Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marselina
"Klien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif sering mengalami masalah tidur yang berdampak terhadap kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada klien dengan HIV positif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional dan pengambilan sampel dengan metode accidental convenient sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 76 orang (65.8% laki-laki, 34.2% perempuan), berusia antara 22 sampai 52 (mean= 33.12; SD=6.053). Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index. Hasil penelitian ini adalah mayoritas (76.3%; n=76) klien dengan HIV positif memiliki kualitas tidur yang buruk. Rekomendasi penelitian ini adalah untuk petugas kesehatan, khususnya perawat agar melakukan deteksi dini masalah tidur pada klien dengan HIV positif sehingga apabila ditemukan adanya masalah tidur dapat diberikan intervensi yang sesuai berdasarkan informasi yang diperoleh agar tercapai kualitas tidur yang baik.

Clients with positive Human Immunodeficiency Virus (HIV) common had sleep disturbance that causing poor quality of sleep. The purpose of this study was to determine the quality of sleep in clients with HIV-positive. This research was conducted using descriptive study with cross-sectional design and sampling by accidental convenient sampling method. Respondents in this study amounted to 76 people (65.8% male, 34.2% female), ages ranged from 22 to 52 (mean = 33.12; SD = 6,053). The instrument used was Pittsburg Sleep Quality Index. The results of this study was majority (76.3%; n=76) of HIV-positive clients had poor sleep quality. Results of this study recommended that health workers, especially nurses, have to make an early detection of sleep problems in HIV-positive clients and than provided effective treatment to improved the quality of sleep."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nurul Hanifa
"

Latar Belakang. Kualitas tidur buruk merupakan salah satu komorbiditas yang sering terjadi pada pasien dengan HIV. Secara khusus, populasi pasien dengan HIV lebih rentan untuk memiliki kualitas tidur yang buruk yang diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu efek samping terapi antiretroviral, psikososial,dan gangguan imunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kualitas tidur buruk pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral (ARV) dan faktor-faktor yang berhubungan.

Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada September 2016 sampai Februari 2017. Kriteria inklusi adalah pasien dengan HIV dewasa yang mengkonsumsi terapi antiretroviral selama minimal 12 bulan. Kualitas tidur ditentukan dengan kuesioner Pittsburgh sleep quality index (PSQI) yang terdiri dari 9 pertanyaan, dengan skor >5 menunjukkan kualitas tidur buruk. Risiko tinggi obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS), dan depresi diperiksa dengan kuesioner Berlin, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS).

Hasil. Sembilan puluh empat subjek dalam penelitian, berusia antara 20 hingga 59 tahun, sebagian besar subjek 72,3 % adalah laki-laki, 80,9% subjek memiliki viral load terakhir tidak terdeteksi dan 84,9% subjek hitung sel limfosit CD4+ terakhir >200 sel/m3. Didapatkan proporsi kualitas tidur buruk 53,2% subjek, risiko tinggi OSA 8,5% dan EDS 9,6%. Pada analisis univariat, risiko tinggi OSA dan depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk. Depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk pada analisis mulitavirat (OR 4.4; IK 95% 1.7-11.4). Sedangkan, faktor lain seperti demografi, status imunologi dan virologi tidak berhubungan secara signifikan dengan kualitas tidur.

Kesimpulan. Kualitas tidur buruk sering terjadi pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral. OSA dan depresi merupakan faktor yang harus diwaspadai pada pasien HIV dengan kualitas tidur buruk. Oleh karena itu, skrining kualitas tidur, depresi dan OSAharus dilakukan secara rutin pada pasien dengan HIV.


Background: Poor quality of sleep is one of the common comorbidities in HIV patients. Patients with HIV are particularly vulnerable to poor sleep quality due to multiple factors, including antiretroviral side effects, psychosocial, and immune dysfunction. The aim of this study is to determine the proportion of poor quality of sleep in HIV patients on antiretroviral therapy (ART) and associated factors.

Materials and Method: This was a cross sectional study in Cipto Mangunkusumo Hospital during September 2016 to February 2017. Inclusion criteria were HIV adult patients on ART for minimum of 12 months. Quality of sleep was determine based on 9 items self-administered questionnaire Pittsburgh sleep quality index (PSQI), with score >5 represents poor sleep quality. High risk of obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS) and depression were assessed by Berlin questionnaire, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS), respectively.

