Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Febriani
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor risiko dominan dan membuat skor risiko diabetes tidak terdiagnosis (UDDM) dan prediabetes. Metode: Pembuatan skor risiko berdasarkan data yang tersedia hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, dengan kriteria ≥ 18 tahun, baru terdiagnosis saat Riskesdas, tidak menderita penyakit kronis/menular lainnya. Nilai koefisien β hasil analisis regresi logistik multinomial model prediksi digunakan untuk mengenmbangkan skor. Keakuratan skor prediksi diabetes dan prediabetes dinilai dengan ROC (Receiver Operating Characteristic). Hasil: Dua model prediksi dikembangkan menjadi skor risiko. Model 1 prediksi diabetes tidak terdiagnosis dengan 7 prediktor AUC 73,5%, sen 62,2%, spes 70,8%, PPV 12,8%, NPV 96,5%, titik potong ≥22, model 2 prediksi diabetes tidak terdiagnosis dengan 5 prediktor AUC 72,4%, sen 68,3%, spes 64,7%, PPV 11,8%, NPV 96,7%, titik potong ≥20. Prediksi prediabetes tidak dikembangkan menjadi skor karena tidak akurat, tetapi dapat diketahui faktor dominannya. Kesimpulan: Indonesia dapat memiliki perhitungan skor risiko guna memprediksi diabetes yang tidak terdiagnosis berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar yang tersedia. Skor Risiko tersebut dapat digunakan tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi dan masyarakat awam mampu menggunakan skor tersebut.

Objective: This studi aims to find the risk factors and develop risk score for undiagnosed diabetes and prediabetes. Method: Risk score made based on available data from Basic Health Research 2013 in Indonesia, with criteria 18-55 years old, newly diagnosed diabetes, and not affected by chronic /infectious diseases before.β coeff value from multinomial logistic regression analysis results of predictive models are used to develop risk score. The accuracy of risk score assessed with ROC (Receiver Operating Characteristic). Result: 2 prediction models are use to develop risk score. The accuracy form 7 predictors for undiagnosed diabetes in model 1 are AUC 73.5%, sen 62.2%, spes 70.8%, PPV 12.8%, NPV 96.5%, cut off ≥22. The accuracy form 5 predictors for undiagnosed diabetes in model 2 are AUC 72.4%, sen 68.3%, spes 64.7%, PPV 11.8%, NPV 96.7%, cut off ≥20 . Score predikction for diabetes not developed, because of poor accuray, but the result of analysis can showed prediabetes dominant risk factors. Conclusion: Indonesia may have a risk score calculation for predicting undiagnosed diabetes based on data from Health Research provided. The risk score can be used by health workers to indentified individuals with high-risk and the general public are able to use these scores."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiersa Vera Junita
"ABSTRAK
Prevalensi prediabetes terus meningkat baik secara nasional maupun global,
dengan angka yang lebih tinggi dari prevalensi diabetes tipe-2. Individu
dengan prediabetes memiliki peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 dan
munculnya penyakit kardiovaskular utama lebih awal. Penelitian ini bertujuan
mengestimasi prevalensi, faktor-faktor risiko, serta model prediksi kejadian
prediabetes pada penduduk usia produktif di Indonesia dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder berasal dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Populasi penelitian adalah dewasa usia produktif 18 ? 64 tahun. Kriteria diagnostik berdasarkan kadar glukosa darah menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011 dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi prediabetes sebesar 54,5%. Variabel prediktor untuk kejadian prediabetes pada penduduk usia produktif di Indonesia adalah umur, status sosial ekonomi, obesitas, hipertensi dan kebiasaan merokok. Semakin tua, terjadi peningkatan risiko mengalami prediabetes. Sementara pada subjek dengan obesitas berisiko 1,256 kali (OR 1,256; 95% CI 1,153-1,368) untuk mengalami prediabetes dibandingkan dengan IMT normal. Subjek dengan hipertensi berisiko 1,307 kali (OR 1,307; 95% CI 1,184-1,443) untuk mengalami prediabetes. Sementara subjek perokok berisiko 1,121 kali (OR 1.121; 95%CI 1.032-1.217) untuk mengalami prediabetes dibandingkan subjek tidak pernah merokok. Prediabetes masih dapat dikendalikan agar tidak menjadi diabetes maupun komplikasi kardiovaskular.

