Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lami Trisetiawati
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko stroke berulang pada pasien paska stroke pertama di RS Pusat Otak Nasional dan faktor risikonya.
Metode: Desain penelitian ini adalah cohort retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke serangan pertama yang menjalani pelayanan rawat inap pada tahun 2014 dan memiliki catatan rekam medik yang lengkap. Analisis data mengunakan regresi cox multivariat.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan ≤ 15,umur ≥ 60 tahun memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya stroke berulang ; pada bulan < 15, overweight memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang; pada bulan ≤ 15, obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang; pada bulan ≤ 30, pre hipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang ; pada bulan ≤ 15, hipertensi grade 1 dan 2 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang, ; kontrol yang tidak teratur memiliki risiko 8,71 kali lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang.

Objective: This study aims to determine the risk of recurrent strokein patients with post-stroke first in the brain center of the national hospitaland the risk factors that influence.
Methods: This study was a retrospective cohort. The sample in this study is the first to attack all stroke patients who underwent inpatient services in 2014 and had a complete medical record. Analysis of data using multivariate cox regression.
Results: The results showed that in ≤ 15, ≥ 60 years of age have a greater risk for recurrent stroke; in <15 overweight have a higher risk for recurrent stroke; in ≤ 15, obesity have a higher risk for recurrent stroke; in ≤ 30, pre-hypertension are at higher risk forrecurrent stroke; in ≤ 15, hypertension grade 1 and 2 have a higher risk for the recurrent stroke; control irregular had 8.71 times higher risk for recurrent stroke.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Maghfira Ramadhani
"Saat ini warfarin adalah terapi standar yang digunakan untuk manajemen stroke jangka panjang, namun warfarin memiliki keterbatasan. Rivaroxaban telah dikembangkan untuk menjawab keterbatasan tersebut dengan keunggulan yang ada, namun memiliki harga yang lebih mahal per unitnya dibandingkan warfarin. Belum diketahui secara pasti besar total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik rawat jalan berdasarkan perspektif rumah sakit. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik rawat jalan usia ≥18 tahun yang mendapatkan terapi rivaroxaban dosis 15 mg atau 20 mg atau terapi warfarin minimal 3 bulan berturut-turut di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel penelitian didominasi oleh laki-laki (64,8%) dan kategori usia 55-<65 tahun (37,0%). Total biaya terapi rivaroxaban dan warfarin pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta tahun 2018-2019 berturut-turut sebesar Rp3.377.977,00 dan Rp1.470.184,57 serta ada perbedaan signifikan total biaya antara kedua kelompok terapi (p=0,002).

Warfarin is currently the standard therapy for long-term stroke management, but warfarin has limitations. Rivaroxaban has been developed to answer these limitations with existing advantages, but the price per unit is more expensive. The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients is not known yet. This study was conducted to analyze the cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke outpatients based on a hospital perspective. This study used a cross-sectional design with retrospective data collection. The subjects of this study were all ischemic stroke outpatients aged ≥18 years who received 15 mg or 20 mg rivaroxaban therapy or warfarin therapy for at least 3 consecutive months at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019. The results showed the subjects were dominated by men (64.8%) and the age category of 55-<65 years (37.0%). The total cost of rivaroxaban and warfarin therapy in ischemic stroke patients at National Brain Center Hospital Jakarta in 2018-2019 was Rp3,377,977.00 and Rp1,470,184.57 respectively and there was a significant difference in the total cost between the two groups (p = 0.002)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charisa Diah Iswari
