Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Muharani
"ABSTRAK
Sumber daya laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat dari perilaku
pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat
destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan
keberlanjutan sumberdaya. Salah satu bentuk pemanfaatan yang tidak ramah
lingkungan adalah penangkapan satwa yang dilindungi. Saat ini, paus merupakan
satwa yang dilindungi karena jumlah populasi mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh penagkapan paus secara besar-besaran. Perairan Indonesia
merupakan daerah jalur migrasi dari jenis-jenis mamalia laut seperti paus, lumbalumba
dan duyung, terutama di wilayah Indonesia bagian timur. Salah satu desa di
Nusa Tenggara Timur, yaitu Desa Lamalera melakukan penangkapan paus hingga
saat ini dan menjadi tradisi masyarakat Lamalera. Pengaturan mengenai
perlindungan dan pemanfaatan satwa di Indonesia sudah ada, baik yang dibentuk
oleh Pemerintah sendiri maupun ratifikasi dari konvensi internasional.

ABSTRACT
Marine resources currently degraded as a result of utilization behaviors that are
not environmentally friendly. Utilization tends to be destructive and damaging,
and not considering aspects of the conservation and sustainability of the resource.
One form of utilization that are not environmentally friendly is the arrest of
protected wildlife. This time, whales is one of protected wildlife due to population
decline caused by the massive whaling. Indonesia's sea is the migration routes of
species of marine mammals such as whales, dolphins and dugongs, especially in
the eastern part of Indonesia's territory. One of the village in East Nusa Tenggara,
village of Lamalera conduct whaling until today and become a community
tradition of Lamalera. Arrangements regarding the protection and utilization of
wildlife in Indonesia, both set up by the Government itself or the ratification of
international conventions.
"
2016
S64894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonifacius Harda Priya Widada
"Tulisan ini berupaya untuk menggambarkan mengenai moralitas pada masyarakat Lamalera, Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pada masyarakat tersebut terlihat adanya dua moralitas yang hidup bersamaan. Masyarakat Lamalera telah melakukan konversi pada agama Katolik dan menganut kerangka moral agama Katolik. Namun, hal ini tidak membuat masyarakat Lamalera meninggalkan kerangka moral mereka. Dalam hal ini masyarakat Lamalera melakukan penyembahan terhadap nenek moyang dan terlihat adanya totemisme yang keduanya bisa dikategorikan sebagai bentuk animisme. Tulisan ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. Tulisan ini menggunakan gagasan Joel Robbins mengenai moralitas yang senantiasa berkaitan dengan perubahan kebudayaan, diskontinuitas, dan transformasi. Hal itu didukung oleh penggunaan konsep sakral yang akan menggambarkan kehidupan dua moralitas pada masyarakat Lamalera.

This paper seeks to describe the morality of the Lamalera community in Lembata, East Nusa Tenggara. In this community, there are two moralities that live together. People in Lamalera have converted to Catholicism and embrace the morality of Catholicism. However, this does not make the Lamalera people abandon their morality . In this case, Lamalera people practice ancestor worship and there exists totemism, both of which can be categorized as a form of animism. This paper is a qualitative research with an ethnographic approach that uses interview and observation techniques. This paper uses Joel Robbins' idea of morality that is related to cultural change, discontinuity, and transformation. This is supported by the use of the sacred concept that will describe the life of two moralities in Lamalera society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Suseno
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami efektivitas International Whaling Commission sebagai sebuah rezim lingkungan internasional dalam menghadapi isu perburuan paus di Jepang yang masih belum terselesaikan hingga saat ini. Dalam penelitian ini akan dianalisa berbagai faktor-faktor yang menyebabkan International Whaling Commission masih gagal dalam menurunkan angka perburuan paus di Jepang periode tahun 2010 hingga 2014. Jepang dilihat sebagai negara pro-whaling yang paling kontroversial. Lewat program scientific whaling-nya, Jepang berusaha mengeksploitasi paus dengan dalih ilmiah. Melalui konsep efektivitas rezim lingkungan internasional Oran Young, terdapat beberapa faktor yang menghambat International Whaling Commission untuk menghentikan tindakan eksploitatif Jepang. Faktor-faktor tersebut meliputi lemahnya struktur organisasi International Whaling Commission, lemahnya sistem pengawasan dan implementasi International Whaling Commission lewat Scientific Committee, lemahnya hubungan antara International Whaling Commission dengan praktek beserta implementasi di Pemerintahan Jepang dan tidak ada peran aktor non-negara di Jepang dan perbedaan pandangan mengenai isu perburuan paus.

