Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezqi Vebra Youza
"ABSTRAK
Arsitektur merupakan salah satu dari sekian banyak produk budaya yang
dihasilkan oleh manusia. Dalam menghasilkan produk budaya, terdapat proses
pemaknaan (semiotika) antara perancang, objek arsitektural dan masyarakat.
Pemaknaan yang terjadi cenderung secara visual. Perancang menyampaikan ide
yang dimilikinya melalui elemen-elemen yang menyusun suatu objek arsitektural,
dan masyarakat dapat mengerti suatu objek arsitektural melalui bentuk fisik dan
detail yang hadir. Skripsi ini ingin mencoba melihat bagaimana proses semiotika
yang terjadi di masyarakat dalam melihat suatu objek arsitektural. Studi kasus yang
diambil merupakan bangunan peninggalan sejarah, sebagai bentuk produk budaya
dari masa lampau yang masih terus ada hingga sekarang. Sehingga dapat dilihat
bagaimana pengaruh antara arsitektur, budaya, dan sejarah melalui proses semiotika
yang terjadi.

ABSTRACT
Architecture is one of many cultural products made by humans. There is a
process of signification (semiotics) between architects, architectural objects and
community within the process of the making of a cultural products. Signification
that occurs tend to be visual. Architects convey their ideas through the elements
which are arranged in particular architectural objects, and the public can understand
an architectural object through its existing physical form and details. This study
aims to identify how the semiotic process occur in people in seeing an architectural
object. This case study uses a historical building as an object, as a form of a cultural
product from the past that still continues to exist until today. So how the influence
of architecture, culture, and history, can be seen through semiotic processes that
occur."
2016
S63306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, Boris A.
"Program telah menjadi anak emas dalam perancangan arsitektur masa kini. Perancang sangat tertolong dengan arahan yang diberikannya. Program juga memungkinkan arsitektur untuk berubah sepanjang waktu, sesuai dengan informasi yang terus‐menerus diterimanya. Informasi mengenai hal teraga maupun tak teraga pada tapak menjadi masukan bagi program. Dengan begini arsitektur dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Namun, selidik punya selidik, program dahulu tidak memungkinkan arsitektur untuk berubah.
Dahulu, program kaku adanya. Kakunya program disebabkan oleh hasrat perancang untuk memenuhi persyaratan fungsi saja, melupakan budaya. Kalaupun teringat, lambat laun perancang akan melupakannya. Akibatnya makna pada arsitektur sirna. Dengan demikian, program yang semula sesuai dengan pemicu menjadi mentah dan tak layak lagi di mata waktu. Hal ini telah terjadi dari masa ke masa, terlihat jelas di era arsitektur modern dan postmodern. Perubahan zaman menuntut arsitektur untuk berubah pula. Dengan berubah, arsitektur dapat terus menerus menghasilkan makna.
Budaya yang menjadi bagian penting pada perancangan, terlebih pemrograman, mendorong timbulnya pertanyaan mengenai kemampuan program untuk mengolah masukan tersebut. Dipertanyakan pula bagaimana program berubah dan memaksa arsitektur berubah sehingga makna dapat diciptakan lagi dan lagi.

No such doubts can be inquired of the program?s popularity. Program is helpful for it provides directions for designers. Program is lithe by allowing architecture to change through time by its perpetual endeavor to import informations. Any site‐specific informations, whether physical or non‐physical, can be the input for the program. Consequently, change is surmountable because architecture is adaptive. Nevertheless, this quality wasn?t always there.
Program has been inflexible, caused by the search for functional perfection. Designers have forgotten another factor: the culture. Remembrance was futile, for it only lasted a while, short enough for meanings to vanish. The program which was once considered suitable became irrelevant and inappropriate. We have seen triumphant thought and theories at the times of modern and post‐modern architecture turned old and obsolete, which occuring has been witnessed through each eras which is known in history. As time goes on, architecture insist on change. Hence, it enable architecture to produce fresh meanings persistently.
Significantly, culture affects program. That very sentence provokes certain questions regarding the ability of program to process cultural inputs and to change architecture and its meanings."
2008
S48438
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mallgrave, Harry Francis
"Drawing upon a range of humanistic and biological sources, and emphasizing the far-reaching implications of new neuroscientific discoveries and models, this book brings up-to-date insights and theoretical clarity to a position that was once considered revolutionary but is fast becoming accepted in architecture."
London: Bloomsbury Visual Arts, 2018
729 MAL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Fabyan
"Ruang kota adalah salah satu ruang kreativitas terbesar manusia. Objek Arsitektural selalu berlomba untuk menampilkan diri dan menunjukkan keberadaannya pada ruang ini. Usaha ini tidak hanya untuk meningkatkan kualitas bangunan secara visual tetapi juga memberi sumbangan bagi pembentukan karakter visual kota, namun tidak jarang pula perlombaan ini malah membuat karakter visual kota menjadi berantakan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan perancang dalam memahami aspekaspek visual grafis yang benar.
Desain grafis adalah salah satu bidang kreatif yang memiliki sejarah panjang dalam proses kreatifitas manusia. Pada masa sekarang, integrasi desain grafis telah masuk kedalam berbagai macam bidang kreatif terapan seperti fashion dan arsitektur. Di bidang arsitektur, desain grafis telah banyak digunakan dalam proses perancangan terutama yang menyangkut dengan olahan estetika visual dan penguatan karakter visual grafis pada bangunan.
Skripsi ini mencoba menggali bagaimana prinsip desain grafis bisa digunakan dalam proses berarsitektur. Bagaimana elemen-elemen grafis dapat digunakan dalam menciptakan identitas visual pada objek arsitektural dan meningkatkan kualitas visual pada ruang kota. Dengan mengkaji peran desain grafis di bidang arsitektural ini diharapkan dapat menambah khasanah pemahaman arsitektur kita terhadap desain grafis agar kedua bidang ilmu seni kreatif ini dapat bersinergi dalam menciptakan identitas arsitektur yang berkualitas secara visual.

