Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Damaningtyas
"ABSTRAK
Masalah body dissatisfaction merupakan masalah yang menonjol pada remaja
wanita. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya menunjukkan
bahwa remaja wanita memiliki body dissatisfaction yang tinggi. Body
dissatisfaction merupakan evaluasi negatif pada penampilan fisik seseorang dan
adanya keinginan untuk menjadi menarik secara fisik (Cash & Pruzinsky, 2002).
Status identitas diduga merupakan faktor yang berperan pada body dissatisfaction
remaja wanita. Terdapat empat kategori status identitas yaitu identity
achievement, moratorium, foreclosure dan identity diffusion (Marcia, 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara status identitas dengan
body dissatisfaction pada remaja wanita. Sebanyak 154 remaja wanita terlibat
dalam penelitian ini. EOM-EIS II digunakan untuk mengukur status identitas dan
MBSRQ-AE digunakan untuk mengukur body dissatisfaction. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status identitas
dengan body dissatisfaction (F= 5,987, N= 154, p < 0,05).

ABSTRACT
The issue of body dissatisfaction is a prominent issue for women adolescent.
Several studies illustrate that women adolescent may show high level of body
dissatisfaction. Body dissatisfaction refers to a negative self- evaluation of
one?s own appearance and desire to be more physically attractive (Cash &
Pruzinsky, 2002). Identity status assumed as the main cause that mostly
contributes in women adolescent?s body dissatisfaction. There are four category
of identity status; identity achievement, moratorium, foreclosure and identity
diffusion (Marcia, 1993). This study aimed to examine the relationship between
each form of identity status with body dissatisfaction in women adolescent. A
total of 154 women involved in this study. EOM-EIS II used to measure the
four identity statuses and MBSRQ-AE used to measure body dissatisfaction.
The result of the study showed that there was a significant relationship between
identity status with body dissatisfaction (F = 5,987, N= 154, p < 0,05)."
2016
S63093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Kholisah
"Latar belakang. Penelitian di negara maju menunjukkan masalah ketidakpuasan citra tubuh (body image dissatisfaction/BID) pada remaja menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan makan dan masalah psikososial. Prevalens BID pada remaja di negara berkembang cukup tinggi, yaitu masing-masing 10-75% dan 24-90% pada remaja lelaki dan perempuan, tetapi di Indonesia belum diketahui.
Tujuan. Mengetahui prevalens BID pada remaja di populasi urban, faktor risiko terjadinya BID, hubungan BID dengan kebiasaan makan, dan masalah psikososial pada remaja.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan di 10 sekolah di Jakarta selama Agustus-November 2020. Penilaian data demografik, status antropometri, nilai BID, umpan balik dari orangtua, teman, follower media digital mengenai citra tubuh, stres psikologis, kebiasaan makan, dan masalah psikososial menggunakan kuesioner yang divalidasi dibagikan melalui tautan elektronik.
Hasil. Jumlah subyek pada penelitian ini ialah 327 remaja dengan prevalens BID sebanyak 47,1%. Faktor risiko untuk terjadinya BID pada remaja adalah umpan balik negatif orangtua (p=0,045, adjusted OR 1,766, IK 95% 1,012-3,080), status gizi (p<0,0001, adjusted OR 2,819, IK 95% 1,777-4,471), dan tingkat stres (p=0,004, adjusted OR 1,404, IK 95% 1,113-1,772). Tidak terbukti adanya hubungan antara BID dengan kebiasaan makan (p=0,893) atau masalah psikososial (p=0,053) pada remaja. Aspek emosi dalam masalah psikososial terbukti berhubungan dengan BID pada remaja (p=0,023).
Kesimpulan. Prevalens BID pada remaja di Jakarta cukup tinggi. Dibutuhkan suatu program intervensi untuk faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan pelajaran di sekolah mengenai citra tubuh positif dan mekanisme koping yang didukung oleh orangtua.

