Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sonny Tirta Luzanil
"Penggunaan kata ganti orang yang berbeda dalam self-talk dapat memberikan tingkat self-compassion yang berbeda. Penelitian ini ingin mengetahui apakah penggunaan nama diri saat melakukan self-talk lebih meningkatkan self-compassion daripada penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saat melakukan self-talk. Di Indonesia, kata ganti orang pertama tunggal terdiri dari saya dan aku, sementara nama diri bukan merupakan kata ganti orang. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 74 orang. Partisipan diminta menulis pengalaman yang selalu membuat khawatir dan berusaha memahami mengapa bisa merasa seperti itu. Kemudian partisipan diminta untuk menulis surat kepada dirinya sendiri. Sebelum mulai mengerjakan, partisipan kelompok pertama diminta untuk menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan kelompok dua menggunakan nama diri untuk merujuk kepada diri sendiri. Pengukuran dilakukan oleh tim penilai melalui surat yang telah ditulis oleh partisipan. Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa partisipan yang menggunakan nama diri saat melakukan self-talk lebih meningkatkan self-compassion daripada penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saat melakukan self-talk. Hasil ini memberikan alternatif yang dapat dilakukan ketika menghadapi situasi sulit.

The use of different personal pronouns in self-talk can provide different level of self-compassion. This study investigated whether the use of proper name when doing self-talk further increase self-compassion rather than use the first-person singular pronoun when doing self-talk. In Indonesia, the firstperson singular pronoun consists of saya and aku, while proper name is not personal pronoun. Participants in this study amounted to 74 persons. Participants were asked to write their experience which always make them worried and trying to understand why it can feel like it. Then participants were asked to write a letter to themselves. Before they begin, the first group of participants were asked to use the first-person singular pronoun and the second groups using the proper name to refer to themselves. Measurements were made by raters through a letter written by the participants. The results supported the hypothesis that participants who use proper name when doing self-talk further increase self-compassion rather than use first-person singular pronoun when doing self-talk. These result provides an alternative to do when faced with difficult situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Murbowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being adalah tercapainya tujuan atau goal dan harapan Diener Scollon, 2003. Permasalahan di kehidupan panti asuhan menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dan harapan remaja saat mereka masuk ke panti asuhan. Saat tujuan dan harapan tersebut tidak tercapai, maka akan muncul emosi negatif yang dapat menurunkan subjective well-being Zessin, Dickhauser, Garbade, 2015. Self-compassion dapat mengurangi pengaruh emosi negatif yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut sehingga tingkat subjective well-being tetap baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan 100 orang 51 perempuan berusia 14-18 tahun yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Self-Compassion Scale Neff, 2003 untuk mengukur self-compassion, The Satisfaction with Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985, dan Positive and Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 untuk mengukur subjective well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan hidup R2 = 0.006, p =0.445, berkontribusi secara signifikan terhadap afek positif R2= 0.091, p = 0.002 dan afek negatif R2= 0.155, p = 0.000 pada remaja panti asuhan di Jakarta.

This research was conducted to investigate the self compassions contribution to subjective well being among orphanage adolescents at Jakarta. The factor that could influence subjective well being are goals and expectations Diener Scollon, 2003 . The troubles that occur in daily life of orphanages show the possibility of goals and expectations which do not achieved. When one experienced failure on goal achievement, negative emotion would appear and lowered the subjective well being Zessin, Dickhauser Garbade, 2015. Self compassion could alleviate the negative emotional influence of failure, so the subjective well being stayed positive. There were 100 participants 51 female from orphanages at Jakarta aged 14 to 18 for this study. The data were collected using Self Compassion Scale Neff, 2003 to measure self compassion, The Satisfaction With Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985 and Positive Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 to measure subjective well being. Result from this study indicated that self compassion does not significantly contribute to life satisfaction R2 0.006, p 0.445, significantly contributes to positive affect R2 0.091, p 0.002 and also to negative affect R2 0.155, p 0.000 of subjective well being among orphanage adolescents in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Sekar Langit
"Penelitian ini menguji strategi berbicara pada diri sendiri self-talk menggunakan nama sebagai mekanisme regulasi diri terhadap pemicu stres di masa depan. Penelitian ini terdiri dari dua studi yang merupakan studi lanjutan dari studi yang berjudul Self-talk as a regulatory mechanism: How you do it matters Kross dkk., 2014.
Studi 1 menunjukkan bahwa penggunaan nama saat self-talk, dapat mengubah penilaian terhadap pemicu stres di masa depan, dari ancaman menjadi tantangan, dibandingkan jika menggunakan kata ganti orang pertama atau ldquo;aku rdquo;. Studi 2 menguji dampak strategi self-talk menggunakan nama pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Hal ini dilakukan karena di Indonesia terdapat budaya yang masyarakatnya terbiasa menyebut diri dengan nama saat berinteraksi sehari-hari.
Studi 2 menunjukkan bahwa strategi self-talk menggunakan nama atau kata ganti orang pertama tidak memberikan penilaian pemicu stres yang berbeda pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan desain, 2 jenis self-talk: kata ganti orang pertama aku vs nama secara between subject.

