Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Dwi Maysita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi remaja terhadap pendisiplinan oleh orangtua dan dorongan memaafkan. Partisipan penelitian berjumlah 417 remaja akhir yang tinggal di Jabodetabek. Pengukuran persepsi terhadap pendisiplinan oleh orangtua dilakukan dengan menggunakan alat ukur Teknik Penerapan Disiplin oleh Orangtua yang dibuat oleh Purwasetiawatik (2001) dengan mengacu pada teori Hoffman dan Saltzstein (1967). Alat ukur tersebut mencakup pendisiplinan power assertion, love withdrawal, dan induction. Dorongan memaafkan diukur dengan menggunakan alat ukur Transgression-Related Interpersonal Motivations (TRIM-18) yang dikembangkan oleh McCullough, Root, dan Cohen (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat korelasi positif yang signifikan antara persepsi terhadap pendisiplinan induction dengan dorongan memaafkan (r=0,126, p<0,01). Artinya, persepsi terhadap pendisiplinan induction meningkatkan dorongan memaafkan pada remaja.

This research was conducted to find relationship between adolescent-perceived parental discipline and forgiveness. Participants of this research were 417 late adolescence in Jabodetabek. Perceived parental discipline was measured using Teknik Penerapan Disiplin oleh Orangtua who constructed by Purwasetiawatik (2001) based on Hoffman dan Saltzstein (1967) theory. The instruments include power assertion, love withdrawal, and induction. Forgiveness was measured using Transgression-Related Interpersonal Motivations (TRIM-18) who developed by McCullough, Root, and Cohen (2006). The result of this research showed that there was only a significant positive correlation between perceived induction parental discipline with forgiveness (r=0,126, p<0,01). This result means perceived induction parental discipline increased forgiveness in adolescence.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayanara Turangga
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dorongan memaafkan dan coping remaja dalam hubungan pertemanan. Penelitian ini dilakukan terhadap 412 remaja. Instrumen yang digunakan dalam mengukur dorongan memaafkan adalah Transgression-Related Interpersonal Motivations Inventory (TRIM-18) dari McCullough, Worthingthon, dan Rachals (2006) dan coping diukur dengan menggunakan Brief COPE dari Carver, dkk (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dorongan memaafkan dan coping pada hubungan pertemanan remaja (r = -0.019; p > 0.05). Berdasarkan empat belas subskala coping, dorongan memaafkan juga tidak memiliki korelasi yang signifikan negatif dengan setiap jenisnya.

This research was conducted to examine the correlation between forgiveness and coping in adolescent friendship. The participants of this research were 412 adolescence. This study used two measurements tools. Forgiveness was measured by instrument that called Transgression-Related Interpersonal Motivations Inventory (TRIM-18) by McCullough, Worthingthon, dan Rachal (2006) and coping was measured by Carver, et al. (1997), using Brief COPE. The main result of this research showed no significance correlation between forgiveness and coping (r = -0.019; p > 0.05). The result also indicated that there is no significant and negative correlation between forgiveness and fourteen subscales of copings.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dorongan untuk memaafkan diri dan prokrastinasi pada mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 450 mahasiswa yang tinggal di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan yaitu State Self-Forgiveness Scale (SSFS) yang dikembangkan oleh Wohl, DeShea, dan Wahkinney tahun 2008 untuk mengukur dorongan memaafkan diri pada kesalahan yang spesifik. Sementara itu, untuk alat ukur prokrastinasi, peneliti menggunakan alat ukur Procastination Assessment Scale for Student (PASS) yang dikembangkan oleh Solomon dan Rothblum pada tahun 1984.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara dorongan memaafkan diri dan prokrastinasi (r = ?0,176, p<0,01). Artinya, semakin tinggi dorongan memaafkan diri, maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah dorongan memaafkan diri, maka kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi semakin tinggi pada mahasiswa.