Background. Studies in developed countries showed that body image dissatisfaction in adolescents causes some health problems, including eating disorder and psychosocial problem. The prevalence of BID in developing countries were 10-75% and 24-90% in girl and boy teenagers respectively. Meanwhile, it is still unknown for Indonesian adolescents.
Objective. To determine the prevalence of BID problems in adolescents of Indonesian urban population, the risk factors associated with BID, and the health problems potentially caused by BID in teenager, which were unhealthy eating behaviour and psychosocial problems.
Methods. This study was an observational study with cross-sectional design, which involved 10 high-schools in Jakarta, during August to November 2020. The validated and reliable questionnaire on demographic data, anthropometric status, body dissatisfaction scale, feedback from parents, friends, digital media followers on body image, psychological stress, eating behaviour, and psychosocial problems was shared via electronic link.
Result. This research included 327 teenagers, with the prevalence of BID among them was 47.1%. The BID risk factors in adolescent were negative feedback from parent (p=0.045, adjusted OR 1.766, CI 95% 1.012-3.080), nutritional status (p<0.001, adjusted OR 2.819, CI 95% 1.777-4.471), and stress level (p=0.004, adjusted OR 1.404, CI 95% 1.113-1.772). BID in adolescents has no association to eating habits (p=0.893) or psychosocial problems (p=0.053). Meanwhile, emotional subscale as one of psychosocial problems has an association with BID in teenagers (p=0.023).
Conclusion. The prevalence of BID in adolescents in Jakarta was high. An intervention program is needed for modifiable risk factors, which can be done via lessons at school about positive body image and coping mechanism, supported by parents as well
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ersa Aulia Rachma
"Permasalahan terkait citra tubuh lazim ditemui pada remaja. Pada remaja yang mengidolakan idol Korea, mereka sering dihadapkan pada standar kecantikan yang dimiliki oleh Idol Korea. Hal tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami body dissatisfaction. Ketika individu mengalami body dissatisfaction, mereka cenderung akan melakukan usaha obsesif untuk menjadikan tubuhnya ideal seperti yang diharapkan. Salah satunya adalah dengan melakukan pembatasan makan (restrained eating). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body dissatisfaction dan restrained eating pada remaja yang menyukai idol Korea. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional kepada 107 remaja penggemar idol Korea yang didapat menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner karakteristik responden, kuesioner MBSRQ, dan kuesioner DEBQ-RE. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body dissatisfaction dan restrained eating pada remaja yang menyukai idol Korea (Pvalue = 0,000; α = 0,05). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang berbeda untuk melihat perbandingan hasil yang didapatkan. Peneliti juga menyarankan untuk melakukan edukasi kepada remaja terkait pentingnya menjaga citra tubuh positif.

Body image problems are common among adolescent. In adolescent of Korean idol fans, they are often exposed to Korean idol beauty standards. This can cause adolescents to have body dissatisfaction. When individuals have body dissatisfaction, they tend to make obsessive efforts to make their body ideal as expected. One of them is by doing restricted eating. This study aims to determine the correlation between body dissatisfaction and restrained eating in adolescent of Korean idol fans. This study uses a quantitative method with a research design cross sectional to 107 adolescent of Korean idol fans obtained through purposive sampling technique. The instruments used in this study were the respondent characteristics questionnaire, the Multidimentional Body Self Relations Questionare (MBSRQ), and the Dutch Eating Behavior Questionnaire- Restrained Eating (DEBQ-RE). The results of research using the Chi-square test concluded that there was a significant relationship between body dissatisfaction and restrained eating in Adolescents of Korean Idol Fans (Pvalue= 0.000; α= 0.05). For further research can use different methods to see the comparison of the results obtained. Researchers also suggest educating adolescents regarding the importance of maintaining a positive body image."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniella Geona Margaretta Bangun
"Maraknya paparan terhadap internet dan sosial media, khususnya selama pandemi COVID-19, meningkatkan popularitas Korean Wave di Indonesia. Bertebarnya konten budaya pop Korea di internet dan sosial media meningkatkan penggemar K-Pop. Salah satu selebriti yang berhasil menarik banyak penggemar adalah girl group K-Pop. Tidak hanya remaja laki-laki, girl group K-Pop juga berhasil menarik remaja perempuan untuk menjadi penggemar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemujaan selebriti girl group K-Pop dan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Partisipan penelitian ini merupakan 418 remaja perempuan berusia 15–19 penggemar girl group K-Pop. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, non-eksperimental korelasional. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pemujaan selebriti komponen entertainment-social (r(418) = 0,120, p<0,01, d=0,242) dan borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) dan body satisfaction. Effect size untuk analisis ini merupakan small effect untuk kedua komponen. Sehubungan dengan tujuan penelitian yang bermaksud untuk melihat body dissatisfaction pada remaja perempuan penggemar girl group K-Pop, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pemujaan terhadap girl group K-Pop yang tinggi pada komponen entertainment-social dan borderline-pathological berhubungan dengan menurunnya body dissatisfaction pada remaja perempuan.