This study examined the effect of self distancing as a self regulatory mechanism of the future stressor. The effect of self distancing is inflicted by doing self talk using one 39 s own name instead of using the first person pronoun ldquo I rdquo . This study consists of two studies which are an advanced study from a study titled, Self talk as a regulatory mechanism How you do it matters Kross dkk., 2014.
Study 1 shows that using one's own name in self talk could appraise future stressor as a less threatening term and turn it into challenges. Study 2 examined the effects of self talk using one's own name in individuals who already accustomed to using one's own name in daily life. In consideration that there are certain cultures in Indonesia where it is common to use one's own name in daily life.
As a result, self talk strategy using one's own name shows no effect on future stressor appraisal in individual who already accustomed using one's own name in daily life. This study is done through a between subject experiment with design, 2 the type of self talk first person pronouns I vs one's own name.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Aris Nur Fitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah self-compassion memediasi hubungan antara perceived social support dengan gejala depresi. Menimbang hasil penelitian bahwa gangguan psikologis terutama depresi paling rentan dialami oleh individu usia 18 hingga 25 tahun, maka gejala depresi penting untuk diperhatikan pada periode emerging adulthood. Desain penelitian ini yaitu korelasional. Jumlah partisipan 803 partisipan usia 18 hingga 25 tahun, dengan ketentuan belum menikah dan belum mempunyai anak. Instrumen dalam penelitian ini Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPSS), General Health Questionnaire-1 2 (GHQ-12), dan Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Hasil pengujian statistik membuktikan bahwa self-compassion memediasi secara parsial hubungan antara perceived social support dan gejala depresi, dengan indirect effect(β = - .067, p = 0.0000) dan direct effect(β = - .081, p = 0.0000) yang signifikan. Hasil analisis mediasi menunjukan perceived social support dapat langsung melewati gejala depresi atau melewati self-compassion terlebih dahulu. Individu yang mempersepsi mendapatkan perceived social support yang tinggi, akan merasa dirinya berharga dan berusaha menoleransi kondisi sulit yang dialami, sehingga memunculkan pemberian kebaikan pada diri sendiri dan mengurangi gejala depresi.

This study aims to determine whether self-compassion mediates the relationship between perceived social support and depressive symptoms. Considering the results under study that psychological disorders, especially depression, are the most susceptible to individuals aged 18 to 25 years, whose symptoms of depression are important to pay attention to what appears. The design of this study is correlational. Number of participants 803 participants aged 18 to 25 years, provided that they were single and had no children. The instrument in this study is Multidimensional Scale of Social Perception Support (MPSS), Public Health Questionnaire-12 (GHQ-12), and Self-Compassion Scale-Short Form (SCSSF). Statistical test results have shown that self-compassion partially mediates the relationship between perceived social support and depressive symptoms, with significant indirect effects (β = - .067, p = 0.0000) and direct effects (β = - 081, p = 0.0000). The results of the mediation analysis show that perceived social support can directly influence depressive symptoms or affect self-compliance = first. Emerging adults who feel they have high perceived social support, will feel themselves worthy and try to tolerate difficult conditions that are experienced, thus providing good for themselves and reducing symptoms of depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristania `Ainiyah Pandia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Partisipan berjumlah 544 orang dan merupakan dewasa muda (usia 18-25 tahun) yang pernah menjadi korban perundungan pada saat SMP dan/atau SMA. Untuk memastikan bahwa partisipan benar-benar mengalami perundungan, diberikan alat ukur Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) yang berfungsi sebagai seleksi atau penapis, yang mana hanya partisipan dengan tingkat perundungan sedang hingga tinggi saja yang diikutsertakan dalam penelitian. Self-compassion diukur menggunakan Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), sementara kecemasan diukur menggunakan State-Trait Anxiety Inventory Skala Trait (STAI-T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda penyintas perundungan. Semakin tinggi self-compassion individu, semakin rendah tingkat kecemasannya. Selain itu, ditemukan juga bahwa perempuan memiliki self-compassion yang lebih rendah dan kecemasan yang lebih tinggi daripada laki-laki.