"Stroke merupakan salah satu penyakit katastropik yang berdampak besar terhadap perkembangan sosio-ekonomi negara Indonesia. Setiap penyakit stroke iskemik akan menghasilkan biaya langsung medis insiden dalam jangka panjang akan menjadi signifikan terhadap beban ekonomi nasional. Penelitian mengenai analisis biaya stroke iskemik masih beragam sehingga masih perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya terapi aspirin dan kombinasi aspirin-klopidogrel pada pasien stroke iskemik di RS Pusat Otak Nasional Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan teknik pengambilan data secara retrospektif menggunakan data biaya langsung medis yang ditinjau berdasarkan perspektif rumah sakit. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan dengan diagnosis stroke iskemik yang berumur 18 tahun ke atas di RS Pusat Otak Nasional Jakarta yang sudah mendapatkan terapi aspirin atau kombinasi aspirin-klopidogrel dengan penggunaan minimal tiga bulan dan tanpa mengalami perubahan terapi pada tahun 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data pasien dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), data penggunaan dari instalasi farmasi, dan data biaya dari bagian keuangan rumah sakit. Berdasarkan hasil analisis, subjek penelitian didominasi oleh laki-laki (61,8%) dengan kelompok umur 55-64 tahun (38,2%). Biaya pengobatan berdasarkan perspektif rumah sakit pada pasien stroke iskemik dengan terapi aspirin sebesar Rp3.770.468,72, sedangkan untuk terapi kombinasi aspirin-klopidogrel sebesar Rp2.964.017,82. Hal ini menunjukkan total biaya terapi aspirin lebih tinggi Rp806.450,90 dibandingkan terapi kombinasi aspirin-klopidogrel, akan tetapi statistik tidak ada perbedaan signifikan nilai rerata total biaya pengobatan pasien stroke iskemik yang menggunakan terapi aspirin atau kombinasi aspirin-klopidogrel.
Stroke is a catastrophic disease that has a major impact on the socio-economic development in Indonesia. Every incident of ischemic stroke will affect direct medical costs which in the long term will be significant to the national economic burden. Research of the analysis of ischemic stroke costs are still diverse so that research about it is still needed. This study aimed to analyze the cost of aspirin and the combination of aspirin-clopidogrel therapy in ischemic stroke patients at the National Brain Center Hospital Jakarta. This study used a cross-sectional design that used direct medical cost data retrospectively that were reviewed based on hospital perspective. The research subjects were outpatients who were diagnosed with ischemic stroke aged 18 years or older at the National Brain Center Hospital Jakarta that used aspirin or combination of aspirin-clopidogrel therapy for at least three months and the undergoing therapy did not change on any of the drugs in 2019. Data were collected by collecting patient data from hospital information system, the used of the drug from hospital pharmacy, and cost data from the hospital's finance department. Based on the results of analysis, the research subjects were dominated by men (61.8%) with 55 - 64 years old (38.2%). Total cost of the treatment based on hospital perspective in ischemic stroke patients used aspirin therapy was IDR 3,770,468.72, while for combination of aspirin-clopidogrel therapy was IDR 2,964,017.82. This showed that the total cost of aspirin therapy was higher amount Rp806,450.90 than the combination of aspirin-clopidogrel therapy but statistically, there was no significant difference in the average of total cost of the treatment in ischemic stroke patients used aspirin or combination of aspirin-clopidogrel therapy"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
"Cedera serebrovaskuler (CVA) merupakan berhentinya aliran darah ke otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi dari otak tersebut,defisit yang umumnya terjadi yaitu kesulitan bicara dan mobilitas. Stroke juga berdampak pada kesehatan fisik dan kognitif sehingga mempengaruhi kemampuan dalam melakukan mobilisasi fisik. Kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 100 pasien stroke iskemik yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien stroke iskemik memiliki kemampuan mobilisasi fisik cukup baik (75%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pada pasien stroke iskemik fase rehabilitasi adalah usia (p=0,003), jenis kelamin (p=0,124), tingkat keparahan stroke (p=0,0001), fatigue (p=0,159), kekuatan otot(p=0,0001), cemas (p=0,047), efikasi diri (p=0,001), dukungan keluarga (p=0,0001) dan dukungan sosial (p=0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berhubungan dengan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik pada fase rehabilitasi yaitu usia (OR=0,134; CI 95% 0,031-0583), tingkat keparahan stroke (OR= 63,565; CI 95% 5,386-532,719), kekuatan otot (OR=67,699; CI 95% 7,303-627,581), dan efikasi diri (OR=189,718; CI 95% 3,402-3668,197) danfaktor yang paling dominan berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi adalah efikasi diri dengan nilai OR 189,718 (CI 95%= 3,402 ; 3668,1971). Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat untuk mencermati efikasi diri pada pasien stroke dan mengatasi pasien pasca stroke yang mengalami gangguan efikasi diri agar dapat melakukan mobilisasi fisik dengan rasa percaya diri.