The purpose of this research is to find out relationship between self-forgiveness and procrastination in college students. Participants of this research were 450 college students in Jabodetabek. This research used State Self-Forgiveness State (SSFS) who constructed by Wohl, DeShea, and Wahkinney (2008) for spesific transgression. Procrastination was measured using Procastination Assessment Scale for Student (PASS) who constructed by Solomon and Rothblum (1984).
The result showed there is a negative significant correlation between self-forgiveness and procrastination (r = ?0,176, p<0,01). This result means higher self-forgiveness decreased procrastination, and lower self-forgiveness increased procrastination in college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Insyiranda
"Penggunaan coping yang fungsional dalam menghadapi permasalahan berkaitan dengan sekolah merupakan suatu hal penting yang dapat memberi manfaat terhadap performa akademik yang baik di sekolah. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi penggunaan coping pada remaja. Keterlibatan orangtua diasumsikan dapat memprediksi penggunaan coping pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan orangtua yang dipersepsikan oleh siswa dan coping terkait stres sekolah pada remaja. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 405 orang remaja yang merupakan siswa kelas tiga SMA berasal dari delapan sekolah di wilayah yang berbeda-beda. Persepsi keterlibatan orangtua diukur berdasarkan dua versi, yaitu ayah dan ibu dengan menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 dan Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . Sedangkan, coping terkait stress sekolah diukur dengan menggunakan alat ukur Coping Accross Situational Questionnaire-Revised Barnes, 2011 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dua jenis coping style yaitu active coping dan internal coping dengan persepsi keterlibatan ayah maupun ibu.

Applying functional coping when dealing with school related problems is very important that can be benefical to make a good academic performance at the school. There are several factors that can affect the use of coping in adolescents. Parental involvement was assumed can predict the use of coping in adolescents. The aim of this study is to see the relationship between parental involvement that perceived by students and coping with school related stress in adolescence. Participants of this study was 405 adolescents in third grade high school students from eight different schools. Perceived parental involvement was measured in two version, that was father and mother using Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 and Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . While coping with school related stress was measured by Coping Accross Situational Questionnaire Revised Barnes, 2011 . The result showed that there are significant relationship between two types of coping style, that were active coping and internal coping with both perceived father involement and perceived mother involvement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estrilla Widya Patrichia
"N ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara impulsivitas, parental control, dan adiksi internet pada remaja. Pengukuran impulsivitas menggunakan Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995 , pengukuran adiksi internet menggunakan Internet Addiction Test Young, 1987 , dan pengukuran parental control menggunakan alat ukur Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. Partisipan penelitian merupakan remaja yang berusia dari 12-21 tahun. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistika kuantitatif deskriptif dan pearson correlation menggunakan perangkat lunak SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 155 responden yang mengalami adiksi internet sesuai data deskriptif total skor IAT, dimana terdapat korelasi positif yang signifikan antara impulsivitas dan adiksi internet pada remaja r 155 = .217, p < .01, one tails. Sedangkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara parental control dan adiksi internet pada remaja r 155 = -.032, p < .01, one tails.