ABSTRACT
The prevalence of prediabetes increase both nationally and globally, with a higher rate than prevalence of type 2 diabetes. Individuals with prediabetes have an increased risk of type 2 diabetes and the early emergence of major cardiovascular diseases. This study aims to estimate the prevalence, risk factors, and prediction of prediabetes models in the productive age population in Indonesia with cross sectional study design. This study uses secondary data came from Basic Health Research in 2013. The study population was productive adults aged 18-64 years. The diagnostic criteria based on the blood glucose level under the guidelines of the American Diabetes Association (ADA) in 2011 and the Society of Endocrinology Indonesia (PERKENI) 2011. Data were analyzed using logistic regression. Results showed the prevalence of prediabetes 54,5%. The predictor variables for prediabetes on the productive population in Indonesia are age, socioeconomic status, obesity, hypertension and smoking habits. Getting older, there is increased risk of having prediabetes. Subject with obesity at risk of 1,256 times (OR 1.256; 95% CI 1.153 to 1.368) to have pre-diabetes compared with normal BMI. Subjects with hypertension at risk of 1.307 times (OR 1.307; 95% CI 1.184 to 1.443) to have prediabetes. While the subject of smokers at risk of 1.121 times (OR 1,121; 95% CI 1032-1217) to have pre-diabetes than subjects had never smoked. Prediabetes can still be controlled so it not develop to diabetes and cardiovascular complications."
2016
T46624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dora Novriska
"Latar belakang: Chemotheraphy induced nausea and vomiting (CINV) merupakan efek samping kemoterapi yang dapat menurunkan kualitas hidup dan kepatuhan pengobatan. Emetogenisitas kemoterapi merupakan prediktor utama terjadinya CINV. Di samping itu terdapat faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian CINV. Pada pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi, sistem skoring berdasarkan faktor risiko diperlukan untuk mengklasifikasikan individu berisiko agar mendapatkan profilaksis antiemetik yang adekuat untuk mengontrol terjadinya CINV.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang bertujuan untuk mngembangkan sistem skoring dari faktor risiko CINV pada anak berusia 0-17 tahun yang menjalani kemoterapi di RSCM pada Desember 2023 – Maret 2024. Analisis bivariat dilanjutkan multivariat dilakukan untuk menentukan faktor risiko utama CINV akut, delayed dan CINV derajat ≥ 2 menurut skor common terminology criteria for adverse events (CTCAE) National Cancer Institute. Selanjutnya dilakukan pembobotan skor dari faktor risiko utama CINV derajat ≥ 2 dengan regresi logistik. Akurasi sistem skoring dilakukan dengan analisis kurva receiver-operating characteristic (ROC).
Hasil: Sebanyak 198 subjek. Secara keseluruhan CINV terjadi pada 42,93% pasien dengan 32,3% subjek mengalami CINV derajat ≥ 2. CINV akut dan delayed dialami oleh masing-masing 26.77% dan 35,35% pasien. Berdasarkan analisis multivariat faktor risiko utama terjadinya CINV derajat ≥ 2 adalah riwayat mual/ muntah pada siklus kemoterapi sebelumnya, mendapatkan kemoterapi sisplatin dan terapi opioid. Analisis ROC menunjukkan akurasi yang cukup baik untuk memprediksi luaran dengan area under-the-curve (AUC) 0,669, p=0,034 IK 95% (0,602 – 0,736). Pasien dengan skor total 3-4 sebelum siklus kemoterapi diberikan, diklasifikasikan sebagai risiko tinggi untuk mengalami CINV derajat ≥ 2.
Simpulan: Sistem skoring ini dapat digunakan dalam praktek klinis untuk memprediksi risiko CINV sebagai dasar pemberian profilaksis antiemetik yang adekuat