Cerebrovascular injury (CVA) is the cessation of blood flow to the brain which results in loss of function of the brain, a deficit that generally occurs namely speech difficulties and mobility. Stroke also has an impact on physical and cognitive health which affects the ability to carry out physical mobilization. The ability to physically mobilize ischemic stroke patients in the rehabilitation phase is influenced by several factors. The purpose of this study was to identify factors related to the ability of physical mobilization in the rehabilitation phase of ischemic stroke patients at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo. This study uses a cross sectional method. A total of 100 ischemic stroke patients were selected using consecutive sampling technique.
The results showed that the majority of ischemic stroke patients had good physical mobilization ability (75%). Factors related to physical mobilization ability in ischemic stroke patients in the rehabilitation phase were age (p = 0.003), gender (p = 0.124), stroke severity (p = 0.0001), fatigue (p = 0.159), strength muscle (p = 0,0001), anxiety (p = 0,047), self efficacy (p = 0,001), family support (p = 0,0001) and social support (p = 0,001). The results of multivariate analysis showed that the variables most associated with physical mobilization of ischemic stroke patients in the rehabilitation phase were age (OR = 0.134; 95% CI 0.031-0583), stroke severity (OR = 63.565; 95% CI 5,386-532,719), muscle strength (OR = 67,699; CI 95% 7,303-627,581), and self-efficacy (OR = 189,718; CI 95% 3,402-3668,197) and the most dominant factor related to the ability of physical mobilization of ischemic stroke patients in the rehabilitation phase is self-efficacy with value OR 189,718 (95% CI = 3,402; 3668,1971). This study can be used as a reference for nurses to examine self-efficacy in stroke patients and overcome post-stroke patients who experience impaired self-efficacy in order to be able to carry out physical mobilization with confidence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Desvina
"Tujuan Penelitian Stroke merupakan penyebab kedua kematian secara global dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan pasien stroke berdasarkan tipe stroke hemoragik dan iskemik di RSPON Jakarta. Metode Desain penelitian menggunakan kohort retrospektif. Pasien rawat inap dengan diagnosis stroke pertama dimasukkan ke dalam penelitian. Sampel terdiri dari 134 pasien stroke hemoragik dan 134 pasien stroke iskemik yang dicatat dalam rekam medis pada periode waktu 1 Januari-30 November 2018. Pasien diamati dari waktu diagnosis hingga event (meninggal) dalam kurun waktu 30 hari. Hasil Analisis Kaplan Meier menunjukkan probabilitas 30 hari kesintasan pasien stroke iskemik (91,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien stroke hemoragik (78,3%)(p<0,05). Rata-rata kesintasan pasien stroke iskemik, yaitu selama 27 hari, sedangkan pasien stroke hemoragik selama 23 hari. Hasil analisis cox regression didapatkan, risiko kematian pasien stroke hemoragik 4,05 kali lebih besar dibandingkan pasien stroke iskemik setelah dikontrol oleh umur dan diabetes melitus di RSPON Jakarta (p<0,05) dalam kurun waktu 30 hari. Kesimpulan Probabilitas kesintasan pasien stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan pasien stroke hemoragik di RSPON Jakarta tahun 2018.