This research was conducted to find out the correlation between impulsivity, parental control and internet addiction among adolescent. Impulsivity was measured by Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995, while internet addiction was measured by Internet Addiction Test Young, 1987, and parental contol was measure by Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. The participant in this research are adolescent with the age range between 12 to 21 years old. Data processing was done by using descriptive statistics and pearson correlation with a software called SPSS 20.
The result from this research shows that only 155 respondents are addicted to internet based on the result of IAT descriptiv statistic's data. From this research the results show that impulsivity positively correlated significantly with internet addiction r 155 .217, p .01, one tails . While parental control doesn't signifivantly have a positive correlation with internet addiction r 155 .032, p .01, one tails.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esteria Guretty
"Remaja merupakan transisi perkembangan dari anak-anak menuju ke fase dewasa. Ketidakmatangan remaja seringkali menjebak mereka dalam kasus-kasus yang merugikan dirinya seperti seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, kekerasan dan lain sebagainya. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan impuls untuk menghindari perilaku beresiko dan memperoleh kesenangan jangka panjang. Salah satu hal yang menentukan kontrol diri seseorang adalah keterlibatan ayah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk domain afektif dan Father Involvement Scale (FIS) untuk domain perilaku (Finley & Schwartz, 2004), sedangkan kontrol diri menggunakan Kontrol Diri Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 170 orang remaja berusia 12-20 tahun di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada domain afektif, sedangkan pada domain perilaku tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Adolescence development is the stage from children to adult. Adolescent immaturity often made them trapped in cases that adverse themselves, such as free sex, drug use, violence, and etc. Self-control is the ability to resist impulses of risky behaviors and gain long-term pleasure. One important thing that determines a person's self-control is father involvement. This study was conducted to examine the relationship between father involvement and self-control in adolescents. Measurements performed using Nurturant Fathering Scale (NFS) for the affective domain and the Father Involvement Scale (FIS) for the behavior domain (Finley & Schwartz, 2004). To measure self-control, this study used Self-Control Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). The sample participated in this research were 170 adolescents aged 12-20 years old in Jakarta, Depok, and Bekasi. The results showed a significant correlation between father involvement and self-control in the affective domain, while the behavior domain had no significant relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sienni Sanchia Santoso
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keterlibatan orang tua dan kompetensi sosial remaja down syndrome. Kompetensi sosial diukur berdasarkan keterampilan sosial dan perilaku adaptif, yang tergambarkan dari ada tidaknya perilaku maladaptif. Pengukuran keterlibatan orang tua menggunakan alat ukur Alabama Parenting Questionnaire (APQ) (Frick, 1990) dan pengukuran kompetensi sosial menggunakan alat ukur Social Skills Rating System (SSRS) (Gresham & Elliott, 1990). Partisipan berjumlah 31 orang tua dan pengasuh utama dari remaja down syndrome berusia antara 11 hingga 24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan orang tua dan keterampilan sosial remaja down syndrome (r = 0.422; p = 0.018, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya semakin tinggi keterlibatan orang tua, semakin tinggi keterampilan sosial remaja down syndrome. Akan tetapi, terdapat hubungan yang tidak signifikan antara keterlibatan orang tua dan perilaku maladaptif (r = 0.063; p = 0.737, tidak signifikan pada L.o.S 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, orang tua disarankan untuk terlibat dalam kehidupan anaknya yang menyandang down syndrome dengan mengajarkan keterampilan sosial dan perilaku adaptif sesuai norma sosial.

This research was conducted to find the correlation between parental involvement and social competence behavior in adolescent with down syndrome. Social competence is measured based on social skills and adaptive behavior, which is illustrated from the absence of maladaptive behaviors. Parental involvement was measured using an instrument called Alabama Parenting Questionnaire (APQ) (Frick, 1990), and social competence was measured using Social Skills Rating System (SSRS) (Gresham & Elliott, 1990). The participants of this research are 31 parents and primary caregiver of adolescent with down syndrome at the age of 11 to 24 years old. The result of this research show that parental involvement positively correlated significantly with social skills (r = 0.422; p = 0.018, significant at L.o.S 0.05). This means that the higher the parental involvement, the higher the social skills of adolescent with down syndrome. However, there is no significant correlation between parental involvement and maladaptive behavior (r = 0.062; p = 0.737, not significant at L.o.S 0.05). Based on these results, it is advisable for parents to become involved in their child?s life to teach appropriate social skills and adaptive behavior according to social norms."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nada Fitrilia
"Mahasiswa, khususnya yang sedang berada di tingkat akhir, sedang bersiap untuk memasuki dunia kerja dan meniti karier. Pemilihan karier yang mereka lakukan dipengaruhi berbagai hal, salah satunya efikasi diri dalam keputusan karier career decision self-efficacy; CDSE . Berbagai penelitian menunjukkan terdapat pengaruh aspek orangtua seperti kelekatan atau dukungan terhadap CDSE. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi keterlibatan orangtua dan CDSE. Penelitian korelasional ini dilakukan pada 487 mahasiswa yang berada di tahun atau tingkat terakhir perkuliahan. Pengukuran keterlibatan orangtua dibagi menjadi tiga dimensi yaitu ekspresif, instrumental, dan mentoring/advising menggunakan Father Involvement Scale-Reported FIS-R; Finley Schwartz, 2004 dan Mother Involvement Scale-Reported MIS-R; Finley, Mira, Schwartz, 2008 . CDSE diukur dengan Career Decision Self-Efficacy?Short Form CDSE-SF oleh Betz, Klein, dan Taylor 1996 . Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ayah dengan CDSE ekspresif: r=.206, p= le;.01; instrumental: r=.170, p= le;.01; mentoring/advising: r=.185, p= le;.01 dan hubungan positif antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ibu dengan CDSE ekspresif: r=.257, p= le;.01; instrumental: r=.273, p= le;.01; mentoring/advising: r=.266, p= le;.01 . Implikasi dari hasil penelitian ini serta saran untuk penelitian lanjutan didiskusikan.