Introduction: Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) are significant adverse effects of chemotherapy that can negatively impact quality of life and treatment adherence. The emetogenicity of chemotherapy is the main predictor of CINV. Apart from that, there are other risk factors that play a role in the incidence of CINV. In pediatric oncology patients undergoing chemotherapy, a risk factor-based scoring system is essential to identify high-risk individuals. This classification enables the administration of appropriate antiemetic prophylaxis to effectively manage and control CINV.
Methods: This research is a prospective cohort study conducted to develop risk scoring system for CINV on children aged 0-17 years undergoing chemotherapy at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from December 2023 to March 2024. Bivariate followed by multivariate analysis was performed to identify the main risk factors for acute, delayed and ≥ grade 2 CINV according to common terminology criteria for adverse events (CTCAE) scores National Cancer Institute. Subsequently, a scoring weight for the main risk factors of CINV grade ≥ 2 was determined using logistic regression. The accuracy of the scoring system was evaluated using receiver-operating characteristic (ROC) curve analysis.
Results: A total of 198 subjects were included in the study. Overall CINV occurred in 42.93% of patients with 32.3% of subjects experiencing CINV grade ≥ 2. Acute CINV and delayed CINV were experienced by 26.77% and 35.35% of patients, respectively. Multivariate analysis identified the main risk factors for CINV of grade ≥ 2 as a history of nausea/vomiting in previous chemotherapy cycles, receiving cisplatin chemotherapy, and opioid therapy. ROC analysis indicated a moderately good accuracy for predicting outcomes with an area under-the-curve (AUC) of 0.669, p = 0.034, 95% CI (0.602 – 0.736). Patients with a total score of 3-4 before each cycle of chemotherapy would be considered at high risk for developing ≥ 2 grade CINV.
Conclusion: This scoring system can be implemented in cli
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Roroputri Aprilia
"Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil survei Riskesdas 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penduduk berusia ≥60 tahun di Indonesia yang belum terdiagnosis hipertensi, yaitu sebanyak 70.127 orang. Data dianalisis secara regresi logistik sederhana (bivariat) dan regresi logistik berganda (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia sebesar 52,4%. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, konsumsi makanan asin, perilaku merokok, dan aktivitas fisik merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia, dengan umur sebagai faktor yang paling berhubungan dengan AOR = 1,44 (95% CI: 1,36-1,52). Untuk mengurangi prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia, pemerintah diharapkan dapat fokus pada penguatan promosi, skrining, dan surveilans kesehatan pada lansia.

Hypertension is one of the public health problems in Indonesia with the highest prevalence in elderly. The purpose of this study was to determine the prevalence and factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia. The design of this study is cross-sectional using secondary data from the results of the 2018 basic health research survey. The sample in this study was the entire population aged ≥60 years in Indonesia who had not been diagnosed with hypertension, which was 70,127 people. Data were analyzed by simple logistic regression (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The results showed that the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia was 52.4%. Age, gender, education level, area of residence, consumption of salty food, smoking behavior, and physical activity are the factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia, with age as the most associated factor (AOR = 1.44, 95% CI: 1.36-1.52). To reduce the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly, the government is expected to focus on strengthening promotion, screening, and health surveillance on elderly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pneumonia tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan utama pada balita. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita. Berdasarkan laporan Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD) tahun 2013 pengurangan polusi udara rumah tangga dapat mengurangi kejadian pneumonia berat pada anak sebesar 33%. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013, jumlah sampel penelitian adalah 67.026 balita, analisis data menggunakan regresi logistik ganda dengan model faktor risiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PURT yang diukur berdasarkan penggunaan bahan bakar rumah tangga (BBRT) dan keberadaan ventilasi rumah berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia pada balita (BBRT tidak aman: ORc=1,4; SK 95%: 1,2-1,6; rumah yang tidak memiliki ventilasi memadai: ORc=1,2; SK 95%:1,0- 1,4). Terdapat interaksi antara penggunaan bahan bakar rumah tangga dengan status imunisasi balita dan terdapat interaksi antara ventilasi rumah dengan perumahan kumuh.
Disarankan kepada pengelola program P2PL untuk menggalakan program pencegahan penyakit menular khususnya pneumonia pada balita, serta memberikan KIE terkait penggunaan bahan bakar yang aman, keberadaan ventilasi yang memadai, pemberian imunisasi pada balita, dan kebersihan lingkungan rumah kepada masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga oleh tenaga kesehatan.