Stroke is the second leading cause of death in the world and still a major health problem in Indonesia. The aim of this study was to identify survival of stroke patients according to hemorrhagic (HS) and ischemic (IS) stroke type in National Brain Center Hospital Jakarta. Methods A cohort retrospective study. Acute first-ever stroke inpatients were included in this study. The sample consists of 134 HS and 134 IS and recorded in medical record from January 1 to November 30, 2018. All study patients were followed-up from diagnosis time to event (death) in 30 days. Results Kaplan-Meier analysis showed that survival probability at 30 days was higher for IS (91,8%) than HS (78,3%) (p < 0,05). Mean survival time of IS (27 days) was longer than HS (23 days). Cox Regression analysis found the risk of death for HS was 4,05 times greater than the risk of death for IS after adjusted by age and diabetes mellitus in National Brain Center Hospital Jakarta (p < 0,05) at 30 days. Conclusions Survival probability IS was higher than HS within 30 days of the first-ever stroke in National Brain Center Hospital Jakarta"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Syukrona
"Penyakit stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga didunia. Pada saat ini stroke mulai menyerang kelompok usia dewasa muda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, dan merokok) terhadap kejadian stroke di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2013. Data penelitian menggunakan data sekunder rekam medis pasien stroke yang menjalani rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2013, dengan jumlah responden sebanyak 211 pasien. Pengolahan data menggunakan uji chisquare dan analisis regresi logistik. Jenis stroke terbanyak yaitu stroke iskemik sebesar 64,9%. Perbedaan proporsi faktor risiko yang bermakna (p value < 0,05) terhadap kejadian stroke iskemik didapatkan pada variabel hipertensi (p value = 0,000). Hasil analisis multivariat, didapatkan hipertensi sebagai faktor risiko utama, responden dengan hipertensi stage 1 memiliki risiko 2,64 kali lebih besar untuk mengalami stroke iskemik dibandingkan dengan responden yang tidak hipertensi (OR = 2,64; CI 95% = 1.073 ? 6,498). Tidak ada interaksi antara variabel independen dan umur didapatkan sebagai variabel konfounding.

Stroke disease is the leading cause of disability and the third cause of death in the world. Nowadays, stroke has started attacking young adults. The aim of this study is to analysis the relation of the risk factors of stroke (hypertension, diabetes mellitus, dislipidemia, and smoking) to stroke in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 2013. The research data use medical record of 211 hospitalized patients of stroke. The data analyzed by chi-square and logistic regression. The most incidence of stroke is ischemic stroke (64,9%). The proportional difference of risk factors to stroke which significant is hypertension variable. The result of multivariate analysis that the main risk factor of stroke is hypertension (p value = 0,000). Respondents with hypertension stage 1 has 2,64 times risk to get ischemic stroke. There is no interaction betwen independen variables and it has been found that age is a counfounding variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Dwi Julian
"Kerusakan neuron akibat stroke menyebabkan disfungsi motorik dan kognitif. Disfungsi motorik yang paling sering terjadi karena stroke adalah hemiparesis, kondisi dari kelemahan otot pada sisi yang berlawanan dengan lesi otak. Penelitian potong-lintang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sisi hemiparesis kiri dan kanan dengan fungsi kognitif pasien stroke subakut dan kronik. Dengan consecutive sampling, 33 pasien yang sebelumnya telah didiagnosis dengan hemiparesis unilateral diperiksa fungsi kognitifnya menggunakan versi Indonesia dari Montreal Cognitive Assessment MoCA-Ina yang telah divalidasi. Data lainnya seperti usia, pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, dan komorbiditas didapatkan dari rekam medik. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan Uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Rerata total skor MoCA-Ina pada 14 subjek dengan hemiparesis kiri adalah 23,43; sedangkan pada 19 subjek dengan hemiparesis kanan adalah 19,11. Tidak ada hubungan bermakna yang ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor MoCA-Ina p= 0,054 . Meskipun demikian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi MoCA-Ina p= 0,047 . Pasien stroke dengan hemiparesis kiri memiliki skor MoCA-Ina lebih tinggi dibandingkan pasien stroke dengan hemiparesis kanan, walaupun hubungannya tidak bermakna. Kemudian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi di MoCA-Ina.