Final year undergraduates are preparing to enter the workforce and to build their careers. Choosing a career is influenced by numerous factors, one of which is career decision self efficacy CDSE . A number of studies have shown positive relationships between some parental aspects, such as attachment or support, and CDSE. The purpose of this study is to see the relationship between perceived parental involvement and CDSE. This correlational study was conducted on 487 final year undergraduates. The measurement of perceived parental involvement was separated into three dimensions, namely expressive, instrumental, and mentoring advising using Father Involvement Scale Reported FIS R Finley Schwartz, 2004 and Mother Involvement Scale Reported MIS R Finley, Mira, Schwartz, 2008 . CDSE was measured using Career Decision Self Efficacy Short Form CDSE SF by Betz, Klein, and Taylor 1996 . Results showed positive relationships between the three dimensions of perceived father involvement and CDSE expressive r .206, p le .01 instrumental r .170, p le .01 mentoring advising r .185, p le .01 and also positive relationships between the three dimensions of mother involvement and CDSE expressive r .257, p le .01 instrumental r .273, p le .01 mentoring advising r .266, p le .01 . The implications of the results and suggestions for future studies are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Arini
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja. Perceived social support diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social
Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) sedangkan kesehatan mental diukur menggunakan Mental Health Continuum-Short Form (MHC-SF) yang dikembangkan oleh Keyes (2002). Penelitian ini melibatkan anak jalanan usia remaja sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja (r
= 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social support and mental health among adolescent street children. Perceived social support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF) that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens participated in this study. The result show positive and significant correlation between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed), This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed)]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qory Andriyenni
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara intensi shalat berjamaah, tarbiyah dan intensi memaafkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa (1) Hubungan antara intensi shalat berjamaah dengan intensi memaafkan; (2) Seberapa besar intensi shalat berjamaah menjelaskan hubungannya dengan intensi memaafkan.
Teori yang digunakan adalah teori intensi dari Ajzen (1975) dan teori forgiveness dari McCullough (1999). Penelitian ini dilakukan di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey yang bersifat deskriptif analitis, dengan sampel 145 responden yang mengikuti tarbiyah dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukurnya. Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dan pengolahan data menggunakan program LISREL 8.51
Pada penelitian ditemukan bahwa intensi shalat berjamaah berkontribusi positif terhadap intensi memaafkan sebesar 30 persen. Hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. intensi shalat berjamaah mempunyai hubungan yang signifikan dengan intensi memaafkan. 2. Dimensi sikap memiliki pengaruh yang tinggi terhadap, intensi shalat berjamaah dan dimensi norma subjektif memiliki pengaruh yang tinggi terhadap intensi memaafkan. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa tarbiyah dapat dijadikan satu kegiatan yang bermanfaat untuk individu.

The research is about the correlation between intension of jamaah prayer, (education) tarbiyah, intension of forgiveness. The aims of this research are to know and to analyze (1) The correlation between intension of jamaah prayer and intension of forgiveness (2) how many influence of intension of jamaah prayer and tarbiyah could explained the relationship with intension of forgiveness. The theory used are intension theory of Ajzen (1975) and forgiveness theory from McCullough (1999). This research was conducted at Andalas University, Padang, West Sumatera. The research method used quantitative approach method by survey with descriptive analysis and 145 respondents who followed tarbiyah, by using questioner. The analysis of this research is used structural equation modeling (SEM) and processing of data with LISREL 8.51.
The research found that intension of jamaah prayer has positive contributes with intension of forgiveness by 30 percent value. The conclusion of the research are:
(1) intension of jamaah prayer has the correlation with intension of forgiveness.
(2) dimension of attitude has a high correlation with intension of jamaah prayer and dimension of norm subjective has a high correlation with intension of forgiveness.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T26818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>