Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewa Ketut Alit Wedhantara
"ABSTRAK
Gerakan feminisme gelombang kedua yang muncul di Belanda sekitar awal
tahun 1960-an merupakan salah satu gerakan wanita termahsyur di daratan Eropa.
Namun, penyampaian pesan-pesan dan gagasan feminisme tak hanya melalui untaian
kata-kata yang dituangkan dalam poster, demo besar-besaran yang dilakukan di
jalanan, namun pula dapat berbentuk media lain, yaitu melalui film. Sebagai salah
satu media propaganda paling efektif, film tak luput pula menjadi salah satu media
penyampaian gagasan feminisme di Belanda. De Stilte Rond Christine M. merupakan
contohnya. Film yang digarap oleh sutradara Marleen Gorris ini menyimpan banyak
gagasan dan ide-ide feminisme yang disampaikan baik melalui bangunan cerita,
dialog antar tokoh, hingga unsur sinematografi yang dibungkus secara apik sehingga
menjadi salah satu ihwal yang influensial dalam pergerakan feminisme gelombang
kedua di Belanda, melalui media film. Tulisan ini membahas tentang unsur-unsur
feminisme yang terdapat dalam film De Stile Rond Christine M. karya Marleen
Gorris, dan juga kaitan feminisme dengan penggambaran perempuan dalam film.

ABSTRACT
Dutch's second wave feminist movement is one of the most renowned
women's movement in mainland Europe. However, conveying the messages and ideas
of feminism were engaged not only by peaceful demonstration and words of mouth,
but also through another form of media, namely film. As one of the most effective
media for propaganda, film is shaped as one of the key components to deliver ideas of
feminism in the Netherlands. One of the example is De Stilte Rond Christine M.
Directed by Marleen Gorris, the film holds feminist ideas and messages that is
delivered through the build up of the story, dialogues between characters, as well as
elements of cinematography that wrapped up nicely so it became one of the most
influential in the women's movement. This final thesis examines feminist elements
contained in De Stilte Rond Christine M. and also the relation between feminism and
the portrayal of women in the film.;"
2016
S65423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisha Al Fani Insyiro
"Film adalah salah satu bentuk karya sastra karena menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan dan merupakan sebuah ciptaan imajinasi dari pengarangnya. Film merupakan pergerakan kontemporer dari bentuk sastra tekstual ke sastra visual. Salah satu karya sastra berbentuk film yang diterima dengan baik oleh masyarakat internasional adalah Antonia’s Line (1995) karya Marleen Gorris. Film Antonia’s Line (1995) menerima banyak penghargaan bergengsi dan memperoleh banyak perhatian dari para kritikus film serta jurnalis. Film yang berdurasi 1 jam 42 menit ini menceritakan kisah perempuan bernama Antonia yang kembali ke desa tempat kelahirannya bersama dengan anaknya, Danielle, setelah Perang Dunia II. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hierarki kebutuhan manusia dari tokoh utama film Antonia’s Line 1995) karya Marleen Gorris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hierarki kebutuhan manusia dari tokoh utama film Antonia’s Line (1995) karya Marleen Goris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori hierarki kebutuhan manusia oleh Abraham Harold Maslow dan didukung dengan teori tokoh oleh Nurgiyantoro. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hierarki kebutuhan manusia dari tokoh utama film Antonia’s Line (1995) yang tersusun atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, kebutuhan ego, dan kebutuhan aktualisasi diri dari Antonia berhasil terpenuhi.

Film is a form of literary work because it uses language to convey messages and is a creation of the imagination of its author. Film is a contemporary movement from the form of textual literature to visual literature. One of the literary works in the form of a film that was well received by international community is Antonia's Line (1995) by Marleen Gorris. The film Antonia’s Line (1995) received many prestigious awards and gained much attention from film critics as well as journalists. The film which lasts 1 hour 42 minutes tells the story of a woman named Antonia who returns to the village where she was born with her daughter, Danielle, after World War II. The problem of this research is how are the hierarchy of human needs of the main character in Antonia's Line (1995) film by Marleen Gorris. The purpose of this research is to describe the hierarchy of human needs of the main character in Antonia's Line (1995) film by Marleen Goris. The method used in this research is qualitative descriptive method. This research used the theory of the hierarchy of human needs by Abraham Harold Maslow and supported by the theory of character from Nurgiyantoro. The results of this research show that the hierarchy of human needs of the main character in Antonia’s Line (1995) film which is composed of physiological needs, security needs, love needs, ego needs, and self-actualization needs has been successfully fulfilled."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gorris, Marleen
Amsterdam : International theatre & Film Books , 1990
BLD 839.36 GOR n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hanika, Beate Teresa
Rotterdam: Lemniscaat, 2010
BLD 839.317 HAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boyer, M. Christine
New York: Princeton Architectural Press, 1995
720.108 BOY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Schaevers, Mark
Amsterdam: Uitgeverij Atlas, 1994
BLD 839.313 SCH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kooiman, Dirk Ayelt
Amsterdam: De Harmonie, 1975
BLD 839.36 KOO g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Springer, F.
Amsterdam: Em. Querido, 1966
BLD 839.36 SPR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naaraparasantya Adji
"Penelitian ini bertujuan membahas Islamofobia yang ada dalam film Layla M (2016). Islamofobia merupakan isu global yang bertendensi tinggi mengakibatkan konflik sosial. Beberapa hal yang turut mempengaruhi fenomena ini diantaranya adalah penggambaran Islam oleh media-media massa secara negatif dan penuh miskonsepsi. Hal tersebut ditunjukkan dalam berbagai adegan pada film Layla M. (2016) yang menunjukkan penggambaran agama Islam di Belanda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes. Analisis dan pemaknaan dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu tanda-tanda Islamofobia yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada audiens serta mencari tahu persepsi terhadap eksistensi masyarakat Muslim yang merupakan minoritas dalam kehidupan sehari-harinya. Semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes termasuk sebagai teori penting yang digunakan dalam studi bahasa yang mampu mengidentifikasi berbagai makna yang diimplikasikan dalam adegan yang ditunjukkan dalam film. Adegan-adegan dalam film diinterpretasikan melalui pemaknaan denotatif, konotatif dan mitos. Ditemukan bahwa dalam film Layla M. (2016), terdapat penggambaran bagaimana seorang Muslim di Belanda dalam kesehariannya menghadapi diskriminasi dan penolakan terkait identitas agamanya terutama terkait perilaku-perilaku ekstrem dalam bermasyarakat. Selain itu ditemukan juga bahwa perilaku Islamofobia dapat berasal dari umat Islam dengan latar belakang keluarga Muslim sendiri.