The rise of exposure to the internet and social media, especially during the COVID-19 pandemic, has increased the popularity of the Korean Wave in Indonesia. The spread of Korean pop culture content on the internet and social media has increased K-Pop fans. The type of celebrity that has managed to attract a lot of fans is the K-Pop girl group. Not only teenage boys, K-Pop girl groups have also succeeded in attracting adolescent girls to become their fans. This study aims to examine the relationship between K-Pop girl group celebrity worship and body dissatisfaction among female adolescents. The participants in this study were 418 female adolescents aged 15–19 who are fans of K-Pop girl groups. This study uses a quantitative research method, non-experimental correlation. The results showed a significant positive correlation between celebrity worship with the entertainment-social component (r(418) = 0,120, p <0,01, d=0,242) and borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) and body satisfaction. The effect size of both components are considered as small effects. According to the research objective, which examines body dissatisfaction among female adolescent fans of K-Pop girl group, the results of this study indicate that worshiping K-pop girl groups, with particularly high in entertainment-social and borderline-pathological components, result in lower body dissatisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahira Afifah Nabila
"Rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) terjadi saat para remaja perempuan menyadari bahwa penampilan fisik mereka tidak sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal yang telah mereka miliki sejak awal. Konsepsi kecantikan ideal menjadi penyebab remaja perempuan terus menerus mengevaluasi serta membandingkan penampilan fisik mereka dengan penampilan orang lain yang mereka anggap sesuai dengan konsepsi mereka mengenai kecantikan ideal. Penelitian ini melibatkan remaja perempuan berusia 19 hingga 21 tahun yang berupaya mencari cara untuk mengatasi rasa tidak puas (body dissatisfaction) tersebut melalui penggunaan kosmetik. Dalam penelitian ini, kosmetik merupakan aksesoris (adornments) yang digunakan oleh remaja perempuan dalam rangka memperoleh penampilan fisik yang sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal mereka. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan kosmetik mampu mengubah rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) yang dialami remaja perempuan menjadi rasa puas (body satisfaction), serta menunjukkan bahwa rasa percaya diri (self-esteem) turut meningkat akibat perasaan dan pengalaman positif yang dihasilkan oleh rasa puas terhadap penampilan fisik (body satisfaction).