Results: Among 94 subjects, age ranging from 20-59 years old, 72.3% were male, 80.9% had current viral load undetected and 84.9% had current CD4+ lymphocyte >200 cells/m3. Proportion of poor sleep quality, high risk of OSA and EDS were 53.2%, 8.5% and 9.6%, respectively. High risk of OSA and depression were associated with poor sleep quality on univariate analysis. However, depression was the only factor that associated with poor sleep quality (OR 4.4; 95% CI 1.7-11.4) on multivariate analysis. Other factors such as demographic, immunology and virology status were not significantly associated with sleep quality.

Conclusion: Poor sleep quality is common among HIV patients on ART. Obstructive Sleep Apnea and depression were factors that should be aware of in HIV patient with poor sleep quality. Therefore, screening of sleep quality, depression and OSA should be performed routinely on HIV patients.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Jayanti
"ABSTRAK
Tidur memiliki fungsi restoratif yang penting untuk proses pemulihan penyakit klien. Salah satu faktor dominan penentu kualitas tidur klien adalah praktik ritual tidur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara perubahan praktik ritual tidur dengan kualitas tidur pada klien hospitalisasi. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur terhadap 85 klien rawat inap kelas III yang dipilih secara random sampling. Praktik ritual tidur klien diukur menggunakan kuesioner Bedtime Routine Questionnaire yang dimodifikasi sedangkan kualitas tidur diukur dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 83,5% klien memiliki kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini juga menunjukan bahwa ada perbedaan praktik ritual tidur klien selama di rumah dan di rumah sakit. Hasil analisis uji T independent menunjukkan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara praktik ritual tidur dengan kualitas tidur (p=0,019). Penelitian ekspresimen terkait intervensi peningkatan kualitas tidur klien dengan mendukung ritual tidur diperlukan pada penelitian selanjutnya.

ABSTRACT
Sleep has a restorative function that is important to recovery process of patients disease. One of the dominant factors determine patient?s sleep quality is sleep ritual practices. This is a descriptive correlative study using cross-sectional approach which aims to identify the relationship between sleep ritual practice's change with the sleep quality of hospitalized adult patient. This research was conducted in RSUD Pasar Rebo towards 85 patients in Class III room recruited using random sampling method. Patient?s sleep ritual practice were measured by Bedtime Routine Questionnaire (BRQ) that was modified,while the sleep quality was measured by Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The result shows 83,5% of patients have poor sleep quality. This research also shows that there are differences between patient?s sleep ritual practice at home and at the hospital. Statistical analyses using Independent T test shows there was significant relationship between sleep ritual practice and sleep quality (p = 0,019). Any future experimental research about the sleep intervention by supporting patient?s sleep ritual practice is needed"
2016
S64075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Diah Paramita
"Kualitas tidur merupakan hal yang penting pada pasien yang akan menjalani pembedahan. Kualitas tidur yang buruk pada masa pra pembedahan dapat meningkatkan potensial masalah pascabedah seperti nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada pasien prabedah. Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan 42 responden. Penelitian ini menggunakan St. Mary Hospital Sleep Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang akan menjalani pembedahan memiliki skor rata-rata kualitas tidur 17,57 ± 5,402 dari skor total 30 (95% CI, 15,89:19,25). Sebanyak 52,4% responden mengalami kualitas tidur yang buruk pada fase pra pembedahan. Pasien yang menjalani pembedahan diagnostik, menginap di rumah sakit <3 hari, dan mengalami penundaan jadwal pembedahan memiliki kualitas tidur yang lebih buruk. Variabel yang memiliki korelasi yang signifikan terhadap penurnan kualitas tidur yaitu nyeri (p=0,048) dan adanya penundaan jadwal (p=0,008). Pengkajian dan intervensi keperawatan mengenai kualitas tidur pasien prabedah sangat penting dilakukan untuk mencegah dampak dari kualitas tidur yang buruk pada proses penyembuhan di fase postoperatif.