This research aims to discuss Islamophobia contained in the film Layla M. (2016). Islamophobia is a global issue with a high tendency of causing social conflict. Multiple aspects affecting this phenomenon includes the depiction of Islam by mass medias in a negative and full misconception manner. Such depiction is portrayed in several scenes in the film Layla M. (2016) which shows the depiction of Islam in the Netherlands. This research uses a qualitative method with Roland Barthes’s semiotics analysis method. Analysis and meaning are done towards the research subject namely signs of Islamophobia conveyed by the director to the audience and discover the perception towards the existence of Muslims as a minority in their daily life. Roland Barthes’ semiotic model is an important theory used in the language studies that is capable of identifying multiple meanings implied in scenes included in film. The scenes of the film are interpreted through denotative meaning, connotative meaning, and mythological meaning. It is found that the film Layla M. (2016) portrays how a Muslim in the Netherlands in their daily life face discrimination and rejection in regards with their religious identity specifically towards extreme behaviors in social occurrences. Furthermore, it is also discovered that Islamophobic behaviors can also come from Muslims with Muslim family background."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naaraparasantya Adji
"Penelitian ini bertujuan membahas Islamofobia yang ada dalam film Layla M (2016). Islamofobia merupakan isu global yang bertendensi tinggi mengakibatkan konflik sosial. Beberapa hal yang turut mempengaruhi fenomena ini diantaranya adalah penggambaran Islam oleh media-media massa secara negatif dan penuh miskonsepsi. Hal tersebut ditunjukkan dalam berbagai adegan pada film Layla M. (2016) yang menunjukkan penggambaran agama Islam di Belanda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes. Analisis dan pemaknaan dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu tanda-tanda Islamofobia yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada audiens serta mencari tahu persepsi terhadap eksistensi masyarakat Muslim yang merupakan minoritas dalam kehidupan sehari-harinya. Semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes termasuk sebagai teori penting yang digunakan dalam studi bahasa yang mampu mengidentifikasi berbagai makna yang diimplikasikan dalam adegan yang ditunjukkan dalam film. Adegan-adegan dalam film diinterpretasikan melalui pemaknaan denotatif, konotatif dan mitos. Ditemukan bahwa dalam film Layla M. (2016), terdapat penggambaran bagaimana seorang Muslim di Belanda dalam kesehariannya menghadapi diskriminasi dan penolakan terkait identitas agamanya terutama terkait perilaku-perilaku ekstrem dalam bermasyarakat. Selain itu ditemukan juga bahwa perilaku Islamofobia dapat berasal dari umat Islam dengan latar belakang keluarga Muslim sendiri.

This research aims to discuss Islamophobia contained in the film Layla M. (2016). Islamophobia is a global issue with a high tendency of causing social conflict. Multiple aspects affecting this phenomenon includes the depiction of Islam by mass medias in a negative and full misconception manner. Such depiction is portrayed in several scenes in the film Layla M. (2016) which shows the depiction of Islam in the Netherlands. This research uses a qualitative method with Roland Barthes’s semiotics analysis method. Analysis and meaning are done towards the research subject namely signs of Islamophobia conveyed by the director to the audience and discover the perception towards the existence of Muslims as a minority in their daily life. Roland Barthes’ semiotic model is an important theory used in the language studies that is capable of identifying multiple meanings implied in scenes included in film. The scenes of the film are interpreted through denotative meaning, connotative meaning, and mythological meaning. It is found that the film Layla M. (2016) portrays how a Muslim in the Netherlands in their daily life face discrimination and rejection in regards with their religious identity specifically towards extreme behaviors in social occurrences. Furthermore, it is also discovered that Islamophobic behaviors can also come from Muslims with Muslim family background."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>