Urban Space is one of the greatest human?s creativity space. Architectural objects always compete each other to represent and show their existence in this kind of space. This effort is not only to visually enhance the quality of building, but also to encourage the formation of city?s visual character. However, this competition often results some chaos in the visual character. This is because the designers have little of knowledge in understanding graphic visual aspects properly.
Graphic designing is one of the creative subjects that have long history in the process of human's creativity. Nowadays, the graphic designing integration has already reached the variety of practical designing subject such as fashion and architecture. In architecture, graphic design has already applied in the designing process, especially in the term of visual aesthetic production and enhancing visual graphic character in buildings.
This writing is trying to explore how the principal of graphic design can be used in architectural process. And also, how the graphics elements can be used in creating visual identity on the architectural object and improve the visual quality in urban space. This study of the graphic design role in architecture is aimed to enrich our architectural understanding about the graphic design, so that both of these creative art sciences can integrate each other in generating architectural identity that is visually qualified.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risqi Gusdita Rahmadi
"ABSTRAK
Revolusi telah berkontribusi dalam pembentukan masyarakat di dunia. Fenomena tersebut mengubah nilai-nilai fundamental dan memberikan suatu pandangan baru di dalam masyarakat. Dengan berubahnya nilai fundamental, masyarakat pun berubah, dan hal hal yang sebelumnya diterima sebelum revolusi, menjadi kurang menarik ataupun tidak lagi diterima di dalam masyarakat. Pandangan baru ini membentuk sebuah selera dan kebutuhan baru, seperti halnya sebuah tren. Hal ini tampak pada perubahan di dalam dunia seni dan arsitektur. Arsitektur dan Revolusi: Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda dan Perubahan dalam Masyarakat Kolonial tidak membahas revolusi kemerdekaan Indonesia, melainkan membahas bagaimana konteks dan isu sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di Hindia Belanda membentuk sebuah revolusi dalam masyarakat kolonial pada periode akhir kolonial Belanda. Dimulai dengan analisis mengenai revolusi yang terjadi di Eropa, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis korelasi antara revolusi tersebut dan perubahan di dalam gaya arsitektur di Eropa dan Rusia setelah revolusi. Akan tetapi, keadaan masyarakat kolonial di Hindia Belanda memiliki konteks yang berbeda dengan masyarakat Eropa. Oleh karena itu, saya menganalisis konteks tersebut dan bagaimana sebuah revolusi terbentuk. Pembahasan kemudian saya akhiri dengan menganalisis perubahan Arsitektur di Hindia Belanda untuk menekankan adanya sebuah upaya dalam merepresentasikan ide baru yang terbentuk pasca revolusi melalui sebuah bentuk yang konkrit, yaitu arsitektur.