ABSTRACT
This study aims to understand the effectiveness of International Whaling Commission as an International Environmental Regime when facing the whaling issue in Japan that remain unsolved until now. This study will try to analyzed various factors that causes International Whaling Commission still fail to reduce whaling in Japan, in period of 2010 to 2014. Japan is seen as the most controversial pro-whaling country. Through the scientific whaling program, Japan trying to exploit whales with scientific excuse .Through the concept of the effectiveness of international environment regime by Oran Young, there are several factors that hinder International Whaling Commission to stop Japan?s exploitative act. That factors include the weakness of International Whaling Commission structure of organization, the weakness of surveillance and the implementation of International Whaling Commission through Scientific Committee, the weakness of the relationship between International Whaling Commission through the practice and implementation to Government of Japan and there is no Non-Governmental Organzation (NGO) role inside the Government of Japan, and last there is a differences view on whaling issues.
"
[, 2016]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Humaerah Batarai Firman
"Pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) secara optimal dengan tetap mempertahankan kelestarian SDA adalah salah satu landasan pemikiran ilmiah bagi perbaikan nasib ekonomi bangsa. SDA laut adalah salah satu SDA yang samapai saat ini masih kurang dimanfaatkan, juga secara kebijaksanaan- apabila dimanfaatkan masih kurang memperhatikan kelestarian SDA di wilayah lautan. Wilayah lautan Indonesia dengan luas +/- 3,166.163 km2 ditambah dengan luas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) +/- 2,7 km2 beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya seharusnya merupakan salah satu tumpuan penting bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena wilayah kelautan terdiri dari sekitat 63% dari wilayah territorial Indonesia. Di dalamnya terkandung sumber kekayaaan alam dan potensi unsur-unsur laut yang berperan sebagai unsur lingkungan yang sangat kaya dan beragam seperti perikanan, terumbu karang, hutan bakau, minyak dan gas, bahan tambang dan mineral serta kawasan pariwisata (dahuri et al., 1996: xiii)
Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang masih kurang dimanfaatkan di Indonesia, padahal diketahui bahwa salah satu SDA yaitu perikanan memiliki prospek ekonomi yang baik dan mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyat selain devisa. Perikanan juga merupakan subsektor yang penting sebagai sumber pendapatan dan pemberi kesempatan kerja bagi masayarakat belayan. Namun pemanfaatan sumber daya perikanan yang tidak berkelestarian telah mengakibatkan jumlah persediaan ikan yang terus terancam punah baik oleh pengambilan yang berlebihan dengan tidak memperhatikan siklus pembiakan ikan maupun oleh perusakan habitat ikan tersebut. Terbatasnya teknologi (cara/pola) penangkapan yang dimiliki oleh nelayan tradisional, mengakibatkan nelayan tradisional cenderung menggunakan pola penangkapan yang tidak memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan misalnya dengan menggunakan bahan peledak atau beracun untuk menangkap ikan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T1861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhira Pramantari
"Praktik scientific whaling atau penangkapan ikan paus dengan tujuan penelitian ilmiah yang dilakukan Jepang di wilayah Antartika melalui Program JARPA II telah banyak menimbulkan kritik di dunia Internasional. Hal ini berakhir pada tahun 2014 dengan keluarnya Putusan Mahkamah Internasional dalam kasus Whaling in the Antarctic antara Australia v. Jepang dengan intervensi dari Selandia Baru yang menyatakan bahwa praktik JARPA II tidak sesuai dengan ketentuan hukum internasional. Pada skripsi ini akan diteliti mengenai kesesuaian praktik penangkapan ikan paus di laut bebas oleh suatu negara dengan peraturan internasional terkait mengenai whaling serta efektifitas putusan tersebut terhadap upaya konservasi dan manajemen stok ikan paus di masa depan.

Japan scientific whaling program in the Antarctic or known as JARPA II has evoke many critics over its practices. It resulted in the International Court of Justice Whaling in the Antarctic Judgement between Australia v. Japan: New Zealand intervening at 2014 that stated the program is not in accordance with the international law regarding whaling and that the program must be stopped immediately. This thesis will examine the conformity of whaling practice in the high seas by a country with the international regulations regarding whaling and the judgment effectiveness on the conservation and management of whales stock in the future.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S60403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan , 2004
639.2 EKO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Safira Fakhraini
"Sekuestrasi karbon pada makroalga melalui fotosintesis dapat berkontribusi terhadap permasalahan perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi sekuestrasi karbon pada makroalga Kappaphycus striatum dengan umur pemeliharaan yang berbeda; usia bibit (25 hari) dan usia panen (60 hari). Sampel diambil secara acak pada sistem budidaya lepas dasar, di Desa Alaang, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Parameter yang diamati ialah kadar karbon melalui analisis gravimetri. Pengukuran laju pertumbuhan dan eksperimen botol gelap-terang juga dilakukan untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi sekuestrasi karbon pada lahan budidaya rumput laut seluas 1,552 m2 ialah sebesar 13.28 ton C/siklus tanam untuk makroalga usia bibit dan 26.23 ton C/siklus tanam untuk makroalga usia panen. Nilai ini secara berturut-turut setara dengan 66.07 ton C/ha/siklus tanam dan 125.51 ton C/ha/siklus tanam. Berdasarkan hal ini, potensi sekuestrasi karbon pada makrolaga usia panen 32.78 % lebih besar daripada makroalga usia bibit. Hasil juga menunjukkan bahwa potensi sekuestrasi karbon dapat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan produktivitas primer. Selanjutnya, manajemen kawasan budidaya rumput laut dengan mengintegrasikan nilai ekologi dan nilai ekonomi, dapat berpotensi untuk menyediakan berbagai manfaat baik bagi masyarakat maupun lingkungan.