Body dissatisfaction occurs when adolescent girls start to become aware that their physical appearances are not in line with their concept of beauty ideals. The concept of beauty ideals is the reason why adolescent girls are constantly showing negative evaluations of their physical appearances and comparing themselves to others whose appearances are in line with their concept of beauty ideals. This study involves adolescent girls aged 19 to 21 years old who are trying to find ways to overcome their body dissatisfaction with the help of cosmetics. In this study, cosmetics are deemed to be an adornment used by adolescent girls to achieve their desired physical appearance. The result of this study shows that the use of cosmetics can help adolescent girls to overcome their body dissatisfaction and feel satisfied with their physical appearances. This study also shows that the self-esteem of adolescent girls simultaneously increases due to the positive feelings and experiences caused by their body satisfaction."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Astarina Astarto
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dengan ketidakpuasan akan bentuk tubuh pada remaja wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 146 remaja yang berasal dari 2 kelompok, yaitu kelompok remaja pertengahan (14-18 tahun) dan kelompok remaja akhir (19-22 tahun). Penelitian ini menggunakan Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) untuk mengukur tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuh, dan Rotter?s Locus of Control Scale untuk mengukur jenis locus of control seseorang. Data diolah menggunakan metode correlation dan independent t-test.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa ada hubungan signifikan yang positif antara kedua variabel tersebut. Sebagai tambahan, hasil dari penelitian juga mengungkapkan bahwa remaja dengan locus of control eksternal tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan kelompok locus of control internal. Selain itu, dalam penelitian ini dibuktikan bahwa umur juga memiliki hubungan dengan locus of control seseorang.

The aim of this study is to observe the relationship between locus of control and body dissatisfaction in adolescence women. There were 146 women which divided into 2 different groups, middle adolescence (14-18 years old) and late adolescence (19-22 years old). This study used the Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) to measure the level of body dissatisfaction, and the Rotter?s Locus of Control Scale to measure the type of locus of control. The data was analysed by using correlation and independent t-test.
This study shows that there is a positive significant relationship between locus of control and body dissatisfaction. In addition, this study also revealed that the level of body dissatisfaction is higher for adolescence with external locus of control than those who have internal locus of control. Moreover, this study has proven that age also has a relationship with a person's locus of control."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Listyasari
"ABSTRAK
Tujuan utama penelitiam cross-sectional ini adalah untuk melihat perbedaan
tingkat penggunaan ganja antar status identitas pada remaja, difokuskan hanya
pada mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 40 mahasiswa (32 laki-laki dan 8
perempuan) dengan rata-rata berusia 21.43 tahun (SD = 0.712, range = 19-22).
Para responden diminta untuk mengisi self-report pada The Extended Objective
Measure of Ego Identity Status-Version 2 (EOM-EIS II) dan penggunaan ganja
pada The Cannabis Use Disorders Identification Test-Revised (CUDIT-R).
Hasil analisis menggunakan One-Way ANOVA membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antar kedua variabel [F(3, 36) = .862, p > 0.05].
Dalam penelitian ini ditemukan pula aspek yang mempengaruhi intensi
penggunaan ganja, yaitu enhancement motives dan konformitas. Enhancement
motives menjelaskan bahwa pengguna ganja menyukai efek yang diperoleh dan
memberikan perasaan yang menyenangkan

ABSTRACT
The main objective of this cross-sectional study is to see whether there is a
difference in the level of cannabis use between adolescents? identity status, only
focused on college students. The sample of this study consists of 40 students
(32 males and 8 females) being on M = 21.43 years old (SD = 0.712, range =
19?22). These respondents were requested to complete and to fill a self-report
on The Extended Objective Measure of Ego Identity Status-Version 2 (EOMEIS-
II) and on their use of cannabis on The Cannabis Use Disorders
Identification Test-Revised (CUDIT-R). The result of the analysis using One-
Way ANOVA has proved that there is no significant difference between the two
variables. In this study, also found aspects that influence the intention of
cannabis use, that is enhancement motives and conformity. Enhancement
motives explain that the cannabis users enjoy the effect of using it as it gives
them a sense of happiness/enjoyment"
2016
S65067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rezka Zulistia Kartika
"Distres psikologis pada tahun pertama dapat memengaruhi terbentuknya tingkah laku bermasalah dan menurunnya performa akademik. Salah satu hal yang memengaruhi distres psikologis adalah body image dissatisfaction. Tahun pertama dalam perkuliahan merupakan masa dimana mahasiswi mengalami perubahan besar dalam pola makan dan body image dissatisfaction. Perceived social support memiliki peran buffering yang dapat melindungi individu dari dampak body image dissatisfaction terhadap distres psikologis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat peran perceived social support terhadap hubungan antara body image dissatisfaction dan distres psikologis. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswi yang sedang berada di tahun pertama antara usia 18-21 tahun (N = 319). Setelah memperoleh data, peneliti melakukan analisis moderasi menggunakan PROCESS dari Hayes. The Kessler 10-item questionnaire (K10) digunakan untuk mengukur distres psikologis, The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur perceived social support, dan Appearance Evaluation (AE) serta Body Areas Satisfaction Scale (BASS) digunakan untuk mengukur body image dissatisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi tahun pertama cenderung puas dengan tubuhnya dan memiliki perceived social support serta distres psikologis yang sedang hingga tinggi. Lalu, ditemukan bahwa body image dissatisfaction memiliki hubungan yang lemah dan signifikan dengan distres psikologis, namun perceived social support tidak memoderasi hubungan di antara keduanya.