Sleep quality is a noteworthy needs for patients who will undergo surgery. In preoperative period, bad sleep quality can make possibility of postoperative complications such as pain and risk of infection higher. This research aimed to identify preoperative sleep quality in surgical patients. With cross-sectional method, patients (n=42) who will undergo surgery were recruited and successfully completed the St. Mary Hospital Sleep Questionnaire. The result showed that preoperative sleep quality in this research had average score of 17,57 ± 5,402 with total score of 30 (95% CI, 15,89:19,25). About 52,4% respondents became a poor sleeper, which had a bad sleep quality in preoperative period. Patients who planned to undergo diagnostic surgery, had length of stay <3 days and whose operations were postponed had poorer quality of sleep. Variables which has significant correlation with sleep quality are pain (p=0,048) and postponed schedule of surgery (p=0,008). Nursing assessment and interventions about sleeping needs fulfillment in surgical patients is needed to prevent adverse effects of bad sleep quality in patient's recovery process in postoperative period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joula Timisela
"Dukungan sosial diperlukan perempuan positif HIV untuk menghadapi stigma HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV pada perempuan positif HIV. Desain penelitian ini yaitu potong lintang analitik. Sampel penelitian berjumlah 106 perempuan positif HIV, berusia 15-60 tahun. Penilaian dukungan sosial menggunakan kuesioner MOS-SS yang telah dimodifikasi, sedangkan penilaian terhadap stigma HIV menggunakan kuesioner Berger Stigma Scale versi bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV (p=0,024, α:0,05). Dari kelima bentuk dukungan sosial, ditemukan dukungan instrumental (p =0,043), dukungan informasional (p˂ 0,0001), dukungan integritas sosial (p=0,011) berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan emosional (p=0,061) dan dukungan penghargaan (p=0,881) tidak berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan sosial yang paling memengaruhi stigma HIV (OR 11,64). Dukungan sosial dapat direkomendasikan sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi stigma HIV, dengan prioritas utama pada dukungan informasional.

Social support is needed by HIV-positive women to face the HIV stigma. This study aimed to identify the correlation between the social support and the HIV stigma in HIV-positive women. This research applied a cross sectional analytic design. The sample were 106 HIV-positive women, aged 15-60 years. The social support assessment used a modified MOS-SS questionnaire, while the assessment of the HIV stigma used the Indonesian version of Berger Stigma Scale questionnaire.
The results showed that there was a correlation between the social support and the HIV stigma (p=0,24 α: 0.05). Among five forms of social support, the instrumental support (p=0.043), informational support (p˂ 0.0001), and support for social integrity (p=0.011) were correlated to the HIV stigma. While emotional support (p=0.061) and rewarding support (p=0.881) were not correlated to the HIV stigma. The informational support was the most influencing factor of the HIV stigma (OR 11,64). Giving social support can be recommended as one of the interventions to minimize the HIV stigma, with the informational support as the priority.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T44818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Danti Permatasari
"HIV/AIDS masih menjadi penyakit kronis yang cukup sering ditemukan di masyarakat. Orang dengan HIV/AIDS dapat mengalami masalah psikologis karena pengaruh stres internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketidaknyamanan psikologis: stres, depresi, ansietas dengan kualitas tidur pasien HIV/AIDS. Metode penelitian yang digunakan deskriptif-korelasional dengan pendekatan cross sectional menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Depression Anxiety Stress Scale-21 dan Pittsburgh Sleep Quality Index. Sebanyak 110 subjek penelitian ikut serta dalam penelitian ini. Analisis univariat dan bivariat dilakukan dengan menggunakan uji T-test independent dan chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketidaknyamanan psikologis: stres, depresi, dan ansietas dengan kualitas tidur pasien HIV/AIDS (p < α = 0,05). Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pelayanan kesehatan khususnya poli HIV/AIDS agar lebih peduli terkait ketidaknyamanan psikologis yang dialami pasien guna meningkatkan kualitas tidur pada pasien HIV/AIDS.

