresepan pada pasien pediatrik rawat jalan di Rumah Sakit X. Data diperoleh dari resep pasien pediatrik rawat jalan yang masuk ke apotek Rumah Sakit X pada periode Januari - Maret 2005. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif melalui teknik survey secara retrospetif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah resep yang mengandung lebih dari 4 obat sebanyak 60,1%; golongan obat yang paling sering diresepkan adalah antibiotik 20,7%; antibiotik yang paling sering di resepkan adalah amoksisilin 50,5%; resep yang mengandung racikan sebanyak 59,4%; racikan yang mengandung jumlah obat lebih dari 4 sebanyak 31,9%; golongan obat yang paling sering di resepkan dalam racikan adalah obat saluran nafas 27,6%; pola kombinasi obat yang paling sering ditulis dalam racikan adalah obat saluran nafas + antialergi + kortikosteroid. Kesimpulan: terdapat peresepan polifarmasi dengan sebagian besar resep mengandung racikan, obat yang paling sering diresepkan adalah amoksisilin, dan obat yang sering dikombinasikan dalam racikan adalah obat saluran nafas.

Over-prescribing in pediatric therapy has often occure in Indonesian?s Hospital. The objective of this study is to know the prescribing pattern of ambulatory pediatric patient at X Hospital. Data were collected from prescriptions of ambulatory pediatric patient, which received by X Hospital Pharmacy during January - March 2005. A descriptive method study by retrospective survey technique has been done.
The result display that prescription which contains more than 4 drugs as many as 61,1 %; the class of drug which often prescribed is antibiotic 20,7 %; amoxicillin is the most prescribed antibiotic 50,5 %; prescription which contains compounding drug as many as 59,4 %; compounding drug which contains more than 4 drugs as many as 31,9 %; the class of drug which often prescribed in compounding is respiratory system drugs 27,6 %; the most prescript combination in compounding is respiratory system drug + antialergic + corticosteroid. Conclusion: the pattern of pediatric prescription showed polypharmacy and it was dominated with compounding drugs, most often prescript drug is amoxicillin, and most often combinated drug in compounding is respiratory system drug.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wowor, Yuliana Helena Elisabeth
"Latar belakang: Praktik peresepan yang baik merupakan bagian penting dari penggunaan obat yang rasional. Persentase resep dengan injeksi merupakan salah satu indikator penggunaan obat WHO. Persentase resep dengan injeksi di RS St. Carolus pada tahun 2016 mencapai 56%. Hasil ini lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan peresepan obat injeksi. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran penggunaan obat injeksi dan pengendalian penggunaannya, serta penerapan kebijakan tentang obat injeksi di Unit Rawat Inap RS St. Carolus. Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan metode cross-sectional dan studi kualitatif deskriptif. Penggalian informasi lebih lanjut dilakukan dengan melakukan penelitian kualitatif untuk melengkapi penelitian kuantitatif. Hasil: Faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan injeksi secara statistik adalah diagnosis serta panduan praktik klinis (PPK) dan clinical pathway (CP). Kebijakan Pelayanan Farmasi RS St. Carolus tidak membahas secara khusus mengenai pengendalian obat injeksi. Sosialisasi kebijakan ini pun belum optimal, begitu pula dengan sosialisasi PPK dan CP. Tenaga apoteker klinis yang ada belum mencukupi kebutuhan. Peran Panitia Farmasi dan Terapi di RSSC saat ini lebih kepada sistem formularium. Kesimpulan: Persentase pasien rawat inap RS St. Carolus periode Januari-Maret 2019 yang diresepkan obat dengan sediaan injeksi sebesar 85.7%. Kebijakan penggunaan obat injeksi yang ada saat ini tercantum dalam Kebijakan Pelayanan Farmasi, dimana didalamnya hanya terdapat prosedur peresepan. Tidak ada kebijakan khusus penggunaan obat injeksi. Prosedur pengendalian obat yang tertuang dalam kebijakan atau pedoman belum dimiliki oleh RS St. Carolus. Oleh karena itu diperlukan kombinasi intervensi dalam bentuk kebijakan dan edukasi untuk mengendalikan penggunaan obat injeksi di Unit Rawat Inap RS. St. Carolus.