Damaged neurons resulting from stroke leads to motor and cognitive dysfunction. The most frequent motor dysfunction caused by stroke is hemiparesis, a condition of muscle weakness on the opposite side of brain lesion. This cross sectional study aims to determine the relationship between left and right hemiparesis with cognitive function in subacute and chronic stroke patients. Using consecutive sampling, 33 patients who were previously diagnosed with unilateral hemiparesis were assessed for their cognitive function using the Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment MoCA Ina which has been validated. Other data such as age, occupation, education, and comorbidities were obtained from medical records. Relationship between variables were analyzed using independent t test and Mann Whitney test. The mean total MoCA Ina score in 14 subjects with left hemiparesis is 23.43, while in 19 subjects with right hemiparesis is 19.11. No significant relation was found between hemiparesis side and cognitive function in subjects p 0.054 . However, a significant relation was found between hemiparesis side and MoCA Ina rsquo s orientation score p 0.047 . Stroke patients with left hemiparesis scored higher compared to those with right hemiparesis in MoCA Ina, though the relation is insignificant. Furthermore, a significant relation was found between hemiparesis side and orientation score in MoCA Ina.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Syafitri
"Stroke iskemik menduduki urutan pertama dalam daftar 10 penyakit terbanyak di RS Pusat Otak Nasional (RSPON) tahun 2016-2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui probabilitas ketahanan hidup satu tahun pasien stroke iskemik yang dirawat di RSPON tahun 2016-2017 berdasarkan fase perawatan awal dan tingkat keparahan penyakit. Rancangan penelitian ini adalah kohort retrospektif. Populasi penelitian ini adalah pasien stroke iskemik yang dirawat di RSPON periode 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2017. Sampel terpilih sebanyak 232 pasien dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup satu tahun pasien stroke iskemik di RSPON adalah 58,2%. Regresi cox ganda menunjukkan bahwa setelah dikontrol oleh status gangguan jantung maka pasien dengan tingkat keparahan penyakit mengancam jiwa memiliki risiko mengalami kematian 4,484 kali dibanding pasien yang tidak memiliki gejala stroke.

Ischemic stroke ranks first on the list of 10 most diseases at the National Brain Center Hospital (RSPON) in 2016-2017. This study aims to determine the probability of one-year survival of ischemic stroke patients admitted to RSPON in 2016-2017 based on the initial treatment phase and the severity of the disease. The design of this study was a retrospective cohort. The population of this study was ischemic stroke patients admitted to RSPON for the period of January 1, 2016, until December 31, 2017. A total of 232 patients were selected by observing the inclusion and exclusion criteria. The results showed that the probability of one-year survival of ischemic stroke patients at RSPON was 58.2%. Multiple cox regression showed that after being controlled by heart disease status, patients with life-threatening disease severity had a risk of experiencing 4,484 deaths compared to patients with no symptoms of stroke."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Rachmawati
"Persepsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien stroke menjadi penting karena cara keluarga merawat dan memperlakukan pasien stroke akan sangat bergantung pada persepsinya terhadap kemampuan pasien, Perilaku pasien tergantung pada persepsi tentang kualitas hidupnya sendiri dan bagaimana pasien berespons terhadap stimulus dari lingkungannya.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan persepsi pasien, pasangan dan analmya tentang kualitas hidup pasien pasca stroke yang dirawat dirumah dan bagaimana koping pasien bila menghadapi persepsi tersebut. Aspek yang digunakan untuk menilai kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan pasien pasca stroke adalah status dan fungsi fisik, status psikologis, fungsi sosial serta gejala yang berkaitan dengan penyakit dan terapi. Koping pasien diukur dengan menilai strategi koping yang digunakan pasien terhadap penilaian kualitas hidupnya; baik oleh diri sendiri, pasangan maupun anakya.