ABSTRACT
Revolution changes the fundamental values in the society. As the fundamental values change, the society also changes, and things that were used to be agreeable before the revolution may become less appealing, or no longer accepted. This new value formed a new taste and necessity in the society. As a result, the process of designing will be influenced by this newfound value. This writing does not discuss the revolution of Indonesian Independence. It discusses how the social, economy and political context and issues in the Dutch East Indies formed a revolution within the colonial society during the late colonial era. It starts with the analysis of revolutions throughout Europe & Russia, then continues to analyze changes in the Architectural Styles in Europe after the revolutions. However, the European and Russian society were essentially different than the Dutch East Indies society, which was, a colonial society. Therefore, I analyze the context of the Dutch East Indies society and how the revolution was formed. The discussion subsequently analyzes the changes in the Indies Architecture to further emphasize an effort to represent the new ideas that formed after the revolution into a concrete form, which is architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hines, Thomas S.
New York: Monacelli, 2000.
720.92 HIN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Gracesilia Kristiyanto
"Tesis ini bertujuan untuk mengusulkan proyek revitalisasi untuk Gedung Konser Perth dan mendiskusikan tujuan meningkatkan akses, meningkatkan fasilitas, dan mengembangkan infrastruktur untuk mendukung program budaya PCH, semuanya sambil menjaga dan melestarikan gedung konser yang terdaftar sebagai warisan. Proposal ini mengusung konsep menciptakan lingkungan yang ramah dan menarik secara visual di mana pengalaman musik di luar ruangan diapit dan diperkaya oleh sekitarnya. Koridor dalam berfungsi sebagai ruang transisi fungsional, meningkatkan pengalaman keseluruhan bagi pengunjung sambil memungkinkan mereka beralih dengan lancar antara area dalam dan luar ruangan. Struktur ini dihiasi dengan unsur seni dan cerita pribumi, menghormati warisan Aborigin di wilayah ini. Pendekatan berkelanjutan, termasuk struktur teduh, menjamin keselarasan dengan iklim Perth. Batas konsep dalam ruangan, seperti sebuah galeri yang terendam dalam sejarah budaya kota, terhubung secara mulus dengan ruang luar melalui dinding kaca. Di sini, pengunjung dapat menjelajahi pertunjukan musik, menciptakan pengalaman yang berwarna dan mendalam yang merayakan keindahan alam dan keragaman budaya kota.

This thesis aims to propose the redevelopment project for the New Perth Concert Hall (PCH), and discussing the objective of enhancing and upgrading access, refurbishing facilities, and developing infrastructure to support the cultural program of the PCH, all while maintaining and preserving the heritage-listed concert hall. This proposal uses the concept of creating an inviting and visually engaging environment where the outdoor music experience is framed and enhanced by the surroundings. The indoor passage serves as a functional transition space, enhancing the overall experience for visitors while allowing them to move seamlessly between indoor and outdoor areas. Indigenous art and storytelling elements adorn these structures, honouring the Aboriginal heritage of the region. A sustainable approach, including shade structures, ensures harmony with Perth's climate. The indoor concept boundary, a gallery immersed in the city's cultural history, seamlessly connects with the outdoor space through glass walls. Here, visitors can explore music performances, creating a vibrant, immersive experience that celebrates both the natural beauty and cultural diversity of the city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrul Helen
"Komik merupakan medium unik yang menggabungkan dua jenis representasi yaitu gambar dan teks untuk menyampaikan informasi dengan harapan dapat menghasilkan respon tertentu dari pembaca. Arsitektur di dalam komik tidak hanya digunakan sebagai background untuk menginformasikan kepada pembaca dimana suatu adegan terjadi (sense of place) dan untuk membangun emosi tertentu (sense of depth), namun arsitektur juga dapat digunakan sebagai elemen pembangun cerita di dalam komik. Studi kasus yang digunakan adalah komik "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution" oleh BIG dan komik "Durarara" oleh Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda dan Akiyo Satorigi.

Comic book is a unique medium which combines two kinds of representations, images and words, to convey informations in hope to gain response from the readers. Architecture in comic book is not only used as background to establish sense of place and sense of depth to the readers, but also can be used as the constructor elements of the story in the comic book. The cases study for this topic are "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution", a comic book by BIG and "Durarara", a comic book by Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda and Akiyo Satorigi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Amanda
"Ruang arsitektur adalah wadah kehidupan yang terus berubah dan memiliki makna dan nilai subjektif, tergantung siapa yang membahasnya. Sifatnya yang dinamis menjadi bekal potensi kemajuan peradaban untuk kehidupan sosial yang adil dan layak. Narasi sejarah secara historis menunjukkan hubungan sebab-akibat dari pengambilan keputusan di masa lampau kepada eksistensi kota saat ini. Kebebasan pasca masa penjajahan mendorong keringin untuk membangun kembali negara sesuai nilai dan identitas sejatinya. Maka, fokusan isu dalam skripsi ini mengacu pada paradigma poskolonial dan hubungannya dengan proses perkembangan ruang yang turut mendasari identitas masyarakat di kota-kota bekas penjajahan seperti Jakarta. Dengan memadukan sejarah dengan arsitektur dan kajian sosial budaya, akan muncul kritik dan pemahaman dari penulis selaku individu yang mengalami transisi peradaban di era modern digital. Sebagaimana manusia dikoreografikan oleh arsitektur dan lingkungan, pun sebaliknya.

Architectural space is a medium of life that is constantly changing and has subjective meaning and value, depending on who is discussing it. Its dynamic nature is a provision for the potential progress of proper social life and civilization. Historical narratives historically show a causal relationship from decision making in the past to the existence of the city today. The post-colonial freedoms have encouraged people to rebuild the country according to its true values and identity. Thus, the focus of the issue in this thesis refers to the postcolonial paradigm and its relation to the process of spatial development, which also underlies the identity of people in former colonial cities such as Jakarta. By combining history with architecture and socio-cultural studies, criticism and understanding will emerge from the author as an individual who is experiencing a civilizational "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>