Background: Good prescribing practices are an important part of rational drug use. The percentage of encounters with an injection prescribed is one of The WHO drug use indicators. The percentage of encounters with an injection prescribed at St. Hospital Carolus in 2016 reached 56%. This result is higher than recommended. This provokes the question of the factors related to injection prescribing. Objective: The purpose of this study was to reflect the injection drugs use and the control of their use, as well as the implementation of the drug policy in the St. Carolus Hospital. Method: This researches were a quantitative study with a cross-sectional method and a qualitative descriptive study. Further information is extracted by conducting qualitative research to complement quantitative research. Results: Factors related to injection prescribing statistically were diagnosis and clinical practice guidelines and clinical pathways. The Pharmacy Policy of St. Carolus Hospital does not specifically discuss the control of injection drugs. The socialization of this policy is not yet optimal, as the socialization of clinical practice guidelines and clinical pathways. Existing clinical pharmacists are not enough. The role of the Drug and Therapy Committee in the St. Carolus Hospital is currently more in the formulary system. Conclusion: The percentage of St. Carolus Hospitals inpatient for the period January-March 2019 with an injection prescribed was 85.7%. The injection drug use policy is listed in the Pharmacy Policy, wherein there are only prescription procedures. There is no policy specifically on the use of injection drugs. St. Carolus Hospital does not have policies or guidelines which regulate drug control procedures. Therefore a combination of interventions in the form of policy and education are needed to control the use of injection in the Inpatient Unit of St. Carolus Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbanraja, Hotma Dumaris
"Jaminan Kesehatan Nasional yang implementasinya dimulai Januari 2014 membuat perubahan system pembayaran dari Retrospektive Paymant System ke Prospective Payment System dengan tarif INA-CBG`s. Perbedaan tarif INACBG`s dan tarif RS menjadi masalah mendasar sehingga RS harus melakukan upaya agar tercapai kendali mutu dan biaya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang diambil RS terkait perbedaan tarif rumah sakit pelayanan rawat jalan dengan tarif INA-CBG`s. Metode penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 645(27,1 %) kasus dari total 2384 kasus memiliki selisih negatif dan1739 (72,9%) kasus dengan selisih positif. Rerata tarif RS Rp 221.683 dan rerata tarif INA-CBG`s Rp278.676 dengan rerata selisih tarif Rp56.993. Total selisih tarif Rp135.871.933 atau 25,7% dari tarif RS.Selisih tarif positif ini sangat baik bagi RS dan dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan dan pengembangan RS. Klaim obat penyakit kronis diluar tarif paket INA-CBG`s menambah selisih positif menjadi Rp.187.208.274 atau mendapat surplus sebesar 35,42% dari total tarif RS. Komponen tarif RS yang terbesar adalah obat sebesar 37,4%. Pihak manajemen menerapkan upaya efisiensi biaya dari mulai proses perencanaan sampai evaluasi, dengan tetap mengutamakan mutu, mempercepat penyusunan dan implementasi clinical pathway agar pelayanan lebih terstandarisasi dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta sistem remunerasi yang baik yang mencerminkan asas adil dan layak. Dengan upaya yang diterapkan, diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang efektif dan rasional serta bermutu dan memberikan nilai tambah bagi rumah sakit dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

There is a fundamental change of hospital`s payment system in Indonesia since the Indonesian National Health Insurance was implemented (January 2014). The former retrospective payment system was changed into prospective payment system with Indonesia Case Base Groups (INA-CBG) as expense base. This change forced hospital to propose a new efforts to adjust the rate difference between the previous hospital-based-tariff system and the latter INA-CBG-basedtariff system in order to assure the health service quality. This study aims to find out hospital`s efforts to adjust the tariff difference between the hospital-basedtariff- system and INA-CBG-based-tariff-system.This is a quantitative as well as qualitative research.
There were 2384 cases analyzed, with 645 cases (27.1%) with positive tariff balance and 1739 cases (72.9%) with negative tariff balance. Tariff differences was Rp. 135.871.977 (27.5% of the total hospital tarif). Average hospital tariff was Rp. 221.683, while the average INA CBG`s tariff was Rp. 278.676 and average difference was Rp 56.993. Hospital claim for chronic disease, which was not included in INA-CBG`s list, increased the positive balance to Rp. 187.208.274 (35,42% of hospital total tariff). Medication became the biggest part of the hospital cost (37.4%). The hospital`s management had worked efficiently to control the cost and assure the quality. Cost-efficiency-efforts as well as good remuneration system had been implemented from planning to evaluation. Hospital had to arrange and implement the clinical pathway as a standardization as well as quality controlhospital`s tariff, INA-CBG`s tariff, efficiency, quality, remuneration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekti Prameswari Susilo
"Interaksi obat terjadi apabila efek dari suatu obat berubah dengan adanya obat lain, obat herbal, makanan, minuman, atau zat kimia lainnya. Apabila pasien mengonsumsi dua atau lebih obat secara bersamaan mempunyai potensi untuk terjadinya interaksi obat, baik menghasilkan respon peningkatan atau penurunan konsentrasi obat di dalam darah. Semakin banyak obat yang dikonsumsi oleh pasien, maka semakin besar kemungkinan terjadinya reaksi yang merugikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan (depo farmasi 24 jam) RSAB Harapan Kita selama 14 hari periode Bulan April 2022.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data penelitian diperoleh dari resep obat pada tanggal 1 April - 18 April 2022 yang diterima oleh depo farmasi 24 jam RSAB Harapan Kita baik pasien golongan BPJS maupun pasien non-BPJS. Interaksi obat-obat per lembar resep dianalisis menggunakan software Lexicomp. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa interaksi obat ditemukan pada 50% lembar resep BPJS dan 36% lembar resep non-BPJS pada pasien rawat jalan di depo farmasi 24 jam RSAB Harapan Kita. Sebagian besar kejadian interaksi antar obat yang terjadi baik pada resep BPJS maupun Non-BPJS tergolong tidak berisiko tinggi (risk rating C).