Carbon sequestration on macroalgae through photosynthesis can contribute to the mitigation of climate change problem. This research aimed to analyse carbon sequestration potential on macroalgae Kappaphycus striatum with different harvested ages; i.e. young (25 days) and adult (60 days). Samples were collected randomly from off-bottom seaweed aquaculture system, at Alaang Village, Alor Island, East Nusa Tenggara. The parameter observed was carbon content determined by using gravimetric analysis. Growth rate measurement and light-dark bottle experiment were also conducted to be further analysed. Results showed that total area of seaweed aquaculture in Alaang Village was 1,552 m2. According to our analysis, it was estimated that the carbon sequestration potential of macroalgae Kappaphycus striatum was 13.28 tonnes C/cycle for young and 26.63 tonnes C/cycle for adult. These results were equal to 66.07 tonnes C/ha/cycle and 125.51 tonnes C/ha/cycle, respectively. Therefore, the carbon sequestration potential of adult was higher about 32.78% than that of young. It can be concluded that the carbon sequestration potential was influenced by growth rate and primary productivity. Further study on sustainable management of seaweed aquaculture sites, by considering ecological and economic values, could potentially provide multiple
functions both for human and ecosystem.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuasti Hasna Fauziyah
"ABSTRAK
Lapangan panas bumi Mataloko secara administratif terletak di Desa Todabelu, Kabupaten Golewa, Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam jarak 10 km ke timur-tenggara Bajawa, ibukota Ngada. Reservoir dangkal yang terletak di alterasi batuan diidentifikasi sebagai zona lempung. Pembentukan zona reservoir di zona lempung disebabkan oleh sesar normal Wae Luja yang melewati daerah ini, di mana sesar ini menyebabkan pembentukan fraktur di zona ini dan sebagai saluran masuknya cairan dari reservoir ke reservoir dangkal. model konseptual dimulai dengan menafsirkan data geosains (geologi, geokimia, geofisika). Langkah pertama adalah pemrosesan ulang data Magnetotelluric (MT) sebagai data utama. Kemudian diintegrasikan dengan hasil analisis data geologi, geokimia, geofisika untuk menghasilkan model konseptual. Model konseptual ini akan menjadi data input pada pemodelan numerik. Tahap kedua yaitu melakukan simulasi reservoir yaitu mengubah model konseptual menjadi model numerik. Pemodelan dilakukan dengan secara forward dengan software TOUGH2. Penelitian ini berhasil membuat model natural state lapangan Mataloko. Ketercapaian kondisi natural state ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara profil temperatur sumur dengan hasil pemodelan. Model natural state lapangan Mataloko agar dapat membantu untuk melakukan skenario pengembangan lapangan diantaranya perhitungan potensi, penentuan lokasi sumur produksi dan sumur injeksi, serta pemantauan kondisi reservoir selama masa eksploitasi.

ABSTRACT
Mataloko is geographically located in Golewa Subdistrict, Ngada Regency, East Nusa Tenggara Province, Indonesia The formation of the reservoir zones in claycap zone is caused by normal faults Wae Luja that pass through this area, where this fault which causes the formation of fractures in this zone and as a channel entry of fluid from the reservoir into the shallow reservoir. Geoscientific surveys covering thermal manifestations area have been conducted followed by exploration drillings. However, delineation of high temperature up-flow zone associated with heat source is still challenging, even drilling data from 2 wells could not answer the question yet. Development of conceptual model is started by interpreting geosciences data (geology, geochemistry, geophysics). The first step is reprocessing of Magnetotelluric (MT) data as the main data. It is then integrated with the analysis results of geology, geochemistry, geophysics data to generate a conceptual model. The TOUGH2 simulation uses the conceptual model in point 2 as input data, producing natural conditions that are calibrated with well data/compatibility curves (temperature data as a function of depth). Simulation results on well data show compatibility. This gives a strong indication that the center of the upflow is vertically below MT-3 and MT-4 and the outflow is in the northwest of the Mataloko Geothermal prospect area."
2019
T55287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>