HIV/AIDS is a chronic disease that is quite often found in the community. People with HIV/AIDS can experience psychological problems because of the influence of internal and external stress. This study aims to determine the correlation between psychological discomfort: stress, depression, anxiety with sleep quality in patients with HIV/AIDS. The research method used was descriptive-correlational with cross sectional approach using consecutive sampling technique. The questionnaire instrument used was the Depression Anxiety Stress Scale-21 questionnaire and Pittsburgh Sleep Quality Index. A total of 110 research subjects participated in this study. Univariate and bivariate analyzes were performed using independent T-test and chi square. The results of bivariate analysis showed that there was a relationship between psychological discomfort: stress, depression and anxiety with sleep quality in HIV / AIDS patients (p < α = 0,05). Researchers hope this research can be applied for health services to be more concerned about psychological discomfort experienced by patients to improve sleep quality in patients with HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Wanto Juli
"Pendahuluan : Tidur adalah proses fisiologis yang terjadi secara alami yang ditandai dengan terlepasnya persepsi dan realitas sehingga seseorang menjadi tidak sadar akan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien yang memakai ARV. Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat adalah dukungan sebaya (peer support) dimana ODHA (Orang dengan HIV) dapat lebih terbuka untuk menceritakan permasalahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara
Metode: Desain cross-sectional dengan metode purposive sampling yang melibatkan 120 responden berusia 18 - 40 tahun. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Peer Group Caring International Scale, dan Medical Adherence Scale (MARS-5) merupakan kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. SPSS 20.0 digunakan untuk analisis data.
Hasilnya menunjukkan adanya korelasi antara variabel-variabel tersebut di atas. Sebagian besar responden ditemukan memiliki kualitas tidur yang buruk (17,5) disertai dengan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi (81,7). Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara dukungan teman sebaya dengan kepatuhan minum obat (p=0,021). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dukungan teman sebayalah yang paling mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan; nilai p 0,004 ≥ α = 0,05, OR 95% CL = 0,253 (0,098-0,650).
Kesimpulan: Kualitas tidur dan dukungan sebaya merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan metode intervensi yang dapat berkontribusi lebih positif dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pada Odha. Kualitas tidur dan dukungan sebaya diketahui berpengaruh nyata terhadap peningkatan kepatuhan minum obat ODHA yang memakai ARV. Namun, penelitian yang lebih terkontrol dengan pengambilan sampel acak yang melibatkan ukuran sampel yang lebih besar dan kontrol yang lebih ketat diperlukan untuk penelitian selanjutnya.

Latar belakang: Tidur adalah proses fisiologis alami, yang ditandai dengan persepsi persepsi dan ketidaktanggapan terhadap apa pun yang terjadi. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kepatuhan pasien untuk minum ARV. Salah satu untuk meningkatkan kepatuhan minum ARV adalah dukungan sebaya, di mana ODHA akan lebih terbuka untuk menceritakan masalahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas hubungan kualitas tidur dan dukungan sebaya terhadap kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS.
Metode: Digunakan desain cross sectional dengan metode purposive sampling, sebanyak 120 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI ), Peer Group Caring Internasional Scale dan Medication Adherence Rating Scale (MARS-5) dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2023. Kisaran usia responden antara 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 20.0.
Hasil: penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur dan dukungan sebaya dengan kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Sebagian besar responden mengalami kualitas tidur yang buruk 17,5 namun masih memiliki kepatuhan tinggi 81,7. Analisis korelasi hubungan dukungan sebaya dan dengan kepatuhan p=0.021. Hasil uji regresi logistik adalah dukungan sebaya yang mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV nilai p 0,004 ≥ α = 0,05 dengan OR 95% CL = 0,253 (0,098-0,650).
Pembahasan : kualitas tidur dan dukungan sebaya sangat penting untuk diperhatikan sebagai intervensi pengembangan yang berkontribusi lebih positif dalam meningkatkan kepatuahan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Kualitas tidur dan dukungan sebaya berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan minum antiretroviral pada pasien HIV/AIDS . Uji coba perdamaian acak tambahan dengan desain yang ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Luthfi Adillah
"Pandemi COVID-19 membuat banyak dari kita tinggal dirumah dan sulit untuk melakukan jenis olahraga yang biasa kita lakukan. Bahkan kualitas tidur pasien yang terdiagnosa COVID-19 dengan gejala berat menunjukkan efisiensi tidur dan waktu imobilitas yang lebih dibandingkan dengan pasien yang hanya mengalami gejala yang ringan. Latihan fisik yang cukup dan kualitas tidur yang baik sangat diperlukan untuk mencegah terkonfirmasi COVID-19 dan menjaga imunitas tubuh selama masa pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dan aktifitas fisik dengan derajat keparahan COVID-19. Desain penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional dengan 120 Sampel. Hasil penelitian menunjukan prosentase 75,8% responden mempunyai kualitas tidur yang buruk dan aktifitas fisik sedang mencapai 60% responden. Responden dengan derajat keparahan COVID-19 mempunyai prosentase yang tidak parah 60%. Hasil uji Rank Spearmen variabel Kualitas tidur diperoleh nilai p > 0,05 sebesar 0,409 yang menunjukkan bahwa korelasi tidak bermakna dan Variabel Aktifitas fisik diperoleh nilai p < 0,05 sebesar 0,007 yang menunjukkan bahwa korelasi bermakna. Kesimpulannya latihan fisik merupakan faktor utama dalam membantu individu untuk lebih meningkatkan imunitas. Aktivitas fisik dan latihan fisik mungkin menjadi faktor utama untuk mencegah derajat keparahan COVID-19 di masa pandemi.