This study was conducted to examine the correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. Participants included 544 emerging adults (18-25 years old) who had the experience of being bullied during middle school and/or high school. To make sure all participants had bullying experience, Multidimensional Offline and Online Peer Victimization Scale (MOOPVS) was given which served as a screening tool. Only participants with moderate to high bullying experience will be included in the analysis. Self-compassion was measured with Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Meanwhile, anxiety was measured with State-Trait Anxiety Inventory Scale Trait (STAI-T). The result indicates that there is negative and significant correlation between self-compassion and anxiety among bullying survivors in emerging adults. High self-compassion in individuals is associated with low anxiety. Women have significantly less self-compassion and more anxiety than men.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Anggita Hotna
"Di masa pandemi COVID-19, keluhan psikologis masyarakat meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan permintaan konsultasi dengan psikolog klinis. Padahal jumlah psikolog klinis di Indonesia sangat terbatas, sehingga peningkatan permintaan konsultasi psikologis tersebut berpotensi membuat psikolog klinis mengalami keletihan emosional pasca memberikan layanan psikologis kepada klien, yang disebut sebagai compassion fatigue. Berdasarkan literatur, beberapa faktor kepribadian memiliki peranan dalam kemunculan compassion fatigue. Di sisi lain, studi juga menunjukkan bahwa self-compassion dapat mempromosikan kesehatan mental di kalangan psikolog klinis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat peran neurotisisme, perfeksionisme, dan self-compassion dalam kaitannya pada kemunculan gejala compassion fatigue di kalangan psikolog klinis. Alat ukur yang digunakan di antaranya Secondary Traumatic Stress Scale, dimensi emotional stability dari IPIP BFM – 50, Multidimentional Perfeksionisme Scale, dan Self-Compassion Scale - Short Form. Partisipan penelitian dihimpun melalui metode convenient sampling, dan pengisian data dilakukan dengan survei daring kepada psikolog klinis yang berpraktek selama pandemi Covid-19 (N=126). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dan moderasi pada Makro PROCESS dari Hayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfectionism dan neurotisisme secara bersama-sama memprediksi kemunculan gejala compassion fatigue di kalangan psikolog klinis. Sementara self-compassion tidak berperan sebagai moderator, baik dari hubungan perfeksionisme dengan compassion fatigue maupun hubungan neurotisisme dengan compassion fatigue.