Pneumonia is listed as one of the major health problems in children. Pneumonia is the leading cause of morbidity and mortality in this age group. Based on data from the report Global Action Plan for Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD) on 2013, reduction of domestic air pollution can reduce the incidence of severe pneumonia in children by 33%. This study uses data Riskesdas 2013, with total sample of 67.026 under five children in Indonesia.
The results show that the use of cooking fuel (BBRT) and house ventilation significantly associated with the incidence of pneumonia in under five children (unsafe BBRT: ORc = 1.4; 95% CI: 1.2 to 1.6; houses with unadequate ventilation: ORc = 1.2; 95% CI: 1.0-1.4). There is an interaction between the use of cooking fuel with immunization status.
The study suggest the government and its stakeholders to promote the importance of using safe cooking fuels, adequate adequate house ventilation, immunization in young children, and household hygiene sanitation & its environment to the community, especially mothers. This program should lead by P2PL through its health personnel within the country.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Aminah
"ABSTRAK
<

Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika terdapat peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat atau tidak cukup menghasilkan hormon insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Umumnya untuk mendeteksi penyakit diabetes adalah dengan tes kadar gula darah atau hemoglobin HbA1c yang dilakukan oleh praktisi medis. Pada penelitian ini, dibangun sistem prediksi penyakit diabetes berbasis iridologi atau melalui citra mata, menggunakan machine learning. Sistem yang dikembangkan terdiri dari instrumen akuisisi citra mata dan algoritma pengolahan citra. Metode GLCM (Gray Level Co-Occurence Matrix) digunakan untuk proses ekstraksi ciri, dengan tujuan untuk mendapatkan ciri tekstur pada citra. Metode SVM (Support Vector Machine) dan kNN (k Nearest Neighbor) digunakan untuk proses klasifikasi kelas diabetes dan non-diabetes. Hasil klasifikasi kemudian dilakukan proses validasi dengan menggunakan metode k-fold cross validation. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode kNN memiliki performa yang lebih baik dibandingkan dengan metode SVM. Performa terbaik didapatkan saat variasi kombinasi ukuran area segmentasi 30×360 dengan jarak antar tetangga 30 pixel. Tingkat akurasi yang diapatkan dari pengujian sebesar 79,6%, dengan nilai misclassification rate (MR) 20,4%, false positive rate (FPR) 20,6%, false negative rate (FNR) 20%, sensitivity 87,1%, dan specificity 70,0%.

 


ABSTRACT

Diabetes is a chronic disease that occurs when there is an increase in glucose levels in the blood because the body cannot produce enough of the hormone insulin or cannot use insulin effectively. Generally, to detect diabetes is by pengujian blood sugar levels or hemoglobin HbA1c carried out by medical practitioners. In this study, a diabetes prediction system based on iridology or through eye images was constructed using machine learning. The developed system consists of eye image acquisition instruments and image processing algorithms. The GLCM (Gray Level Co-Occurence Matrix) method is used for feature extraction processes, with the aim of obtaining texture characteristics in the image. The SVM (Support Vector Machine) and kNN (k Nearest Neighbor) methods are used to classify diabetic and non-diabetic classes. The classification results are then validated by using the k-fold cross validation method. The results show that kNN method has better performance compared to the SVM method. The best performance is when size of the segmentation area 30×360 pixel with the distance between neighbors 20 pixel. The results show that the accuracy from pengujian is 79.6%, misclassification rate (MR) 20.4%, false positive rate (FPR) 20.6%, false negative rate (FNR) 20.0%, sensitivity 87.1%, and specificity 70.0%.

 

"
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindra Eriska Hidayat
"ABSTRAK
Saat ini terjadi peningkatan penduduk usia produktif (15-64 tahun) di negara
berkembang khususnya Indonesia. Pada usia produktif terjadi peningkatan angka
kejadian disabilitas. Disabilitas didefinisikan sebagai kesulitan atau
ketidakmampuan yang dialami seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari
(yang diukur melalui 12 parameter sesuai dengan WHODAS 2.0). Studi empiris
telah menemukan banyak faktor risiko yang terkait dengan disabilitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko disabilitas
terhadap kejadian disabilitas pada penduduk Indonesia usia produktif sehingga
dapat menentukan prioritas intervensi pelayanan kesehatan yang sebaiknya
disediakan. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013 dengan
besar sampel 665.546 orang berusia 15-64 tahun dengan studi cross-sectional.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa penduduk Indonesia usia produktif
yang mengalami disabilitas ada sebanyak 14.2% dengan risiko mengalami
disabilitas meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Faktor risiko yang
meningkatkan kejadian disabilitas pada usia produktif di Indonesia yaitu :
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, tidak melakukan aktivitas fisik,
merokok, obesitas, gangguan mental emosional, usia yang semakin tua, jenis
kelamin perempuan, dan tidak/belum pernah sekolah. Faktor risiko yang dominan
adalah stroke (OR = 5.045, 95% CI 4.045 ? 6.292) dan gangguan mental
emosional (OR = 8.822, 95% CI 8.348 ? 9.323). Penyakit stroke dan gangguan
mental emosional menjadi fokus intervensi pengendalian disabilitas pada usia
produktif di Indonesia melalui program intervensi berbasis masyarakat.