Drug interactions occur when the effect of a drug changes with the presence of other drugs, herbal medicines, food, drinks, or other chemical substances. If a patient takes two or more drugs simultaneously, there is the potential for drug interactions to occur, either resulting in a response of increasing or decreasing the concentration of the drug in the blood. The more drugs consumed by the patient, the greater the possibility of adverse reactions. Therefore, this study aims to determine drug interactions in prescribing outpatients (24-hour pharmacy depot) at RSAB Harapan Kita for the 14-day period in April 2022.
This research is a descriptive observational study with retrospective data collection. Research data were obtained from drug prescriptions on April 1 - April 18 2022 which were received by the 24-hour pharmacy depot at RSAB Harapan Kita, both BPJS class patients and non-BPJS patients. Drug-drug interactions per prescription sheet were analyzed using Lexicomp software. Based on the results of the research that has been done, it can be concluded that drug interactions were found in 50% of BPJS prescription sheets and 36% of non-BPJS prescription sheets for outpatients at the 24-hour pharmacy depot at Harapan Kita Hospital. Most of the interactions between drugs that occurred in both BPJS and Non-BPJS prescriptions were classified as not having high risk (risk rating C).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Gustianur Putri
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan segmentasi berdasarkan karakteristik pelanggan yaitu faktor demografis, geografis, psikografis, dan perilaku sebagai dasar dari penetapan target pasar di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Ananda Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif melalui survey dengan kuesioner terhadap 106 responden. Hasil penelitian menunjukkan pelanggan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Ananda berusia 31-40 tahun, perempuan, berstatus menikah, pendidikan SMA/Sederajat, pendapatan 2,5-5 juta perbulan, pengeluaran biaya kesehatan kurang dari 500 ribu perbulan, cara tempuh menggunakan kendaraan pribadi, bertempat tinggal di Kecamatan Cakung, mengetahui informasi RS karena kedekatan lokasi, pembiayaan bersumber jaminan, kelas sosial ekonomi menengah ke bawah. Analisis perilaku dan psikografis terbentuk bahwa alasan berobat karena lokasi dan pelayanan. Oleh karena itu, pelayanan yang baik serta fasilitas yang memadai merupakan hal terpenting yang harus ditingkatkan oleh rumah sakit.

This study was to segment based on customer characteristics of demographic, geographical, psychographic, and behavioral factors as the basis for determining the target market of outpatient care at Ananda Hospital Bekasi. This quantitative research using analitical description through a questionnaire survey to 106 respondents. Results showed customers outpatient Ananda Hospital Bekasi age 31-40 years, female, married, education senior high schools, 2,5-5 millions/month income, health expenditure less than 500 hundred thousand/month, originated from Cakung district, hospital information obtained from location proximity, third party payer, middle socioeconomic class and below. Analysis of behavioral and psychographic formed because of the location of medical reason and services. Therefore, a good service and adequate facilities are very important things those must be increased by the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Chandra Prima Murthi
"Penelitian ini membahas kelengkapan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Bulan Desember 2015. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelengkapan isi rekam medis pasien Instalasi Rawat Inap serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pengisian rekam medis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian didapatkan rata-rata rekam medis pasien rawat inap adalah 57,8%. Tidak adanya pelatihan pengisian rekam medis merupakan salah satu hambatan dalam pengisian rekam medis secara lengkap.

This study discusses the completeness of inpatient medical records at Fatmawati Fatmawati in December 2015. The purpose of this study was to analyze the completeness of the contents of the medical records of patients Inpatient as well as the factors relating to the charging of medical records. This research is a quantitative and qualitative methods of observation and in-depth interviews. The results, the average medical records of inpatient patients are 57.8%. The lack of filling medical record training is one of obstacles in filling the completely."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>