In Indonesia, during COVID-19 pandemic, psychological complaints are increasing, making demand for psychological consultation also increases. Meanwhile, number of clinical psychologists in Indonesia is very limited. This condition potentially make clinical psychologists experience emotional exhaustion after providing psychological services to clients, known as compassion fatigue. Previous studies show several personality factors are associated with the emergence of compassion fatigue. Another studies also show that self-compassion promote mental health for clinical psychologists. Therefore, this study aims to examine the role of neuroticism, perfectionism, and self-compassion in relation to the symptoms of compassion fatigue among clinical psychologists. Measuring instruments used in this research are Secondary Traumatic Stress Scale, emotional stability dimension of IPIP BFM – 50, Multidimensional Perfectionism Scale, and Self-Compassion Scale - Short Form. Respondents collected through convenient sampling method, and data gathered via online survey from clinical psychologists who did psychological practices during Covid-19 pandemic (N=126). Data analysis performed using multiple regression analysis and moderation on the PROCESS Macro from Hayes. The results showed that perfectionism and neuroticism together predict symptoms of compassion fatigue among clinical psychologists. Meanwhile, self-compassion does not act as a moderator, both in relationship between perfectionism and compassion fatigue, and in relationship between neuroticism and compassion fatigue."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sport-confidence dan self-talk pada atlet bulutangkis. Sport-confidence adalah kepercayaan atau tingkat keyakinan yang individu miliki terhadap kemampuannya untuk meraih keberhasilan dalam bidang olahraga (Vealey, 1986). Sementara itu, self-talk adalah dialog pribadi, diucapkan lantang ataupun tidak, yang digunakan atlet untuk menginterpretasikan perasaan dan persepsinya, meregulasi dan merubah evaluasi dan keyakinannya, serta memberikan instruksi dan reinforcement untuk dirinya sendiri (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). Sebanyak 97 atlet bulutangkis menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner. Sport-confidence diukur dengan menggunakan sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) yang disusun oleh Vealey & Knight (2002), sedangkan pengukuran self-talk menggunakan Self-Talk Questionnaire (S-TQ) yang dikembangkan oleh Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, dan SC-resilience dengan ST-motivasional dan ST-kognitif.

This research is conducted to find the relationship between sport-confidence and self-talk among badminton athletes. Sport-confidence was defined as the belief or degree of certainty individuals possess about their ability to be successful in sport (Vealey, 1986, P. 222). Meanwhile, self-talk was defined as a dialogue, a small voice in one?s head or said loud, in which the individual interprets feelings and perception, regulates and changes evaluations and convictions, and gives him/herself instruction and reinforcement (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). 97 badminton athletes participated in this study by completing the questionnaires. Sport-confidence was measured by sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) created by Vealey & Knight (2002) while, self-talk was measured by Self-Talk Questionnaire (S-TQ) created by Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). The result of this research shows that SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, and SC-resilience positive correlated significantly with ST-motivational and ST-cognitive."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwimita Aprilia
"Citra tubuh merupakan masalah yang umum dialami oleh individu. Citra tubuh pada laki-laki digambarkan dengan tubuh kekar dan otot besar. Hal itu bertolak belakang dengan citra tubuh pada wanita yang identik dengan bentuk tubuh yang ramping. Masalah pada citra tubuh dapat mengarahkan pada risiko gangguan makan, rendahnya harga diri, serta suasana hati buruk dan depresi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan citra tubuh positif pada individu adalah dengan mengembangkan sikap welas diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran welas diri terhadap citra tubuh pada laki-laki usia 18-25. Sebanyak 140 partisipan laki-laki usia 18–25 tahun melakukan pengukuran citra tubuh dan welas diri menggunakan Body Image Scale for Youth dan Skala Welas Diri. Analisis regresi linier digunakan untuk melihat peran welas diri terhadap citra tubuh. Hasil penelitian menemukan welas diri memiliki peran sebesar 4,22% dalam memprediksi variabel citra tubuh pada lakilaki usia 18-25 tahun (!(1,138) = 6,08; + = 0,015; ./ = 0,0422). Penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan antara skor citra tubuh partisipan dengan pengalaman perundungan partisipan. Manfaat hasil penelitian adalah untuk menambah informasi dan ilmu baru terkait welas diri dan citra tubuh pada laki-laki.