ABSTRACT
There is an increased population of productive ages (15-64 years old) in
developing countries, especially Indonesia. At the productive age there have been
an increase in the incidence of disability. Disability is defined as the difficulty or
inability of people conducting daily activities (as measured by the 12 parameters
in accordance with WHODAS 2.0). Empirical studies have found many risk
factors associated with disability. The purpose of this study was to determine the
effect of risk factors on the incidence of disability in the Indonesian population of
productive ages so that it can determine the priority of health care interventions
that should be provided. This study uses data from Basic Health Research 2013
with the sample 665.546 people from 15-64 years old with a cross-sectional study.
In this study showed that the Indonesian population of productive ages who have
disabilities have as many as 14.2% with a risk of having a disability increases
with increasing age. The risk factors that increase the incidence of disability in
productive ages in Indonesia, namely: diabetes mellitus, hypertension, stroke, do
not do physical activity, smoking, obesity, mental emotional disorder,
increasingly older age, female gender, and do not / have never attended school.
The most dominant risk factor are stroke (OR = 5.045, 95% CI 4045-6292) and
mental emotional disorder (OR = 8822, 95% CI 8348-9323). Stroke and mental
emotional disorder have become the focus of disability control interventions in the
productive ages in Indonesia through community-based intervention program."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latupeirissa, Debbie
"ABSTRAK
Diagnosis HIV pada bayi masih sulit ditentukan pada daerah dengan sumber terbatas dan tidak memiliki fasilitas pemeriksaan PCR. Keterlambatan menentukan diagnosis pada bayi tertular HIV yang lahir dari ibu HIV positif akan menimbulkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan menemukan model prediksi risiko bayi tertular HIV yang efektif yaitu yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas cukup baik dan praktis penggunaannya di lapangan. Penelitian terdiri dari dua tahapan yaitu tahap pertama pembuatan model dari faktor risiko pada ibu, bayi, dan persalinan serta tahap kedua validasi skoring model. Subjek tahap pertama berasal dari data rekam medis pasangan ibu HIV positif dan bayi yang dilahirkannya di 5 rumah sakit di Jakarta dan Kepulauan Riau dan 1 puskesmas di Jakarta sebanyak 100 subjek. Didapatkan 2 model skor yang efektif sebagai model prediksi risiko bayi tertular HIV yaitu Model 1 (terdiri dari usia ibu, ARV pada ibu, infeksi TB paru, usia gestasi, cara persalinan dan jenis kelamin bayi) dan Model 2 (ARV pada ibu, infeksi TB paru ibu, dan cara persalinan). Model 2 selain efektif juga praktis untuk penggunaan di lapangan. Validasi eksterna terhadap 20 subjek bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif di 3 rumah sakit di Jakarta menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil antara Model 2 dan pemeriksaan PCR RNA HIV bayi usia 6 minggu. Model 2 adalah model prediksi yang efektif dan praktis untuk prediksi risiko bayi tertular HIV yang lahir dari ibu HIV positif di daerah dengan sumber dan fasilitas terbatas.