Psychological distress in the first year of university can influence the formation of problematic behaviors and decreased academic performance. Body image dissatisfaction affects psychological distress. First year in university is a time when students experience major changes in eating patterns and body image dissatisfaction. Perceived social support has a buffering role that can protect individuals from the impact of body image dissatisfaction on psychological distress. This study aims to examine the role of perceived social support in moderating the relationship between body image dissatisfaction and psychological distress. 319 first-year female college students between the age of 18-21 were involved. To measure psychological distress, The Kessler-10 Item Questionnaire was used (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) was used to measure perceived social support, and to measure body image dissatisfaction, Appearance Evaluation AE and Body Areas Satisfaction Scale (BASS) were used. The result of this study showed that first year female students tend to be satisfied with their bodies and have moderate to high levels of perceived social support and psychological distress. This study also showed that body image dissatisfaction has an association with psychological distress, but perceived social support does not moderate the relationship between the two.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fatimah Dewantari Nugraha
"Skripsi ini mengkaji tentang pembentukan body image anggota cover dance VERMILION yang mengidolakan SNSD. Melalui wawancara mendalam dan pengamatan saya berusaha mengetahui body image anggota VERMILION yang terbentuk berdasarkan pengetahuan mereka mengenai SNSD. Anggota VERMILION memanfaatkan media untuk mencari informasi tentang SNSD. Pengetahuan tentang SNSD mempengaruhi pandangan anggota VERMILION tentang body image, sehingga kriteria kecantikan mereka mengacu pada gambaran tubuh anggota SNSD. Anggota VERMILION melakukan perbandingan tubuhnya dengan tubuh SNSD, kemudian menyadari kenyataan bahwa bentuk tubuhnya berbeda dengan tubuh SNSD dan menyebabkan mereka mengalami body dissatisfaction. Berbekal pengetahuan yang diperoleh dari orang terdekat, artikel tentang kecantikan, dan film tentang kecantikan mereka melakukan perubahan bentuk tubuh. Anggota VERMILION juga melakukan peniruan penampilan idola ketika menjadi cover dance dan ketika tidak menjadi cover dance. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa mereka adalah cover dance dan fans dari SNSD.

This study examines the forming of body image of VERMILION cover dance members who love SNSD. In depth Interviews and observations were conducted to reveal the body image of VERMILION members which was formed based on their knowledge regarding SNSD. VERMILION members use media to search information regarding SNSD. The knowledge regarding SNSD affects VERMILION members rsquo s point of view regarding body image. As the result, the beauty criteria of VERMILION members refer to SNSD members rsquo s body image. VERMILION members compare their body with SNSD members rsquo s body. They found the fact that their shape of body is different from SNSD members rsquo s body which causes body dissatisfaction. The knowledge which is gained from relatives, beauty articles, films regarding beauty becomes a base in forming body image. VERMILION members also imitate their idol rsquo s appearance whether they become a cover dance or not. This matter is conducted to show that they are the cover dance and fans of SNSD."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S70038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>