Body image is a common issue experienced by individuals. In men, body image is often depicted as muscular and bulky. This contrasts with the image of women, which is typically associated with a slim body shape. Body image concerns can lead to risks of eating disorders, low self-esteem, as well as negative mood and depression One way to improve positive body image in individuals is by developing self-compassion. This study aims to examine the role of self-compassion in body image among men aged 18-25. A total of 140 male participants aged 18-25 years was performing measurements of body image and self-compassion using the Body Image Scale for Youth and Skala Welas Diri. Linear regression analysis was used to examine the role of self-compassion in body image. The research findings revealed that selfcompassion played a role of 4.22% in predicting the body image variable in men aged 18-25 years. (!(1,138) = 6,08; + = 0,015; ./ = 0,0422). This study found a significant difference participants' body image scores between participants' experiences of bullying. The benefits of this research are to provide additional information and new knowledge regarding self-compassion and body image in men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Syafika Sarita Putri
"Mahasiswa baru Universitas Indonesia seringkali dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan perubahan di lingkungan barunya sehingga berpotensi menimbulkan distres psikologis. Self-compassion merupakan sumber kekuatan yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan distres psikologis pada mahasiswa baru program sarjana Universitas Indonesia dan penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian distres psikologis, dengan desain penelitian korelasional. Partisipan penelitian terdiri dari 393 mahasiswa baru Universitas Indonesia berusia 18-24 tahun. Variabel distres psikologis diukur dengan menggunakan Self Report Questionnaire 20 (SRQ-20), sedangkan variabel self-compassion diukur dengan menggunakan Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF).
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dan distres psikologispada mahasiswa baru program sarjana Universitas Indonesia r(393) = -.391, p < 0,01, one-tailed. Hal ini menunjukkan ketika self-compassion tinggi, maka tingkat distres psikologis yang dialami individu rendah. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran individu untuk menggunakan pendekatan self-compassion ketika dirinya memiliki kecenderungan untuk mengalami distres psikologis.

First-year student of University of Indonesia faced with various demands and transformation in their new environment, so that they can potentially raises psychological distress. Self-compassion is a source of strength that can be used to overcome various problems faced by first-year student.
This research aims to determine the relationship between self-compassion and psychological distress in first-year undergraduate student of University of Indonesia and part of psychological distress research with correlational study design. The research participants consisted of 393 first-year undergraduate student of University of Indonesia aged 18-24 years. Psychological distress variables are measured using Self Report Questionnaire 20 (SRQ-20), while the self-compassion variable is measured using the Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF).
The results of statistical tests show that there is a significant negative relationship between self-compassion and psychological distress among first-year student of University of Indonesia r (393) = -.391, p <0.01, one-tailed, means that as self-compassion level increased, psychological distress may decreased. The results of this study are expected to increase individual awareness to use the self-compassion approach when they tend to experience psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izry Fauziyah Akbar
"Tantangan yang kerap dihadapi oleh mahasiswa rantau ketika memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi adalah banyaknya tuntutan, tekanan, dan kesulitan beradaptasi. Mereka harus meninggalkan kampung halaman untuk mengejar kualitas pendidikan yang lebih baik di perguruan tinggi. Hal itulah yang membuat mahasiswa rantau tidak lepas dari berbagai hal yang menimbulkan perasaan stres, rendah diri, memperburuk isolasi sosial sehingga bisa berdampak pada psychological wellbeing mereka. Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa psychological Wellbeing dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah self-compassion. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran self-compassion terhadap psychological wellbeing pada mahasiswa rantau. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis statistik regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah self-compassion scale dan alat ukur Ryff’s scale of psychological wellbeing. Partisipan penelitian ini melibatkan 234 mahasiswa rantau (Perempuan = 67.5%; mean usia = 20.63). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan dan positif terhadap psychological wellbeing mahasiswa rantau sebesar 43.6% (R2=0.436;F (1.232) = 179.492 p < 0.001). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya self-compassion terhadap kondisi psychological wellbeing mahasiswa rantau.

The challenges often faced by students who move away from home to pursue higher education include numerous demands, pressures, and difficulties in adapting. They must leave their hometowns to seek better educational opportunities at universities. This situation causes these students to experience various issues that lead to stress, low self-esteem, and increased social isolation, which can impact their psychological wellbeing. Previous studies have found that psychological wellbeing is influenced by various factors, one of which is self-compassion. Therefore, the aim of this study is to examine the role of self-compassion in the psychological wellbeing of students who have moved away from home. This research is a quantitative study using simple linear regression analysis techniques. The measurement tools used are the Self-Compassion Scale and Ryff’s Scale of Psychological Wellbeing. The participants of this study involved 234 students who have moved away from home (Female = 67.5%; mean age = 20.63). The results of the study indicate that self-compassion has a significant and positive role in the psychological wellbeing of these students, accounting for 43.6% (R²=0.436; F(1,232) = 179.492, p < 0.001). The findings are expected to provide information on the importance of self-compassion for the psychological wellbeing of students who have moved away from home."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>