ABSTRACT
HIV diagnosis in infants is still difficult to determine in areas with limited resources and no PCR examination facilities. Delay in diagnosing HIV infected infants born to HIV positive mothers will lead to high morbidity and mortality. The aim of this study is to find an effective and practical model to be used in the field to predict risk of HIV transmission in infants born to HIV positive mothers, with relatively well sensitivity and specificity. This study consisted of two stages. The first stage was to develop a risk factor model consisting of maternal, infant and obstetric risk factors, and the second stage was to validate the scoring model. Data for the first stage was obtained using medical records of 100 infants born to HIV positive mothers in 5 hospitals in Jakarta and Riau Islands, as well as 1 community health center in Jakarta. Two effective models were generated in this study, namely: Model 1 (consisting of maternal age, maternal ARV therapy, maternal tuberculosis infection, gestational age, method of delivery, sex of the infant) and Model 2 (consisting of maternal ARV treatment, maternal tuberculosis infection, and mode of delivery). Model 2 is more effective and practical to be used in the field. External validation performed on 20 infants born to HIV positive mothers in three hospitals in Jakarta showed that there were no differences between the scoring model and PCR RNA HIV results. Model 2 can be used on infants born to HIV positive mothers as an effective and practical transmission risk prediction tool for in areas with limited resources and facilities"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nuryanti
"Diabetes Mellitus (DM) termasuk penyakit tidak menular kronis yang menjadi penyebab kematian utama pada penduduk wanita berumur 45-54 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kejadian DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder riskesdas 2007 dengan desain cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa berumur ≥ 18 tahun yang tidak hamil, diukur tekanan darah, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa Indonesia sebesar 1,6%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p < 0,05) antara umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, merokok, gangguan mental emosional, indeks massa tubuh, obesitas sentral, dan hipertensi dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya pencegahan dan deteksi dini (skrining) terhadap faktor risiko dan skrining gula darah sedini mungkin.

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic non-communicable diseases that become a major cause of death in the population of women aged 45-54 years. This study aims to determine the prevalence and risk factors of the occurance of diabetes mellitus based on diagnosis and symptoms in adult women in Indonesia. This study used a secondary data Riskesdas 2007 with a cross-sectional design. Samples were adult women aged ≥ 18 years who are not pregnant, blood preasure was measured, and has the complete data. Results showed the prevalence of diabetes is based on the diagnosis and symptoms in adult women is 1.6%.
The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value < 0,05) between age, education level, employment status, marital status, physical activity, smoking, mental emotional disorder, body mass index, central obesity, and hypertension with diabetes occurance in adult women. Therefore, it is necessary to take prevention and early detection (screening) of the risk factors and blood sugar screening as early as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Siti Nurjanah
"Secara global setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian hampir sebanyak 1 juta pada anak usia dibawah 5 tahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun (Baduta). Period prevalence pneumonia pada anak Baduta berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 1,7%.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak baduta di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti, dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan berhubungan secara statistik dengan kejadian pneumonia pada baduta: umur 13-23 bulan berisiko 1,7 dibandingkan umur 0-12 bulan, tidak diberikan kolostrum (OR=1,742; 95% CI= 1,140-2,664), belum diberikan imunisasi campak karena umur anak (OR= 0,548; 95% CI= 0,388-0,773), tinggal di perdesaan (OR=1,448; 95% CI= 1,093-1,919), ada asap hasil pembakaran (OR=1,511; 95% CI= 1,142-1,998), ventilasi ruangan masak/dapur kurang (OR=1,829; 95% CI= 1,279-2,614), dan status sosial ekonomi rendah (OR=1,807). Belum dapat disimpulkan hubungan yang pasti bermakna secara statistik karena analisis dilakukan sampai bivariat, perlu dilakukan analisis multivariat.

Globally each year, pneumonia causes almost 1 million deaths in children under 5 years of age. Populations susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years. Period prevalence of pneumonia in children under two years based on data Riskesdas 2013 by 1.7%.
The aim of this study is to reveal the factors associated with the incidence of pneumonia in children under two years in Indonesia using data Riskesdas 2013. The study design was cross-sectional. Univariate analysis is used to describe each of the variables studied, and bivariate analysis is used to examine the relationship between the dependent and independent variables.
The results showed statistically associated with the incidence of pneumonia in children under two years old: age 13-23 months of age at risk of 1.7 compared to 0-12 months, not given colostrum (OR = 1.742; 95% CI = 1.140 to 2.664), not given measles immunization for the child's age (OR = 0.548; 95% CI = .388 to .773), live in rural areas (OR = 1.448; 95% CI = 1.093 to 1.919), there was the smoke of burning (OR = 1.511; 95% CI = 1.142 -1.998), ventilate the room cookware / kitchen less (OR = 1.829; 95% CI = 1.279 to 2.614), and lower socioeconomic status (OR = 1.807). Can not be concluded definite relationship was statistically significant due to the bivariate analyzes were performed, multivariate analysis is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>