The COVID-19 pandemic has left many of us staying at home and finding it difficult to do the kind of exercise we are used to. Even the sleep quality of patients diagnosed with COVID-19 with severe symptoms showed more sleep efficiency and immobility time compared to patients who only experienced mild symptoms. Adequate physical exercise and good quality sleep are necessary to prevent confirmed COVID-19 and maintain body immunity during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study was to identify the relationship between sleep quality and physical activity with the severity of COVID-19. The design of this research is retrospective descriptive with a cross sectional approach with 120 samples. The results showed the percentage of 75.8% of respondents had poor sleep quality and moderate physical activity reached 60% of respondents. Respondents with the severity of COVID-19 had a non-severe percentage of 60%. The results of the Spearmen Rank test for the sleep quality variable obtained p value > 0.05 of 0.409 which indicates that the correlation is not significant and the physical activity variable obtained p value <0.05 of 0.007 which indicates that the correlation is significant. In conclusion, physical exercise is a major factor in helping individuals to further enhance their immunity. Physical activity and physical exercise may be the main factors to prevent the severity of COVID-19 during the pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Herawati
"Klien kanker payudara hampir tidak pernah merasakan sakit akibat perkembangan sel kanker dan karena perawatan kemoterapi yang sedang berlangsung. Nyeri kanker yang dirasakan di otak bisa membuat klien kanker payudara dengan mudah terjaga. Akibatnya kualitas tidur klien terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nyeri kanker dengan kualitas tidur klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini memiliki total 76 responden di RS Kanker Dharmais dan RS MRCCC Siloam Jakarta dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah BPI-SF untuk nyeri kanker (intensitas nyeri dan efek nyeri) dan kuesioner PSQI untuk kualitas. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri kanker dengan kualitas tidur (r: 0,331, p: 0,004, α: 0,05) dan pengaruh nyeri terhadap kualitas tidur pada klien kanker payudara yang menjalani kemoterapi (r: 0,360, p: 0,001, α: 0,05). Berdasarkan hasil tersebut perlu dipahami urgensi kualitas tidur untuk meningkatkan derajat kesehatan klien. Peran perawat yang dapat dilakukan adalah meningkatkan keterampilan manajemen nyeri pada klien kanker payudara yang mengalami nyeri.

Breast cancer clients almost never feel pain due to cancer cell development and because of ongoing chemotherapy treatments. Cancer pain that is felt in the brain can make breast cancer clients easily awake. As a result, the client's sleep quality is disturbed. This study aims to determine the relationship between cancer pain and sleep quality in breast cancer clients undergoing chemotherapy. This study design used a cross sectional approach. This study had a total of 76 respondents in Dharmais Cancer Hospital and MRCCC Siloam Hospital Jakarta using purposive sampling technique. The measuring instruments used were the BPI-SF for cancer pain (pain intensity and pain effects) and the PSQI questionnaire for quality. The results of this study were analyzed using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the intensity of cancer pain and sleep quality (r: 0.331, p: 0.004, α: 0.05) and the effect of pain on sleep quality in breast cancer clients undergoing chemotherapy (r: 0.360, p: 0.001) , α: 0.05). Based on these results, it is necessary to understand the urgency of sleep quality to improve the client's health status. The role of nurses that can be done is to improve pain management skills in breast cancer clients who experience pain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Hestiani Windari Br.
"Penelitian-pemelitian sebelumnya menemukan mahasiswa sebagai salah satu populasi yang sering mengalami masalah tidur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas tidur mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga Fakultas di UI, yakni FIK, FT, dan FISIP. Penelitian bersifat kuantitatif deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 130 orang (mean usia, =21,7; SD=4,23) yang diambil secara purposive sampling. Intrumen yang digunakan adalah kuesioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 83,75% (n=109) mahasiswa memiliki kualitas tidur yang kurang baik (PSQI >5). Mayoritas mahasiswa memiliki kualitas tidur yang kurang baik, hal tersebut perlu menjadi perhatian dari pihak universitas dan fakultas untuk melakukan upaya promosi kesehatan pada mahasiswa.

Prior studies have found college students as population with high prevalence of sleep problems. Main objective of this study was investigating sleep quality among undergraduate studens in University of Indonesia. This study was quantitative descriptive with cross-sectional survey. This study using Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to asses sleep quality. Participants of this study was 130 students (mean age: 21,7; SD=4,23), taken using purposive sampling.
Result showed that 83,75% (n=109) of college students have poor sleep quality (PSQI >5). Most of college students was found having poor sleep quality, university and study programs should give health promotion to improve sleep quality among students."
2013
S52887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>