Disain penelitian yang digunakan adalah multi metode (mixed methode); yang merupakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Responden penelitian kuantitatif adalah pasien pasca stroke, pasangan dan anaknya yang berjumlah 93 orang sedangkan informan/subyek penelitian kualitatif adalah 12 orang diantaranya Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode univariate analysis dan data kualitatif menggunakan manifest content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan secara kualitatif pasien dan pasangannya mempersepsikan kualitas hidup pasien adalah tinggi yang berarti pasien mampu beradaptasi dengan dampak penyakitnya atau rnengarah pada kesembuhan sedangkan anak pasien menganggap kualitas hidup pasien pada level sedang; artinya pasien belum sepenuhnya mampu beradaplasi dengan penyakitnya atau belum rnengarah pada kesembuhan.
Hasil penelitian secara kualitatif temyata tidak sesuai dengan hasil kuantitatif karena hasil wawancara menyatakan pasien masih mempunyai mengalami banyak keterbatasan fisik, masalah psikososial dan gejala penyakit yang jelas. Strategi koping yang digunakan pasien terhadap kondisi stroke maupun persepsi diri tentang kualitas hidupnya adalah emotion atau problem focused coping dan campuran dari emotion dan problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangunsong, Maruli
"Latar belakang : Stroke masih merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Kematian karena perdarahan intraserebral dalam 7 hari pertama masih tinggi. Banyak faktor yang berpengaruh dan dapat dilakukan intervensi pada perawatan khusus.
Tujuan : Mengetahui faktor faktor prognostik kematian dini di RSUD R Syamsudin SH Sukabumi.
Bahan dan Cara : Pasien yang ikut penelitian ini adalah pasien stroke dengan perdarahan intraserebral yang dirawat di RSUD R Syamsudin SH yang memenuhi kriteria inklusi sejak 1 Januari 2005 sampai 30 Juni 2006.
Metode : Penelitian kohort prospektif dan dianalisis dengan analisis survival.
Hasil : Dari 117 pasien perdarahan intra serebral didapatkan kematian dini sebanyak 26,5%. Variabel yang sangat berpengaruh sebagai faktor prognosis kematian dini perdarahan intraserebral adalah gangguan kesadaran HR= 4,31 Interval Kepercayaan (2,0-9,19) p{1,000 sedangkan volume perdarahan HR=5,3 Interval Kepercayaan (2,34-11,9) p=0,000 serta kadar gula darah HR= 2,15 Interval Kepercayaan (0,99-4,65) p=0,051.
Kesimpulan : Kematian karena perdarahan intra serebral masih cukup tinggi yaitu 26,5%. Perlu penanganan segera faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kematian dini yaitu gangguan kesadaran, gula darah, dan volume perdarahan sehingga dapat menurunkan angka kematian.

Background: Stroke is still known as the third leading cause of death after coronary heart disease and cancer. Death due to intra-cerebral hemorrhage in the first 7 days is having high rote. Many factors are able to influence the incidence, although it can he inter vent through special care.
Objectives: To find out prognostic factors on early death due to infra-cerebral hemorrhage at the District General Hospital of R. Syanisudin SH (DGH-RS) at Kota Sukabumi.
Objects and Technique: Respondents involved in the study are stroke patients that suffer with infra-cerebral hemorrhage. The patients are being treatment at the DGH-RS and have fulfilled the inclusion criteria of the study, from 1st `January 2005 until 30rd June 2006.
Method: The study is a prospective cohort study and is analyzed by using survival analysis.
Results: Of 117 patients with intro-cerebral hemorrhage, an early death has occurred at 26.5%. The most influence variables, as prognostic factor to early death of infra-cerebral hemorrhage, are: consciousness disorders HR= 4.31 Confidence interval (2.0 - 9.19) p= 0.000, blood depletion volume HR= 5.3 Confidence interval (2.34 - 11.9) p= 0.000, and blood sugar level l-IR= 2.15 Confidence Interval (0.9[9 - 4.65) p= 0.051.
Conclusion: The rate of death as a result of infra-cerebral is still high, i.e. 26.5%, There is an urgent need on controlling those factors affected the incidence of early death, namely consciousness disorders, blood sugar, and blood depiction volume, in order to decrease the death rate.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>